41
4. Corak Pembaruan
Secara leksikal , istilah “corak” mengandung banyak arti, seperti
bunga atau gambar-gambar pada kain; berjenis-jenis warna pada warna dasar; sifat paham, macam, bentuk tertentu. Bercorak berarti mempunyai
corak; beragi; bergambar; berwarna pada dasar; bersifat; berupa berpaham dsb.
107
Dalam kamus lain, istilah “corak” juga diartikan “warna”,
108
atau berarti pula “gambar, warna, pola, motif, model, variasi, nuansa”. Dengan
begitu, bercorak berarti “bergambar, berwarna, berpaham, bersifat, berupa”.
109
Sedangkan Muhammad Ali memaknai “corak” dengan “ragi atau
gambaran pada kain, tenunan, anyaman, warna dasar kain, bendera, sifat, paham, macam, dan b
entuk”.
110
Dengan pendekatan leksikal di atas, tampak bahwa istilah “corak” dimaknai dengan berbagai arti. Karena itu, untuk keperluan
operasional, maka pengertian corak yang digunakan adalah “sifat”. Hal ini di
samping untuk konsistensi istilah dan makna yang dijadikan pegangan dalam pembahasan nanti, juga makna tersebut sesuai dengan konteks
pembahasan materi. Dengan begitu, corak pembaruan berarti pula sifat pembaruan. Jadi, dalam kaitan dengan tulisan ini, frasa
“pembaruan dan coraknya” sebagaimana terdapat dalam subbab di atas sedapat
mungkin dikait kan dengan model -model pembaruan yang dilakukan di Jami‟ah Almuslim, lalu dianalisis sehingga dapat ditentukan corak pembaruannya.
Penentuan corak pembaruan pendidikan yang dilakukan pada Jami‟ah
Almuslim dapat diidentifikasi melalui detail pembaruan pada aspek-aspek pendidikannya, yang meliputi kelembagaan pendidikan, sistem pendidikan, baik
107
Alwi, dkk., Kamus, h. 220.
108
Suharto dan Tata Iryanto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru,cet. 1 Surabaya: Penerbit Indah, 1989, h. 38.
109
Bambang MRH, Kamus Bahasa Indonesia Populer, cet. 1 ttp: Bintang Pelajar, t.t, h. 45.
110
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, cet. 1 Jakarta: Pustaka Amani, t.t., h. 68.
42
tujuan, pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, dan evaluasi serta metodologinya dari h
alaqah ke klasikal. Pembaruan yang dilakukan pada keseluruhan aspek pendidikan tersebut tentulah tidak selalu sama.
Sebagian aspek diperbarui dengan jalan merumuskan kembali postulat baru karena yang lama dianggap tidak memadai lagi. Akan tetapi, aspek-aspek
lainnya mengalami pembaruan sesuai dengan dinamika yang berkembang, seperti penggemuk atau penciutan, penambahan atau pengurangan, pengadaan
atau peniadaan, pengembangan, peningkatan, dan bahkan penataan ulang. Keseluruhan istilah operasional di atas akan selalu bermakna pembaruan, bila
dilakukan atas dasar efektivitas, efisiensi, dan produktivitas menuju kepada kemajuan.
Keseluruhan pembaruan pada aspek-aspek pendidikan Jami‟ah Almuslim
seperti yang direpresentasikan oleh kata-kata operasional di atas akan dikaji dengan berusaha mengidentifikasi coraknya. Dengan begitu, corak
pembaruan pada Jami‟ah Almuslim dapat dipetakan berdasarkan rincian usaha-
usaha pembaruan yang telah dilakukan. Dalam kaitan ini, boleh jadi pembaruan
Jami‟ah Almuslim dilakukan secara radikal atau justru dilakukan secara akomodatif-kompromistis dengan mengambil corak lembaga pendidikan
berbentuk madrasah, sekolah dan perguruan tinggi.
5. Kerangka Pikir