42
tujuan, pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, dan evaluasi serta metodologinya dari h
alaqah ke klasikal. Pembaruan yang dilakukan pada keseluruhan aspek pendidikan tersebut tentulah tidak selalu sama.
Sebagian aspek diperbarui dengan jalan merumuskan kembali postulat baru karena yang lama dianggap tidak memadai lagi. Akan tetapi, aspek-aspek
lainnya mengalami pembaruan sesuai dengan dinamika yang berkembang, seperti penggemuk atau penciutan, penambahan atau pengurangan, pengadaan
atau peniadaan, pengembangan, peningkatan, dan bahkan penataan ulang. Keseluruhan istilah operasional di atas akan selalu bermakna pembaruan, bila
dilakukan atas dasar efektivitas, efisiensi, dan produktivitas menuju kepada kemajuan.
Keseluruhan pembaruan pada aspek-aspek pendidikan Jami‟ah Almuslim
seperti yang direpresentasikan oleh kata-kata operasional di atas akan dikaji dengan berusaha mengidentifikasi coraknya. Dengan begitu, corak
pembaruan pada Jami‟ah Almuslim dapat dipetakan berdasarkan rincian usaha-
usaha pembaruan yang telah dilakukan. Dalam kaitan ini, boleh jadi pembaruan
Jami‟ah Almuslim dilakukan secara radikal atau justru dilakukan secara akomodatif-kompromistis dengan mengambil corak lembaga pendidikan
berbentuk madrasah, sekolah dan perguruan tinggi.
5. Kerangka Pikir
Pendidikan Islam yang dilaksanakan di Aceh sebelum abad ke-20, masih digolongkan kepada sistem tradisional, berbentuk meunasah, rangkang, dan
dayah dengan seperangkat ciri ketradisonalnya, diyakini telah terjadi perubahan besar-besaran secara bertahap dimulai pada abad ke 20, yang ditandai dengan
berdirinya Jami‟ah Almuslim pada tahun 1929. Atas dasar itu, penelitian ini
dilaksanakan untuk dapat melihat secara benar, tepat dan akurat, kiprah Jami‟ah
Almuslim dalam rangka melakukan pembaruan pendidikan Islam di Aceh. Selanjutnya diperlukan skema kerangka pikir yang dibangun
berdasarkan asumsi bahwa pembaruan harus menawarkan term efektivitas, efisiensi, dan produktivitas sebagai indikator yang memungkinkan mencapai
sasaran yang diinginkan yaitu kemajuan. Dalam hubungan ini, Jami‟ah
43
CIRI PENDIDIKAN ISLAM MODERN SETELAH PEMBARUAN
1. KELEMBAGAAN
Kemadrasahan
Kesekolahan
2. MANAJEMEN
Kolektif
3. SISTEM PENDIDIKAN
Tujuan: Duniawi dan Ukhrawi
Pendidik: Profesional
Peserta Didik: Selektif
Kurikulum: Perpaduan Ilmu agama dan umum
Metode: disesuaikan dengan
materi
Evaluasi: Menyeluruh semua aspek
4. METODELOGI PENGAJARAN
Sistem Klasikal
Almuslim sebagai sasaran pembaruan harus dilihat, bahwa sebelum Jami‟ah
Almuslim melakukan pembaruan, pendidikan Islam di Aceh dilaksanakan secara tradisional pada institusi meunasah, rangkang, dan dayah. Skema
pikir berikut ini dimaksudkan untuk memberi gambaran bagaimana alur berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Gambar 2: Skema kerangka pikir
Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa pada Jami‟ah Almuslim
telah terjadi pembaruan, baik dalam bidang kelembagaan, sistem
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
INDIKATOR 1.
Efektif 2.
Efisien 3.
Produktif
SASARAN
Kemajuan
OBJEK PEMBARUAN
1. Kelembagaan
2. Manajemen
3. Sistem Pendidikan, meliputi: Tujuan,
Pendidik, Peserta didik, Kurikulum, Metode dan Evaluasi
3. Metodelogi Pendidikan
CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL SEBELUM PEMBARUAN
1. KELEMBAGAAN
Kedayahan
2. MANAJEMEN
Mono Leader
3. SISTEM PENDIDIKAN
Tujuan: Ukhrawi
Pendidik: dari kalangan santri
Peserta Didik: Tanpa batas usia
Kurikulum: Ulûm al-dîn
Metode: Baca kitab, Ceramah,
dll
Evaluasi: Terbatas
4. METODOLOGI PENGAJARAN