THE ROLE OF ORGANIZATION COMMUNICATION IN GROWING YOUTH INDEPENDENCE ATTITUDE (Organizational Communication Study in Scout Activities On SMP Kartika II-2 Bandar Lampung)

(1)

INDEPENDENCE ATTITUDE

(Organizational Communication Study in Scout Activities On SMP Kartika II-2 Bandar Lampung)

By: DESI SUSANTI

The importance of communication for humans can not be denied as well as for an organization. With the existence of good communication in organizations, the organizations can run smoothly, and vice versa. The involvement of teenagers in an organization, in extracurricular activities at school for example, could induce the attitude formation of teenagers independence. Through the participation of young people in an organization, they are trained to socialize, so they can learn to deal with more complex social problems. Moreover, it can encourage teenagers to express feelings and ideas. Through the organization, teenagers will learn become more responsible and accept the consequences if they do not fulfill these responsibilities.

The formulation of the problem in this research is: "How important the role of organizational communication in the scout for growing independence of teenagers attitude?" The purpose of this research is to know how important the role of organizational communication in the of scouting activities at SMP Kartika II-2 B. Lampung attitudes develop independence in teenagers.

This research was carried out using quantitative descriptive method by using a data collection tool in the form of interviews, observation, questionnaires, and literature. Respondents of this study were taken by using simple random sampling method, so the overall active member of the scout raiser are 150 students, and 60 members of the scout raiser were found for the sample of the study. Besides, direct observation also done at the study sites so that the data collected could be more accurate. After the data collected, the data analysis was done by using a percentage, which is presented with a single tabulation, as well as by using the formula of Simple Linear Regression.


(2)

scout activities, teenagers can develop independence in thinking and able to do of her own, active, creative, competent, has the confidence, able to make decisions and not feel inferior when they have to meet different opinions with others. Communication in organizations which referred to in this raiser scout activities is the communication process that runs between raiser scout leader with its members (vertical communication) and communication that runs between fellow members of the scout raiser (horizontal communication). The communication process takes place in activities that related to the channels of communication processes raiser scout organizations, such as Gladian Pinru, Forum raiser, Camp and Competition Level.


(3)

SIKAP KEMANDIRIAN REMAJA

(Studi Komunikasi Organisasi di Lingkungan Kegiatan Pramuka Pada SMP Kartika II-2 Bandar Lampung)

Oleh: DESI SUSANTI

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik bagi suatu organisasi, maka organisasi tersebut dapat berjalan lancar, begitu pula sebaliknya. Keterlibatan remaja dalam suatu organisasi, dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah misalnya, dapat memancing pembentukan sikap kemandirian remaja. Melalui keikutsertaan remaja dalam suatu organisasi, mereka dilatih untuk bersosialisasi, sehingga dapat belajar menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Selain itu dapat mendorong remaja untuk mengungkapkan perasaan dan idenya. Melalui organisasi, seorang remaja akan belajar untuk bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya bila tidak memenuhi tanggung jawab tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar peranan komunikasi organisasi pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirianremaja?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan komunikasi organisasi di Lingkungan Kegiatan Pramuka pada SMP Kartika II-2 B.Lampung dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Remaja.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat pengumpul data berupa observasi, kuesioner, dan studi pustaka. Responden penelitian ini diambil dengan menggunakan metode simple random sampling, sehingga dari keseluruhan anggota pramuka penggalang yang aktif yaitu 150 siswa, ditemukan 60 anggota pramuka penggalang untuk menjadi sample penelitian. Selain itu dilakukan juga observasi langsung di lokasi penelitian sehingga data yang dikumpulkan menjadi lebih akurat. Setelah data terkumpul, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik presentase


(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r (r square) menunjukkan bahwa komunikasi organisasi pramuka penggalang dapat memberikan peranan terhadap pertumbuhan sikap kemandirian remaja sebesar 12,5%. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan mengikuti proses komunikasi organisasi dalam kegiatan pramuka penggalang, remaja dapat menumbuhkan sikap kemandiriannya dalam berpikir dan mampu berbuat untuk dirinya sendiri, aktif, kreatif, kompeten, memiliki kepercayaan diri, mampu mengambil keputusan dan tidak merasa rendah diri bila harus berbeda pendapat dengan orang lain. Komunikasi organisasi yang dimaksud dalam kegiatan pramuka penggalang ini yaitu proses komunikasi yang berjalan antara pembina pramuka penggalang dengan anggotanya (komunikasi vertikal) dan komunikasi yang berjalan antara sesama anggota pramuka penggalang (komunikasi horizontal). Proses komunikasi tersebut berlangsung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan saluran proses komunikasi organisasi pramuka penggalang, seperti Gladian Pinru, Forum Penggalang, Perkemahan dan Lomba Tingkat.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam suatu organisasi dan masyarakat. Masalah-masalah yang timbul di dalam kehidupan antar manusia sebenarnya berakar pada kesalahpahaman pengertian dan adanya miskomunikasi. Ketika berkomunikasi seringkali terjadi kesalahan baik dalam organisasi maupun dalam kehidupan sosial.

Menurut Suhendi (2001:102), “Dengan adanya komunikasi manusia yang tadinya

tidak tahu apa-apa, kemudian belajar memahami nilai yang ada dalam

kelompoknya.” Untuk menjadi anggota dapat diterima di lingkungan kelompoknya, seseorang memerlukan suatu kemampuan untuk menilai objektif perilaku sendiri dalam pandangan orang lain. Apabila sudah sampai pada tingkat tersebut, seseorang sudah memiliki apa yang disebut konsep diri. Konsep diri terbentuk dan berkembang melalui proses sosialisasi dengan cara berinteraksi


(6)

dengan orang lain. Salah satu tanda orang yang sudah memiliki konsep diri ialah mereka yang sudah terbiasa bertindak sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik bagi suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi, bahwa komunikasi organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Teori peran komunikasi dalam organisasi oleh Fayol's Gangplank Concept (1949), disebutkan bahwa komunikasi dalam organisasi membuat alur pintas agar komunikasi lebih efektif daripada menggunakan komunikasi berdasar struktur. Sehingga komunikasi organisasi dapat membuat hubungan antar individu-individu dalam suatu organisasi menjadi lebih bermakna dan efisien.

Adapun jenis-jenis peranan komunikasi organisasi berikut:

1. Sebagai pembentuk iklim organisasi yakni yang menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi.

2. Membangun budaya organisasi yakni nilai dan kepercayaan yang menjadi titik sentral organisasi. Tujuan komunikasi dalam organisasi adalah mutual understanding, dalam arti mencoba mencari saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebut.


(7)

Dalam komunikasi organisasi terdapat suatu iklim komunikasi organisasi yang merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku anggota organisasi. Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku, dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial.

Aktivitas komunikasi dapat membentuk dan merubah sikap seseorang, kelompok bahkan massa. Oleh karena sikap merupakan predisposisi terhadap perilaku, maka pembentukan dan perubahan sikap adalah hasil dari upaya orang untuk mempengaruhi sikap orang lain seperti melalui komunikasi, persuasi, indoktrinasi, bahkan cuci otak. Proses perubahan dan atau pembentukan sikap terjadi melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Adopsi, Pesan yang berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu . Misalnya seseorang mempunyai sikap fanatik terhadap produk tertentu dan mersa tidak nyaman atau bahkan tidak aman kalau tidak menggunakan produk dimaksud;.

2. Diferensiasi, yaitu sikap yang mampu membedakan obyek-obyek sebagai akibat dari perkembangan fisik dan mental termasuk pengalamann seseorang dalam kehidupannya;.

3. Integrasi, yaitu pembentukan sikap yang terjadi secara bertahap setelah orang menerima berbagai pesan atau informasi melalui berbgai kegaiatan komunikasi termasuk media yang digunakan tentang sesuatu obyek;


(8)

4. Trauma, yaitu pembentukan sikap yang diakibatkan oleh pengalam yang tiba-tiba-mengejutkan dan meninggalkankesan mendalam pada jiwa seseorang.

Sikap juga dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar. Dalam proses belajar tidak terlepas dari proses komunikasi dimana terjadi proses tranfer pengetahuan dan nilai. Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa. Menurut Bloom, serendah apapun tingkatan proses kognisi siswa dapat mempengaruhi sikap (Munandar, 1999). Namun demikian, tingkatan kognisi yang rendah mungkin saja dapat mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah pengaruhnya dan sikap cenderung labil. Melalui proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, pengalaman, dan nilai ke dalam otak sasaran didik, pada gilirannya akan menjadi referensi bagi mereka dalam menanggapi obyek atau subyek di lingkungannya.

Komunikasi organisasi dalam hal ini pun dapat berperan dalam pembentukan sikap kemandirian remaja. Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dan teman sebaya. Proses sosialisasi tersebut dapat terjadi di dalam suatu wadah organisasi. Hurlock (1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan angota keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk


(9)

mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.

Remaja dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain. Mereka sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orang tua maka dari segi ekonomi (biaya sekolah) remaja akan terjamin karena orang tua pasti akan membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orang tua bisa jadi orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya.

Situasi seperti di atas tentunya akan menimbulkan konflik pada diri sendiri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustrasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orangtuanya atau orang lain di sekitarnya.Frustrasi dan kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain dan dapat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan remaja tersebut karena akan menghambat tercapainya kedewasaan dan kematangan kehidupan psikologisnya. Oleh karena itu,


(10)

pemahaman orang tua terhadap kebutuhan psikologis remaja untuk mandiri juga sangat diperlukan dalam upaya mendapatkan titik tengah penyelesaian konflik-konflik yang dihadapi remaja, selain itu diperlukan juga wadah sosialisasi bagi remaja yang dapat menjadi media untuk membentuk sikap kemandirian mereka.

Keterlibatan remaja dalam suatu organisasi, melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah misalnya, dapat memancing pembentukan sikap kemandirian remaja. Melalui keikutsertaan remaja dalam suatu organisasi, mereka dilatih untuk bersosialisasi, sehingga mereka belajar menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Selain itu dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya. Melalui organisasi, seorang remaja akan belajar untuk bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya bila tidak memenuhi tanggung jawab tersebut.

Conger (1997:8), dalam buku “Perkembangan dan kepribadian anak”, menyatakan dengan memiliki percaya diri dan kemandirian yang baik maka dalam berkomunikasi anak akan baik pula misalnya anak akan dapat :

1. Mendengarkan orang lain dengan tenang dan perhatian.

2. Bisa berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis latar belakang.

3. Tahu kapan dan bagaimana pokok pembicaraan.

4. Memakai komunikasi non verbal secara efektif selain dengan bahasa verbalnya.

5. Membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain. 6. Berbincang dengan memakai nalar dan secara fasih.


(11)

7. Berbicara di depan umum tanpa rasa takut.

Sikap kemandirian remaja dapat dibentuk melalui keterlibatan mereka dalam suatu organisasi dalam hal ini organisasi pramuka. Kepramukaan di lingkungan SMP atau gugus depan yang bernaung di lingkungan SMP, memiliki peserta didik yang tingkatan umurnya antara 11-15 tahun yang dikelompokan dalam pasukan penggalang. Ciri dari kepramukaan di lingkungan SMP memiliki ciri komunikasi organisasi informal dalam hal penyampaian materi kepada peserta didik. Di dalam kegiatan pasukan penggalang, salah satunya adalah penjelajahan alam oleh pasukan penggalang yang dapat mengembangkan dan membina keterampilan manajerial yang diwujudkan dengan memecahkan masalah melalui kelompok.

Adapun kegiatan lainnya yakni “pionerring” ataukegiatan yang berkaitan dengan tali menali, dalam hal ini setiap regu dalam pasukan penggalang dituntut bekerja sama dalam tim untuk menyelesaikan pembuatan gapura atau tandu dari bambu yang diikat dengan tali. Melalui kegiatan seperti itu, seorang anak terbiasa untuk bertanggung jawab dan berani mengambil risiko.

Gerakan Pramuka merupakan wadah pendidikan non formal yang memiliki tanggungjawab dalam rangka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual, kemandirian dan fisiknya sehingga menjadi sosok berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur serta warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, penulis memilih pramuka sebagai objek penelitian, karena dalam


(12)

kegiatan pramuka penggalang juga, anak didik diajarkan dan dilatih untuk mandiri.

Untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi organisasi dalam menumbuhkan sikap, maka penulis mengangkat peranan komunikasi organisasi di lingkungan kegiatan pramuka pada SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dalam membentuk sikap kemandirian remaja sebagai objek penelitian. Penulis menggunakan Organisasi pramuka yang terdapat pada SMP Kartika II-2 karena berdasarkan rekomendasi dari Kwartir Daerah Provinsi Lampung, pramuka di SMP tersebut merupakan organisasi pramuka yang berprestasi, dapat ditunjukkan dengan keaktifan murid-muridnya dalam organisasi pramuka tersebut dan sering memenangkan perlombaan yang mereka ikuti. Adapun kegiatan dan perlombaan yang pernah diraih sebagai berikut:

Tabel 1. Laporan Kegiatan Dan Prestasi Gugus Depan Bandar Lampung 01.017–

01.018 Paksi Jaya Sakti Periode 2006–2010:

NO. WAKTU KEGIATAN JENIS KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN/ PRESTASI 1 05 Januari

2006

Lomba Tingkat I

SMP Kartika II-2

Juara 1 Putra Juara 1 Putri

2 Juli 2006 Jambore

Nasional

Batu Raden Jateng

Putra: Anugerah R.R. Putri: Riska Gustiani

3 17-18

November 2006

Lomba Tingkat II

SMA N. 2 B. Lampung

Juara 1 Putra Juara 1 Putri 4 1-3 Desember

2006

Lomba Tingkat III

Bupercab Kota B. Lampung

Juara 2 Putra Juara 1 Putri

5 26-30

Desember 2006

Lomba Tingkat IV

Lap. TNI AU Tulang Bawang

Juara 1 Putri

6 Februari 2007

HUT IAIN B. Lampung

IAIN Raden Intan B. Lampung

Juara 3 Lomba PBB Putra


(13)

7 24 Juni–1 Juli 2007

Lomba Tingkat V

Cibubur Juara VI

8 18–27 Oktober 2008

Jambore ASEAN

Cibubur Regu Daun Singkong (tergabung dalam kontingen RI) 9 8 November

2008 Lomba SSC (Sigma Scout Competition) Al-Kautsar B. Lampung

Juara 2 Tenda Apung putra

Juara 2 Tenda apung putra

10 7 November 2009

Lomba SSC Al-Kautsar B.Lampung

Juara I Pionerring Putri

Juara II Pionerring Putra

Juara I PBB Putri Juara I PBB Putra Juara umum 11 28 Februari

2010

Gebyar Pramuka PTPN VII Juara I Pionerring Putri

Juara II Pionerring Putra

Juara I PBB Putri Juara I senam pramuka Juara umum

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

“Seberapa besar peranan komunikasi organisasi pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian remaja?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar peranan komunikasi organisasi di lingkungan kegiatan pramuka pada SMP Kartika II-2 B.Lampung dalam menumbuhkan sikap kemandirian remaja.


(14)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis:

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu komunikasi khususnya penelitian ilmu komunikasi organisasi berkaitan dengan peranan komunikasi organisasi, dalam penelitian ini yakni peranan komunikasi organisasi pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian, yaitu melalui kajian komunikasi vertikal (antara pembina pramuka–anggota) dan komunikasi horizontal (antara anggota - anggota ).

1.4.2 Kegunaan Praktis:

Dapat memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai cara menumbuhkan sikap kemandirian anaknya melalui pendidikan non formal yaitu organisasi pramuka.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Komunikasi Organisasi

1. Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis atau common dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna, ‘commonness’ atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, kutipan dari Kathleen K Reardon dalam S. Djuarsa Sendjaja (1999:132)

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication menguraikan adanya 3 model dalam komunikasi :

a. Model Komunikasi Linier.

Yaitu pandangan komunikasi satu arah (one-way view of communication). Dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan


(16)

melakukan respon atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi atau interpretasi. Contoh dalam komunikasi linier ini adalah teori jarum suntik (hypodermic needle theory).

b. Model Komunikasi Interaksional.

Model ini merupakan kelanjutan dari pendekatan linier. Pada model interaksional, diperkenalkan gagasan tentang umpan balik (feedback). Dalam model ini, penerima (receiver) melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respon terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi dalam model ini, dipertimbangkan sebagai proses dua arah (two-way) ataupun cyclical process, dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai sender, namun pada waktu yang lain berlaku sebagireceiver, penerima pesan.

c. Model Komunikasi Transaksional.

Model ini hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) diantara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satu pun yang tidak dapat dikomunikasikan. S.Djuarsa Sendjaja (1999:132)

2. Organisasi

Dikemukakan oleh James D. Mooney dalam T. Hani Handoko (1997:47) mendefinisikan organisasi sebagai sekelompok, dua atau lebih, orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. Dengan kata lain organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melaui suatu hierarki jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.


(17)

Dari pengertian tersebut dapat digambarkan bahwa didalam suatu organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas, seperti ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Disamping itu, dalam organisasi juga mensyaratkan adanya pembagian kerja dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. S.Djuarsa Sendjaja (1999:132)

3. Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi merupakan proses pertukaran pesan dalam jaringan komunikasi formal dimana pesan yang disampaikan mengalir dari atas ke bawah (komunikasi ke bawah) atau dari bawah ke atas (komunikasi ke atas) dan pesan yang mengalir dari tingkat otoritas atau level yang sama (komunikasi horizontal) dan juga pesan yang mengalir diantara orang-orang dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun bawahan satu dengan yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda (komunikasi lintas saluran). Menurut Godhaber yang dikutip oleh Arni muhammad (2005: 67), memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai

berikut : “organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with enviromental uncertainty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan


(18)

yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu:

a. Proses.

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan suatu proses.

b. Pesan.

Yang dimaksud dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi, yaitu :

1. Pengklasifikasian pesan menurut bahasa, dapat dibedakan atas pesan verbal atau nonverbal.

2. Klasifikasi pesan menurut penerima yang diharapkan dapat dibedakan atas pesan internal dan pesan eksternal.

3. Klasifikasi pesan menurut bagaimana pesan itu disebarluaskan atau metode difusi.


(19)

c. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya dua orang atau beberapa orang atau keseluruhan organisasi.

d. Keadaan saling tergantung.

Konsep kunci komunikasi organisasi keempat adalah keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka.

e. Hubungan.

Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka berfungsinya bagian-bagian ini terletak pada tangan manusia. Oleh karena itu, hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari.

f. Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal (personalia/karyawan, staff, golongan fungsional dari organisasi dan komponen organisasi lainnya) dan lingkungan eksternal (langganan, saingan dan teknologi).


(20)

g. Ketidakpastian.

Yang dimaksud ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Ketidakpastian dalam suatu organisasi disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka.

2.2 Komunikasi Organisasi dan Jenis-jenis Peranannya

Komunikasi dalam organisasi adalah kelaziman untuk mengatur hubungan antar individu dan kelompok. Setiap organisasi menetapkan peran (roles) kepada masing-masing anggota baik laki-laki atau perempuan agar peran-peran itu kemudian dioperasionalkan ke dalam tugas (task) dan fungsi (function). Menurut Aloliliweri (1997), komunikasi organisasi adalah bagaimana sebuah organisasi demi kepentingan organisasi dan mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung perilaku individu maupun sosial terhadap organisasi.

Jenis-jenis peranan komunikasi organisasi:

1. Sebagai pembentuk iklim organisasi yakni yang menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi.

2. Sebagai pembentuk budaya organisasi yakni nilai dan kepercayaan yang menjadi titik sentral organisasi.


(21)

Maka dapat disimpulkan bahwa peranan komunikasi dalam organisasi adalah sebagai pembentuk iklim organisasi dan pembentuk budaya organisasi sehingga terbangun mutual understanding, dalam arti mencoba mencari saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebut sehingga membangun hubungan antar individu dalam organisasi menjadi lebih bermakna dan efisien. Terkait dengan peranan dalam menumbuhkan sikap, komunikasi organisasi sebagai pembentuk iklim organisasi dapat merangsang proses kognisi individu yang terdapat di dalam suatu organisasi yang cenderung dapat menumbuhkan sikap apabila terus menerus dilakukan.

2.3 Sikap Kemandirian

Sikap adalah kesiapan seseorang atau individu untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Menurut teori Anita Lie (2004 : 2) dan Sarah Prasasti (2004 : 3), kemandirian adalah perilaku yang menentukan bagaimana kita bereaksi terhadap situasi setiap hari yang memerlukan beberapa jenis keputusan bersifat moral dan merupakan sikap yang harus dikembangkan seorang anak untuk bisa menjalani kehidupan tanpa ketergantungan ke orang lain.

Kemandirian, menurut Sutari Imam Barnadib (1982), meliputi "perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:


(22)

a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya. d. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145).

Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53).


(23)

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat. Menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.

Menurut Kartini Kartono (1985:21) kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dariorang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.


(24)

Ciri-ciri Kemandirian

Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Chabib Thoha (1993:123) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi: ada rasa tanggung jawab, memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen, adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain, adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.

Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter (1975) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi b. Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain c. Menunjukkan rasa percaya diri

d. Mempunyai rasa ingin menonjol

Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain:

a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal.

b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan padanya, tanpa mencari pertolongan dari orang lain.

c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya.


(25)

e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan yang dihadapi.

f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan merasa senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan orang lain.

Robert Havighurst (1972) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

a. Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

b. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

c. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

d. Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap.


(26)

Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Reber (1985) bahwa : kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut seorang diharapkan akan lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

2.4 Sikap Kemandirian Remaja

Sikap kemandirian remaja yaitu sikap positif yang ada dalam diri atau dimiliki oleh seorang remaja untuk melakukan perbuatan tertentu dalam memenuhi kebutuhan yang timbul atau ada dalam dirinya. Remaja yang mandiri pada dasarnya adalah remaja yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang remaja yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain, dan tampak spontan.

Ada beberapa ciri khas remaja yang mandiri, antara lain mempunyai kecenderungan memecahkan masalah daripada berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat masalah, tidak takut mengambil risiko karena sudah mempertimbangkan baik buruknya, percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit


(27)

bertanya atau meminta bantuan, dan mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya.

Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dan teman sebaya. Hurlock (1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan angota keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.

Pembentukan kemandirian tentunya lebih mudah jika dilatih sejak usia dini. Orang tua yang ingin punya anak mandiri selain memahami konsep pengembangannya juga perlu memiliki mental yang kuat, karena cukup banyak orang tua yang gagal walaupun dalam tataran konseptual sudah mengetahui. Salah satu sikap mental yang perlu dikembangkan adalah tidak mudah khawatir.


(28)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian:

a. Faktor Internal ialah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti:

1. Keturunan

Hasan Basri (2000:53), mengemukakan bahwa keadaan keturunan sangat menentukan mandiri atau tidaknya seseorang, keadaan keturunan tersebut meliputi sifat dasar yang dimiliki oleh orangtua, misal: bakat, potensi, intelektual, dan potensi pertumbuhan tubuhnya. Jadi dalam hal ini orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi dapat melahirkan atau menurunkan sifat mkemandiriannya pada anak.

Menurut Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004:118), bahwa sifat kemandirian seorang remaja bukan hanya diturunkan oleh orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi, melainkan sikap orangtuanya, yaitu bagaimana cara orangtua mendidik anaknya

2. Pengalaman

Hurlock (1978:256), mengemukakan bahwa pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi dewasa. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah.


(29)

Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004: 184-185), bahwa ada dua jenis pengalaman, yaitu pengalaman yang menyehatkan di mana peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai suatu yang mengenakkan, mengasyikkan dan bahkan dirasa ingin mengulanginya kembali. Adapun pengalaman traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan, sehingga individu tersebut tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. Individu yang mangalami traumatik cenderung ragu-ragu, kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa takut untuk melakukan segala sesuatunya sendiri.

3. Kematangan

Dalam melakukan tugas-tugas perkembangan anak, harus disesuaikan dengan tingkat kematangan. Menurut Andi Mappiere (1982:43), bahwa kematangan yang dimaksud yakni di mana fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Jadi pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kamatangan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, faktor tersebut antara lain :


(30)

1. Lingkungan Keluarga

Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:94), mengemukakan bahwa keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan sebagai landasan atau dasar untuk perkembangan remaja dimasa selanjutnya. Dalam proses perkembangannya dibutuhkan sejumlah faktor dari dalam keluarga tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri, dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut, dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya.

Berbicara mengenai keluarga, tidak terlepas dari peranan orangtua dalam hal ini pola asuh orangtua. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Ali & Moh. Asrori (2004: 118-119), bahwa orangtua yang menciptakan suasana aman dalam berinteraksi di dalam keluarga, dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Jadi pola asuh orangtua di sini, memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kemandirian remaja, karena dalam pola asuh orangtua akan terkait dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan orangtua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Anne Kartawijaya & Kay Kuswanto (2004: 1-3), kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri dapat dibentuk ketika anak masih kecil, misal dalam membentuk kebiasan tidur ataupun makan, yaitu apa dan bagaimana yang harus di lakukan anak sebelum dan sesudah kegiatan tersebut di lakukan. Sedangkan rasa percaya diri terbentuk ketika remaja di berikan kepercayaaan untuk melakukan sesuatu hal yang mampu ia kerjakan sendiri,


(31)

tanpa harus memberi peraturan yang ketat. Namun diperlukan pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari orang tua.

Selain itu, disiplin juga berpengaruh sekali dalam membentuk remaja menjadi mandiri, karena dengan disiplin yang diterapkan oleh orangtua, secara tidak langsung anak menjadi disiplin, namun disiplin tersebut harus konsisten dan konsekuen serta tetap dalam bimbingan dan pengawasan orangtua. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari, misal dengan memberi kesempatan pada remaja untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimilikinya, dalam hal ini orangtua harus memberikan pujian (reward) kepadanya. Dengan cara ini seorang remaja merasa disayangi dan merasa dibutuhkan dalam keluarga, dalam situasi demikian anak merasa aman, dihargai, dan disayangi, anak tidak merasa takut untuk menyatakan dirinya, pendapatnya, maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian dapat berkembang dengan baik, jika diberi kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini.

Seperti yang dikemukakan oleh Munif P. & Anwar.S (1999:117), bahwa kemandirian seorang remaja akan terbentuk, jika diberi kesempatan dan latihan dalam lingkungan keluarga, misalnya: membersihkan, menyimpan dan menata pakaian sendiri, merawat kendaraan sendiri, membersihkan kamar sendiri. Membantu pekerjaan bapak/ibu yang mungkin bisa


(32)

dilakukan, menentukan jenis sekolah yang dikehendakinya, dan menentukan sendiri jenis pekerjaan yang hendak dipilihnya.

Dalam memberi kesempatan dan latihan kepada remaja, orangtua tidak terlalu campur tangan bila keadaan belum memaksa, atau diperkirakan membahayakan keselamatan dan kesehatan. Di samping itu pula orangtua juga harus menghindari sikap yang terlalu menuntut kesempurnaan terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan orangtua, karena sikap orangtua yang terlalu menuntut, memerintah, menghukum, mengontrol, mengancam, membatasi, mengomando, tanpa memberi kesempatan pada remaja untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri, serta mengembangkan sendiri norma-norma dalam dirinya, anak menjadi tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri pada kemampuannya, hal ini akan berpengaruh pada kemandiriannya. Jadi dalam hal ini, orangtua harus bersikap bijaksana baik dalam pemberian tugas, pengambilan keputusan, memberi pilihan ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja.

2. Lingkungan Sekolah

Syamsu Yusuf (2004: 54-55), mengemukakan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya. Di sekolah, seorang remaja dapat berlatih untuk bersosialisasi dengan teman sejawatnya atau dengan gurunya. Selain itu, saat ini sekolah tidak hanya merupakan tempat pendidikan formal


(33)

saja, melainkan terdapat wadah untuk remaja / murid-murid mengembangkan potensinya melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, PMR, Paskibra, dll. Melalui wadah tersebut, kemampuan anak untuk mandiri juga dapat dibentuk, seperti halnya dari kegiatan pramuka, remaja akan dilatih untuk bersikap bertanggung jawab, berinisiatif, berani mengambil risiko, dan dapat mengambil keputusan.

2.5 Peranan komunikasi organisasi dalam menumbuhkan sikap kemandirian remaja

Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar. Dalam proses belajar tidak terlepas dari proses komunikasi dimana terjadi proses tranfer pengetahuan dan nilai. Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa. Menurut Bloom, serendah apapun tingkatan proses kognisi siswa dapat mempengaruhi sikap (Munandar, 1999). Namun demikian, tingkatan kognisi yang rendah mungkin saja dapat mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah pengaruhnya dan sikap cenderung labil, sehingga proses kognisi yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap secara signifikan. Melalui proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, pengalaman, dan nilai ke dalam otak sasaran didik, pada gilirannya akan menjadi referensi dalam menanggapi obyek atau subyek di lingkungannya.

(Dikutip dari:http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=51&display=0&entry=4, diakses tanggal 12 Desember 2009)


(34)

Dalam komunikasi organisasi terdapat saluran komunikasi vertikal dan saluran komunikasi horizontal. Setiap pertukaran pesan dalam masing-masing saluran tersebut dapat memengaruhi dan tak sedikit juga yang dapat membentuk sikap seseorang. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun sebagai penerima komunikasi. Begitu pula dengan sikap kemandirian dapat dibentuk dari komunikasi sosial yang terjadi dalam organisasi, komunikasi sosial berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain. Pengetahuan dan pengalaman yang didapat seorang remaja melalui kegiatan komunikasi organisasi juga dapat merangsang pembentukan sikap kemandirian.

Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat para ahli perkembangan yang menyatakan: "Berbeda dengan kemandirian pada masa anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih bersifat psikologis, seperti membuat keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku sesuai dengan keinginannya".


(35)

Keterlibatan remaja dalam suatu organisasi, dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah misalnya, dapat memancing pembentukan sikap kemandirian remaja. Melalui keikutsertaan remaja dalam suatu organisasi, mereka dilatih untuk bersosialisasi, sehingga remaja belajar menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Selain itu dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya. Melalui organisasi, anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya bila tidak memenuhi tanggung jawab tersebut.

2.6 Ciri Organisasi Pramuka

Pramuka merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.

“Pramuka” merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang meliputi; pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak dan pramuka pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu pembina pramuka, andalan, pelatih, pamong saka, staf kwartir dan majelis pembimbing.

1. Sifat

Lambang pramuka Indonesia yaitu tunas kelapa. Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark, maka pramuka mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu:


(36)

a. Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

b. Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan / agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.

c. Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja, yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepanduan.

2. Fungsi

Dengan landasan uraian di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda

Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan permainan, jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik.

b. Pengabdian bagi orang dewasa

Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini


(37)

mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.

c. Alat bagi masyarakat dan organisasi

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya.

3. Tujuan

Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia dengan tujuan agar:

a. anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya. b. anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya. c. anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.

d. anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara.


(38)

Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

4. Tugas Pokok

Tugas pokok Gerakan Pramuka adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia, menuju ke tujuan Gerakan Pramuka, sehingga dapat membentuk tenaga kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan tersebut Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya.

Karena kepramukaan bersifat nasional, maka gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka disesuaikan dengan kepentingan nasional. Kepentingan nasional bangsa Indonesia ini tercantum dalam Garis Besar Haluan Negara, yang merupakan Ketetapan MPR. Gerakan Pramuka dalam ikut membantu pelaksanaan GBHN tersebut selalu mengikuti kebijakan Pemerintah dan segala peraturan perundang-undangannya.

Gerakan Pramuka hidup dan bergerak di tengah masyarakat dan berusaha membentuk tenaga kader pembangunan yang berguna bagi masyarakat. Karenanya Gerakan Pramuka harus memperhatikan pula keadaan, kemampuan, adat dan harapan masyarakat, termasuk orang tua anggota Pramuka, sehingga


(39)

Gerakan Pramuka terutama pada satuan-satuannya dapat menyiapkan tenaga Pramuka sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua anggotanya dan masyarakat di lingkungannya.

2.7 Organisasi Pramuka di lingkungan sekolah

1. Ciri Umum

Kegiatan Pramuka pada dasarnya bukan berdasarkan tingkatan pendidikan sekolah, tetapi secara umum kelompok umur bagi peserta didik pramuka yang berada di lingkungan sekolah adalah kisaran antara 7 – 18 tahun dengan tingkatan siaga, penggalang dan penegak. Adapun wadah yang dijadikan untuk penyelenggaran kepramukaan yakni gugus depan.

Gugus depan (Gudep) adalah suatu kesatuan organik terdepan dalam gerakan pramuka yang merupakan wadah untuk menghimpun Gerakan Pramuka dalam penyelenggaraan kepramukaan, serta sebagai wadah pembinaan bagi anggota muda dan anggota dewasa muda. Kepramukaan merupakan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip dasar Kepramukaan dan metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur. Anggota muda adalah anggota biasa yang terdiri atas Pramuka Siaga, Pramuka


(40)

Penggalang, dan Pramuka Penegak. Anggota Dewasa Muda adalah anggota biasa yaitu Pramuka Pandega.

Adapun tujuan dari Gudep, Gudep dibentuk dengan tujuan untuk membina dan mengembangkan sumber daya kaum muda melalui kepramukaan agar menjadi warga negara yang berkualitas, yang mampu memberikan sumbangan yang positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik lokal, nasional, maupun internasional. Struktur Organisasi Gugusdepan terdiri atas:

1. Perindukan siaga, 2. Pasukan Penggalang, 3. Ambalan Penegak, 4. Racana Pandega, 5. Tim Pembina Satuan, 6. Pembina Gugusdepan,

7. Dewan Kehormatan Gugusdepan,

8. Badan Pemerikasa Keuangan Gugusdepan, 9. Mabigus.

2. Ciri Organisasi Pramuka di tingkat sekolah SMP

Gerakan Pramuka menghimpun anggotanya dalam satuan dan kwartir. Satuan terdepan dalam pembinaan peserta didik adalah Gugusdepan. Dalam Gugusdepan yang lengkap terdapat Perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak dan Racana Pandega. Pada tingkat sekolah SMP,


(41)

Gugusdepan dinamakan Pasukan Penggalang. Pasukan Penggalang merupakan tempat pembinaan Pramuka berusia 11 sampai 15 tahun, yang disebut Pramuka Penggalang. Pembentukan Pasukan ini bertujuan untuk memudahkan penghimpunan, pengelolaan penggerakan dan pengarahan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pramuka penggalang untuk mencapai tujuannya.

Ditinjau dari perkembangan jiwanya anak seusia Pramuka Penggalang termasuk dalam remaja awal dan memliki karakteristik di antaranya sebagai berikut:

1. Berfikir abstrak

2. Mampu berfikir dengan hipotesis atau penelitian

3. Berfikir kritis dan analisis yang dapat menemukan sintesa dengan baik: dapat menilai apakah maksud yang ada pada orang lain baik atau buruk serta dapat menilai perilaku seseorang berdasarkan maksud yang didasari perilaku tersebut.

4. Mau menyenangkan orang lain

5. Adanya dorongan kuat untuk ekspansi diri dan bertualang 6. Suka hal-hal yang penuh tantangan

7. Berkelompok dengan teman sebaya yang sama kebutuhannya. 8. Loyal dan solider terhadap kelompok

9. Menyukai permainan kelompok, tim, olah raga

Pasukan Penggalang terdiri atas paling banyak 40 orang Pramuka Penggalang. Satu pasukan dibagi menjadi beberapa satuan terkecil yang disebut regu. Tiap


(42)

regu terdiri atas 5 sampai 10 orang Pramuka Penggalang. Pembentukkan regu dilakukan oleh dan atas pilihan Penggalang sendiri, sesuai dengan keinginannya bergerombol dengan teman yang disenanginya. Regu memakai nama regu yang dipilih oleh anggota regu itu. untuk regu putra digunakan nama binatang dan regu putri nama bungan atau tumbuh-tumbuhan. Tiap regu diberi tanda bendera regu, bergambar sesuai dengan nama regunya.

Pasukan Penggalang dibina oleh seorang pembina penggalang dibantu oleh paling banyak dua orang pembantu pembina penggalang. Pembina penggalang sedikitnya berusian 21 tahun dan pembantu pembina penggalang berusia sedikitnya 16 tahun. Pembina dan pembantu pembina penggalang putra harus dijabat oleh seorang pria, dan untuk pramuka penggalang putri harus dijabat oleh seorang wanita.

Setiap regu dalam pasukan penggalang dipimpin oleh pemimpin regu secara bergiliran. Pemimpin regu dipilih oleh dan dari anggota regu itu dan seorang pemimpin regu menunjuk wakilnya dari anggota regu tersebut. Para pemimpin regu memilih salah seorang di antara pemimpin regu sebagai pemimpin regu utama yang biasa dipanggil Pratama.

Untuk pendidikan kepemimpinan para pramuka penggalang diadakan Dewan Pasukan Penggalang yang disingkat Dewan Penggalang. Dewan Penggalang terdiri atas:


(43)

b. Para wakil pemimpin regu c. Pemimpin regu utama d. Pembina penggalang

e. Para pembantu pembina penggalang

Dewan Penggalang mengadakan rapat sebulan sekali. Ketua Dewan Penggalang adalah Pratama, Sekretaris dan Bendahara dijabat secara bergilir di antara anggota Dewan Penggalang. Pembina dan Pembantu Pembina Penggalang, bertindak sebagai penasehat, pengarah dan pembimbing serta mempunyai hak mengambil keputusan tersebut. Dalam satuan pasukan Penggalang terdapat dewan kehormatan, yang tugasnya yakni untuk membina kepemimpinan dan rasa tanggung jawab dibentuk Dewan Kehormatan Pasukan Penggalang. Hubungan antara Pembina dan Peserta didik di pasukan Penggalang adalah seperti hubungan kakak dan adiknya. Karena itu para pembina sehari-hari dipanggil Kakak atau disingkat Kak.

3. Ciri Komunikasi Organisasi Pramuka di lingkungan SMP dalam menumbuhkan kemandirian remaja

Kepramukaan di lingkungan SMP atau gugus depan yang bernaung di lingkungan SMP, memiliki peserta didik yang tingkatan umurnya antara 11-15 tahun yang dikelompokan dalam pramuka penggalang. Komunikasi Organisasi Pramuka di lingkungan SMP cenderung bersifat informal dalam hal penyampaian materi kepada peserta didik. Pada pramuka penggalang,


(44)

kelompoknya bernamakan regu, 1 regu dipimpin oleh seorang pemimpin regu yang dipilih dari anggota regu.

Dalam komunikasi organisasinya, pramuka di lingkungan SMP terdapat saluran komunikasi vertikal yaitu antara pembina dan peserta didik (anggota pasukan penggalang), dan saluran komunikasi horizontal antara ketua regu dan anggota, ataupun anggota dengan anggota. Dalam komunikasi vertikal misalnya, pembina biasanya memberi pesan berupa pengarahan-pengarahan kepada peserta didiknya mengenai segala macam pembelajaran yang berkaitan dengan pramuka, misalnya peserta didik di bimbing untuk kerja sama dalam tim atau kelompok, regu atau regu kerja, kesempatan baik untuk bekerja sama mencapai suatu tujuan. Sedangkan komunikasi horizontal dalam organisasi ini dapat dilihat dari komunikasi antara ketua regu dan anggota atau sesama anggota, misalnya dalam salah satu kegiatan, setiap regu diberi tugas untuk mengumpulkan bendera yang telah diletakkan di titik-titik tertentu, dari contoh kegiatan seperti itu, komunikasi organisasi horizontal antara mereka terjadi karena mereka dituntut untuk saling bertukar pendapat dan bekerja sama untuk menemukan dimanakah bendera-bendera tersebut diletakkan.

Sikap kemandirian remaja dapat dibentuk melalui keterlibatan mereka dalam suatu organisasi dalam hal ini organisasi pramuka. Kepramukaan di lingkungan SMP atau gugus depan yang bernaung di lingkungan SMP, memiliki peserta didik yang tingkatan umurnya antara 11-15 tahun yang dikelompokan dalam pasukan penggalang. Ciri dari kepramukaan di lingkungan SMP memiliki ciri


(45)

komunikasi organisasi informal dalam hal penyampaian materi kepada peserta didik. Di dalam kegiatan pramuka pasukan penggalang, salah satunya adalah penjelajahan alam pramuka yang merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan dan membina keterampilan manajerial yang diwujudkan dengan memecahkan masalah melalui kelompok. Sedikit perbedaan dengan pramuka siaga, pada kepramukaan penggalang, penyampaian materi kepada peserta didik lebih sering dilakukan oleh kakak penegak, yang merupakan tingkatan pramuka lebih tinggi dari pramuka penggalang.

Salah satu cara membentuk sikap mandiri remaja adalah melalui memberi tanggung jawab kepada mereka dan menerima konsekuensinya. Melalui kegiatan penjelahan alam dan berkemah oleh pramuka pasukan penggalang misalnya, seorang remaja berlatih untuk berani, memecahkan permasalahan melalui kelompok, dan berlatih untuk mengambil suatu keputusan. Dalam suatu artikel yang ditulis oleh Swisma padawww.harian-global.comtanggal 18 Februari 2010, mengutip pendapat dari kepala sekolah SMPN 3 Jalan Pelajar Medan yang juga merupakan pembina pramuka di sekolah tersebut bahwa kegiatan pramuka di manapun dapat membentuk karakter kepribadian dan kemandirian seseorang. Terutama membina kreativitas dan keberanian serta moral pelajar. Sebab dalam kepramukaan ditanamkan Dasa Dharma Pramuka yang menjadi salah satu roh dan spirit, sehingga mampu membentuk karakter dan kemandirian bagi anggotannya.


(46)

Adapun kegiatan lainnya dalam pramuka yakni mengenai pertolongan atau sering disebut keterampilan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) yang merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman kepeduliannya terhadap orang lain dan masyarakat. Keterampilan PPPK ini juga merupakan alat pendidikan bagi para pramuka sesuai dan selaras dengan perkembangannya agar mampu menjaga kesehatan dirinya dan keluarga serta lingkungannya, dan mempunyai kemampuan yang mantap untuk menolong orang lain. Dalam kaitannya dengan kemandirian, seorang anggota pramuka dapat menolong orang lain apabila ia telah dapat mandiri untuk dirinya sendiri terlebih dahulu sehingga dapat menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan.

2.8 Kerangka Pemikiran

Didalam suatu organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan atau kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti ketua umum, sekretaris, bendahara dan anggota. Dalam penyelenggaraan organisasi tersebut diperlukan adanya interaksi sosial atau kontak yang baik antara pimpinan dan anggota atau antar sesama anggota, dimana hal tersebut bisa terbentuk dengan adanya komunikasi. Komunikasi dalam organisasi dikembangkan dalam empat arah, yaitu :

1. Komunikasi ke bawah (downward communication).

Informasi berpindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang otoritasnya lebih rendah. Biasanya berupa


(47)

tugas-tugas dan pemeliharaan yang berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.

2. Komunikasi ke atas (upward communication).

Informasi yang bergerak dari suatu jabatan yang otoritasnya lebih rendah kepada orang yang otoritasnya lebih tinggi. Berupa penjelasan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan, saran atau ide yang dapat membangun organisasi, pernyataan pikiran dan perasaan anggota mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi.

3. Komunikasihorizontal.

Informasi yang bergerak diantara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya.Berupa tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

4. Komunikasi lintas saluran.

Informasi yang bergerak diantara orang-orang dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun bawahan satu dengan yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda.

Kegiatan komunikasi yang berlangsung baik dan lancar dalam suatu organisasi akan menghasilkan suatu hubungan yang harmonis, antara ketua dan anggota, dan antar sesama anggota. Sebab dengan komunikasi ini, anggota organisasi bisa saling berbagi pendapat, bertukar informasi mengenai masalah-masalah dalam seputar kegiatan dalam organisasi tersebut, sehingga dapat melatih seorang untuk


(48)

berusaha memecahkan masalah di dalam kelompok dan selanjutnya dapat merangsang pertumbuhan sikap kemandirian dalam diri mereka.

Salah satu organisasi yang dapat merangsang seorang remaja untuk berpikir kreatif, berinisiatif, berani mengambil risiko, dan berusaha memecahkan masalah dalam kelompok organisasi yaitu organisasi pramuka. Organisasi pramuka merupakan organisasi yang edukatif sarat dengan kegiatan yang berhubungan dengan penjelajahan alam, berhubungan dengan masyarakat sosial, dan penuh tantangan sehingga dapat memacu seorang anak untuk berpikir kreatif, inovatif, dan mampu untuk memecahkan masalah. Melalui salah satu kegiatannya yakni kegiatan bercerita dalam pasukan penggalang, yang disampaikan oleh pembina, setelah para pasukan penggalang mengikuti cerita yang disampaikan tersebut, setiap anggota diminta untuk menyimpulkan cerita tersebut sehingga melalui kegiatan seperti ini, para anggota pasukan penggalang dapat mengembangkan daya cipta rasa, karsa dan karya, berani mengambil keputusan secara cepat dan tepat, peduli lingkungan, melatih untuk membiasakan menganalisa sesuatu persoalan.

Teori yang digunakan penulis yaitu teori S-O-Rsebagai singkatan darai Stimulus-Organism-Response semula berasal dari psikologi, namun kemudian menjadi toeri komunikasi, karena objek model dari psikologi dan ilmu kominikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang


(49)

dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (organism, O) : perhatian, pengertian, penerimaan c. Efek (response, R): perubahan sikap

Dr. Mar at (1982) dalam bukunya Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Jani dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran:

Komunikasi Organisasi

Indikator sikap kemandirian yang diharapkan yakni sebagai berikut:

1. Memiliki antusiasme dan inisiatif 2. Memiliki rasa tanggung jawab

3. Mampu mengambil keputusan dalam mengatasi suatu masalah

4. Mampu berpikir secara kritis dan kreatif 5. Memiliki kepercayaan diri

6. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain

Sumber:

Chabib Thoha (1993),Sutari Imam Barnadib (1982), dan Lindzey & Ritter (1975)


(50)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Stimulus berupa pesan yang terdapat dalam proses komunikasi organisasi yang berlangsung di dalam kegiatan pramuka di SMP Kartika II-2, yakni berupa komunikasi vertikal (antara pembina pramuka dengan anggota, pemimpin regu dengan anggota) yang diwujudkan melalui kegiatan misalnya musyawarah atau proses penyampaian materi oleh pembina terhadap anggota pramuka penggalang. Selanjutnya komunikasi horizontal (antara anggota-anggota), yang diwujudkan dalam kegiatan diskusi untuk pemecahan masalah melalui regu. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan, dalam hal ini yakni responden yang merupakan murid yang mengikuti kegitan pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. Setelah komunikan mengolah dan menerima pesan yang terjadi dalam proses komunikasi vertikal dan horizontal dalam kegitan komunikasi organisasi pramuka, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap, yaitu pembentukan sikap kemandirian, dengan indikator sebagai berikut:

1. Memiliki antusiasme dan inisiatif 2. Memiliki rasa tanggung jawab

3. Mampu mengambil keputusan dalam mengatasi suatu masalah 4. Mampu berpikir secara kritis dan kreatif

5. Memiliki kepercayaan diri

6. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain


(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini beranjak untuk mengetahui seberapa besar peranan komunikasi organisasi pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 dalam menumbuhkan sikap kemandirian remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Menurut Bungin (2001:48), penelitian deskriptif adalah tipe penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian.

Metode penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah. (Nazir, 2003:56)


(52)

3.2 Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Peranan komunikasi organisasi Pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 (variabel X).

b. Pembentukan sikap kemandirian remaja yaitu anggota pramuka penggalang di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung (variabel Y).

3.3 Defenisi Konseptual

Definisi konseptual adalah pemikiran dari konsep yang digunakan sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengoperasionalkan konsep tersebut di lapangan. Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2002:12).

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Peranan Komunikasi Organisasi Pramuka di Lingkungan SMP Kartika II-2 Bandar Lampung.

Seberapa besar peranan komunikasi organisasi Pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dalam membentuk sikap kemandirian remaja. Yakni peranan dari proses komunikasi organisasi yang merupakan proses pertukaran pesan dalam jaringan komunikasi organisasi pramuka, dimana pesan yang disampaikan mengalir dari atas ke bawah (komunikasi ke bawah)


(53)

atau dari bawah ke atas (komunikasi ke atas) dan pesan yang mengalir dari tingkat otoritas atau level yang sama (komunikasi horizontal).

2. Pembentukkan sikap kemandirian remaja

Terbentuknya sikap kemandirian remaja dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan Pramuka Pasukan Penggalang.

3.4 Definisi Operasional

Untuk melihat operasionalisasi suatu variabel, maka variabel tersebut harus diukur dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat memperjelas variabel yang dimaksud. Hal tersebut terkait dengan peranan komunikasi organisasi dalam menumbuhkan sikap kemandirian. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, atau pun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Nazir (2003:126)

Adapun indikator peranan komunikasi organisasi tersebut dalam penelitian ini adalah;

1. Komunikasi downward atau komunikasi dari pembina pasukan penggalang dengan anggota pasukan penggalang, akan diukur dengan indikator:

a. Intensitas komunikasi yang dilakukan pembina pasukan penggalang dengan anggota pasukan penggalang.


(54)

b. Intensitas komunikasi yang dilakukan pembina pasukan penggalang dengan anggota pasukan penggalang dalam membahas seputar kegiatan organisasi pramuka penggalang.

c. Aktif tidaknya pembina mengadakan kegiatan pertemuan dengan anggota organisasi, sering atau tidak pembina mengadakan pertemuan / rapat dengan anggota.

d. Manfaat yang diperoleh pembina dari kegiatan pertemuan dengan anggota organisasi :

1. Memberikan pengarahan kerja yang terperinci. 2. Mendiskusikan acara-acara yang akan dilaksanakan.

2. Komunikasiupwardatau komunikasi dari anggota pasukan penggalang kepada pembina:

a. Intensitas komunikasi yang dilakukan anggota pasukan penggalang dengan pembina :

1. Sering atau tidak melakukan komunikasi dengan pembina. 2. Sulit atau tidak berkomunikasi dengan pembina.

b. Aktif tidaknya anggota organisasi menghadiri setiap kegiatan pertemuan yang diadakan oleh organisasi :

1. Sering atau tidak menghadiri pertemuan/rapat yang diadakan pembina. 2. Aktif atau tidak memberikan saran atau pendapat dalam setiap pertemuan. c. Manfaat yang diperoleh anggota organisasi dari kegiatan pertemuan


(55)

dengan pembina :

1. Mendapatkan pengarahan kerja yang terperinci

2. Mendiskusikan masalah-masalah yang tidak terpecahkan.

3. Komunikasi horizontal atau komunikasi antar sesama anggota organisasi atau antara ketua regu dengan pasukan regu.

a. Intensitas komunikasi yang dilakukan antar sesama anggota organisasi, sering atau tidak melakukan komunikasi antar sesama anggota organisasi. b. Aktif tidaknya anggota organisasi mengadakan kegiatan pertemuan dengan

sesama anggota / ketua regu:

1. Sering atau tidak menghadiri pertemuan dengan anggota organisasi 2. Efektif atau tidak komunikasi yang dilakukan dalam setiap pertemuan. c. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan komunikasi yang dilakukan antar

sesama anggota organisasi :

1. Mengkoordinasikan pekerjaan yang tidak terselesaikan. 2. Menambah kerjasama yang baik antar anggota.

3. Mendiskusikan masalah-masalah yang tidak terpecahkan.

Adapun indikator sikap kemandirian remaja dalam lingkungan organisasi dapat disarikan sebagai berikut:

1. Memiliki antusiasme dan inisiatif 2. Memiliki rasa tanggung jawab


(56)

3. Mampu mengambil keputusan dalam mengatasi suatu masalah 4. Kritis dan kreatif

5. Memiliki kepercayaan diri

6. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain

3.5 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bungin (2001:101), populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran dari suatu penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2001:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah anggota organisasi pramuka pasukan penggalang di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. Alasan pemilihan populasi tersebut adalah karena populasi anggota organisasi pramuka di sini sebagian besar adalah anggota aktif yang sering berperan serta untuk mengikuti segala kegiatan pramuka. Jumlah siswa yang mengikuti pramuka yakni sebesar 210 anggota, dan yang aktif adalah 150 anggota (data pra riset, Februari 2010).


(1)

4. Bapak Drs. Cahyono Eko Sugiharto selaku Pembimbing Utama, atas segala bimbingan, masukan dan saran yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos, Comn & Media St. selaku Dosen Pembahas, atas segala masukan, saran dan kesabaran yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada umumnya dan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

7. Kepala Sekolah SMP Kartika II-2 Bandar Lampung yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, segenap guru-guru, kakak pembina serta adik-adik pramuka penggalang SMP Kartika II-2 angkatan 2009-2010.

8. Kak Djun seorang guru dan pembina pramuka penggalang SMP Kartika II-2 B. Lampung yang humoris, makasih banyak ya Kak yang dengan sabar udah memberikan informasi yang sangat berguna, atas waktunya, ilmu dan pengalaman yang diberikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Papa dan Mama buat doa dan juga kesabarannya untuk selalu memberikan motivasi yang berguna bagi penulis.

10. Saudari-saudariku yang cerewet, iseng, nyebelin… Ica, Pipit, Tyas, Lani, makasi ya sayang udah doain mbaknya ini biar kelar skripsinya.


(2)

penulis.

12.Sahabat tercinta dusuners: urut absen ya cuy… Chariza PH, Lisa Rahmawati, Nur Aini, Zakiah Lubis, Ananda Paulina L, Niken Palupi, Nurly Meilinda, Risqi Febri Mutia, Salama Khairunnissa, Triyanina Sari, Yulvi G.P. Makasih banyak ya sayang buat semua cerita, semangatnya, kehangatan, pengalaman, pengertian dan kesabarannya selama ini… ^o^

13. Teman-teman seperjuangan Komunikasi 2006: Wiwik, Oby, Inal, Apis, Echi, Fina, Meta, Ika, Tia, Evi, Feri, Monik, Bayu, Balqis, Pita, Krisna, Citra, Otong, Reza, Cathrin, Caca, Flora, Apis, Wahyu, Gloria, Pendi, Shinta dan Panji semoga Ramadhan tahun-tahun berikutnya kita dapat kembali berkumpul dengan kisah sukses masing-masing. Amin.

14. Sahabat-sahabatku: QQ, Itha, Irpink, Dini, Male, Sumira, Ulil, Rita, Pipi, Miaw, Ira, Aria, Litha… Selalu semangat ya kawan…^o^

15. Kakak- kakak tingkat Komunikasi atas pengalaman dan semangat yang ditularkan kepada Penulis.

16. Adik-adik tingkat Komunikasi 2007-2010 semoga selalu bersemangat dalam mengharumkan nama Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila.

17. Anggota pramuka penggalang SMP Kartika II-2 Bandar Lampung atas kerjasama dan sambutan hangatnya kepada Penulis.


(3)

18. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 01 November 2010

Penulis,


(4)

Peranan Komunikasi Organisasi Pramuka Penggalang dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Remaja

Resp.

Komunikasi Organisasi

Kemandirian Remaja Komunikasi

vertikal Komunikasi horizontal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total

1 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ 36 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ 51

2 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✼ ✺ ✺ 34 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ 49

3 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✼ ✺ ✺ 34 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ 50

4 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ 35 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✼ ✻ ✺ ✺ ✻ ✻ ✻ ✺ 45

5 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✼ ✺ ✺ 34 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ 51

6 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ 37 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✺ 49

7 ✼ ✺ ✺ ✻ ✻ ✼ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ 32 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ ✻ ✺ 51

8 ✼ ✺ ✺ ✻ ✺ ✼ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ 31 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ ✺ 51

9 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ 37 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ 50

10 ✼ ✺ ✺ ✼ ✺ ✼ ✺ ✻ ✺ ✻ ✻ ✺ ✼ 28 ✼ ✻ ✺ ✼ ✺ ✺ ✼ ✻ ✻ ✺ ✼ ✼ ✺ ✺ ✺ ✼ ✺ ✺ 39

11 ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ 33 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ 51

12 ✼ ✺ ✺ ✻ ✻ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ 31 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ 47

13 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ 33 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ 50

14 ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✼ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ 33 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ 50

15 ✼ ✺ ✺ ✻ ✺ ✼ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ 31 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✼ ✻ ✺ 48

16 ✼ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✻ ✼ ✺ ✻ ✺ ✼ ✻ 28 ✺ ✺ ✺ ✼ ✼ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ 48

17 ✼ ✻ ✻ ✼ ✺ ✼ ✻ ✼ ✻ ✻ ✺ ✼ ✻ 23 ✼ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✼ ✼ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✼ ✺ ✺ 41

18 ✻ ✺ ✺ ✻ ✻ ✻ ✺ ✻ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ 32 ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✻ ✻ ✻ ✻ ✺ ✼ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ 45

19 ✺ ✼ ✼ ✻ ✺ ✼ ✻ ✻ ✺ ✻ ✻ ✼ ✻ 25 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✻ ✺ ✻ ✻ ✺ 50

20 ✺ ✺ ✺ ✻ ✺ ✼ ✺ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✼ 33 ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✻ ✻ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ ✺ 52


(5)

22 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 37 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ ✾ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ 48

23 ✾ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✾ ✽ ✿ 31 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✽ 50

24 ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✾ ✿ ✽ ✿ ✿ ✿ ✿ 28 ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ 47

25 ✽ ✿ ✿ ✾ ✽ ✾ ✾ ✾ ✽ ✿ ✽ ✿ ✿ 26 ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✿ ✿ ✽ ✿ ✾ ✽ ✿ ✿ ✿ ✽ ✽ 42

26 ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ 33 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ 52

27 ✾ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ 32 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✽ 51

28 ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 34 ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ 52

29 ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ 30 ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ 51

30 ✽ ✾ ✾ ✾ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✿ ✿ 26 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ 49

31 ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✾ ✾ 28 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 51

32 ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✾ ✿ ✽ ✽ ✾ ✽ ✾ 30 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ 50

33 ✽ ✾ ✾ ✾ ✾ ✽ ✾ ✾ ✽ ✾ ✾ ✾ ✾ 19 ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✽ 50

34 ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✽ ✿ ✾ ✽ ✿ ✾ ✾ ✿ 27 ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✿ ✾ ✽ ✿ 45

35 ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ 30 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ 50

36 ✾ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ 31 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ 49

37 ✾ ✿ ✽ ✿ ✿ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✿ ✿ 27 ✿ ✿ ✽ ✿ ✿ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✾ ✽ ✽ 43

38 ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✿ ✾ ✿ 27 ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✿ ✿ ✾ ✿ 45

39 ✾ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ 31 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ 51

40 ✾ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✾ 27 ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 51

41 ✾ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ 30 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 53

42 ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 37 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ ✾ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 50

43 ✾ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ 29 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✾ ✾ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ 48

44 ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✾ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ 36 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ 50

45 ✾ ✿ ✽ ✿ ✿ ✾ ✿ ✿ ✽ ✽ ✾ ✽ ✾ 26 ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✾ ✽ 47

46 ✿ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ 33 ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ 50

47 ✾ ✿ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✿ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ 29 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ ✾ ✿ ✽ 49

48 ✾ ✿ ✽ ✾ ✽ ✾ ✿ ✿ ✽ ✿ ✿ ✿ ✿ 26 ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✿ ✿ ✽ ✽ ✽ ✿ ✾ ✾ 45

49 ✽ ✽ ✽ ✿ ✾ ✾ ✽ ✽ ✿ ✽ ✾ ✽ ✾ 29 ✽ ✽ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✾ ✾ ✽ ✽ ✿ ✽ ✿ ✽ ✽ ✽ 42


(6)

52 ❂ ❀ ❁ ❁ ❁ ❂ ❁ ❀ ❁ ❁ ❀ ❂ ❂ 28 ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❁ ❀ ❀ ❁ 50

53 ❂ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❂ ❁ ❁ ❀ ❁ ❀ 32 ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❂ ❀ ❁ ❁ ❁ ❂ ❁ ❂ 45

54 ❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❁ 33 ❁ ❁ ❀ ❀ ❁ ❂ ❀ ❁ ❁ ❁ ❀ ❂ ❁ ❁ ❁ ❀ ❂ ❀ 42

55 ❁ ❀ ❁ ❀ ❁ ❀ ❂ ❀ ❀ ❀ ❂ ❂ ❂ 25 ❀ ❁ ❁ ❀ ❀ ❁ ❀ ❀ ❀ ❁ ❀ ❁ ❁ ❀ ❁ ❂ ❀ ❁ 43

56 ❁ ❀ ❁ ❀ ❁ ❂ ❂ ❂ ❀ ❀ ❂ ❂ ❀ 24 ❁ ❁ ❀ ❀ ❀ ❁ ❀ ❀ ❁ ❁ ❀ ❀ ❁ ❀ ❁ ❀ ❁ ❀ 44

57 ❂ ❁ ❁ ❀ ❁ ❂ ❁ ❀ ❁ ❁ ❂ ❁ ❀ 30 ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ 53

58 ❂ ❁ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ 35 ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❂ ❀ ❁ ❁ ❁ ❂ ❁ ❁ ❁ ❁ ❂ ❂ ❁ 45

59 ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❂ ❁ ❀ ❁ ❁ ❀ ❁ ❂ 32 ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❀ ❁ ❁ ❁ ❂ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ 51