KESIAPAN PERANGKAT DESA DALAM MENERAPKAN UNDANG-UNDANG DESA (STUDI EMPIRIS PERANGKAT DESA DI BANTUL)

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Desa merupakan entitas penting dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan desa telah ada sebelum NKRI diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbesturende Landschappen dan Volksgemeenschappen” seperti desa di Jawa Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara menghormati kedudukan daerah istimewa dan segala peraturan mengenai hak-hak asal usul daerah tersebut. Dalam pasal 18 UUD 1945 dijelaskan bahwa negara dibagi dalam sejumlah daerah yaitu daerah yang bersifat otonom dan daerah yang bersifat administratif belaka.

Sejarah kelam hubungan negara-desa diawali lahirnya Undang-Undang No. 5 tahun 1979 tentang pemerintah desa. Pemerintah menyeragamkan susunan kelembagaan dan organisasi desa. Desa ditempatkan sebagai satuan wilayah pemerintahan di bawah kecamatan. Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah menghapus keberadaannya dan menempatkan desa dalam bingkai otonomi daerah. UU Otonomi Daerah tidak berlangsung lama. Undang-Undang


(2)

No 32 tahun 2004 menggantikan undang-undang yang ada. Kehadiran Undang-Undang No. 32 tahun 2004 diharapkan mampu mendorong kemandirian desa namun yang terjadi sebaliknya. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 justru mengkerdilkan keberadaan desa sebagai bagian dari pemerintah daerah.

Kemunculan Undang No 6 tahun 2014 atau sering disebut Undang-Undang Desa menjadi titik balik pengaturan desa di Indonesia. Undang-Undang-Undang-Undang Desa ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Januari 2014. Undang-undang ini mengatur materi mengenai asas pengaturan, kedudukan dan jenis desa, penataan desa, kewenangan desa, penyelenggaraan pemerintah desa, hak kewajiban desa dan masyarakat desa, peraturan desa, keuangan dan aset desa, pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan, badan usaha milik desa, kerja sama desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa, serta pembinaan dan pengawasan. Undang-Undang Desa telah menjabarkan secara sistematis serta mampu memberikan hak-hak pada setiap desa untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di desanya.

Bahasan mengenai Undang-Undang No 6 Tahun 2014 menjadi perlu dan penting. Mengingat jumlah desa di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 mencapai 77.548 desa atau kurang lebih 60 persen berada di naungan Pemerintah Desa. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. Perangkat desa memiliki sebutan khas di masing-masing daerah. Kepala daerah di daerah Sumatera Barat (suku Minangkabau) mempunyai istilah Wali Nagari yang dibantu oleh beberapa orang “Wali Jorong”. Di daerah Toraja Sulawesi Selatan,


(3)

desa dinamakan Lembang yang dipimpin oleh Kepala Lembang. Perangkat pemerintah desa Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dinamakan Perangkat Gampon sedangkan di daerah Jawa dikenal dengan sebutan Pamong Desa karena posisinya sebagai pemuka masyarakat dan memperoleh mandat untuk mengayomi dan membimbing masyarakat desa.

Pengesahan Undang-Undang Desa dipercaya memberikan perubahan orientasi pembangunan yang sebelumnnya cenderung ke arah perkotaan. Desa diharapkan sebagai tulang punggung pembangunan manusia dan ekonomi Indonesia. Ribuan kepala desa seluruh Indonesia menyambut dengan baik kecuali daerah Sumatera Barat yang menolak UU tersebut. Hal ini dikarenakan Undang-Undang Desa akan melemahkan eksistensi nagari di Sumatera Barat sebagai satu kesatuan adat, budaya, dan sosial ekonomi. Terkait pendapat diatas, Undang-Undang Desa telah diatur ketentuan khusus desa adat pada bab XIII. Bab XII terbagi atas empat bab meliputi penataan desa adat, kewenangan desa adat, pemerintahan desa adat, dan peraturan desa adat.

Bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, pemerintah mengeluarkan teknik pelaksanaan UU Desa dalam dua bentuk Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah No . 43 tahun 2014 yang dikeluarkan pada tanggal 30 Mei 2014. Peraturan ini berisi Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kedua yakni pada tanggal 21 Juli 2014 berisi Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Adapun keistimewaan Undang-Undang Desa sebagai berikut :


(4)

1) Dana miliyaran rupiah akan masuk ke desa

Tiap desa akan mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang Rp 1 Milyar per tahun. Alokasi dana desa sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

2) Penghasilan Kepala Desa

Keistimewaan berikutnya adalah menyangkut penghasilan tetap kepala desa. Pasal 66 meyebutkan bahwa kepala desa dan perangkat desa memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. Selain penghasilan tetap, kepala desa dan perangkatnya akan memperoleh tunjangan, jaminan kesehatan, dan penerimaan lain yang sah.

3) Kewenangan Kepala Desa

Uraian tugas, kewenangan, hak dan kewajiban kepala desa diatur dalam Undang-Undang Desa pasal 26 dan pasal 27. Tidak hanya itu, pasal 28 dan 29 berisi sanksi dan larangan bagi kepala desa.

4) Masa Jabatan Kepala Desa Bertambah

Masa jabatan kepala desa berdasarkan Undang-Undang Desa adalah 6 tahun dan dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Demikian juga masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa, bisa menjabat secara berturut-turut maupun tidak.


(5)

5) Penguatan fungsi Badan Permusyawaratan Desa

Fungsi Badan Permusyawatan Desa menurut Undang-Undang Desa, antara lain :

a) membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa

b) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa c) melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 sudah disosialisasikan kepada kepala dan perangkat desa setelah undang-undang resmi disahkan. Namun pencairan dana desa yang disebut dalam UU Desa, baru akan direalisasi pada tahun 2015. Beragam spekulasi mengenai besarnya dana yang diterima, bagaimana mengelola dana desa, dan cara menerapkannya terus menuai pro kontra.

Pro kontra terkait kebijakan baru menjadi wajar apalagi membawa perubahan atau bahkan mengubah tatanan yang sudah ada sebelumnya. Bagi mereka yang pro, undang-undang ini berdampak positif bagi desa. Setiap desa dapat menyejahterakan masyarakatnya sesuai prakarsa pada masing-masing desa. Bagi yang kontra, dana desa akan membuat rawan penyelewengan seperti korupsi sehingga menimbulkan keresahan terutama kepala desa selaku pimpinan tertinggi di desa. Masalah-masalah yang terjadi pada Undang-Undang Desa sebenarnya tidak hanya menyangkut pada masalah birokrasi, kualitas, efektivitas, serta praktek manajemen undang-undang di lapangan.


(6)

Dilihat dari sisi sumber daya manusia, pembahasan tentang penerapan Undang-Undang Desa menjadi topik yang menarik. Salah satu rahasia umum yang berkembang di masyarakat tentang desa adalah kapasitas sumber daya manusia desa yang diragukan. Adanya kebijakan baru jelas menjadi tantangan bagi desa untuk membuktikan kapasitas perangkat desa dalam pembangunan desa. Melalui pembangunan desa diharapkan desa dapat menjadi desa mandiri dalam mengelola keuangan dan potensi ekonominya sendiri sehingga terwujudnya pembangunan nasional.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berlokasi di kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul dipilih dikarenakan jumlah desa terbanyak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan, peneliti melakukan survei. Kesimpulan survei awal pada beberapa desa di Bantul menunjukkan bahwa :

“Mereka akan mematuhi apa yang telah menjadi ketentuan atau isi Undang- Undang No. 6 tahun 2014. Narasumber sangat antusias terkait pemberian gaji, jaminan kesehatan, dan tunjangan-tunjangan lain sebagaimana yang diatur dalam undang-undang. Meskipun begitu, ada yang setuju dan tidak mengenai penarikan tanah bengkok sebagai tanah kas desa. Keberatan ini disampaikan lantaran biaya sosial di desa cenderung lebih tinggi dibanding hidup di perkotaan. Pengelolaan keuangan dana desa secara transparan dan akuntable didukung penuh oleh mayoritas narasumber. Mereka terbiasa untuk membuat laporan keuangan sebagai bahan pelaporan untuk organisasi maupun masyarakat desa”.


(7)

Antusiasme perangkat desa harus diarahkan guna terwujudnya undang-undang yang sesuai harapan semua pihak. Setelah melakukan survei awal terhadap sumber daya manusia (perangkat desa), maka salah satu kunci untuk menjawab permasalahan diatas yakni meningkatkan kapasitas para perangkat desa. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi baik institusi maupun perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Kesiapan Perangkat Desa dalam Menerapkan Undang-Undang Desa (Studi Empiris pada Perangkat Desa di Bantul)”.

B. Rumusan Masalah

Penerapan Undang-Undang Desa berdampak pada banyak hal, terutama yang menjadi penelitian dari perangkat desa adalah perubahan pendapatan karena penarikan tanah plungguh atau bengkok oleh pemerintah pusat dan diganti dengan sistem penggajian. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kesiapan perangkat desa dalam menerapkan Undang-Undang Desa di kabupaten Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah “Untuk menguraikan penerapan Undang-Undang Desa di kabupaten Bantul”.


(8)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Perangkat desa

1) Perangkat desa dapat memahami hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam penerapan Undang-Undang Desa seperti kompetensi sumber daya manusia dalam hal pengelolaan keuangan, pengarsipan, penggunaan sistem informasi, dan transparansi pada masyarakat. 2) Meningkatkan partisipasi diri dalam melayani masyarakat.

3) Meningkatkan komitmen perangkat desa untuk memfasilitasi penerapan Undang-Undang Desa.

b. Masyarakat

1) Memperoleh keterbukaan informasi tentang penerapan Undang-Undang Desa.

2) Mendapatkan pelayanan yang lebih baik. 2. Bagi akademis

Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya sumber daya manusia di lingkungan Pemerintah Desa dan dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.


(9)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sumber Daya Manusia

Dalam rangka persaingan ini organisasi atau perusahaan harus memiliki sumber daya yang tangguh. Sumber daya dibutuhkan perusahaan atau organisasi tidak dapat dilihat sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang tangguh membentuk suatu sinergi. Peran sumber daya manusia sangat menentukan. Sumber daya manusia yaitu terjemahan dari “human resources”, namun ada pula ahli yang menyamakan sumber daya manusia dengan “manpower” (tenaga kerja). Sebagian orang menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan personal (personalia, kepegawaian, dan sebagainya). Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa, dan karsa).

Semua potensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan. Betapapun majunya teknologi, perkembangan informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, jika tanpa sumber daya manusia sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuannya (Sutrisno, 2011). Werther dan Davis (1996) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah “pegawai yang siap, mampu, dan siaga dalam mencapai tujuan organisasi”. Sebagaimana dikemukakan bahwa dimensi pokok sisi sumber daya manusia adalah kontribusinya terhadap organisasi sedangkan dimensi pokok manusia adalah perlakuan kontribusi


(10)

terhadapnya yang pada gilirannya akan menentukan kualitas dan kapabilitas hidupnya.

Sumber daya manusia berkualitas tinggi menurut Ndraha (1999) adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif tetapi juga nilai kompetitif-generatif-inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti intelligence, creativity, dan imagination: tidak lagi semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, tenaga otot, dan sebagainya. Dengan berpegang pada definisi diatas, kita harus memahami bahwa sumber daya manusia harus diartikan sebagai sumber dari kekuatan yang berasal dari manusia-manusia yang dapat didayagunakan oleh organisasi. Istilah sumber daya manusia adalah manusia bersumber daya dan merupakan kekuatan (power). Pendapat ini relevan dalam kerangka berpikir bahwa sumber daya harus ditingkatkan kualitas dan kompetensi agar menjadi sebuah kekuatan.

Tujuan manajemen sumber daya manusia meliputi: (a) tujuan kemasyarakatan yaitu secara sosial bertanggung jawab akan kebutuhan masyarakat dan tantangan serta mengurangi pengaruh negatif dari tuntutan terhadap organisasi; (b) tujuan organisasional yaitu adanya pengelolaan sumber daya manusia dalam memberikan sumbangan terhadap aktifitas organisasi, dan mengakui pengelolaan sumber daya manusia bukanlah sebagai tujuan tetapi alat untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan; (c) tujuan fungsional yaitu memelihara agar kontribusi dan manajemen sumber daya manusia memberikan pelayanan yang sepadan dengan kebutuhan organisasi; (d) tujuan pribadi yaitu membantu pegawai dalam mencapai tujuan pribadinya sejauh tujuan itu membantu kontribusinya terhadap organisasi.


(11)

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Proses pengembangan sumber daya manusia merupakan starting point dimana organisasi ingin meningkatkan dan mengembangkan skills, knowledge, dan ability individu sesuai dengan kebutuhan masa kini maupun masa mendatang. Singodimedjo (2000) mengemukakan pengembangan sumber daya manusia adalah proses persiapan individu-individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi. Pengembangan sumber daya manusia biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan mengarah pada kesempatan-kesempatan belajar yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja.

Pengembangan dalam konteks sumber daya manusia dipandang sebagai peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program-program pelatihan dan pendidikan. Hal-hal yang dapat dijelaskan dari pengembangan sumber daya manusia tentang developmental practice dan membutuhkan kolaborasi dengan program-program manajemen sumber daya manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan. Manfaat pengembangan sumber daya manusia dirasa penting karena tuntutan pekerjaan atau jabatan sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis.

Pengembangan karyawan bertujuan dan bermanfaat bagi perusahaan atau organisasi, karyawan atau pegawai, konsumen, masyarakat yang mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan atau organisasi.


(12)

1) Produktivitas kerja

Produktivitas kerja akan meningkatkan kualitas dan kuanitas semakin lebih baik karena technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.

2) Efisiensi

Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang, biaya produksi relative kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar.

3) Kerusakan

Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.

4) Kecelakaan

Pengembangan berujuan mengurangi tingkat kecelakaan karyawan sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang.

5) Pelayanan

Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, karena pelayanan yang baik merupakan daya tarik bagi pengguna barang atau jasa.


(13)

6) Moral

Moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaan sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik

7) Karier

Kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerja lebih baik

8) Konseptual

Manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan karena technical skill, human skill, dan managerial skill-nya lebih baik.

9) Kepemimpinan

Kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human resources-nya lebih luwes, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerjasama vertical dan horizontal semakin harmonis.

10) Balas Jasa

Balas jasa berupa gaji, insentif dan benefits karyawan akan semakin meningkat karena prestasi kerja semakin besar.

11) Konsumen

Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh pelayanan yang lebih bermutu.


(14)

Tujuan pengembangan sumber daya yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produkivitas kerja, pelayanan, serta konsumen atau masyarakat selaku pengguna jasa.

Uraian singkat tentang pengembangan SDM (Handari, 2011) sebagai berikut :

Gambar 2.1

Pelatihan dan Pengembangan SDM

Pelatihan adalah usaha terencana yang dilakukan oleh perusahaan untuk memfasilitasi pembelajaran yang berhubungan dengan kompetensi karyawan. Kegunaan pelatihan antara lain (1) membantu karyawan mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; (2) memberikan

Mengapa perlu pelatihan dan pengembangan SDM?

Mewujudkan mutu pelayanan

Faktor Mutu Pelayanan meliputi : 1) Kehandalan

2) Daya tangkap

3) Keterampilan dan pengetahuan 4) Mudah dihubungi

5) Sopan santun, respect, ramah 6) Komunikasi

7) Dapat dipercaya 8) Jaminan keamanan 9) Memahami pelanggan 10)Bukti langsung


(15)

kesempatan karyawan untuk belajar dan membangun lingkungan kerja yang positif yang mendukung strategi bisnis dan menarik, mempertahankan karyawan yang memiliki talenta.

C. Undang – Undang Desa

Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 atau sering disebut Undang-Undang Desa. Undang-Undang Desa adalah seperangkat aturan mengenai penyelenggaran pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, demokratis dan dapat menciptakan landasan kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. UU Desa membentuk tatanan desa sebagai self gorverning community dan local self government. Tatanan itu diharapkan mampu mengakomodasi kesatuan masyarakat hukum adat yang menjadi fondasi keragaman Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asas pengaturan desa dalam undang-undang adalah : 1. rekognisi yaitu pengakuan terhadap hak asal usul ;

2. subsidiaritas yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa ; 3. keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang berlaku di masyarakat desa dengan mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ;


(16)

4. kebersamaan yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat desa dan unsur masyarakat desa dalam membangun desa ;

5. kegotong royongan yaitu kebiasaan saling gotong royong untuk membangun desa ;

6. kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat desa sebagai bagian dari satu kesatuan keluarga besar masyarakat desa ;

7. musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan ;

8. demokrasi yaitu sistem pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan persetujuan masyarakat desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin ;

9. kemandirian yaitu suatu proses yang dilakukan oleh pemeintah desa dan masyarakat desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan sendiri ;

10. partisipasi yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan ; 11. kesetaraan yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran ;

12. pemberdayaan yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan


(17)

yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa ;

13. keberlanjutan yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan desa.

D. Tujuan Undang-Undang Desa

Tujuan dari disahkannya Undang-Undang Desa sebagai berikut :

1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewuudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa ; 4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk

pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama ;

5. membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien, efektif, terbuka, dan bertanggung jawab ;

6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum ;


(18)

7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan sosial ;

8. memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional ; dan


(19)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Kerangka konsep dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Penelitian Undang-Undang Desa

No 6 Tahun 2014

Kesiapan Perangkat Desa dalam Penerapan

Undang-Undang Desa

Sosialisasi Sumber Daya Manusia

Perubahan Regulasi

Infrastruktur/ sistem

Gambaran Tingkat Kesiapan Perangkat Desa

Kesimpulan, saran, dan rekomendasi


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu atau lebih variabel independen tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Ditambahkan pula, penelitian deskriptif (Ferdinand, 2011) ditujukan untuk menjabarkan atau mendeskripsikan sebuah situasi atau serangkaian proses.

B. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah desa-desa di kabupaten Bantul sedangkan subyek penelitiannya adalah perangkat desa di kabupaten Bantul.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Data primer

Menurut S. Nasution, data primer adalah data yang dapat diperoleh dari lapangan atau tempat penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif (Lofland) ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau


(21)

mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang kesiapan perangkat desa dalam menerapkan Undang-Undang Desa di kabupaten Bantul.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, note, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survey, studi historis, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat informasi seperti Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014.

D. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini disusun atas dua bagian antara lain : 1) Obyek desa

Obyek desa dengan menggunakan teknik convenience sampling. Convenience sampling merupakan teknik dalam memilih sampel berdasarkan kemudahan saja. Pemilihan desa sebagai obyek penelitian yaitu desa-desa dengan pertimbangan kemudahan akses lokasi yang dapat dijangkau oleh peneliti. Obyek desa dalam penelitian ini meliputi desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa Ngestiharjo, dan desa Banguntapan.


(22)

2) Subyek desa

Subyek desa menggunakan teknik convenience sampling. Convenience sampling merupakan teknik dalam memilih sampel berdasarkan kemudahan saja. Subyek desa yang dimaksud adalah perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis. Subyek desa yang diteliti meliputi semua perangkat desa yang ada atau masuk kantor pada saat penelitian berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitan, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan cara. Salah satu teknik pengumpulan data dilihat dari segi cara antara lain observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Wawancara dilakukan secara terbuka


(23)

dan tidak berstruktur maka peneliti perlu membuat rangkuman yang sistematis terhadap hasil wawancara.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya momumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, maupun peraturan atau kebijakan.

Keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif (Nasution, 2003) adalah :

1) bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai;

2) penggunaan bahan ini tidak memerlukan biaya, hanya perlu waktu untuk mempelajarinya;

3) bila dianalisis dengan cermat, banyak pengetahuan yang dapat diperoleh dari bahan tersebut dan berguna bagi penelitian;

4) dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian;

5) dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data; 6) bahan utama dalam penelitian historis.


(24)

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran singkat tentang Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014

Undang-Undang Desa adalah undang-undang yang mengatur tentang pemerintah desa. Undang-Undang ini disahkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Januari 2014. Melalui undang-undang ini, pemerintah desa memiliki kewenangan untuk mengatur desanya.

Tabel 4.1

Rangkuman Bab dan Pasal dalam Undang-Undang Desa

Bab Perihal Jumlah

Pasal

Rangkuman isi bab dan pasal

I Ketentuan umum 4  Definisi desa

 Penyelengaraan desa, asas dan tujuan pengaturan desa

II Kedudukan dan jenis desa

2 Kedudukan dan jenis desa

III Penataan desa 11 Penataan, pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan perubahan status desa


(25)

Bab Perihal Jumlah Pasal

Rangkuman isi bab dan pasal

IV Kewenangan desa 5 Kewenangan desa V Penyelenggaraan

pemerintahan desa

44  Penyelenggaraan pemerintahan desa

 Hak dan kewajiban kepala desa  Tugas dan kewenangan kepala

desa

 Larangan kepala desa

 Pemilihan dan persyaratan calon kepala desa

 Pemberhentian kepala desa  Persyaratan menjadi perangkat

desa

 Larangan perangkat desa  Pemberhentian perangkat desa  Musyawarah desa

 Fungsi Badan Permusyawaratan Desa

 Persyaratan menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa  Hak dan kewajiban Badan


(26)

Bab Perihal Jumlah Pasal

Rangkuman isi bab dan pasal

Permusyawaratan Desa

 Larangan anggota Badan Permusyawaratan Desa

 Mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa

VI Hak dan kewajiban

desa dan

masyarakat desa

2  Hak dan kewajiban desa

 Hak dan kewajiban masyarakat desa

VII Peraturan desa 2  Peraturan desa

 Peraturan bersama kepala desa  Peraturan kepala desa

VII Keuangan desa dan aset desa

7 Keuangan desa dan aset desa

IX Pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan

9  Pembangunan desa

 Pelaksanaan pembangunan desa  Pemantauan dan pengawasan

pembangunan desa

 Pembangunan kawasan

perdesaan


(27)

Bab Perihal Jumlah Pasal

Rangkuman isi bab dan pasal

desa dan pembangunan kawasan perdesaan

XII Lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa

2  Lembaga kemasyarakatan desa  Lembaga adat desa

XIII Ketentuan khusus desa adat

16  Penataan desa adat  Kewenangan desa adat  Pemerintahan desa adat  Peraturan desa adat XIV Pembinaan dan

pengawasan

4 Pembinaan dan pengawasan

XV Ketentuan peralihan

3  Pengakuan desa yang sudah ada  Penyelenggaraan desa yang

sudah ada

 Periodisasi kepala desa, anggota Badan Permusyawatan Desa, dan perangkat desa

XVI Penutup 4 Penutup


(28)

B. Sumber Daya Manusia Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh pemerintah desa. Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain. Sumber daya manusia desa terdiri atas kepala desa, perangkat desa dan badan permusyawaratan desa. Hal ini telah tertulis secara terperinci pada pasal 23 sampai pasal 64 meliputi persyaratan, tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban pada masing-masing jabatan.

1. Kepala Desa

Kepala desa merupakan pimpinan tertinggi dari pemerintah desa. Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Adapun persyaratan, hak, dan kewajiban kepala desa sebagai berikut :

a. Persyaratan Kepala Desa

Calon kepala desa wajib memenuhi persyaratan : 1. warga negara Republik Indonesia;

2. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

3. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika;

4. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;


(29)

5. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar; 6. bersedia dicalonkan menjadi kepala desa;

7. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;

8. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

9. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

10. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

11. berbadan sehat;

12. tidak pernah sebagai kepala desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan

13. syarat lain yang diatur dalam peraturan daerah.

Calon kepala desa dinyatakan terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan tersebut. Kepala desa dipilih secara langsung oleh penduduk desa. Pemilihan kepala desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan kepala desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan. Biaya


(30)

pemilihan kepala desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten atau Kota. Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Hak Kepala Desa

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa berhak :

1. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa; 2. mengajukan rancangan dan menetapkan pertauran desa;

3. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;

4. mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan

5. memberikan mandate pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat desa.

c. Kewajiban Kepala Desa

Kewajiban kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 antara lain : 1. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap

akhir tahun anggaran kepada Bupati atau Walikota;

2. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa pada akhir masa jabatan kepada Bupati atau Walikota;

3. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawarakatan Desa setiap akhir tahun anggaran; dan


(31)

4. memberikan dan atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat desa setiap akhir tahun anggaran.

Kepala desa yng tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 26 ayat (4) dan pasal 27 dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan atau teguran tertulis. Apabila sanksi administratif tidak dilaksanakan maka akan dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

2. Perangkat desa

Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis. Perangkat desa bertugas membantu kepaala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat desa diangkat oleh kepala desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama bupati atau walikota. Perangkat desa bertanggung jawab kepada kepala desa.

Kualifikasi menjadi perangkat desa sebagai berikut :

a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat ;

b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai 42 (empat puluh dua) tahun ; c. terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di desa paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran ;

d. syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota.


(32)

Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat desa sebagaimana yang dimaksud pasal 48, pasal 49, dan pasal 50 ayat (1) diatur dalam peraturan daerah kabupaten atau kota berdasarkan peraturan pemerintah.

3. Badan Permusyawaratan Desa

Anggota badan permusyawaratan desa merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Masa keanggotaan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau janji. Anggota badan permusyawaratan desa dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara atau tidak secara berturut-turut.

a. Persyaratan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa

Calon anggota Badan Permusyawaratan Desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika;

3. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau belum atau sudah menikah;

4. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;


(33)

6. bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa; dan

7. wakil penduduk desa yang dipilih secara demokratis.

Peresmian anggota badan permusyawaratan desa ditetapkan dengan keputusan Bupati atau Walikota. Jumlah anggota yang ditetapkan dengan jumlah gasal paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan keuangan desa.

b. Fungsi badan permusyawaratan desa Fungsi badan permusyawaratan desa adalah :

1. membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

2. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan 3. melakukan pengawasan kinerja kepala desa.


(34)

C. Struktur Organisasi

Definisi struktur organisasi menurut Robbins (2007) sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi-bagi dan dikelompokkan secara formal. Adapun struktur organisasi desa sebagai berikut :

Tabel 4.2

Bagan Strukur Organisasi Pemerintah Desa

Keterangan :

: garis komando / tanggung jawab : garis koordinasi

Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Bantul tentang Pedoman Organisasi Desa Kepala Desa/

Lurah Desa

BPD

Sekretariat Desa/Carik Desa

Urusan Keuangan

Urusan Umum

Urusan Program

Seksi Pemerintahan

Seksi Pembangunan

Seksi Kemasyarakatan


(35)

D. Hasil wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara meliputi sosialisasi Undang-Undang Desa dan kesiapan perangkat desa. Hasil wawancara diuraikan ddfalam tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Wawancara Responden Subyek

penelitian

Perihal Keterangan Koding

Desa Tamantirto

Sosialisasi Undang-Undang Desa

sudah mengetahui dan

memahami isi

Undang-Undang Desa melalui sosialisasi oleh Pemkab Bantul

sosialisasi

Pemberlakuan Undang-Undang Desa di lapangan

masih menggunakan sistem yang sudah ada sebelumnya

perubahan regulasi

Penarikan tanah plungguh/bengkok

tidak setuju terkait penarikan tanah plungguh/bengkok

perubahan regulasi


(36)

Subyek penelitian

Perihal Keterangan Koding

Adanya pelatihan sumber daya tentang

pengelolaan keuangan desa

kesiapan untuk mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan desa, pengarsipan, dan penggunaan sistem informasi

peningkatan kompetensi sumber daya manusia Desa Tirtonirmolo Sosialisasi Undang-Undang Desa

sudah mengetahui dan

memahami isi

Undang-Undang Desa melalui sosialisasi oleh Pemkab Bantul

sosialisasi

Pemberlakuan Undang-Undang Desa di lapangan

masih menggunakan sistem yang sudah ada sebelumnya

perubahan regulasi

Penarikan tanah plungguh/bengkok

ada yang setuju dan tidak setuju penarikan tanah

plungguh/bengkok

perubahan regulasi


(37)

Subyek penelitian

Perihal Keterangan Koding

Adanya pelatihan sumber daya tentang

pengelolaan keuangan desa

kesiapan untuk mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan desa, pengarsipan, dan penggunaan sistem informasi

peningkatan kompetensi sumber daya manusia Desa Ngestiharjo Sosialisasi Undang-Undang Desa

sudah mengetahui dan

memahami isi

Undang-Undang Desa melalui sosialisasi oleh Pemkab Bantul

sosialisasi

Pemberlakuan Undang-Undang Desa di lapangan

masih menggunakan sistem yang sudah ada sebelumnya

perubahan regulasi

Penarikan tanah plungguh/bengkok

Setuju dengan adanya penarikan tanah plungguh/bengkok

perubahan regulasi

Adanya pelatihan sumber daya tentang

pengelolaan

kesiapan untuk mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan desa, pengarsipan, dan

peningkatan kompetensi sumber daya manusia


(38)

Subyek penelitian

Perihal Keterangan Koding

keuangan desa penggunaan sistem informasi Desa Banguntapan Sosialisasi Undang-Undang Desa

sudah mengetahui dan

memahami isi

Undang-Undang Desa melalui sosialisasi oleh Pemkab Bantul

sosialisasi

Pemberlakuan Undang-Undang Desa di lapangan

masih menggunakan sistem yang sudah ada sebelumnya

perubahan regulasi

Penarikan tanah plungguh/bengkok

ada yang setuju dan tidak setuju terkait penarikan tanah plungguh/bengkok

perubahan regulasi

Adanya pelatihan sumber daya tentang

pengelolaan keuangan desa

kesiapan untuk mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan desa, pengarsipan, dan penggunaan sistem informasi

peningkatan kompetensi sumber daya manusia


(39)

E. Pembahasan Hasil Wawancara

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa responden yaitu perangkat desa di masing-masing wilayah yaitu desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa Ngestiharjo, dan desa Banguntapan terkait Undang-Undang Desa.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Hasil Wawancara

Koding Penjelasan

Sosialisasi tentang undang-undang desa

100% responden telah mendapatkan sosialisasi dari Pemerintah Kabupaten Bantul. Responden telah mengetahui dan memahami Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014

Perubahan regulasi Pemberlakuan undang - undang di lapangan :

100% responden masih menggunakan sistem yang lama dikarenakan belum ada peraturan daerah yang mengatur atau menjadi payung hukum terkait pelaksanaan undang-undang di lapangan. Penarikan tanah plungguh atau tanah


(40)

Koding Penjelasan

3 dari 4 desa atau sebanyak 75% dari responden yang ada menyatakan setuju

dengan penarikan tanah

plungguh/bengkok. Mayoritas responden di desa Ngestiharjo mengemukakan bahwa lokasi desa yang dekat dengan perkotaan membuat responden merasa tanah plungguh atau bengkok yang mereka miliki, tidak lagi menghasilkan pendapatan. Karena tanah plungguh atau bengkok telah beralih fungsi menjadi pemukiman warga.

1 dari 4 desa atau sebanyak 25% dari responden yang ada meyatakan keberatan

dengan penarikan tanah

plungguh/bengkok. Hal ini terjadi pada desa Tamantirto dikarenakan biaya sosial di masyarakat desa masih relatif tinggi. Peningkatan kompetensi

sumber daya manusia

100% responden baik desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa Ngestiharjo, dan desa Banguntapan siap mengikuti program pelatihan untuk mendukung terlaksananya


(41)

Koding Penjelasan

Undang-Undang Desa. Melalui pelatihan ini, responden diharapkan mampu meningkatkan kompetensinya agar tujuan Undang-Undang Desa ini dapat terwujud.

Sumber : Hasil wawancara yang diolah peneliti

F. Produk Hukum tentang Undang-Undang Desa di Bantul

Berkaitan dengan penerapan Undang-Undang Desa di kabupaten Bantul, ada lima produk hukum yang memperkuat keberadaan Undang-Undang Desa di kabupaten Bantul yaitu :

1) Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Desa;

2) Peraturan Daerah No.2 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Desa; 3) Peraturan Daerah No.3 Tahun 2016 tentang Badan Usaha Milik Desa; 4) Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan

Daerah Kabupaten Bantul No. 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah Desa;

5) Peraturan Daerah No.5 tentang Pamong Desa.

Pelatihan atau pengembangan sumber daya manusia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) sosialisasi yang sudah dilakukan ke masing-masing kantor desa, (2) pelatihan atau pengembangan sumber daya manusia melalui


(42)

pelatihan pencatatan laporan keuangan yang sedang berlangsung agar pelaporan keuangan lebih akuntable sesuai dengan sasaran pembangunan di masing-masing desa. Pelatihan yang perlu untuk mendukung laporan keuangan adalah pelatihan sistem informasi manajemen.

Pengamatan yang dilakukan peneliti pada keempat desa yang menjadi subyek penelitian belum menerapkan sistem informasi manajemen. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya update laporan keuangan sehingga masyarakat tidak bisa memantau laporan keuangan pada desa yang bersangkutan. Kedepan sesuai dengan amanah Undang-Undang Desa, laporan keuangan desa dapat dipublikasikan baik lewat papan pengumuman yang terdapat di desa maupun portal masing-masing desa. (3) langkah antisipasi pemerintah (Kementerian Desa) dengan adanya program pendamping desa baik dari kalangan professional maupun fresh graduate di Bantul dan Indonesia pada umumnya.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap responden maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Sosialisasi Undang-Undang Desa pada keempat desa responden yaitu desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa Ngestiharjo, dan desa Banguntapan tergolong baik. Hal tersebut dibuktikan dengan mayoritas responden pada empat desa responden telah mengetahui dan memahami isi Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014.

2. Perubahan regulasi terbagi menjadi dua : a) Praktek Undang – Undang Desa di lapangan

Keempat desa responden yaitu desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa Ngestiharjo, dan desa Banguntapan masih menggunakan sistem yang lama. Perubahan regulasi ini relatif lama. Lamanya penggunaan Undang-Undang Desa karena Undang-Undang Desa menuntut pemerintah kabupaten/kota untuk memiliki produk hukum yang dituangkan dalam Peraturan Daerah. Peraturan Daerah merupakan peraturan yang disetujui dan disahkan oleh Bupati beserta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di suatu daerah. Peraturan Daerah ini nantinya akan dijadikan pedoman pelaksanaan Undang-Undang Desa di kabupaten Bantul.


(44)

b) Penarikan tanah plungguh atau bengkok

Salah satu konsekuensi disahkannya Undang-Undang Desa adalah penarikan tanah plungguh atau bengkok yang selama ini menjadi sumber pendapatan perangkat desa. Hasil wawancara pada keempat desa responden memberikan jawaban yang beragam. Desa yang berbatasan langsung dengan perkotaan seperti desa Ngestiharjo, tidak keberatan karena tanah plungguh atau bengkok yang dimiliki telah mengalami penyusutan jumlah. Sedangkan untuk desa yang tidak berbatasan dengan perkotaan seperti desa Tamantirto. Mereka agak keberatan karena kebutuhan hidup di masyarakat desa tergolong tinggi. Untuk itu, tanah plungguh atau bengkok dapat dijadikan tambahan penghasilan selain penghasilan rutin per bulan.

3. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia desa

Peningkatan kompetensi sumber daya manusia desa sesuai dengan isi Undang-Undang Desa meliputi :

1) Pengelolaan keuangan

Pelatihan tentang pengelolaan keuangan menjadikan laporan keuangan setiap desa lebih akuntable dan bertanggung jawab.

2) Pengarsipan

Pengarsipan yang lebih baik bertujuan untuk :

a. sebagai pusat ingatan dan informasi jika berkas diperlukan sebagai keterangan


(45)

b. memberikan data kepada pegawai yang memperlukan data mengenai hasil-hasil kegiatan dan pekerjaan pada masa lampau c. memberikan keterangan vital sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan

d. membantu untuk membuat keputusan yang tepat e. membantu dalam berkomunikasi dengan orang lain 3) Pengelolaan manajemen

Kepala desa, perangkat desa, maupun anggota Badan Permusyawaratan Desa lebih mengetahui dan memahami hak, kewajiban, dan wewenang pada masing-masing jabatan agar peran di masing-masing jabatan yang diampu dapat maksimal.

4) Pengelolaan sistem informasi

Dalam Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 menuntut pengelolaan sistem informasi yang lebih transparan dan dapat diakses oleh semua baik kepala desa, perangkat desa, maupun masyarakat agar perkembangan pembangunan di suatu desa dapat dipantau dan diawasi secara langsung.

4. Penguatan sistem seperti adanya Standar Operasional Prosedur (SOP), penggunaan anggaran, dan aplikasi sistem informasi agar mempermudah perangkat desa maupun masyarakat dalam mengakses informasi tentang desanya.

5. Kesiapan perangkat desa dalam menerapkan Undang-Undang Desa pada empat responden yaitu desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa Ngestiharjo,


(46)

dan desa Banguntapan termasuk baik dan siap, hanya perlu penguatan sistem agar praktek Undang-Undang Desa dapat segera dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1) Evaluasi mengenai sistem penggajian yang semula dari pengelolaan tanah

plungguh atau tanah bengkok menjadi sistem transfer atau langsung dari pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah desa.

2) Evaluasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia desa yang sesuai Undang-Undang Desa.

C. Rekomendasi

1. Pemerintah Kabupaten Bantul

Diharapkan adanya evaluasi pemberlakuan Undang-Undang Desa terkait dengan perubahan sistem penggajian atau pendapatan perangkat desa di Bantul.

2. Perangkat Desa

Untuk memahami dengan perubahan sistem dan perubahan regulasi yang sesuai isi Undang-Undang Desa dan diharapkan kinerja perangkat desa lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini (2004), Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Bandung : Rineka Cipta.

Armstrong, M. and Baron, A., (1998), Performance Management-The New Realities. London: Institute of Personnel and Development.

Creswell, John W (2010), Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ferdinand, Augusty (2011), Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Malayu (2014), Manajemen Sumber Daya Manusia edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Modul Perkuliahan Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjut oleh Rr.Sri Handari W, SE, Msi.

Robbins SP, dan Judge. (2007), Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.

Sancoko, Bambang (2010), Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Volume 17, Nomor 1, hlm. 43-51, Januari-April 2010.

Singodimedjo, Markum (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: SMMAS.

Subandriyo, (2007), Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Terhadap Peningkatan Kinerja Bappeda Propinsi DIY (Studi Kasus). Tesis Program


(48)

Studi Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sugiyono, (2014), Memahami Penelitian Kualiatif. Bandung: Alfabeta

Sutrisno, Edy (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia edisi ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sutopo, H.B (2005), Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Tjahjono, Heru Kurnianto (2008), “Justice in Salary Structure : The Justice Influence Toward Employees Satisfaction”, Karya Ilmiah Dimuat di Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, Volume 9, No. 1, Januari 2008. ISSN : 1411-2280.

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Disertai Penjelasannya.

Werther, William B & Keith Davis (1993), Human Resources & Personnel Management. New York. MC Graw Hill.

Yousef, Darwish A. (2000), “Organizational Commitment : A Mediator of the Relationship of Leadership Behavior With Job Satisfaction and

Performance in A Non-Western Country”, Journal of Managerial


(49)

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh INDRI MURDIANTARI

20111020015

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUMAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(50)

v

Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Al Mujadillah : 11)

Menuntut ilmu itu wajib atas kaum muslim dan muslimat (HR Muslim) Mimpi - mimpi kamu

Cita - cita kamu Keyakinan kamu

Apa yang mau kamu kejar Biarkan ia menggantung

Menggantung 5 cm di depan kening kamu Dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu

Dan kamu bawa mimpi serta keyakinan kamu itu setiap hari Kamu lihat setiap hari

Dan percaya bahwa Kamu bisa (Kutipan film 5 CM)

Kupersembahkan Kepada : Bapak dan Ibu Tercinta Saudara kembarku dan Adikku Almamaterku


(51)

vi

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini berjudul “Kesiapan Perangkat Desa Dalam Menerapkan Undang-Undang Desa (Studi Empiris Perangkat Desa di Bantul)” adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 2 (S-2) pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan. Hal tersebut dikarenakan oleh keterbatasan penulis. Keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, selaku Ketua Program Magister

Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing tesis yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama penulisan tesis ini.

2. Bapak/Ibu/Saudara narasumber yang telah membantu penelitian ini.

3. Teman-temanku yang selalu membantu dan memotivasi penulis terutama Safrida Giri Rofita, MM.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga amal ibadah yang bapak/ibu/saudara berikan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Aamiin.

Akhirnya harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, Mei 2016


(1)

46

dan desa Banguntapan termasuk baik dan siap, hanya perlu penguatan sistem agar praktek Undang-Undang Desa dapat segera dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1) Evaluasi mengenai sistem penggajian yang semula dari pengelolaan tanah

plungguh atau tanah bengkok menjadi sistem transfer atau langsung dari pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah desa.

2) Evaluasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia desa yang sesuai Undang-Undang Desa.

C. Rekomendasi

1. Pemerintah Kabupaten Bantul

Diharapkan adanya evaluasi pemberlakuan Undang-Undang Desa terkait dengan perubahan sistem penggajian atau pendapatan perangkat desa di Bantul.

2. Perangkat Desa

Untuk memahami dengan perubahan sistem dan perubahan regulasi yang sesuai isi Undang-Undang Desa dan diharapkan kinerja perangkat desa lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat.


(2)

47

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini (2004), Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Bandung : Rineka Cipta.

Armstrong, M. and Baron, A., (1998), Performance Management-The New Realities. London: Institute of Personnel and Development.

Creswell, John W (2010), Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ferdinand, Augusty (2011), Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Malayu (2014), Manajemen Sumber Daya Manusia edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Modul Perkuliahan Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjut oleh Rr.Sri Handari W, SE, Msi.

Robbins SP, dan Judge. (2007), Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.

Sancoko, Bambang (2010), Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Volume 17, Nomor 1, hlm. 43-51, Januari-April 2010.

Singodimedjo, Markum (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: SMMAS.

Subandriyo, (2007), Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Terhadap Peningkatan Kinerja Bappeda Propinsi DIY (Studi Kasus). Tesis Program


(3)

48

Studi Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sugiyono, (2014), Memahami Penelitian Kualiatif. Bandung: Alfabeta

Sutrisno, Edy (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia edisi ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sutopo, H.B (2005), Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Tjahjono, Heru Kurnianto (2008), “Justice in Salary Structure : The Justice Influence Toward Employees Satisfaction”, Karya Ilmiah Dimuat di Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, Volume 9, No. 1, Januari 2008. ISSN : 1411-2280.

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Disertai Penjelasannya.

Werther, William B & Keith Davis (1993), Human Resources & Personnel Management. New York. MC Graw Hill.

Yousef, Darwish A. (2000), “Organizational Commitment : A Mediator of the Relationship of Leadership Behavior With Job Satisfaction and Performance in A Non-Western Country”, Journal of Managerial Psychology, Vol 15, No. 16-28.


(4)

KESIAPAN PERANGKAT DESA DALAM MENERAPKAN UNDANG-UNDANG DESA

(STUDI EMPIRIS PERANGKAT DESA DI BANTUL)

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh INDRI MURDIANTARI

20111020015

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUMAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(5)

v

Motto

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Al Anfal :46)

Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Al Mujadillah : 11)

Menuntut ilmu itu wajib atas kaum muslim dan muslimat (HR Muslim) Mimpi - mimpi kamu

Cita - cita kamu Keyakinan kamu

Apa yang mau kamu kejar Biarkan ia menggantung

Menggantung 5 cm di depan kening kamu Dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu

Dan kamu bawa mimpi serta keyakinan kamu itu setiap hari Kamu lihat setiap hari

Dan percaya bahwa Kamu bisa (Kutipan film 5 CM)

Kupersembahkan Kepada : Bapak dan Ibu Tercinta Saudara kembarku dan Adikku Almamaterku


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini dengan baik. Tesis ini berjudul “Kesiapan Perangkat Desa Dalam Menerapkan Undang-Undang Desa (Studi Empiris Perangkat Desa di Bantul)” adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 2 (S-2) pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan. Hal tersebut dikarenakan oleh keterbatasan penulis. Keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, selaku Ketua Program Magister

Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing tesis yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama penulisan tesis ini.

2. Bapak/Ibu/Saudara narasumber yang telah membantu penelitian ini.

3. Teman-temanku yang selalu membantu dan memotivasi penulis terutama Safrida Giri Rofita, MM.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga amal ibadah yang bapak/ibu/saudara berikan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Aamiin.

Akhirnya harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, Mei 2016