commit to user
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Rumah Sakit
Menurut WHO World Health Organization, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna komprehensif, penyembuhan penyakit kuratif dan pencegahan penyakit preventif kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien. Asta Qauliyah, 2008 Di
rumah sakit
terdapat potensi-potensi
bahaya yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber-sumber cidera lainnya, radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua
potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
commit to user
7
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
2. Dasar dasar Kebakaran
a. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu kecil tetapi apabila tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran.
Kebakaran secara umum adalah suatu bencanamalapetakamusibah yang diakibatkan oleh api dan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
yang menyebabkan kerugian nyawa dan harta benda. Dinas Pemadam Kebakaran, 2008.
Kebakaran perusahaan adalah suatu hal yang tidak diinginkan yang terjadi didalam perusahaan. Bagi tenaga kerja, kebakaran dapat
mengakibatkan penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat kehilangan
6. Peristiwa kebakaran adalah suatu reaksi yang hebat dari suatu
zat yang mudah terbakar dengan zat asam dan panas. Reaksi yang terjadi bersifat mengeluarkan panas. Bahaya penyebab kebakaran yang
umum terjadi adalah sebagai berikut : 1
Api rokok 2
Bahan cair kimia mudah terbakar 3
Nyala api terbuka 4
Ketatarumahtanggaan yang buruk
commit to user
8
5 Mekanik : peralatan mesin yang panas
6 Las pembakaran
7 Listrik.
Sebagai landasan kita bertindak maka kita harus mengetahui batasan-batasan antara API dan KEBAKARAN.
API : 1
Nyala di tempat semestinya 2
Mudah dikendalikan 3
Berguna bagi manusia KEBAKARAN :
1 Nyalanya di tempat yang tidak semestinya
2 Sulit dikendalikan
3 Menimbulkan kerugian baik harta benda dan bahkan jiwa manusia.
Dengan demikian kita ketahui bahwa sebesar apapun api itu kalau masih dikendalikan dalam arti mudah untuk dibesarkan,
dikecilkan dan bahkan dimatikan serta nyala tersebut di tempat yang semestinya maka masih disebut api. Akan tetapi sekecil apapun api
tersebut berada di atap rumah berada di tempat yang tidak semestinya
sudah disebut kebakaran. Dinas Pemadam Kebakaran, 2008.
Kebakaran adalah proses oksidasi yang berjalan cepat disertai dengan pengeluaran panas yang berupa api atau sinar, proses tersebut
berlangsung tanpa dapat dikendalikan. Pada waktu terjadi kebakaran, sebelumnya terjadi proses kimia yang disebut oksidasi dan pada waktu
commit to user
9
itu timbul pula panas. Tiap-tiap persenyawaan kimia akan menimbulkan kalori efek, yaitu efek positif dan efek negatif. Dalam
hal ini peristiwa kebakaran merupakan proses kimia yang mempunyai efek positif.
Peristiwa kebakaran dapat terjadi bila adanya perpaduan tiga unsur yang dengan kedudukan dan konsentrasi yang tepat dan
seimbang. Agar tidak terjadi kebakaran harus diadakan menghilangkan atau memutuskan hubungan salah satu dari ketiga unsur api tersebut.
Proses terjadinya api dapat dibuat simbol dalam bentuk segitiga api. b.
Teori Segitiga Api Api merupakan suatu reaksi kimia reaksi oksidasi yang
bersifat eksotermis dan diikuti oleh evolusi atau pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Dinas
Pemadam Kebakaran, 2008. Proses terjadinya api ini dimulai bila terdapat tiga unsur pokok
yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen dari udara atau dari bahan oksidator dan panas yang cukup. Bilamana ketiga unsur tersebut
berada dalam kondisi yang seimbang dan dalam konsentrasi tertentu, timbulah oksidasi atau dikenal dengan proses pembakaran.
Bila awal ini telah terjadi maka sebagian panas tersebut akan diserap oleh bahan bakar atau benda disekelilingnya yang kemudian
melepaskan uap gas yang dapat menyala berganti-ganti setelah bercampur dengan oksigen di udara, proses ini disebut reaksi berantai.
commit to user
10
Dengan teori itu maka apabila salah satu unsur dari segitiga api tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak
akan terjadi. Bahan yang dapat terbakar jenisnya dapat berupa bahan padat, cair maupun gas. Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi
terdapat perbedaan, yaitu gas lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan cair maupun padat. Demikian juga bahan cair lebih
nudah terbakar
dibandingkan dengan
bahan padat,
disini menggambarkan adanya tingkat suhu yang berbeda pada setiap jenis
bahan. Jadi disini dapat disimpulkan bahwa terjadinya api karena
bertemunya 3 tiga unsur, yaitu : 1
Bahan yang mudah terbakar Pada umumnya semua benda yang berada di alam ini dapat
terbakar, hal ini dibedakan dengan menggunakan istilah titik nyala, yaitu suhu terendah dari suatu bahan untuk merubah menjadi uap
dan akan menyala bila terkena panas. Semakin tinggi nyala maka makin sulit benda tersebut terbakar. Sebaliknya makin rendah titik
nyala suatu benda maka semakin mudah benda tersebut terbakar. 2
Oksigen Oksigen merupakan gas pembakar yang menentukan
keaktifan pembakaran. Pada udara bebas kadar oksigen sekitar 21 . Keaktifan pembakaran akan berlangsung pada kadar lebih dari
commit to user
11
15 sedangkan pada kadar kurang dari 12 pembakaran tidak dapat berlangsung.
3 Panas
Dengan adanya panas maka suatu bahan akan mengalami perubahan suhu sehingga mencapai titik nyala. Setelah mencapai
titik nyala benda tersebut akan terbakar. Sumber-sumber panas dapat berasal dari sinar matahari, listrik, panas dari energi
mekanik, panas dari energi kimia, kompresi udara dan lainlain. Yang dimaksud dengan titik nyala
fla sh point
adalah temperatur minimum dimana dapat memberikan uap yang cukup dan
bercampur dengan udara bebas membentuk campuran yang dapat terbakar dekat permukaan benda dan akan menyala hanya sekejab bila
diberi sumber panyalaan karena tidak cukup banyak uap yang dihasilkan. Sedangkan titik bakar
fire point
adalah temperatur minimum dari suatu zat dimana akan terus menerus terbentuk uap
sehingga terjadi pembakaran secara terus menerus. Titik bakar biasanya beberapa derajad diatas titik nyala.
Oksigen
Panas Bahan Bakar
Gambar 1. Teori segitiga api
commit to user
12
Teori baru telah dikembangkan lebih lanjut untuk pembakaran dan pemadaman. Hal-hal yang dikembangkan dalam teori ini dibuat
suatu transisi dari ilmu ukur bidang gambar bersegitiga, yang dikenal sebagai segitiga api menjadi empat sisi yaitu limas Tetrahedron yang
menyerupai suatu piramida. c.
Klasifikasi Kebakaran Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakteristik yang
berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus sesuai
dengan karakteristiknya; mengacu pada standar. Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian
atas kebakaran berdasarkan jenis bahan bakarnya. Klasifikasi ini sangat penting untuk diketahui karena merupakan syarat-syarat pokok
dalam penggunaan Alat Pemadam Api Ringan APAR. Di Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04 MEN 1980, yang pembagiannya sebagai berikut:
1 Kelas A
Kebakaran benda-benda padat kecuali logam yang setelah terbakar akan meninggalkan abu dan bara. Misalnya : kayu, kertas,
kapas, karet, tekstil dll. 2
Kelas B
commit to user
13
Kebakaran benda-benda cair dan gas. Misalnya : bensin, alkohol, minyak tanah,
a cytiline
, LPG dll. 3
Kelas C Kebakaran karena konsleting listrik. Misalnya : peristiwa
arus pendek pada instalasi listrik. 4
Kelas D Kebakaran benda-benda logam yang mudah terbakar.
Misalnya :
pota sium
,
titanium
,
ma gnesium
dll. d.
Sumber nyala api Sumber-sumber nyala api terjadi dari berbagai peristiwa antara
lain : 1
Listrik Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api
oleh karena faktor-faktor : a
Tidak berfungsinya pengaman. b
Kegagalan isolasi c
Sambungan tidak sempurna. d
Penggunaan peralatan tidak standar. 2
Rokok Merokok di tempat terlarang atau membuang rokok sembarang di
tempat kerja dapat menimbulkan terjadinya kebakaran. 3
Gesekan mekanik Gesekan mekanik bisa terjadi pada :
commit to user
14
a Panas akibat kurang pelumasan pada bagian mesin yang
bergerak. b
Bagian mesin yang bergerak tertutup serbuk mudah terbakar. c
Bagian dalam mesin terdapat serbuk yang saling bergesekan. 4
Pemanasan berlebih Pemanasan yang berlebih bisa timbul dari pengoperasian alat-alat
yang tidak terkontrol dengan baik. 5
Api terbuka Penggunaan api pada tempat-tempat yang terdapat bahan mudah
terbakar. 6
Permukaan panas Pengoperasian instalasi yang tidak terlindungi dapat menimbulkan
panas pada permukaan yang memicu kontak dengan bahan yang mudah terbakar.
7 Lentikan bara api
Bunga api bisa berasal dari knalpot motor, diesel atau kendaraan angkutan lain.
8 Listrik statis
Loncatan api akibat akumulasi listrik statis yang ada pada umumnya terjadi karena gesekan pada bahan non konduktor.
9 Sambaran petir
commit to user
15
Sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindungi penyalur petir atau pada instalasi yang penyalur petirnya tidak
memenuhi syarat. 10
Reaksi kimia Nyala api bisa timbul dari reaksi antara bahan-bahan kimia.
Dinas Pemadam Kebakaran, 2008 3.
Upaya pencegahan dan penanggulangan a.
Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran adalah
semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran yang meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan. Pencegahan kebakaran lebih ditekankan pada usaha-usaha yang memindahkan atau
mengurangi terjadinya kebakaran. Penanggulangan lebih ditekankan pada tindakan-tindakan terhadap kejadian kebakaran, agar korban tidak
terlalu banyak. Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban kebakaran tergantung dari lima prinsip pokok sebagai berikut :
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan
panik. 2
Pembuatan bangunan yang tahan api. 3
Pengawasan yang teratur dan berkala. 4
Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya.
commit to user
16
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat
kebakaran dan tindakan-tindakannya. Pemberantasan
kebakaran adalah
daya upaya
untuk menghindari suatu peristiwa kebakaran yaitu : memadamkan,
melokalisir, mengamankan harta benda, jiwa, mencari atau menyelidiki
sebab-sebab kebakaran
dan rehabilitasi.
Jadi pemberantasan kebakaran adalah usaha yang dilakukan setelah terjadi
musibah kebakaran. 6.
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186 MEN 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, bahwa yang dimaksud
dengan penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian
setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat
untuk memberantas kebakaran. Berdasarkan Kepmenaker R.I No. Kep. 186 MEN 1999,
Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat
kerja. Upaya-upaya tersebut meliputi: 1
Pengendalian setiap bentuk energi. 2
Penyediaan alat pemadam kebakaran. 3
Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
commit to user
17
4 Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
5 Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala. 6
Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
b. Penyediaan Alat Pemadam
1 Alat Pemadam Api Ringan APAR
Adalah alat pemadam api yang mudah dibawa atau dipindahkan dan dapat dipakai oleh satu orang. Alat tersebut hanya digunakan
untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran dan pada saat api belum membesar. BPP, 2011.
Alat pemadam ini memiliki berat antara 0.5 kg 16 kg dan warna tabung APAR harus mudah dilihat mencolok seperti hijau,
merah, biru dan kuning. Komponen yang ada pada sebuah APAR mekanik, alat penyemprot dan bahan pemadam api. Penggunaan
alat ini akan sempurna pada jarak 3 6 meter dengan api pada permulaan penyemprotan. Pada saat bahan pemadam api mulai
berkurang daya semprotnya dan jangkauannya pemakai harus lebih mendekat ke api. Macam-macam bahan pemadam api yang
digunakan pada APAR adalah : a
Air
commit to user
18
Air yang dikemas dalam APAR hanya untuk kebakaran kelas A, tidak efektif digunakan untuk kebakaran kelas B dan akan
berbahaya apabila digunakan untuk kebakaran kelas C. b
Busa Busa merupakan reaksi kimia antara bahan busa, air dan udara.
Jenis busa yang digunakan ada 2 dua yaitu busa mekanik busa protein dan busa kimia AB yang berisi Aluminium
Sulfat dan Sodium Bikarbonat. Busa dapat memadamkan api melalui
kombinasi 3
tiga aksi
yaitu menyelimuti
smother ing
, menghentikan reaksi rantai dan mendinginkan
cooling
, tetapi tidak baik digunakan pada kebakaran kelas C karena merupakan penghantar listrik yang baik.
c Serbuk kimia kering
Dry chemica l powder
Serbuk kimia kering mempunyai berat jenis 0.91 dengan ukuran serbuk 10 17 mikron dan kelembaban kurang dari 0.2
. Amonium hidro phospate NH
4 3
PO
4
merupakan serbuk kimia serba guna untuk kebakaran kelas A, kelas B dan kelas
C. d
CO
2
Carbon dioksida CO
2
di dalam tabung APAR dalam bentuk gas cair, berubah bentuk menjadi salju jika dikeluarkan melalui corong APAR.
CO
2
memadamkan api dengan menutup permukaan yang terbakar
smother ing
dan sangat efisien untuk kebakaran
commit to user
19
ruangan tertutup dan listrik serta mesin-mesin karena mudah dibersihkan dan tidak meninggalkan bekas.
e Halon bahan pemadam senyawa halogen
Yang dimaksud dengan senyawa adalah brom, chlor, flour, yodium yang disenyawakan dengan metana CH
4
dan karbon. Yang ada di pasaran direkomendasikan untuk bisa dipakai
secara umum adalah halon 1301 BrCF
3
atau BMT dan halon BrCClF
2
, halon lebih efektif dibandingkan dengan CO
2
. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per. 04 MEN 1980, ketentuan-ketentuan pemasangan APAR adalah sebagai berikut :
a Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan. b
Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam
api ringan yang bersangkutan. c
Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
d Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengn lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15
commit to user
20
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
e Semua tabuing alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna
merah. f
Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena
karat. g
Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ditempatkan menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau
dengan kontruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti
box
yang tidak dikunci. h
Lemari atau peti
box
dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman
sa fety gla ss
dengan tebal maximum 2 mm.
i Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci
atau digembok atau diikat mati. j
Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman
sa fety gla ss
harus disesuaikan dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti
box
sehingga mudah dikeluarkan.
k Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa
sehingga bagian paling atas puncaknya berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan
commit to user
21
tepung kering
dry chemica l
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak
kurang dari 15 cm dari permukaan lantai. l
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai
minus 44°C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut.
m Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka
harus dilindungi dengan tutup pengaman. Penempatan APAR juga didasarkan pada kemampuan jangkauan
serta jenis bangunan. 6.
2
Hydra nt
Menurut Depnaker, 1995 yang dimaksud dengan instalasi hydrant kebakaran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. System ini terdiri dari system
penyediaan air pompa, pemipaan, kopling outlet dan inlet serta selang dan nozzle.
Komponen instalasi hydrant dan perlengkapannya adalah: a
Sumber air b
Sistem pompa c
Sistem pemipaan
commit to user
22
d Kotak hydrant, lengkap dengan selang, kopling penyambung,
nozzle dan sisir untuk tempat slang. e
Pillar hydrant dan kunci khusus hydrant halaman Berdasarkan lokasi penempatannya
a
Hydra nt
Kota b
Hydra nt
Halaman c
Hydra nt
Gedung Ada 3 sistem pompa untuk
hydra nt
, yaitu : a
Diesel Pump : Akan hidup secara otomatis bila listrik gedung tiba- tiba mati karena kebakaran.
b Penggeraknya adalah genset otomatis
c Jockey Pump : Pompa pemacu tekanan air
d Main Pump : Pompa manual utama
Dinas Pemadam Kebakaran, 2008 Persyaratan teknis
hydra nt
kebakaran a
Sumber air
hydra nt
gedung harus diperhitungkan minimal pemakaian selama 30 menit.
b Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya, harus mempunyai
sumber daya listrik darurat. c
Selang
hose
berdiameter maximum 2,5 inch, terbuat dari bahan tahan panas.
d Harus disediakan kopling penyambung yang sama bentuknya
dengan kopling dari unit kebakaran setempat. e
Semua peralatan
hydra nt
kebakaran harus dicat merah.
Hydra nt
memerlukan pemeriksaan dan perawatan setiap tahun. Produsen hidran menyarankan agar melumasi bagian head mechanism
serta mengganti bagian head gasket dan o-ring setiap tahun agar hidran
commit to user
23
dapat berfungsi baik. Lubrikasi head mechanism sebaiknya menggunakan
food gra de non-petroleum lubrica nt
supaya tidak terjadi kontaminasi dalam sistem distribusi air hidran.
Ketentuan mengenai hidran di tempat kerja di Indonesia ada dalam Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum RI No
10KPTS2000 tentang KETENTUAN TEKNIS PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN
GEDUNG DAN LINGKUNGAN pada Bagian 3: Sistem Pemadaman Kebakaran Manual, 3.3 Hidran kebakaran dalam bangunan.
3
Spr inkler Spr inkler
merupakan instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila kepala
sprinkler
pecah terkena panas pada temperatur tertentu. Fire
sprinkler
atau penyiram api adalah bagian dari sistem
sprinkler
yang berfungsi menyemprotkan air ketika efek api terdeteksi, seperti saat temperatur ruangan telah mencapai titik tertentu. Ketika
temperatur ruangan mencapai titik tertentu, bagian
hea t-sensitive gla ss bulb
atau
fusible link
pada
sprinkler
yang berfungsi sebagai sumbat saluran air pecah sehingga air dapat keluar dari lubang pipa. Titik
temperatur aktivasi setiap jenis
sprinkler
berbeda, tergantung tipe bahaya yang dihadapi. Untuk pembeda jenis
sprinkler
biasanya glass bulb tersebut diberi warna yang berbeda. Aliran air dari pipa
commit to user
24
menumbuk deflektor sehingga menghasilkan pola persebaran air tertentu.
Sistem
sprinkler
atau penyiram api merupakan langkah perlindungan terhadap api, terdiri dari sistem suplai air yang
memberikan tekanan yang cukup serta laju aliran air pada sistem perpipaan distribusi air hingga pada alat fire
sprinkler
yang terhubung. Tipe Sistem
Spr inkler
a
Sistem wet pipe
Tipe sistem ini paling sering digunakan daripada tipe sistem lainnya karena sederhana yaitu pipa
sprinkler
telah terisi oleh air sehingga ketika
gla ss bulb
pecah, air langsung tersembur. Kelemahan tipe ini adalah bila terjadi kebocoran pipa.
b
Sistem dry pipe
Sistem dry pipe hanya dapat dipasang pada ruangan dingin yang temperaturnya mampu membekukan air pada
sistem wet pipe
. Pipa sistem ini belum terisi oleh air hingga
sprinkler
teraktivasi. Beberapa kelemahan sistem tersebut adalah:
1 Sistem lebih kompleks karena memerlukan peralatan tambahan
dan kontrol tekanan udara. 2
Biaya pemasangan dan perawatan lebih mahal. 3
Mempunyai fleksibilitas desain lebih rendah.
commit to user
25
4 Waktu respons lebih lama: karena pipa belum terisi air, maka
perlu waktu untuk mengalirkan air dari pipa utama ke
sprinkler
. 5
Potensi korosi pipa yang besar. c
Sistem Banjir Sistem ini tidak menggunakan
hea t-sensitive light bulb
atau
fusible link
. Digunakan untuk menghadapi bahaya khusus dimana api dapat menyebar cepat. Air belum terdapat dalam pipa kecuali
jika
sprinkler
teraktivasi.
Spr inkler
teraktivasi jika ada bahaya yang terdeteksi oleh sistem alarm otomatis detektor asap, panas,
dsb. atau juga dapat diaktivasi secara manual. Setelah teraktivasi, air keluar dari semua
sprinkler
secara simultan. d
Pre-Action System
Sistem pre-action adalah hibrida dari
sistem wet, dr y
, dan banjir. Ada dua sub-tipe:
single inter lock
dan
double interlock
. Inti kerja dari sistem ini adalah ketika bahaya terdeteksi oleh
detektor asap atau detektor panas, pipa
sprinkler
kemudian menjadi siaga dari
sistem dry
menjadi
sistem wet
namun tidak sampai mengeluarkan air hingga bagian
hea t-sensitive light bulb
atau
fusible link
teraktivasi. e
Foa m wa ter sprinkler systems
commit to user
26
Merupakan sistem khusus yang melepaskan campuran air dengan busa sabun konsentrasi rendah. Sistem didesain khusus
untuk menghadapi bahaya dari
fla mmable liquid
. 4
Sistem Tanda Bahaya Kebakaran
Fire Ala rm System Fire a la rm system
adalah penyampaian atau pemberitahuan terjadinya kebakaran atau gejala terjadinya kebakaran kepada penghuni
pemakai bangunan gedung, kepada petugas jaga dan anggota pemadam kebakaran. Sistem ini bertujuan untuk mengetahui gejala
kebakaran lebih dini sehingga letak kebakaran segera diketahui dan api segera diupayakan tidak membesar. Komponen pokok
fire a la rm system
adalah : a
Alat pendeteksi
Fire detektor
Berdasarkan sistem kerjanya terdapat 2 dua jenis alat pendeteksi. 1
Alat pendeteksi kebakaran manual
Ma nual a la rm stasion
Berfungsinya alat ini bila dioperasikan oleh manusia dengan cara menekan tombol pada alarm pada daerah yang letaknya
dekat dengan kebakaran. 2
Alat pendeteksi kebakaran otomatis
detector
Pada prinsipnya alat deteksi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 empat macam yaitu :
a Alat pendeteksi asap
Smoke Detector
Alat ini mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan membunyikan alarm bila terdapat asap di ruang tempat alat
commit to user
27
ini dipasang.
Karena kepekaannya,
kadang-kadang disebabkan asap rokok saja alat tersebut langsung aktif.
b Alat pendeteksi panas
Hea t Detector
Alat ini dapat mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan cara membedakan kenaikan temperatur yang terjadi dalam
ruang tersebut. Misalnya pada suhu 6568° C. c
Alat pendeteksi nyala
Fla me Detector
Alat ini dapat mendeteksi nyala api yang tidak terkendali, dengan cara menangkap sinar ultra violet atau infra merah
yang dipancarkan oleh api. d
Alat pendeteksi gas Alat ini bekerja berdasarkan konsentrasi gas pada ruang
yang dipasangi alat ini. b
Instalasi jaringan kabel Instalasi atau jaringan kabel digunakan untuk menghubungkan
detektor dan manual alarm stasion dengan panel kontrol. Alat ini berfungsi sebagai mediator untuk mengaktifkan alat deteksi serta
meneruskan signal dari alat deteksi kepanel kontrol. Disamping itu, instalasi juga digunakan untuk menghubungkan panel kontrol
dengan
a la rm bell, loca tion indica tor la mp
dan lain-lain pada saat terjadinya kebakaran.
c
Fire a larm control panel
commit to user
28
Alat ini merupakan induk dari
fire a la rm system
yang dapat mengamati bekerjanya seluruh bagian manual
a la rm system
ataupun
detector
, juga memberi instruksi kepada
bell, loca tion indica tor lamp
dan lain-lain pada saat terjadinya kebakaran. d
Power supply
Fungsi
power supply
adalah untuk menjalankan sistem, terdiri dari biasa listrik PLN dan darurat Genset Batery.
Dinas Pemadam Kebakaran, 2008 c.
Teknik Pemadam Kebakaran Dalam memadamkan kebakaran memerlukan tindakan yang
cepat, tepat dan teliti agar tercapai daya guna yang tinggi. Tindakan tersebut antara lain :
1 Memperhatikan keselamatan diri.
Misalnya : a
Membelakangi arah mata angin. b
Menjaga jarak dengan api. c
Memperhatikan jaringan listrik. d
Menggunakan peralatan pelindung diri. 2
Mengenali jenis barang yang terbakar, untuk menentukan bahan pemadam api yang tepat.
3 Membatasi api agar tidak meluas.
4 Menyelamatkan korban dengan prioritas penyelamatan meliputi
keselamatan manusia, dokumen penting dan lainnya. 5
Mampu menggunakan peralatan pemadam api yang tersedia dengan baik.
commit to user
29
Prinsip dasar menanggulangi kebakaran adalah memadamkan api yang membesar dan menjalar dengan cara memutuskan salah satu
rantai dari segitiga api. Teori memadamkan api adalah sebagai berikut : 1
Smothering
Isolasi Yaitu teknik pemadam kebakaran dengan cara menghilangkan
unsur oksigen menghentikan
supply
oksigen. Contoh :
a Kebakaran minyak dipadamkan ditutup dengan karung basah.
b Kebakaran yang disemprot dipadamkan dengan APAR busa.
c Kebakaran minyak di lantai dipadamkan dengan pasir.
2
Sta rvation
Yaitu pemadaman kebakaran dengan cara menghilangkan atau memutuskan
supply
bahan bakar menghilangkan bendanya. Contoh :
a Pipa saluran minyak atau gas yang pada ujungnya terbakar,
kran salurannya ditutup. b
Selang saluran gas LPG bocor dan terbakar, regulatornya dilepas.
3 Sistem Urai
Yaitu memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api modern, dimana pada saat media pemadam
disemprotkan maka media tadi akan mengikat panas sekaligus akan menutup atau menyelimuti benda yang terbakar sehingga udara
atau oksigen tidak masuk hilang. 4
Cooling
Pendinginan
commit to user
30
Yaitu teknik pemadam kebakaran dengan cara mengurai atau menurunkan suhu panas sehingga benda yang terbakar suhunya di
bawah titik nyala, sekaligus memutus reaksi rantai pembakaran. Contoh : kebakaran rumah dipadamkan dengan semprotan
siraman air. 5
Emulsifica tion
Penggumpalan Contoh : kebakaran plastik disiram dengan air, maka plastik
tersebut akan kembali menggumpal atau mengeras. 6
Pelarutan Contoh : kebakaran alkohol disiram dengan air, maka alkohol akan
larut dengan air sehingga titik nyalanya semakin tinggi serta api akan padam.
4. Dasar Perundangan
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Keselamatan kerja yang ada hubungannya dengan kebakaran telah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja pasal 3 ayat 1 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja, disebutkan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. b.
Kepmenaker No. Kep 186 MEN 1999 Kepmenaker No. Kep 186 MEN 1999 mengatur tentang Unit
Penanggulangan di Tempat Kerja yang menyatakan bahwa untuk menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya peralatan
proteksi kebakaran yang memadai, petugas penanggulangan kebakaran
commit to user
31
yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04 MEN
1980 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04 MEN
1980 mengatur tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan yang menyatakan bahwa dalam rangka
untuk mensiap-siagakan pemberantasan pada mula terjadinya kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja.
B. Kerangka Pemikiran