THE ROLE OF EDUCATION COUNSELOR STUDENT SELF IN THE PROCESS OF YOUTH ERADICATE DELINQUENCY (Studies in MAN 1 Bandar Lampung)

(1)

PROCESS OF YOUTH ERADICATE DELINQUENCY (Studies in MAN 1 Bandar Lampung)

By

FITRI YANSYAH

This study aims to determine and explain the role of counselor education on self-development process and the role of counselor education students in tackling juvenile delinquency. The method used in this study is a qualitative descriptive. The informant is determined by purposive sampling tailored to the determination of specific criteria established by objective research. Tehknik data collection conducted through interviews and documentation. Further data analysis conducted with data reduction, display or presentation of data and inference stage (verification). Research sites in the State Madrasah Aliyah (MAN) 1 Bandar Lampung. Informants in this study were 4 people, consisting of BK teachers in Bandar Lampung MAN 1 and MAN Students in Bandar Lampung 1. The results showed that in providing counseling for self-development process BK teachers to use methods of counseling services and placement services, development and distribution of (career). Media used in counseling consists of Leflet, questionnaires, pamphlets and LCD. These activities have a positive impact in providing mental and spiritual cultivation and motivation in students to develop themselves. That juvenile delinquency is on the student MAN 1 Bandar Lampung somewhat relatively similar to adolescents in general. Constraints experienced by the counselor education is the lack of infrastructure and indifferent attitude of students toward counseling services available. The participation of parents felt that any perceived lack of counselor education strategy by providing better preventive measures, repressive and curative and rehabilitation. This action is expected to suppress juvenile delinquency in MAN 1 Bandar Lampung.

Keyword: Role, counselor education, personal development, delinquency adolescent


(2)

ABSTRAK

PERANAN KONSELOR PENDIDIKAN TERHADAP PROSES PENGEMBANGAN DIRI SISWA DALAM MENANGGULANGI

KENAKALAN REMAJA

(Studi Pada MAN 1 Bandar Lampung) Oleh

FITRI YANSYAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan peranan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa dan peranan konselor pendidikan dalam menanggulangi kenakalan remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Informan ditentukan dengan purposive sampling yakni penentuan disesuaikan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Tehknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan reduksi data, display atau penyajian data dan tahap kesimpulan (verifikasi). Lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung. Informan dalam penelitian ini adalah 4 orang, yang terdiri dari guru BK yang ada di MAN 1 Bandar Lampung dan Siswa-siswi di MAN 1 Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memberikan konseling terhadap proses pengembangan diri guru BK menggunakan metode layanan konseling perkembangan dan layanan penempatan dan penyaluran (karir). Media yang digunakan dalam konseling terdiri dari leflet,kuisioner, pamflet dan LCD. Kegiatan ini berdampak positif dalam memberikan penanaman mental dan spiritual serta motivasi pada siswa dalam mengembangkan diri mereka. Kenakalan remaja yang ada pada siswa MAN 1 Bandar Lampung terbilang relatif sama dengan remaja pada umumnya. Kendala yang dialami konselor pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana serta sikap acuh siswa terhadap layanan konseling yang ada. Peran serta orang tua pun dirasa kurang dirasakan sehingga konselor pendidikan menyusun strategi dengan memberikan tindakan baik yang bersifat preventif, represif maupun kuratif dan rehabilitasi. Tindakan ini diharapkan mampu menekan kenakalan remaja yang ada di MAN 1 Bandar Lampung.

Kata Kunci : Peranan, konselor pendidikan, pengembangan diri, kenakalan remaja


(3)

(Studi pada MAN 1 Bandar Lampung)

Oleh

FITRI YANSYAH 0516011036

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

KENAKALAN REMAJA

(Studi pada MAN 1 Bandar Lampung)

Oleh

Fitri Yansyah

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS IL MU SOSIAL DAN I LMU POL ITI K UNI VE RSITAS LAMPUNG

BANDAR L AMPUNG 2012


(5)

(Studi pada MAN 1 Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Fitri Yansyah

FAKULTAS IL MU SOSIAL DAN I LMU POL ITI K UNI VE RSITAS LAMPUNG

BANDAR L AMPUNG 2012


(6)

Halaman

ABSTRAK ...i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peranan Konselor Pendidikan dan Pengembangan Diri ... 10

1. Pengertian Peranan... 10

2. Konselor Pendidikan ... 11

3. Pengembangan Diri ... 15

B. Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja dan Permasalahannya ... 22

1. Pengertian Kenakalan Remaja ... 22

2. Permasalahan Kenakalan Remaja ... 25

C. Kerangka pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 32

B. Fokus Penelitian ... 33

C. Lokasi Penelitian... 33

D. Teknik Penentuan Informan ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data... 35


(7)

B. Visi, Misi dan Motto MAN 1 Bandar Lampung ... 42

C. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MAN 1 Bandar Lampung ... 43

D. Fasilitas ... 44

E. Kurikulum dan Pembelajaran ... 44

F. Program Penjurusan ... 46

G. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 46

H. Alumni ... 47

I. Prestasi Akademik Dan Ekstrakurikuler ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 49

1. Informan 1... 49

2. Informan 2... 55

3. Informan 3... 61

4. Informan 4... 64

B. Pembahasan... 67

1. Peranan Konselor Pendidikan Terhadap Proses Pengembangan Diri siswa... 67

2. Peranan Konselor Pendidikan Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja ... 71

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 80


(8)

Halaman

ABSTRAK ...i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peranan Konselor Pendidikan dan Pengembangan Diri ... 10

1. Pengertian Peranan... 10

2. Konselor Pendidikan ... 11

3. Pengembangan Diri ... 15

B. Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja dan Permasalahannya ... 22

1. Pengertian Kenakalan Remaja ... 22

2. Permasalahan Kenakalan Remaja ... 25

C. Kerangka pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 32

B. Fokus Penelitian ... 33

C. Lokasi Penelitian... 33

D. Teknik Penentuan Informan ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data... 35


(9)

B. Visi, Misi dan Motto MAN 1 Bandar Lampung ... 42

C. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MAN 1 Bandar Lampung ... 43

D. Fasilitas ... 44

E. Kurikulum dan Pembelajaran ... 44

F. Program Penjurusan ... 46

G. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 46

H. Alumni ... 47

I. Prestasi Akademik Dan Ekstrakurikuler ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 49

1. Informan 1... 49

2. Informan 2... 55

3. Informan 3... 61

4. Informan 4... 64

B. Pembahasan... 67

1. Peranan Konselor Pendidikan Terhadap Proses Pengembangan Diri siswa... 67

2. Peranan Konselor Pendidikan Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja ... 71

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 80


(10)

Segala puji syukur penulis hantarkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidah-Nya, kekuatan, akal fikir, serta atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad S. A. W. beserta sahabat dan pengikut-pengikutnya. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan. Sehingga penulis menerima dengan segala kritik dan saran yang membangun terhadap skipsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kepada orangtua yang selalu memberi dorongan dan menanyakan kapan selesainya di akhir2 semester. Wkwkwkwwk…Mak, Ayah uda selesai ni..

akhirnya… makasih banyak atas dukungan dan semua do’a dan semangatnya. Trimakasih atas semua yang diberikan dari penulis lahir sampai dengan saat ini. Tak akan berarti hidup tanpa kalian, tak akan jadi apa-apa jika kalian gak pernah ada di sisi Fitri yang selalu mengajarkan dan memberikan nilai-nilai positif dalam hidup. Memberikan konsepsi nyata dalam pemaknaan hidup. Makasih juga atas kemerdekaan yang kalian berikan buat anak bandelmu ini. Maafkan anakmu yg selalu menjawab jika kalian sedang marah, mak, ayah

”saya akan selalu berusaha membahagiakan mak dan ayah....”

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(11)

4. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H, selaku Pembimbing Utama, yang telah meluangkan waktu, perhatian, kesabaran, tenaga dan pikiran untuk penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Trimakasih bu tanpa bimbingan ibu mungkin skripsi ini tidak akan sebaik saat ini.

5. Bapak Drs. Suwarno, M.H, selaku Penguji Utama pada seminar dan ujian skripsi. Terimakasih atas masukan, Kritik dan saran yang bapak kasih ke saya. Tanpa ada saran dan kritik yang bapak kasih mungkin skripsi ini jadinya kurang detail. Trimakasih atas waktu yang singkat yang bapak kasih sehingga saya jadi lebih mencoba fokus dalam pengerjaan skrisi ini.

6. Bapak Drs. Suwarno, M.H , selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu juga dalam proses perkuliahan saya. Terimakasih atas nasehat-nasehat yang bapak berikan.

7. Drs. Ikram, M.Si, Drs. Benjamain, yang telah turut berkonstribusi dalam proses penulisan skripsi ini. Dan seluruh Seluruh Bapak dan Ibu dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosioal dan Ilmu Politik Universitas Lampung dalam membantu dan mendidik penulis selama kuliah dan yang sudah memberikan bekal pengetahuan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

9. Untuk keempat adikku, Zunial, Rafiki, Nabila dan Hafidzi teman, sahabat serta penolong di waktu yg tepat yang selalu menanyakan

kapan?..kapan?..udah nyampe mana? ”ayo semangatlah!” terimakasih untuk dukungan dan do’a yang ditujukan kepada saya. Kalian adalah abang terbaik yang selalu memberi masukan dan saran-sarannya dalam proses penulisan skripsi ini, dan untuk masukannya dalam dunia perkuliahan dan pelajaran hidup.


(12)

membalas kebaikannya.

11. Untuk seluruh keluarga beringin ank2 rusuh. Thx kopi hitam, teriakan, kebahagiaan, kemarahan, air mata, kekerasan, ketololan dan semua rasa pertemanan. Serta emak bringin dn kantin enik yg dengan lapang dada dn sbar

ngadepin ank2..”utang kopi sama soto sih, hahhaa..”.

12. Untuk Wisnu, Dwarte (kapan2 bolehkan w nginep d rumah lo lg…) Nyoman

(bartender setia d saat menuangkan air kedamaian….ha..ha..), Indah Nurnila

Sari ( semoga Tuhan memberikan Hidayah padamu…wkwkkwkw), Mia

Marissa (Nebeng) thanks buat musuhannya yg akhirnya menyadarkan w dari

keterpurukan….. , Mbak Jundi ( kl w nikah bisa g’ pesen kuenya ama

lo?secara seminar w kan w pesen kue ama lo…. He….he…dan semua temen, sahabat yang telah mengukir nama kalian dalam cerita dan perjalanan hidup w terima kasih sekali atas dukungan dan doanya.

13. Untuk anak anak yang selama ini udah menenin gw di kantinnya mba Ens, Fajar, Isa, Doni, Yaying, Habib, Ade, Radit, Ucus, Batak, Satria, Ibho, dan semua yang datang dan silih berganti, mungkin pohon di samping kantin mba Ens juga ngasih inspirasi buat gw dan anak-anak lainnya disana. Waktu yang singkat nam, tapi sangat berkesan buat gw!

14. Buat anak-anak Sosiologi ’05; Elya, Erna, Asri, Riris, Rey (Makasih bwt semua bntuan2nya, dan informasi2nay), Melly , Yaya tyg, , Aye’,Linda, Desi, Risky. Nah,,giliran anak cowok ni; Dony, Acep,Fredy, Kautsar, To’ing, Kiki (Mr. Black, mana aja U ky..), Komeng. Makasih ya semuanya, terutama teman2 yg udh bantuin dalam seminar 1 & 2 gw. Dan semua yg namax gk

ketulis disini, teuteup kompak ya… maaf w lama menyelesaikan semua ini…..

15. Untuk adik2 seperguruan anak Sosiologi semua angkatan dan semua yang

penulis kenal… Mb. yang selalu manggil w “jazuli” kantin Gdng B yang ngasih info terus mengenai keberadaan pak Sus, bu anita…, makasih ya…


(13)

mempunyai salah pada kalian, karena sesungguhnya saya hanya manusia

biasa….. (kapan kita bisa bersama mendaki gunung lagi???he…he…)

17. Dan ucapan terimakasih yang amat besar penulis sampaikan untuk seseorang

yang berinitial “WAP” semoga Allah membalas kebaikan lo, tanpa lo hidup w akan serasa hambar.. asik… wkwkwkwk, mbak yuli (ndut), mbak yani (sang

Diplomator saat w ribut ama “WAP”) semoga kitabisa menjadi saudara……

Amin.

Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan Bapak/ibu, saudara/i, semoga Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal atas bantuannya. Dan semoga skripsi ini bermanfaat saya dan bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(14)

1. Tim P enguji

Ket u : Dra. Anita Damayantie, M.H ...

Penguji : Drs. Suwarno. M.H ...

2. Dekan Fakul tas Ilmu Sosi al dan Ilmu P oli tik

Drs. Agus Hadi awan, M.Si. NIP. 195801091986031 002


(15)

Sesunggunya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Allah pasti

punya Hadiah Istimewa dibalik semua kesulitan kita

(QS. Alam Nasyrah : 06)

Jangan anggap kesendirian adalah kematian yang perlahan, namun

jadikan kesendirian sebagai moment dalam mempersiapkan

kesuksesan

(Fitri Yansyah)

Dalam melakukan suatu hal, kita harus stres agar hal itu

mempunyai nilai yang lebih berharga


(16)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Skripsi/Laporan Akhir ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana/Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandar Lampung, 12 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

Fitri Yansyah NPM. 0516011036


(17)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Ku persembahkan karya sederhana ini

Kepada orang-orang yang terkasih dan mengasihiku

Ayah dan mak tersayang,

terimakasih atas semua do a, cinta kasih serta pengorbanan yang telah kalian lakukan demi keberhasilan anak-anakmu, serta cinta dan kasih sayang yang kalian berikan tak akan

tergantikan oleh apapun yang ada di dunia ini.

Adik-adikku Zunial Zuma, Rafiqi Ma sum, Nabilatunnaimah dan Ahmad Hafizi semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kalian.

Initial kau sebagai penyempurna cerita hidupku ..

Semua orang yang telah mengukir namanya dalam cerita dan perjalanan hidupku.

Almamater Tercinta UNIVERSITAS LAMPUNG


(18)

DIRI SISWA DALAM MENANGGULANGI

KENAKALAN REMAJA

(Studi pada MAN 1 Bandar Lampung) Nama Mahasiswa :Fitri Yansyah

No. Pokok Mahasiswa : 0516011036

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI,

1.

Komisi Pembimbing

Dra. Anita Damayantie M.H NIP. 19690304199402002

2 Ketua Jurusan Sosiologi

Drs. Susetyo, M.Si


(19)

Penulis dilahirkan di Sukawangi pada tanggal 13 Juni 1986, anak pertama dari lima bersaudara ini merupakan buah hati dari pasangan Bapak Zulkifli dan Ibu Siti Marhamah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis untuk pertama kali diawali Sekolah Dasar Negeri 1 Lugusari tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1999. Penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Pringsewun dan selesai pada tahun 2002. Kemudian dilanjutkan lagi ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Model (MAN 1 Model) Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada Jurusan Sosiologi.

Pada tahun 2008, ikut serta dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada Pengadilan Agama Kelas 1. A Tanjung Karang Bandar Lampung.


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap saat berinteraksi dengan orang lain. Interaksi ini diperlukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan untuk didengarkan, memiliki teman, bercerita dan mengemukakan pendapat. Tidak dapat disangkal lagi bahwa manusia memerlukan orang lain seperti keluarga, tetangga, dan teman-teman karena mereka merupakan orang-orang terdekat yang dapat membantu disaat sulit dan berbagi saat suka maupun duka. Relasi orang lain dapat membantu seseorang lebih memahami diri dan lingkungan dalam rangka mencapai harmonisasi dan keseimbangan dalam kehidupan. Relasi positif tentu saja bermakna sangat besar bagi pengembangan pribadi dan hal ini merupakan salah satu kunci untuk memperoleh kebahagiaan hidup.

Tentu saja tidak mudah untuk menjadi seseorang yang menyenangkan dan memiliki relasi yang baik dengan orang lain. Diperlukan keterampilan-keterampilan khusus yang hanya dapat diperoleh apabila individu mau mengembangkan dirinya. Pengembangan diri diperlukan agar individu dapat diterima di lingkungan sosial tempat ia melakukan interaksi, baik itu di keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman maupun di lingkungan pekerjaan.


(21)

Di dalam dunia remaja, dimana masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia. Tiap-tiap masyarakat mempunyai standar atau batasan yang berbeda mengenai masa kanak-kanak dan masa dewasa, demikian juga teori-teori psikologi perkembangan. Pada masa ini berlangsung proses-proses perubahan secara biologis (perubahan hormon reproduksi) dan perubahan secara psikologis (perubahan kognitif, emosi, kepribadian dan moral) dan secara sosiologis yang dipengaruhi oleh masyarakat, teman sebaya dan media massa. Remaja juga belajar meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru orang dewasa untuk menggantikan perilaku dan sifat kekanak-kanakan.

Masa ini sering dirasakan masa yang sulit dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan individu yang banyak mengalami perubahan dengan dirinya, sehingga selain ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialaminya, ia juga harus beradaptasi dengan tuntutan dari lingkungannya.

Selain itu, remaja dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang kadang saling bertentangan, baik dari orang tua, guru, teman sebaya maupun masyarakat di sekitarnya. Hal ini sering membingungkan remaja, karena masing-masing memberikan tuntutan yang berbeda-beda tergantung pada nilai, norma atau standar yang digunakan. Dalam beberapa hal remaja pun dituntut untuk mampu bertanggung jawab, membuat penilaian dan keputusan secara mandiri tetapi disisi lain ia diperlukan seperti seorang anak kecil yang segalanya masih diatur dan ditentukan oleh orang tua dan gurunya.


(22)

Keadaan tersebut memicu terjadinya sikap pembangkangan dari para remaja yang diimplikasikan dalam suatu perilaku yang tidak sesuai dengan aturan serta kebiasaan dalam masyarakat, atau yang disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk didalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat. Perbuatan anak-anak muda yang nyata-nyata bersifat melawan hukum dan anti sosial tersebut pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat, disebut juga dengan masalah sosial. Masalah-masalah sosial yang berwujud kenakalan remaja tentu timbul dan dialami oleh sebagian besar kelompok sosial, dan fenomena tadi akan menjadi pusat perhatian sebagian besar anggota masyarakat untuk mendapatkan jalan yang paling efektif didalam mengatasi baik secara perventif maupun repressif.

Pada dasarnya masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan-perbuatan remaja dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat baik di kota maupun di pelosok desa. Akibatnya sangat memilukan, kehidupan masyarakat menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi merasa terancam hidupnya.

Menurut Ari H. Gunawan (2000:92-93), keresahan dan perasaan terancam tersebut pasti terjadi sebab kenakalan-kenakalan yang dilakukan anak remaja pada umumnya dalam bentuk :

a. Berupa ancaman terhadap hak milik orang lain yang berupa benda, seperti pencurian, penipuan dan penggelapan.

b. Berupa ancaman keselamatan jiwa orang lain, seperti pembunuhan dan penganiayaan yang menimbulkan matinya orang lain.

c. Perbuatan-perbuatan ringan lainnya, seperti pertengkaran sesama anak, minum-minuman keras, begadang/berkeliaran sampai larut malam sampai kepada penggunaan narkoba serta pengrusakan fasilitas umum.


(23)

Peningkatan angka kenakalan remaja yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1

Komposisi Orang yang Terlibat Perkara Pidana, Tahun 2010

Keterangan Jumlah Persentase

Jenis Kelamin 197423 100.00

- Laki-laki 192131 97.32

- Perempuan 5292 2.68

Klasifikasi Umur

Dewasa 194143 100.00

- Laki-laki 189334 97.52

- Perempuan 4809 2.48

Anak 3280 100.00

Laki-laki 2797 85.27

- Perempuan 483 14.73

Kewarganegaraan 197423 100.00

- WNI 196906 99.74

- WNA 517 0.26

Sumber : (www.mabespolri.co.id)

Selama tahun 2010, jumlah tindak kriminalitas yang dilaporkan sebanyak 346.921 kejadian. Dari sejumlah kasus yang dilaporkan, tercatat 197.423 jumlah pelaku laki-laki maupun perempuan. Gambaran pelaku kriminalitas tahun 2010 ditandai kekhawatiran dengan meningkatnya jumlah pelaku tindak kriminalitas yang masih berusia anak-anak dan remaja. Terungkap pada tahun 2010 berdasarkan laporan Polri secara keseluruhan, jumlah anak-anak dan remaja pelaku tindak kriminalitas sebanyak 3.280 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.797 orang dan perempuan sebanyak 483 orang, meningkat sebesar 4,3 % dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 3.145 orang .

Meningkatnya jumlah tindak kriminalitas maupun pelaku tindak kriminalitas merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Kondisi ini secara langsung maupun tidak langsung pada gilirannya akan mempengaruhi laju roda pembangunan dalam rangka mewujudkan kondisi masyarakat yang sejahtera.


(24)

Namun demikian, hal lain yang lebih memprihatinkan adalah adanya keterlibatan anak-anak dan remaja sebagai pelaku tindak kriminalitas. Anak-anak dan remaja adalah calon pemimpin bangsa yang akan melaksanakan tugas pembangunan pada masa mendatang. Sejalan dengan perannya sebagai aset bangsa dan negara, upaya untuk mencegah keterlibatan anak-anak dan remaja dalam dunia kriminalitas merupakan langkah strategis yang perlu didukung oleh semua pihak, terutama pemerintah.

Permasalahan kenakalan remaja yang terjadi juga dipengaruhi oleh pengembangan diri. Seorang remaja dengan remaja lainnya mempunyai perbedaan dalam proses pengembangan dirinya. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai masalah kenakalan remaja saat ini. Pengembangan diri tidak dapat berjalan jika tidak ada suatu penyaluran yang dapat memberikan layanan dan fasilitas yang mendukungnya. Remaja yang dalam proses pengembangan dirinya tidak sesuai dengan apa diharapkan akan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan remaja itu sendiri. Sehingga proses pengembangan diri ini sangat penting di terapakan khususnya di dunia pendidikan/sekolah.

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,


(25)

kretif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Di dunia pendidikan kenakalan remaja juga sangat diperhatikan, hal ini terbukti dengan diambilnya langkah-langkah yang dianggap dapat mengatasi persoalan tersebut, kebijakan yang di ambil adalah mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dimulai dari menetapkan perturan pakaian seragam dengan maksud agar kehidupan pesera didik tampak serasi, tidak terjadi penonjolan kemewahan diantara mereka, di didik untuk hidup sederhana agar tidak suka berfoya-foya di lingkungan sekolah khususnya. Dalam waktu-waktu tertentu diadakan operasi tertib di lingkungan sekolah secara kontinyu. Dengan adanya tenaga konselor di sekolah yang diperuntukan untuk memberikan layanan konseling dalam rangka penanaman nilai-nilai moral dan budi pekerti dalam diri pesera didik agar dapat berkembang menjadi pribadi yang baik serta dapat mengetahui potensi yang ada dalam diri mereka.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Tim pengembangan MKDK IKIP semarang (1990:58) menyatakan bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, sistem admistrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling.


(26)

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang kearah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut (konselor pendidikan).

Menurut Schneiders(1964), kebutuhan khas yang dimiliki remaja sesuai dengan perkembangannya adalah :

a. Kebutuhan akan identitas diri. b. Kebutuhan individualistis/privacy. c. Kebutuhan alat kemandirian.

(http://rac.uii.ac.id/server/document/Public)

Sesuai dengan pendapat tersebut maka konteks pemberian layanan bimbingan konseling, menurut Prayitno (1997:35-36) bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

Bila dicermati dari sudut “sosio kultural”, yang melatar belakangi perlunya proses

bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap. Begitu juga halnya dalam dunia remaja. Menurut Tim MKDK IKIP semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatar belakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni :


(27)

2. Masalah perbedaan individual, 3. Masalah kebutuhan individu,

4. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan 5. Masalah belajar

Dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional secara integral, keterampilan dan kepribadian peserta didik diupayakan untuk mencapai standar positif dalam perspektif nasional dengan landasan konstitusional dan landasan landasan iidil yang telah baku. Pencapaian kondisi positif berdasarkan tolak ukur dengan kualitas yang berwawasan hakikat dan nilai-nilai hakikat pendidikan nasional merupakan “dukungan moral” peserta didik yang supra positif dan konstruktif bagi pembangunan dan kehidupan bangsa, masyarakat serta bagi dirinya sendiri.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah, “Bagaimanaperanan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa dan dalammenanggulangi kenakalan remaja”

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan ;

1. Peranan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa 2. Peranan konselor pendidikan dalam menanggulangi kenakalan remaja.


(28)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna baik secara akademis maupun praktis :

1. Kegunaan akademis, penelitian ini dapat memberikan penjelasan dan pengetahuan seputar peranan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa dalam menanggulangi kenakalan remaja

2. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan dan referensi tambahan bagi lembaga pengambil kebijakan atau para konselor pendidikan dalam memecahkan permasalahan kenakalan remaja


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Peranan Konselor Pendidikan dan Pengembangan Diri

1. Pengertian Peranan

Peranan dapat didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana seseorang yang mempunyai status terentu dalam masyarakat. Margono Slamet (1985;15) mengatakan bahwa peranan mencakup tindakan, aturan perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial. Menurut R. Lington peranan adalah seluruh kebudayaan yang dihubungkan dengan kedudukan tertentu oleh masyarakat yang mencakup setiap nilai dan perilaku.

Menurut Levison peranan mencakup tiga hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan ini dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam suatu masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan jugu dapat diartikan sebagai perlakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Seseorang


(30)

dapat dikatakan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Sedangkan fasilitas utama seseorang yang ada dalam menjalankan peranannya adalah lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat melibatkan peluang untuk pelaksanaan suatu peranan.

2. Konselor Pendidikan

Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor pendidik merupakan salah satu profesi yang termasuk dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-undang tentang Guru dan Dosen.

Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain, kemudian disebut pula sebagai Guru Pembimbing.

Setelah terbentuknya organisasi profesi yang mewadahi para konselor, yaitu Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN), maka profesi ini sekarang dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari asosiasi tersebut.

Ada beberapa hal yang melatar belakangi diperlukannya konselor pendidikan yaitu :


(31)

a. Kehidupan Demokrasi

Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak hanya menjadi peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya membantu siswa untuk dapat mengambil keputusan sendiri.

b. Perbedaan Individual

Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan cara belajarnya sehingga beberapa siswa mungkin akan mengalami kesulitan.

c. Perkembangan Norma Hidup

Masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula dengan berbagai norma hidup yang ada didalamnya. Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.

d. Masa Perkembangan

Seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut.

e. Perkembangan Indrustri

Seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, indrustri juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karir yang baik, siswa harus mengantisipasi keadaan tersebut.


(32)

Bidang layanan konselor pendidikan di sekolah adalah :

Bimbingan pribadi-sosial : Untuk mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab.

Bimbingan karir : Untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan.

Bimbingan belajar : Untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

Layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah meliputi : 1. Layanan Orientasi

Memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru dimasukinya. 2. Layanan Informasi

Bersama dengan layanan orientasi memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan di sekolah diantaranya : Informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya.

3. Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran

Membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya. Termasuk di dalamnya penempatan kedalam kelompok belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang di ikuti


(33)

penyaluran kejurusan/program studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja.

4. Layanan bimbingan belajar

Membantu siswa untuk mengatasi masalah belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif.

5. Layanan konseling individual

Konseling yang diberikan secara perorangan. 6. Layanan bimbingan dan konseling kelompok

Konseling yang dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai permasalahan yang serupa.

Fungsi Layanan antara lain ; 1. Pemahaman

Dipahaminya diri klien, masalah klien, dan lingkungan klien baik oleh klien itu sendiri, konselor, maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.

2. Pencegahan

Mengupayakan tersingkirnya berbagai hal yang secara potensial dapat menghambat atau mengganggu perkembangan kehidupan individu.

3. Perbaikan

Membebaskan klien dari berbagai masalah yang dihadapinya. 4. Pemeliharaan dan Pengembangan

Memelihara segala sesuatu yang baik pada diri individu atau kalau mungkin mengembangkannya agar lebih baik.


(34)

Bardasarkan surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kepala Badan Admistrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/p/1993 dan Nomor 25/1993, penghargaan jam kerja konselor ditetapkan 36 jam perminggu dengan beban tugas meliputi penyusunan program (di hargai 12 jam), pelaksanaan layanan (18 Jam), dan evaluasi (6 Jam). Konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus kelebihan jam dengan ketentuan sendiri.

3. Pengembangan Diri

Penggunaan istilah pengembangan diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru. Kehadirannya menarik untuk di diskusikan baik secara konseptual maupun dalam prakteknya. Jika menelaah literature tentang teori-teori pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah pengembangan diri disini tampaknya di sepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal. Meski sebetulnya istilah diri (self) tidak sepenuhnya identik dengan kpribadian (personality).

Nana Syaodich Sukmadinata, (2005) istilah diri dalam bahasa psikologi disebut pula sebagai Aku, ego, atau self yang merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari kepribadian, yang di dalamnya meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang disadari ataupun yang tidak disadari. Aku yang disadari oleh individu biasa disebutself picture(gambaran diri), sedangkan aku yang tidak disadari disebutunconscious aspect of the self(aku tak sadar).

Menurut Freud (Calvin S.Hall & Gardner Lindzey,1993) ego atau diri merupakan eksekutif kepribadian untuk mengontrol tindakan (prilaku) dengan mengikuti


(35)

prinsip kenyataan atau rasional, untuk membedakan antara hal-hal terdapat dalam batin seseorang dengan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada yang realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya, terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, pesaan dan cita-cita akan seseorang akan dirinya secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun, sebaliknya jika tidak tepat dan tidak relistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang bermasalah.

Kepercayaan akan dirinya yang berlebihan (over confidence) menyebabkan seseorang dapat bertindak kurang memperhatikan lingkungannya dan cendrung melabrak norma dan etika standar yang berlaku, serta memandang sepele orang lain. Selain itu, orang yang memiliki over convidece sering memiliki sikap dan pemikiran yang over estimate terhadap sesuatu. Sebaliknya kepercayaan diri yang kurang, dapat menyebabkan seseorang cendrung bertindak ragu-ragu rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian. Kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi lingkungan sosialnya.

Begitu pula, setiap orang yang memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan dirinya, sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak


(36)

senang akan keadaan dirinya. Sikap terhadap dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga diri (penilaian diri), yang menurut Maslow merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Sikap dan mencintai diri yang berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan mental, biasa disebut narcisisme. Sebaliknya orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat menimbulkan masochisme .

Disamping itu, setiap orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita yang tidak realistis dan berlebihan, serta sangat sulit untuk dicapai mungkin hanya akan berakhir dengan kegagalan yang pada akhirnya dapat menimbulkan frustasi, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku salah - suai (mal adjusted). Sebaliknya, orang yang kurang memiliki cita-cita tidak akan mendorong kearah kemajuan.

Berkenaan dengan diri atau ego ini, John F.Pietrofesa (1971) mengemukakan tiga komponen tentang diri yaitu :

1. Aku ideal (Ego ideal)

2. Aku yang dilihat dirinya (self as seen by self) dan 3. Aku yang dilihat orang lain (self as seen by others)

Dalam keadaan ideal ketiga aku ini persis sama dan menunjukkan kepribadian yang sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan yang signifikan diantara ketiga aku tersebut merupakan gambaran dari ketidak utuhan dan ketidak sehatan kepribadian. Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut diatas, kita bisa melihat arah dan hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri di sekolah yaitu terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta


(37)

didik yang realistis, sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

Secara konseptual, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 kita mendapati rumusan tentang pengembangan diri, sebagai berikut : pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan di bimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegitan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Berdasarkan rumusan diatas dapat diketahui bahwa Pengembangan Diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Dengan sendirinya, pelaksanaan kegiatan pengembangan diri jelas berbeda dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran. Seperti pada umumnya, kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran dilaksanakan dengan lebih mengutamakan pada tatap muka dikelas, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum (pembelajaran reguler), di bawah tanggung jawab guru yang berkelayakan dan memiliki kompensi dibidangnya. Walau untuk hal ini dimungkinkan dan bahkan sangat disarankan untuk mengembangkan kepentingan


(38)

pembelajaran di luar kelas guna memperdalam materi dan kompetensi yang sedang dikaji dari setiap mata pelajaran.

Sedangkan kegiatan pengembangan diri seyogyanya lebih banyak dilakukan diluar jam reguler (jam efektif), melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah, dibawah bimbingan Pembina ekstrakurikuler terkait, baik Pembina dari unsur sekolah maupun luar sekolah. Namun perlu diingat bahwa kegiatan ekstrkurikuler yang lazim diselenggarakan disekolah, seperti : Pramuka, Olahraga, kesenian, PMR, kerohanian atau jenis-jenis ekstrakurikuler lainnya yang sudah terorganisir dan melembaga bukanlah satu-satunya kegiatan untuk pengembangan diri.

Dibawah bimbingan guru maupun orang lain memiliki kompetensi dibidangnya, kegiatan pengembangan diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar kegiatan jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku, mengunjungi nara sumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk kepentingan pembelajaran dan pengembangan diri siswa itu sendiri.

Selain kegiatan diluar kelas, dalam hal-hal tertentu kegiatan pengembangan diri bisa saja dilakukan secara klasikal dalam jam efektif, namun seyogyanya hal ini tidak dijadikan andalan, karena bagaimanapun dalam pendekatan klasikal kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai


(39)

dengan kebutuhan, bakat, dan minatnya relatife terbatasi. Hal ini tentu saja akan menjadi kurang relevan dengan tujuan dari pengembangan diri itu sendiri sebagaimana tersurat dalam rumusan tentang pengembangan diri di atas.

Dibandingkan dengan kuriulum sebelumnya, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terjadi pengurangan jumlah jam efektif setiap minggunya, namun dengan adanya pengembangan diri maka sebetulnya aktivitas pembelajaran diri siswa tidaklah berkurang, siswa jusru akan lebih disibukkan lagi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri yang memang lebih bersifat ekspresif, tanpa

“terkerangkeng” di dalam ruangan kelas.

Kegiatan pengembangan diri harus memperhatikan prinsip keragaman individu. Secara psikologis setiap siswa memiliki kebutuhan, bakat dan minat serta karakteristik lainnya yang beragam. Oleh karena itu, bentuk kegiatan pengembangan diri pun seyogyanya dapat menyediakan beragam pilihan.

Hal yang fundamental dalam kegiatan Pengembangan Diri bahwa pelaksanaan pengembangan diri harus terlebih dahulu di awali dengan upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan, bakat dan minat, yang dapat dilakukan melalui teknis tes (tes kecerdasan, tes bakat, tes minat dan sebagainya) maupun non tes (skala sikap, inventori, observasi, studi dokumenter, wawancara dan sebagainya)

Dalam hal ini, peranan bimbingan dan konseling menjadi amat penting, melalui kegiatan aplikasi instrumentasi data dan himpunan data, bimbingan dan konseling seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan, bakat, minat serta karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar untuk penyelenggaraan pengembangan diri di sekolah, baik melalui kegiatan yang


(40)

bersifat temporer, kegiatan ekstrakurikuler, maupun melalui, maupun melalui layanan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Namun harus diperhatikan pula bahwa kegiatan Pengembangan Diri tidak identik dengan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling tetap harus ditempatkan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah dengan keunikan karakteristik pelayanannya. Terkait dengan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah kemungkinan besar akan menggunakan konsep baru menggantikan pola 17 yang selama ini diterapkan. Ke depannya kemungkinan akan digunakan konsep baru yang lebih dikenal sebutan bimbingan dan konseling komprehensif dan Pengembangan (Developmental and Comprehensive and Counseling), dimana layanan bimbingan dan konseling lebih bersifat menyeluruh (guidance for all) dan tidak lagi terfokus pada pendekatan klinis (clinical atau therapeutical approach) akan tetapi lebih mengutamakan pendekatan pengembangan (developmental approach)

Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan perbedaan dari kedua pendekatan tersebut adalah :

1. Pendekatan Pengembangan : a. Bersifat Pedagogis

b. Melihat potensi klien (siswa)

c. Berorientasi pengembangan potensi positif klien (siswa) d. Menggembirakan klien (siswa)

e. Dialog konselor menyentuh klien (siswa), klien (siswa) terbuka f. Bersifat humanistic-religius

g. Klien (siswa) sebagai subyek memegang peranan, memutuskan tentang dirinya.


(41)

h. Konselor hanya membantu dan memberi alternative-alternatif

2. Pendekatan Klinis (Model lama) a. Bersifat klinis

b. Melihat kelemahan klien

c. Berorientasi pemecahan masalah klien (siswa) d. Konselor serius

e. Klien (siswa) sering tertutup f. Dialog menekan perasaan klien g. Klien sebagai obyek

Dengan demikian, layanan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi pengembangan, seperti layanan pembelajaran, penempatan dan bimbingan kelompok kiranya perlu lebih dikedepankan dan ditingkatkan lagi dari segi frekuensi maupun intensitas pelayanannya.

B. Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja dan Permasalahannya 1. Pengertian Kenakalan Remaja

Remaja merupakan individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan dari aspek fisik, psikis dan sosial dengan batasan usia antara 10-24 tahun dan belum terikat oleh perkawinan.

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat


(42)

bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1998 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai

oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.

Dalam bakolak inpres no : 6/1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :

1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ;

2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin 3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotik, hubungan seks diluar


(43)

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim ( dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau ada batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalkan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

Kenakalan remaja (Juvenile Delinquence) adalah merujuk kepada perbuatan dan aktifiti remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang Negara dan agama, seperti mencuri, merampok, merogol, berzina, membunuh, managih dadah, durhaka terhadap ibu dan bapak dan masih banyak lagi. Perbuatan remaja dikatakan nakal karena dianggap belum matang, belum dewasa dan perbuatan jenayah yang mereka lakukan tidak dikenakan hukuman berat. Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka ialah remaja itu ditempatkan di pusat-pusat pemulihan akhlak dan diberi pendidikan khas.

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa latin Juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, cirri karekteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinguent berasal dari bahasa latin“delinguere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas


(44)

artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, peneror, durjana, dan lain sebagainya.Juvenile delinguency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk prilaku yang menyimpang. Menurut Kartono (2003) istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.

2. Permasalahan Kenakalan Remaja

Berbicara mengenai masalah remaja tidak akan habisnya. Saat ini generasi muda khususnya remaja, telah digembleng berbagai disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab dari generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang menyadari peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara di masa yang akan datang. Tetapi, dibalik semua itu ada sebagian generasi muda yang kurang menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.

Disatu pihak remaja berusaha berlomba-lomba dan bersaing dalam menimba ilmu, tetapi dilain pihak remaja berusaha menghancurkan nilai-nilai moralnya sebagai manusia. Hal ini sangat memprihatinkan bagi kita semua. Memang tingkah laku mereka hanyalah merupakan masalah kenakalan remaja, tetapi lama-kelamaan menuju suatu tindakan kriminalitas yang sangat meresahkan.


(45)

Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.

Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya sendiri-sendiri, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak-anak, seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak bantuan dari orang dewasa.

Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.

Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam mesin raksasa daripada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu keyakinan akan identitas dir sebagai seorang pribadi.

Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :


(46)

Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat - nasihat bagus yang tinggal hanya kata–kata indah.

b. Sikap apatis

Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang b ersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.

c. Kecemasan dan kurangnya harga diri

Kata stress atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam

bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat

penenang, seks dan lainnya).

d. Ketidakmampuan untuk terlibat

Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.


(47)

Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi

mendapat nilai baik atau ijasah.

f. Pemujaan akan pengalaman

Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.

Bentuk–bentuk dari permasalahan kenakalan remaja antara lain :

a. Anak -anak muda yang berasal dari golongan orang kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura–hura dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan adat timur.

b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.

c. Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.


(48)

d. Membentuk kelompok (genk) anak muda yang tingkah lakunya sangat menyimpang dengan norma yang berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.

Kenakalan diatas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.

Mengingat banyaknya permasalahan kenakalan remaja saat ini, maka peranan konselor terhadap proses pengembangan diri dalam menanggulangi kenakalan remaja sangat diperlukan. Dengan bimbingan dan layanan yang diberikan oleh konselor pendidikan diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan kenakalan remaja yang terjadi pada zaman yang modern saat ini.

C. Kerangka pemikiran

Manusia adalah makhluk hidup yang membutuhkan manusia disekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan makhluk lainnya. Karena manusia selalu tergantung dengan makhluk yang lainnya. Menurut Soerjono Soekanto (1990: 61) bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Dalam kehidupan, interaksi yang dilakukan oleh manusia dikarenakan adanya komunikasi dan proses sosial yang terjadi. Setiap manusia selalu melakukan proses sosialisasi dalam kehidupannya. Seperti halnya orang dewasa yang telah dulu melakukan interaksi sosial dalam kehidupan mereka, remajapun melakukan hal yang sama.


(49)

Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor pendidikan harus menjalankan peranannya dalam memberikan proses konseling yang di dalamnya terdapat pelayanan dalam proses pengembangan diri.

Kenakalan remaja merupakan bentuk perilaku menyimpang yang dialami oleh remaja dalam periodenya masing-masing yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Termasuk konselor pendidikan. Beberapa bentuk permasalahan kenakalan remaja misalnya pergi ke diskotik, bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas, ngebut di jalanan dan membentuk kelompok (Genk) anak muda yang tingkah lakunya sangat menyimpang dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan di bimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegitan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik sehingga masalah kenakalan remaja pun dapat di tekan jumlahnya.

Konselor pendidikan dituntut mampu memberikan pelayanan terhadap proses pengembangan diri terutama terhadap proses pengembangan diri siswa disekolah agar para siswa tidak terlibat kenakalan remaja yang dapat diidentifikasi melalui kebutuhan, bakat dan minat.


(50)

Konselor

Peranan konselor pendidikan terhadap proses

pengembangan diri siswa : a. Metode dalam

Pengembangan diri b. Media yang digunakan

dalam proses pengembangan diri.

Peranan konselor pendidikan dalam menanggulangi kenakalan remaja :

a. Pengetahuan tentang kenakalan remaja b. Pemecahan yang

sering dilakukan dalam menangani masalah kenakalan remaja.

Bagan Kerangka Pikir

Kendala yang dihadapi Konselor Pendidikan dalam

Strategi yang digunakam konselor pendidikan


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (2001:24) bahwa penelitian ini adalah cara yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan di lapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dari data penelitian lapangan. Menurut Sudipan Sadi Hutomo dalam Bungin (2003:56) deskriptif kualitatif artinya mencatat secara teliti segala gejala atau fenomena yang dilihat dan di dengar serta dibacanya dengan wawancara atau bukan, catatn lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, catatan atau demo, dokumen resmi atau bukan yang lain-lain. Peneliti harus membandingkan, mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan.

Dari definisi di atas, maka penelitian ini bermaksud mengetahui secara detail peranan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa dalam menghadapi kenakalan remaja. Guna mendapat informasi dan memadai mengenai peranan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa dalam menghadapi kenakalan remaja maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Karena dengan pendekatan ini dimaksudkan peneliti dapat menjajaki secara lebih mendalam objek yang akan diteliti yaitu konselor pendidikan dan siswa yang bersangkutan.


(52)

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian karena fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Adapun fokus dalam penelitian ini antara lain :

1. Peranan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa :

a. Metode/ cara yang digunakan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa

b. Media/alat yang digunakan konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa.

2. Peranan konselor pendidikan dalam menanggulangi kenakalan remaja : a. Masalah kenakalan remaja,

b. Pemecahan masalah seputar kenakalan remaja, c. Kendala konselor pendidikan

d. Strategi konselor pendidikan

C. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu kebebasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga menjadi pertimbangan dalam penentua lokasi penelitian (Lexy J Moleong,2000:86)


(53)

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini perlu dibatasi lokasi penelitiannya. Adapun lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung. Dipilihnya lokasi penelitian ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah ini sebagai barometer penanaman akhlak yang berdasarkan ajaran islam.

D. Teknik Penentuan Informan

Menurut Spradley dalam Faisal (1990:45) informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu;

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan kegiatan medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

4. Subjek dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relative masih lugu dalam memberikan informasi.

Penentuan Informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.


(54)

Adapun kriteria dari informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah 2 tenaga konselor pendidikan di sekolah dan 2 siswa (klien)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini digunakan beberapa tekhnik antara lain :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu persoalan tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih dapat berhadap–hadapan secara fisik. Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapat keterangan –keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara mendalam ini dengan percakapan secara langsung, bertatap muka dengan informan yang diwawancarai. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam ini diharapkan akan memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian ini dan mendapat gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis data selanjutnya. Wawancara mendalam akan dilakukan dengan pedoman wawancara. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar kesan dialogis informan nampak.


(55)

Tekhnik ini dilakukan dengan mencari literatur atau buku–buku bacaan yang mengandung teori, keterangan atau laporan yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Moleong (2001:103) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan rumusan hipotesis, seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untukmemberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Dari definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data adalah suatu usaha untuk mengkaji ulang dari hasil yang telah dilakukan kategori sehingga bisa dijadikan pola yang memiliki relevansi dengan teori-teori yang dilakukan dalam penelitian, yang kemudian ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Proses analisis data kualitatif menurut Mathew B.Miles dan A.Michael Huberman dalam penelitian ini digunakan metode analisis data kualitatif dan menggunakan 3(tiga) komponen analisis, yaitu:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan dituangkan ke dalam laporan atau uraian yang lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang memaparkan, menggolongkan, mengarahkan membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi. Dalm penelitian ini reduksi daa dilakukan pada data primer, yaitu


(56)

hasil wawancara. Data yang diperolah kemudian diedit, dirangkum dan difokuskan pada hal-hal yang penting dan dibuat ketegori.

2. Penyajian (Display) Data

Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti melihat data secara keseluruhan dari bagian-bagian penting. Bentuk penyajian data yang digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif. Selanjutnya, hasil teks naratif tersebut diringkas kedalam bentuk bagan yang menggambarkan alur proses perubahan cultural, dari monokultularis ke interkultularis. Kemudian peneliti menyajikan informasi hasil penelitian berdasarkan pada susunan yang telah diabstraksikan dalam bagan tersebut.

3. Menarik Kesimpulan dan verifikasi data

Proses ini merupakan kegiatan yang telah dilakukan sejak pengumpulan data melalui wawancara, observasi langsung dan mengambil atau mengutip informasi-informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. Kesimpulan akan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dilakukan sebagai tinjauan pada catatan yang telah ada sebelumnya.


(57)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara terhadap para informan yang telah dilaksanakan dan datanya diolah secara sistematis sebagaimana yang ditetapkan dalam metode penelitian. Setelah diadakan penelitian terhadap informan yang menjadi konselor pendidikan dan siswa yang dibimbing oleh kenselor pendidikan itu sendiri, berikut ini akan di gambarkan bagaimana peran konselor pendidikan terhadap proses pengembangan diri siswa dalam menanggulangi kenakalan remaja.

1. Informan 1

Drs. Spr. Laki-laki berumur 52 tahun, beragama Islam. Ia berdomisili di Bandar Lampung. Saat ini aktif sebagai Pengajar sekaligus koordinator guru Bimbingan Konseling (BK) di Madrasah Aliah Negeri 1 Bandar Lampung.

Pengembangan diri merupakan suatu hal yang sangat penting, dan harus diikuti oleh semua siswa, agar siswa mampu menyeimbangkan diri antara rasio dan emosi, sehingga siswa dapat terarah menuju perbuatan yang positif dan berguna bagi lingkungan sekitarnya.


(58)

Menurut Informan 1, pengembangan diri merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Tanpa pengembangan diri, seseorang tidak akan mungkin bisa berfikir maju. Pengembangan diri dipengaruhi oleh seberapa besar kepercayaan, sikap dan cita-cita dari seseorang.

Banyak metode/cara yang dilakukan para guru bimbingan konseling di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung salah satunya adalah layanan bimbingan konseling perkembangan. Bimbingan perkembangan dilaksanakan dengan berkelompok tidak secara perseorangan. Bentuk layanan ini mempunyai tujuan yang sama yakni untuk membentuk konsep-diri dan kematangan karir seorang siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari komentar yang dinyatakan oleh informan 1 berikut ini :

“Dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, kami disini menerapkan metode layanan bimbingan perkembangan yakni dimana para

siswa di bimbing secara berkelompok tidak perseorangan saja”.

(wawancara, 23 November 2011)

Dengan metode/cara bimbingan konseling perkembangan ini, sebenarnya masih banyak siswa yang kurang paham dikarenakan mereka terbiasa dengan layanan yang sifatnya individual. Namun dengan media/alat yang telah disiapkan oleh konselor pendidikan atau guru BK, hal ini dapat diatasi. Media/alat yang digunakan guru BK di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung sama halnya dengan media/alat yang digunakan para konselor pada umumnya. Misalnya alat penghimpun data seperti angket, daftar cek dan lain-lain.

Dalam proses bimbingan informan mengaku mempergunaka media/alat khusus yang dibuat dengan ketentuan yang telah diatur. Media/alat yang digunakan guru


(59)

BK di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung seperti angket, dan daftar cek digunakan sebagai alat penghimpun data yang di dalamnya berisi pertanyaan yang menyangkut minat bakat, kemampuan siswa dalam proses belajar dan pemilihan ekstra kurikuler yang ingin dipilih para siswa sebagai salah satu media pengembangan diri. Dengan media ini, guru BK dapat menganalisis kemampuan potensi seorang siswa dan mempermudah dalam memberikan layanan bimbingan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran hingga mengarahkan siswa dalam proses pengambilan keputusan. Madrasah Aliyah Negeri Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang bernuansa islami. Oleh sebab itu, para tenaga pendidik yang bekerja di bidang konselor atau guru BK juga dituntut dalam memberikan konseling kepada siswa yang berhubungan dengan ajaran-ajaran islam. Misalnya bagaimana menumbuhkan kedisiplinan dalam menjalankan ibadah, baik yang sifatnya muamalah, syariah, maupun tarbiyah.

“Sebenarnya banyak media yang dapat digunakan dalam memberikan konseling pada siswa, di MAN 1 sendiri saya sebagai guru BK memberikan layanan konseling dengan media seadanya. Contohnya, angket, papan informasi, daftar cek, dan terkadang saya menggunakan LCD. Semuanya itu berguna dalam setiap layanan, baik layanan informasi, orintasi siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, memotivasi siswa dalam belajar agar lebih giat, lebih cepat dalam mengembangkan diri dan tentunya menciptakan siswa agar menjadi siswa yang berakhlak mulia berdasarkan

aturan agama”.(wawancara, 23 November 2011)

Meskipun Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung sudah menerapkan peraturan yang dapat mencegah kenakalan siswa, namun masih ada siswa yang melanggar aturan tersebut. Hal ini dapat dikaitkan dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung masih dikatakan wajar jika dihubungkan dengan masa perkembangan


(60)

siswa itu sendiri. Contoh dari kenalakan remaja yang terjadi pada siswa MAN 1 Bandar Lampung antara lain merokok, membolos, tawuran dan kurangnya disiplin, ditambah lagi dengan majunya teknologi. Masih ada siswa yang menggunakan handpon yang di dalamnya di dapati video porno. Inilah yang menjadi beberapa pekerjaan para konselor pendidikan atau guru bimbingan konseling agar bisa mengendalikan dan menyadarkan siswa-siswa yang melakukan kenakalan tersebut.

“Kami sebagai guru bimbingan konseling selalu berupaya dalam

memberikan konseling terhadap anak-anak didik kami. Diantara mereka ada yang kenakalannya tidak hanya di lakukan oleh siswa kami saja, di sekolah lainpun ada yang melakukannya. Misalnya, merokok, membolos, tawuran, dan terlebih lagi dengan kenakalan yang berhubungan dengan seks dan

pornografi”(wawancara, 23 November 2011)

Dalam menghadapi kenakalan remaja yang beragam tentunya para konselor pendidikan atau guru bimbingan konseling memiliki cara dalam memecahkan permasalahan kenakalan remaja. Demikian juga dengan para konselor pendidikan atau guru bimbingan konseling yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung. Dalam mengatasi kenakalan remaja, para guru bimbingan konseling melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat dimana dia hidup. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak didik dalam memberikan pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar agar siswa-siswi mendapatkan hasil belajar yang baik serta


(61)

dapat selalu berfikir positif dalam menjalani rutinitas kegiatan sehari-hari sehingga siswa dapat menghindari kenakalan remaja yang terjadi di sekitarnya.

“Pemecahan masalah seputar kenakalan remaja sudah banyak di perbincangkan dalam setiap pertemuan guru bimbingan konseling, namun kami di sini berusaha memecahkannya dengan banyak memberikannya melalui pendidikan yang Insya Allah dapat memberikan suatu pemikiran kepada siswa agar dapat berfikir positif dalam kehidupannya sendiri dan tentunya guru sebagai model atau contoh dapat memberikan suatu

pengertian akan bahaya kenakalan remaja itu sendiri”. (wawancara, 23 November 2011)

Memecahkan masalah seputar kenakalan remaja tidak semudah apa yang dibayangkan, adakalanya para konselor pendidikan menghadapi banyak kekurangan dalam proses pemecahan masalah kenakalan remaja ini. Meskipun banyak cara yang dilakukan para konselor pendidikan atau guru bimbingan konseling dalam memberikan pelayanannya, tidak jarang para siswa kembali melakukan kenakalan tersebut. Ini artinya bimbingan atau layanan konseling belum mampu menyadarkan para siswa akan bahaya kenakalan remaja. Hal ini terkait dengan banyak hal yang mempengaruhinya. Diantaranya, kurangnya sarana dan prasarana konseling, peran aktif orang tua dalam mengawasi anak-anaknya, dan kurangnya kesadaran diri dari anak atau siswa itu sendiri.

“Sebenarnya banyak kendala dalam mengurangi atau mencegah kenakalan remaja, terutama jika menghadapi siswa yang memang memerlukan perhatian serius dalam penanganannya. Di MAN 1 Bandar Lampung ini, kami mengalami kekurangan dalam sarana dan prasarana yang ada. Misalnya ketersediaan ruangan yang nyaman untuk memberikan suatu penyuluhan ataupun bimbingan tentang kenakalan remaja dan dalam memberikan motivasi pada siswa. Selain itu, kami juga mengalami suatu kekurangan dalam memberikan informasi jika peran serta orang tua kurang


(62)

Dalam memberikan layanan konseling, Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi dan ini merupakan salah satu strategi konselor dalam memberikan layanannya.

“Strategi dalam memberikan layanan konseling kepada siswa sangat bervariasi, tentunya harus melihat situasi dan kondisi yang ada. Contohnya dengan cara ceramah. Meskipun kami sebagai guru bimbingan konseling memiliki waktu khusus dalam pembinaan, namun kami rasa itu kurang. Sehingga kami harus menyisipkannya pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat kegiatan ekstrakulikuler, ataupun dalam waktu awal dalam

pembelajaran”.(wawancara, 23 November 2011)

Metode ceramah merupakan metode yang paling baik, tetapi dalam situasi lain mungkin sangat tidak efisien. Guru yang bijaksana senantiasa menyadari kondisi-kondisi yang berhubungan situasi pengajaran yang dihadapinya, sehingga ia dapat menetapkan bilamanakah metode ceramah sewajarnya digunakan, dan sebaiknya dipakai metode lain. Tidak jarang guru menunjukkan kelemahannya, karena ia hanya mengenal satu atau dua macam metode saja dan karenanya ia selalu saja menggunakan metode ceramah untuk segala macam situasi.

“jika strategi dalam memberikan layanan dengan metode ceramah tidak efektif, biasanya kami menggunakan tindakan preventif, ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja pada anak murid kami. Sebagai contoh tindakan prefentif yang kami lakukan misalnya, memberikan suatu peringatan kepada masyarakat di lingkungan sekolah agar berperan aktif dalam mencegah bolosnya siswa dari jam pelajaran, memberikan


(1)

Kedisiplinan merupakan unsur yang penting bagi setiap individu dalam membentuk pola perilaku yang sesuai, baik ditinjau dari manusia sebagai makhluk sosial maupun makhluk spiritual.

Guru sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa.

Dari hasil penelitian, metode ceramah merupakan metode yang sering dilakukan. Metode ini sangat berguna dalam memberikan motivasi dan pemahaman pada siswa, baik dalam hal pelajaran maupun dalam hal kehidupan pribadi pada tiap masing-masing siswa. Guru BK yang juga merangkap sebagai pembina ekstrakulikuler di MAN 1 Bandar Lampung sadar akan pentingnya pengembangan diri. Hal ini terlihat dengan banyaknya prestasi yang telah diperoleh siswa-siswi MAN 1 Bandar Lampung dalam setiap perlombaan.

Selain metode ceramah, ada juga metode pengembangan. Metode ini adalah metode yang dilakukan secara berkelompok dan para siswa dituntut dapat memberikan konseling antar teman. Konselor/guru BK hanya menjadi fasilitator dalam proses sharing yang dilakukan oleh para siswa dan siswi MAN 1 Bandar Lampung. Dengan metode bimbingan pengembangan, siswa dapat melihat dan berintropeksi akan dirinya sendiri terkait dengan bakat dan minat yang dimiliki. Metode bimbingan


(2)

✂ ✄ perkembangan hampir sama dengan layanan bimbingan karir. Perbedaannya terletak pada teknik pemberian bimbingan itu sendiri. Jika bimbingan perkembangan dilakukan dengan cara berkelompok, namun dalam layanan bimbingan penempatan dan penyaluran (karir) lebih sering dilakukan secara individu ini terkait dengan media yang digunakan pada masing-masing layanan konseling tersebut.

Para konselor pendidikan/guru BK di MAN 1 Bandar Lampung dalam proses konseling, juga menggunakan media. Media yang sering dipakai dalam memberikan materi pengembangan diri berupa LCD dan dalam memberikan layanan informasi media yang dipakai adalah pamflet ataupun selebaran yang berisi informasi. Media ini sering digunakan dalam layanan bimbingan perkembangan. Media angket juga pernah diberikan kepada siswa, hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana perkembangan diri yang di alami oleh para siswa MAN 1 Bandar Lampung. Media ini dapat digunakan pada saat layanan bimbingan konseling perkembangan dan penempatan penyaluran (karir).

Pengawas bertugas mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling, dan juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor.

Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang konselor dari sebuah kasus adalah bahwa kasus yang ditanganinya tidak ada kaitannya dengan perkara kriminal ataupun perdata, dan konselor tidak menangani kasus-kasus berkenaan dengan keadaan sakit


(3)

ataupun ketidaknormalan secara fisik, konselor juga tidak boleh memandang suatu kasus dari berat ringannya, tetapi kasus itu hendaknya ditangani secara professional dan bertanggung jawab baik dengan tindakan preventif, represif atau tindakan kuratif dan rehabititasi.

B. Saran

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling semua pihak yang terkait dituntut untuk mampu bekerjasama dengan baik dalam penyelesaian masalah yang dihadapi siswa. Dikarenakan Tidak semua siswa dapat memahami, menerima dan mengarahkan dengan baik kelebihan dan kelemahan, bakat dan minat, potensi serta ciri-ciri kepribadian yang dimilikinya.

Kepada Kepala Sekolah dan Stafnya diharapkan mau memberi kesempatan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk memilih metode-metode dan strategi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling demi efektifitas dan efisien serta optimalisasi Layanan Bimbingan dan konseling. Pihak sekolah hendaknya dapat memfasilitasi kegiatan ini dengan cara selalu memberikan dukungan baik moral maupun material. Semua guru yang ada disekolah hendaknya dapat menyambut positif kegiatan ini, dengan tetap memberikan bimbingan kepada sebaya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kepada siswa-siswi yang diberikan tugas sebagai pembimbing sebaya hendaknya mampu menjalankan amanah yang diberikan dengan penuh tanggung jawab. Dan mudah-mudahan model konseling yang ada di MAN 1


(4)

81

Bandar Lampung ini dapat dijadikan referensi atau acuan bagi sekolah-sekolah lainnya untuk dapat diterapkan di masing-masing sekolah.


(5)

Ahmadi, Abu, dkk. 2004.Psikologi Belajar.Rineka Cipta : Jakarta

Burhanudin, Yusak. 2005.Administrasi Pendidikan.Pustaka Setia. Bandung Basrowi dan Suwandi. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif.Rineka Cipta:

Jakarta

Dalyono. 2005.Psikologi Pendidikan. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta

Helen. 2002.Bimbingan dan Konseling. Liputan Press. Jakarta

Moleong, Lexy. 2000.Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Mugiarso, Heru. 2006.Bimbingan dan Konseling.UPT UNNES Press. Semarang. Nawawi, Hadari. 2003.Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Universiy

Press. Yogyakarta.

Nurihsan, A. Juntika. 2006.Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan,PT. Refika Aditama. Bandung.

Prayitno dan Erman Emfi, 1995.Dasar-dasar Bimbingan Konseling.PT. Rhineka Cipta, Jakarta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,PT. Rhineka Cipta. Jakarta


(6)

Soecipto dan Raflis Kosasi. 2004.Profesi Keguruan.PT. Rhineka Cipta. Jakarta Soekanto, Soerjono. 1985.Pengenalan Sosiologi I: Max Weber, Konsep-konsep

Dasar Dalam Sosiologi. Rajawali Pers. Jakarta

Soekanto,Soerjono.1988.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta Sugiyono. 2008.Metode Peneletian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung

Umar dan Sartono. 2001.Bimbingan dan Penyuluhan.Pustaka Setia. Bandung. W.S. Wingkel. 1991.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.PT.

Grasindo. Jakarta.

Yusuf, Syamsu dan Nurisman, A. Juntika. 2006.Landasan Bimbingan dan Konseling.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Internet :

1. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/cara-mengatasi-kenakalan-remaja.html (Diakses Tanggal 24 Januari 2012 )

2. http://www.andragogi.com/document/psikologi_pendidikan.htm (Diakses pada tanggal 7 Februari 2011)

3. www. Wikipedia.com/hakikatbimbingandankonseling.html(Diakses pada tanggal 7 Februari 2011)

4. www.mabespolri.co.id (Diakses pada tanggal 2 Agustus 2010) 5. http://rac.uii.ac.id/server/document/Public (Diakses pada tanggal 2