ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1)

AN ANALYSIS ON THE ECONOMIC IMPACTS OF WUKIRSARI TOURISM VILLAGE, SUB DISTRICT IMOGIRI, BANTUL REGENCY,

SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA

Oleh

NAZOVAH UMMUDIYAH 20130430189

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

AN ANALYSIS ON THE ECONOMIC IMPACTS OF

WUKIRSARI TOURISM VILLAGE, SUB DISTRICT IMOGIRI,

BANTUL REGENCY, SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Keuangan dan Perbankan

Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

NAZOVAH UMMUDIYAH 20130430189

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

Nama : Nazovah Ummudiyah

Nomor Mahasisawa : 20130430189

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATA WUKIRSARI, KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 28 November 2016


(4)

MOTTO

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka bila enggkau telah selesai (dari suatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada tuhanmu lah hendaknya kamu berharap.” (QS. Ash-Sharh: 6-8)

“Kerja Keras Memang Tidak Menjamin Kesuksesan, Tetapi Pasti Membuka Kesempatan.” (B.K. Gupta)


(5)

Persembahan

Skripsi ini ku persembahkan untuk ....

Untuk kedua orang tuaku Ibu Jelantis dan Bapak Bujang Itam yang Sangat aku Sayangi


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I ... PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II ... 9

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Pariwisata. ... 9

2. Dampak Ekonomi Pariwisata. ... 12

3. Multiplier Effect ... 16

4. Desa Wisata. ... 18

5. Eksternalitas. ... 20

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 24

C. Model Penelitian ... 30

BAB III ... 31


(7)

A. Objek/ Subjek Penelitian ... 31

B. Jenis Data ... 32

C. Teknik Pengambilan Sampel... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

F. Uji Kualitas Instrumen Dan Data ... 39

G. Uji Analisis Data ... 40

BAB IV ... 43

GAMBARAN UMUM ... 43

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ... 43

1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Wukirsari ... 43

2. Kondisi Geografis ... 45

3. Kondisi Demografi. ... 47

4. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Wisata Wukirsari ... 48

5. Perkembangan Kunjungan Wisata ... 50

6. Karakteristik Responden Penelitian ... 52

BAB V ... 57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 57

1. Uji Validitas. ... 57

2. Uji Reliabilitas. ... 58

B. Hasil Penelitian ... 58

C. Pembahasan (Interpretasi) ... 62

1. Dampak Adanya Desa Wisata Wukirsari. ... 62

2. Kelebihan dan Kekurangan Desa Wisata Wukirsari ... 79

BAB VI ... 83

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

1.1 Daftar Jumlah Kunjungan Di Desa Wisata Wukirsari... 5

2.1 Hasil Penelitian terdahulu... 28

3.1 Skala Likert Pernyataan Positif dan Negatif... 36

4.1 Jumlah Penduduk Desa Wisata Wukirsari... 47

4.2 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur... 47

4.3 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Wisata Wukirsari... 48

4.4 Daftar Kunjungan Wisatawan yang Melakukan Transaksi Di Desa Wisata Wukirsari Tahun 2016 (perbulan)...51

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 53

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan pendidkan...54

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...55

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan...55

4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan...56

5.1 Uji validitas Variabel Penelitian...57

5.2 Uji Reliablitas...58

5.3 Hasil Analisis Variabel Ekonomi, Sosial-Budaya, Dan Fisik...59

5.4 Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Adanya Desa Wisata...61


(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Penelitian...30 4.1 Peta Desa Wisata Wukirsari...46 4.2 Perkembangan Transaksi Wisata Di Desa Wisata Wukirsari Tahun 2016 (Rupiah)... 52 5.1 Pe rsepsi Responden Terhadap Dampak Positif Tumbuhnya Berbagai Jenis Lapangan Pekerjaan Akibat Desa Wisata Wukirsari...65 5.2 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif dengan Berkurangnya Jumlah Pengangguran...67 5.3 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Meningkatnya Pendapatan akibat adanya Desa Wisata Wukirsari...68 5.4 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Meningkatnya Taraf Hidup Masyarakat akibat Adanya Desa Wisata Wukirsari...70 5.5 Persepsi Responden terhadap Terciptanya Kesempatan Kerja akibat Dari Desa Wisata Wukirsari...71 5.6 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Meningkatnya Pelayanan Wisata akibat Desa Wisata Wukirsari...72 5.7 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Terpeliharanya Kebudayaan akibat Adanya Desa Wisata Wukirsari...73 5.8 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Meningkatnya Kekeluargan akibat Desa Wisata Wukirsari...74 5.9 Persepsi Responden terhadap Munculnya Konflik Sosial akibat Desa Wisata Wukirsari...75 5.10 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Mendorong Perbaikan Kualitas Lingkungan akibat Desa Wisata Wukirsari...76 5.11 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Terjaganya Keistimewaan Lingkungan akibat Desa Wisata Wukirsari ...77 5.12 Persepsi Responden terhadap Pengembangan Lahan Menjadi Area Wisata Desa Wisata Wukirsari...78 5.13 Persepsi Responden terhadap Dampak Positif Adanya Peningkatan Sarana dan Prasarana Di Desa Wisata Wukirsari...79


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Data Responden

Lampiran 3 Data Pendapatan dan Pengeluaran Responden

Lampiran 4 Data Pendapatan Desa Wisata Wukirsari tahun 2016 (rupiah) Lampiran 5 Data Input

Lampiran 6 Uji Statistik Deskriptif Lampiran 7 Uji Validitas

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Lampiran 9 Dokumentasi


(11)

(12)

(13)

from the economic impacts after it was designated as a tourism village. The research subject is the people involved in Wukirsari Tourism Village. In this research, the samples are 134 respondents selected by using purposive sampling method. The analysis tools used are descriptive statistics and multiplier effect.

The research results show that the externalities have a positive impact on the economic aspect, socio-cultural aspect, and physical aspect to the existence of Wukirsari Tourism Village. In addition, there is a quite high multiplier effect on economic impacts toward the local community income of the tourists’ expenses which is 1.73.


(14)

ekonomi sesudah dicanangkan sebagai Desa Wisata. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam Desa Wisata Wukirsari. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 134 responden yang dipilih dengan menggunakan metode

purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan

multiplier effect.

Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya eksternalitas positif pada aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek fisik atas keberadaan Desa Wisata Wukirsari. Serta terdapat efek penganda (multiplier effect) pada dampak ekonomi yang cukup besar terhadap pendapatan masyarakat lokal dari pengeluaran wisatawan sebesar 1.73.


(15)

Sektor pariwisata telah menjadi industri terbesar dan saat ini telah berkembang pesat setelah terintegasi dengan industri lain yang memiliki

trickle-down effect ke sektor-sektor yang lain. serta diarahkan supaya menjadikan daerah yang ada objek wisatanya tersebut menjadi lebih maju, dan mampu menciptakan eksternalitas positif. Eksternalitas merupakan suatu dampak yang timbul karena adanya hubungan antara aktivitas ekonomi yang satu dengan yang lain (Utama, 2014; Samaji, 2015; Setiawan, 2013).

Sektor pariwisata menunjukan adanya pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. Melihat kondisi tren pariwisata secara keseluruhan saat ini, WTO (World Tourism Organization) memperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan jumlah perjalanan wisata dunia sebesar 200% (Utama, 2014).

Menurut catatan World Bank (2016), pertumbuhan jumlah wisatawan internasional pada tahun 2014 secara kuantitatif telah mencapai sebanyak1.161 Miliar orang dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah wisatawan sempat terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,04% pada jumlah wisatawan 907,893,256.023 (World Bank, 2016).


(16)

Sektor pariwisata merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa diberbagai negara dan merupakan sektor alternatif yang mampu mendorong pembangunan daerah ketika pilihan pada sektor lain mengalami jalan buntu (Santosa, 2011). Di Negara Indonesia, sektor pariwisata merupakan pencipta devisa yang tinggi(Samaji, 2015). Menurut data Kementrian Pariwisata 2014, pada tahun 2014 sektor pariwisata menciptakan devisa US$ 11,17 miliar, meningkat dari US$ 10,05 miliar di tahun 2013(Kementrian Pariwisata, 2014). Pariwisata juga diharapkan dapat menghasilkan angka pengganda (multiplier effect) yang tinggi, melebihi angka pengganda pada berbagai kegiatan ekonomi lainnya (Astuti, 2010).

Menurut Hall & Jankins (1998) Pariwisata memang memiliki potensial yang mampu diandalkan, sudah banyak negara menjadikan sektor pariwisata menjadi bagian yang diprioritaskan untuk pengembangan negara, menurut data WTO terjadi pertumbuhan sektor pariwisata sebesar 15% pertahun di 28 negara, ini menunjukan bahwa pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar didunia. Banyak negara-negara berkembang menggunakan pariwisata sebagai kalisator untuk pembangunan sosial-ekonomi terutama didaerah pedesaan(Sari, 2015).

Saat ini adanya perubahan kecenderungan berwisata, keadaan ini juga diakibatkan oleh munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi kawasan wisata buatan dan pada akhirnya melahirkan suatu minat wisata menjadi konsep baru berwisata yang dikenal dengan wisata pedesaan (Desa Wisata) (Mustabsirah, 2015). Dibeberapa negara Eropa, Desa Wisata


(17)

merupakan sektor yang relatif penting dari industri pariwisata (Dorobantu & Nistoreanu, 2012).

Desa Wisata memberikan kebebasan bagi masyarakat setempat untuk mengelolanya sesuai dengan potensi desanya, program Desa Wisata ini merupakan program yang dibentuk pemerintah yang secara langsung melibatkan masyarakat setempat. perkembangan yang sangat pesat dibuktikan dengan meningkatnya jumlah Desa Wisata dari tahun ke tahun. Mengacu data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) 2014, di Indonesia terdapat 978 Desa Wisatapada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menjadi 980Desa Wisata(Kementrian Pariwisata, 2014).

Salah satu daerah di Indonesia yang masih memelihara adat kebudayaanya ialah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang secara historisnya merupakan pertanian. Banyak wisatawan dari berbagai kalangan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Meskipun mengalami perkembangan menjadi perkotaan, D.I Yogyakarta tetap masih menjunjung tinggi kebudayaan tradisional serta memiliki banyak tujuan obyek wisata, seperti museum, pusat kerajinan, situs-situs sejarah, wisata alam dan pedesaan yang masih asri.

Salah satu Desa Wisata yang berprestasi di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Desa WisataWukirsari yang berada pada wilayah Kabupaten Bantul, karena pada tingkat pemasaran wisatanya yang baik sehingga menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata tersebut meningkat.


(18)

Kekhasan yang dimiliki Desa WisataWukirsari ialah tradisi membatik (Batik tulis) yang sudah terpelihara turun-temurun serta menjadi rintisan batik tulis di Kabupaten Bantul. Objek wisata lainnya yang dimiliki Desa WisataWukirsari diantaranya ialah air terjun sewu watu, tempat ziarah (Makam Raja-raja Mataram, Makam Sunan Cirebon, dan Makam Seniman Girisapto), dan sungai yang terletak diatas bukit. Potensi ini jika dikembangkan maka potensial menjadi pemersatu sektor-sektor lainnya, seperti kerajinan, pendidikan, kebudayaan, kesenian serta tradisi masyarakat yang memiliki nilai tinggi.

Penelitian ini menetapkan Desa WisataWukirsari sebagai objek penelitian, dikarnakan beberapa alasan, antaralain:(1) Desa WisataWukirsari sebagai juara pertama Desa Wisata terbaik tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya itu Desa WisataWukirsari berhasil meraih juara 6 dalam lomba Desa Wisata terbaik tingkat nasional. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengelolaan dan koordinasi yang baik antar warga pada desa Wukirsari, (2) desa Wukirsari merupakan wilayah yang pada tahun 2006 menjadi korban gempa. Namun, Pasca gempa tersebut masyarakat yang tinggal di Desa Wukirsari dengan segera bangkit dari keterpurukan dan membuat kelompok batik serta memberdayakan perempuan. (3) selain itu, Desa WisataWukirsari pernah meraih rekor muri atas batik terpanjang di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan jumlah kunjungan meningkat, dengan rekor yang dicapai.


(19)

TABEL 1.1.

DATA JUMLAH KUNJUNGAN DI DESA WISATA WUKIRSARI

No Tahun Jumlah Kunjungan

Wisatawan Pertumbuhan Wisatawan

1 2011 5210 -

2 2012 4970 -4.8%

3 2013 5810 14.4%

4 2014 9213 36.9%

5 2015 8142 -13.1%

6 2016-Sep 7792 -4.29%

Sumber: Pengelola Desa Wisata Wukirsari, 2016

Dapat dilihat tabel diatas, bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Wukirsari setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan. Namun ketika terjadi peningkatan, jumlah peningkatannya dalam jumlah yang tinggi. peningkatan yang tinggi terjadi dikarnakan Desa Wisata tersebut meraih rekor muri serta adanya prestasi yang dicapai baik tingkat provinsi maupun nasional. Hal tersebut memberikan dampak positif bagi masyarakat ataupun lingkungan sekitar. berupa adanya peningkatan pendapatan dibidang jasa Desa Wisata, adanya perubahan sifat masyarakat menjadi lebih terbuka dikarnakan interaksi antara wisatawan dan masyarakat, dan saat ini masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya (Ayuningtyas dan Dharmawan, 2011).

Namun disisi lain, masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya “Nature Related Tourism” (terkait pariwisata alam) dan menjual

jasa pariwisata.

Dapat dilihat dari latar belakang diatas bahwa dengan berbagai permasalahan khususnya perlu diakui bahwa tidak mudah untuk mengubah pola pikir masyarakat menjadi penjual jasa pariwisata. Perubahan ini jika


(20)

tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan konflik dimasyarakat. Melihat fenomena yang terjadi pada Desa WisataWukirsari, disini peneliti tertarik untuk mengetahui eksternalitas yang ditimbulkan atas keberadaan Desa Wisata Wukirsari terhadap masyarakat dan sekitarnya. Tidak hanya dampak sosial-budaya dan fisik tetapi juga dampak ekonominya dan juga ingin melihat sejauh mana persentase tambahan pendapatan dari kegiatan wisata yang kemudian dapat dihitung multiplier effect yang tercipta dari sektor pariwisata tersebut. Maka penulis mengambil judul “ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATAWUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.”

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti hanya dilakukan di Desa WisataWukirsari Kabupaten Bantul. Penulis membatasi penelitian padaeksternalitas positif maupun negatif dalam aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek fisik yang terjadi di Desa WisataWukirsariserta menghitung multiplier effect dari dampak ekonominya (pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal).

C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan yang telah dijelaskan, menjadi menarik untuk diteliti mengenai apa yang terjadi di Desa Wisata yang memiliki berbagai macam prestasi. Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti berupa Desa Wisata yang hanya dilakukan di Desa Wisata Wukirsari,Kecamatan


(21)

Imogiri,Kabupaten Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimanabentuk-bentuk eksternalitas yang diterima oleh masyarakat lokal atas keberadaanDesa WisataWukirsari?

2. Berapa nilai koefisien multiplier yang terjadi dari adanya dampak ekonomi disebabkan oleh kunjungan wisata di Desa WisataWukirsari?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Mengetahui bentuk-bentuk eksternalitas yang muncul dari pengembangan Desa WisataWukirsari terhadap masyarakat lokal.

2. Menghitung koefisien multiplier effect dari dampak ekonomi yang disebabkan oleh kunjungan wisata di Desa WisataWukirsari.

E. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai, maka hasil penelitian yang akan dilakukan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dapat menambah wawasan mengenai dampak ekonomi dari Desa Wisata serta diharapkan dapat memperkaya konsep-konsep pembangunan masyarakat yang ada.

2. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan menjadi kajian sebagai acuan dalam penentu kebijakan pengembangan pariwisata khususnya Desa Wisata.


(22)

3. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam Desa Wisata serta dapat dijadikan acuan pengembangan Desa Wisata sehingga mampu menambah penghasilan dari usaha di sekitar Desa Wisata dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pariwisata.

Pariwisata berasal dari dua suku kata , yaitu “pari yang berarti banyak atau berkali-kali” dan “wisata yang berarti perjalanan atau bepergian”. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata (aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang) dan didukung dengan pelayanan serta berbagai fasilitas yang disedikan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (Zebua, 2016).

Pariwisata merupakan kegiatan sosial yang melibatkan induvidu atau sekelompok orang yang bertujuan untuk tinggal atau melakukan perjalanan diluar tempat tinggal biasanya untuk jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan untuk berbagai kegiatan leisure, bisnis, agama dan alasan pribadi lainnya namun tidak mendapatkan gaji/upah dari perjalanannya tersebut. Aktivitas dari wisatawan tersebut melibatkan dan bersentuhan langsung serta memberi pengaruh terhadap masyarakat setempat (Dorobantu & Nistoreanu, 2012; Martina, 2014; Pitana & Diarta, 2009).

Dari sudut organisasi dan yang diperdagangkan bagi masyarakat yang sedang berkembang, industri pariwisata merupakan suatu sarana perkembangan. Masyarakat bisa melakukan perubahan melalui pariwisata, sebab banyak masyarakat yang dahulunya terpinggirkan menjadi masyarakat


(24)

yang diberdaya dengan pelibatan mereka dalam pengelolaan wisata (Lestari, 2009).

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dalam pasal 1 yang dimaksud wisata, wisatawan, dan pariwisata adalah sebagai berikut:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau memperlajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

d. Kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkaitan dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Daya tarik wisata ialah sesuatu yang merupakan ciptaan Tuhan ataupun hasil karya tangan manusia yang menarik untuk dikunjungi wisatawan ke daerah wisata yang berrnilai dan unik (Prayogi, 2011).

Selanjutnya menurut Pitana & Diarta (2009), ada tiga komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu Traveler, Visitor, dan Tourist. Definisi yang


(25)

dikemukan dari komponen tersebut selalu mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:

a. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain;

b. Adanya unsur ‘tinggal sementara’ ditempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan

c. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/ pekerjaan di tempat yang di tuju.

Menurut Suwantoro wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan perjalanan wisata dengan lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi (Sari, 2015).

Sedangkan menurut Cohen (1972) dalam Pitana dan Diarta (2009), mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian perjalanan wisatanya. Atas dasar ini, Cohen menggolongkan wisatawan menjadi empat, yaitu:

a. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang belum pernah sama sekali diketahuinya, yang berpergian dalam jumlah kecil. b. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur

rute perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti tujuan wisata perjalanan pada umumnya. Wisatawan seperti ini memiliki tingkat interaksi yang tinggi dengan masyarakat lokal serta bersedia memanfaaatkan fasilitas dengan standar lokal.


(26)

c. Individual Mass Tourist, yaitu sebagai istilah kebalikan dari explore.

Wisatawan mengunjungi daerah tujuan wisata pada umumnya dan mengikuti agen perjalanan.

d. Organized Mass Tourist, yaitu wisatawan yang selalu dipandu oleh pemandu wisata dan hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata dan fasilitas yang sudah dikenal atau dapat ditemui ditempat tinggalnya, dan perjalananya.

2. Dampak Ekonomi Pariwisata.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), dampak berarti pengaruh yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Secara ekonomi dampak berarti pengaruh suatu pelaksanaan kegiatan terhadap perekonomian.

Secara formal, para peneliti tentang pariwisata menilai dari aspek ekonomi (Brida dan Zapata, 2010). Para ahli membagikan dampak ekonomi yang terjadi karena kegiatan pariwisata, terdiri atas Efek Langsung (Direct Effects), Efek Tidak Langsung (Indirect Effects), dan Efek Induksi (Induces Effects). Sementara itu, Efek Tidak Langsung dan Efek Induksi kadang-kadang disebutnya sebagai Efek Sekunder (Secondary Effects) yang menyertai Efek Langsung selaku Efek Primer (Primary Effects). Dampak total ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun induksi, yang masing-masing dapat diukur sebagai keluaran bruto (gross output) atau penjualan (sales),


(27)

penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added) (Santosa, 2011).

Konsep dampak ekonomi didasarkan pada teori bahwa pengeluaran dari non-lokal warga disuntikan ke dalam ekonomi lokal dan akan menguntungkan masyarakat lokal (Dixion etal., 2013).

Dalam literatur akademis banyak menemukan bahwa dampak dari sektor pariwisata terhadap perekonomian memiliki hubungan positif antara pariwisata dan pertumbuhan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk negara-negara maju dan berkembang. Dengan kata lain bahwa pariwisata internasional merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi (Brandano, 2013).

Menurut Astuti (2010), menjabarkan beberapa dampak ekonomi, antara lain dampaknya terhadap ekonomi internasional terkait hubungan antara negara yang terjadi akibat pemenuhan kebutuhan sektor-sektor pariwisata. Pariwisata internasional memiliki dua dampak utama, yaitu pertama adalah dalam hal perdagangan dimana sangat memungkinkan terjadinya transaksi ekspor-impor, yang kedua adalah kecenderungan dimana wisatawan internasional berasal dari negara berpendapatan tinggi dan membelanjakan uang mereka pada destinasi wisata yang berada pada negara berpendapatan rendah, hal tersebut merupakan efek redistribusi.

Dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata khususnya dampak, beberapa keuntungan dari pariwisata terhadap perekonomian di antaranya sebagai berikut:


(28)

a. Kontribusi pariwisata dalam devisa negara

Perhitungan Neraca Pariwisata Nasional terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi (perdagangan, hotel, restoran, transportasi, dan jasa), faktor pendapatan (upah, keuntungan, dan bunga) serta komposisi pengeluaran (konsumsi, pemerintah, investasi, ekspor dan impor). Ketiga komponen itu dihitung menjadi satu sebagai devisa dari sektor kepariwisataan. Nesparnas menggambarkan besaran devisa yang mengalir masuk dan mengalir keluar dari sektor kepariwisataan.

b. Menghasilkan pendapatan bagi masyarakat

Bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan, hal tersebut merupakan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi antara wisatawan dan tuan rumah. Pengeluaran wisatawan tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat langsung dalam industri pariwisata seperti hotel, biro perjalanan wisata, namun juga diserap ke sektor pertanian, sektor angkutan, sektor industri kerajinan sektor komunikasi, dan sektor lain yang terkait.

c. Menghasilkan lapangan pekerjaan

Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan kreatif sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup banyak.

d. Meningkatkan struktur ekonomi

Masyarakat bisa memperbaiki kehidupan dari bekerja disektor pariwisata.


(29)

e. Membuka peluang investasi

Kesempatan berinvestasi di daerah wisata berpotensi membentuk dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

f. Mendorong aktivitas wirausaha

Pariwisata membuka peluang untuk berwirausaha dengan menjajahkan berbagai kebutuhan wisatawan, baik produk barang maupun produk jasa.

Selain keuntungan-keuntungan itu, pariwisata memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat di antaranya sebagai berikut:

a. Bahaya ketergantungan (overdependence) terhadap industri pariwisata. Beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari kepariwisataan untuk kehidupan.

b. Peningkatan nilai inflasi dan lahan. Resiko wisatawan membeli lahan dengan harga tinggi menjadi ancaman bagi masyarakat setempat. Harga di daerah tujuan wisata menjadi berkali-kali menjadi lebih tinggi karena wisatawan mampu membeli dengan harga yang tinggi.

c. Peningkatan frekuensi impor. Pengusaha pariwisata harus mengimpor produk dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan.

d. Produksi musiman. Sifat pariwisata tergantung dari musim, produsen yang mengendalikan kehidupan sepenuhnya di industri pariwisata akan mengalami masalah keuangan.

e. Pengembalian modal lambat. Industri pariwisata merupakan industri dengan investasi besar dan pengembalian modal yang lambat.


(30)

f. Mendorong biaya eksternal lainnya. pengembangan pariwisata menyebabkan muncul biaya ekstefarnal lainnya bagi penduduk di daearah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, dll (Dhiajeng, 2013).

3. Multiplier Effect.

Multiplier effect adalah suatu keterkaitan langsung dan tidak langsung yang kemudian mendorong adanya kegiatan pembanguna diakibatkan oleh kegiatan pada bidang tertentu baik bersifat positif ataupun negatif yang menggerakan kegiatan di bidang-bidang lain (Lestari, 2015).

Multiplier analisis digunakan untuk memperkirakan yang akan ditimbulkan dari adanya pengeluaran wisatawan pada perekonomian. Seperti dimana pengeluaran awal wisatawan akan berdampak menaikan impor untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, dan sebagian besar dari transaksi itu akan disaring melalui ekonomi untuk menstimulasi pengeluaran tidak langsung selanjutnya dan pengeluaran yang diakibatkan oleh pengeluaran awal. Tiga fase tersebut yang merefleksikan fakta bahwa memang terjadi multiplier effect pada kegiatan kepariwisataan. Angka pengganda pariwisata dibagi menjadi lima jenis utama:

a. Transaction or sales multiplier. Kenaikan pengeluaran wisatawan akan memberikan tambahan pemasukan pedagang.

b. Output multiplier. Hal ini terkait jumlah output tambahan yang dihasilkan oleh ekonomi sebagai akibat dari adanya kenaikan pengeluaran wisatawan. Perbedaan dari poin sebelumnya adalah bahwa


(31)

fokus multiplier output adalah perubahan pada level produksi saat ini bukan pada perubahan volume atau nilai penjualan.

c. Income multiplier. Ini mengukur tambahan pendapatan yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.

d. Goverment revenue multiplier. Mengukur tambahan pemasukan pemerintah yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.

e. Employment multiplier. Mengukur jumlah total tenaga kerja yang disebabkan oleh adanya tambahan unit dari pengeluaran wisatawan. (Astuti, 2010)

Koefisien pengganda yang banyak digunakan antaralain yaitu koefisien output, koefisien pendapatan, dan tenaga kerja. Sedangkan menurut tipe perlakuannya, koefisien pengganda dibedakan atas dua tipe yaitu koefisien pengganda I dan koefisien pengganda II (Putri, 2015).

Menurut Dritasto dan Anggraeni (2013), Ratio Income Multiplier

yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan lanjutan. Ratio income multiplierI menggambarkan nilai dampak tidak langsung, sedangkan ratio income multiplier II merupakan ukuran dari dampak lanjutan.


(32)

4. Desa Wisata.

Desa Wisata (ekowisata) adalah suatu bentuk wisata memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat, serta bertanggung jawab terhadap kelestarian daerah lama. Terdapat enam prinsip dasar ekowisata yang disepakati bisa membedakan wisata alam dengan kegiatan ekowisata (Fennell, 1999, yaitu: 1) Memberikan dampak negatif yang paling minimum bagi lingkungan dan masyarakat lokal; 2) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan baik bagi pengunjung maupun penduduk lokal; 3) Berfungsi sebagai bahan untuk pendidikan dan penelitian baik untuk penduduk lokal maupun pengunjung (Wisatawan, Peneliti, Akademis); 4) semua elemen yang berkaitan dengan ekowisata harus memberi dampak yang positif berupa kontribusi langsung utuk kegiatan kontribusi langsung untuk kegiatan konservasi yang melibatkan semua aktor yang terlibat dalam kegitan ekowisata. Sebagi contoh pengunjung tidak hanya berfungsi sebagi penikmat keindahan alam tapi juga secara langsung sebagai partisipan dalamkegiatan konservasi; 5) Memaksimumkan partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambil keputusan berkaitan dengan pengelolaan kawasan ekowisata; 6) Memberi manfaat ekonomi bagi penduduk lokal berupa kegiatan ekonomi yang bersifat komplemen terhadap kegiatan ekonomi tradisional (bertani, mencari ikan dan lainnya) (Ma’ruf, 2013 dalam Mustabsirah, 2015).

Menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Desa Wisata didefinisikan sebagai tempat pariwisata yang berada dipedesaan.


(33)

Desa Wisata mesti berada dipedesaan dibangun diatas fitur-fitur khusus, usaha kecil, ruang terbuka (alam) dan berkelanjutan. Desa Wisata dipandang sebagai kegiatan multi-faceted bukan hanya sebatas pariwisata pertanian. Serta dipandang sebagai sarana kemampuan menghasilkan pendapatan yang cukup. Tujuan Desa Wisata adalah untuk meningkatkan keuntungan bersih untuk masyarakat pedesaan, dan meningkatkan partisipasi mereka dalam pengembangan produk pariwisata (Okech et al.,2012).

Selanjutnya, menurut Dorobantu dan Nistoreanu (2012) bahwa Desa Wisata merupakan suatu perjalanan untuk tempat yang terletak dalam lingkungan pedesaan atau dalam pengaturan luar kota dan pusat-pusat wisata, serta suatu bentuk pariwisata dimana motivasi utama para wisatawan adalah observasi dan apreasiasi terhadap alam dan tradisi lokal yang berhubungan dengan alam dan harus memenuhi kondisi sebagai berikut:

a. Melindungi dan melestarikan alam b. Menggunakan sumber daya alam lokal

c. Karakternya edukasi, menghormati alam, adanya kesadaran wisatawan dan masyarakat setempat.

Sedangkan menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) yang dimaksud dengan Desa Wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keasliaan pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk


(34)

dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya (Hadiwijoyo, 2012 dalam Sari, 2015).

Desa Wisata merupakan salah satu bentuk pembangunan berkelanjutan melalui promosi produktivitas pedesaan yang dapat menciptakan pekerjaan, distribusi pendapatan, pelestarian lingkungan dan budaya lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat, menghaargai keyakinan dan nilai-nilai tradisional (Mustabsirah, 2015).

5. Eksternalitas.

Eksternalitas adalah suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar. Tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang lain tidak lah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin dalam harga-harga sehingga tidak terjadi ketidakefisienan dalam perekonomian. Eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain (segolongan orang lain) tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi (Sari, 2015).

Dalam pendekatan ekonomi, eksternalitas terjadi ketika kesejahteraan konsumen atau kemungkinan produksi perusahaan secara langsung dipengaruhi oleh tindakan lain agen dalam perekonomian (Brandano, 2015).

Pendapat oleh Rosen (1988) menyatakan bahwa eksternalitas terjadi ketika aktivitas suatu satu kesatuan mempengaruhi kesejahteraan kesatuan yang lain yang terjadi di luar mekanisme pasar (non market mechanism).


(35)

Tidak seperti pengaruh yang ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar, eksternalitas dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi. Dalam hal ini eksternalitas merupakan konsekuensi dari ketidak mampuan seseorang untuk membuat suatu property right (Mukhlis, 2009).

Eksternalitas timbul karena adanya kegiatan transaksi ekonomi yang dapat mempunyai pengaruh positi maupun negatif. Eksternalitas merupakan biaya atau manfaat dari transaksi pasar yang tidak dicerminkan pada harga yang mempengaruhi pihak ketiga, meskipun tidak selalu menyetujui, mengijinkan, atau menyadari tindakan tersebut (Sari, 2015).

Secara umum ada 3 hal yang menjadi ciri eksternalitas, yaitu: 1) ada pelaku ekonomi yang secara rill terkena dampak aktivitas pelaku lain; 2) pihak yang terkena dampak (baik negatif ataupun positif) tidak ikut menentukan, atau mengambil keputusan tentang aktivitas yang akan berdampak pada dirinya tersebut; 3) tidak ada aliran kompensasi yang menyertai dampak tersebut (baik berupa pemberian ganti rugi bila dampaknya negatif, atau pembayaran kompensasi bila dampaknya positif) (Aziz, 2010 dalam Fathurrozi, 2015).

Eksternalitas dalam kenyataanya memiliki dua macam bentuk, yakni eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas negatif (biaya eksternal) adalah biaya terhadap pihak ketiga selain pembeli dan penjual pada suatu macam barang yang tidak direfleksikan dalam harga pasar . Ketika terjadi eksternalitas yang negatif, harga barang atau jasa tidak menggambarkan biaya sosial tambahan (marginal social cost) secara


(36)

sempurna pada sumberdaya yang dialokasikan dalam produksi. Baik pembeli maupun penjual barang tidak memperlihatkan biaya-biaya ini pada pihak ketiga. Sedangkan, eksternalitas positif adalah keuntukan atas pihak ketiga selain penjual dan pembeli barang atau jasa yang tidak direfleksikan dalam harga. Ketika terjadi eksternalitas positif, maka harga tidak sama dengan keuntungan sosial tambahan (marginal social benefit) dari barang dan jasa yang ada (mukhlis, 2009).

Menurut Katz dan Rosen (1996) ada empat karakteristik dasar eksternalitas:

a. diproduksi oleh individu dan perusahaan b. timbal balik

c. bisa positif dan negatif

d. tingkat polusi sama dengan nol tidak diinginkan karena hal itu akan menyebabkan kurangnya total tingkat produksi. (Brandano, 2015) Jenis-jenis eksternalitas dapat dibedakan antara pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat. Terdapat empat jenis eksternalitas positif dan negatif meliputi (Sari, 2015; Brandano, 2015):

1) Eksternalitas produsen-produsen

Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau pergeseran fungsi produksi dari produsen lainnya (ketika kemungkinan produksi dari suatu perusahaan yang dipengaruhi oleh pilihan


(37)

perusahaan lain). seorang produsen dapat menimbulkan eksternalitas positif ataupun eksternalitas negatif terhadap produsen lainnya.

2) Eksternalitas produsen-konsumen

Aktifitas seorang produsen dapat pula menimbulkan efek terhadap utilitas individu tanpa mendapatkan kompensasi apapun juga (ketika kemungkinan produksi dari suatu perusahaan yang dipengaruhi oleh pilihan individu lain). Dampak atau efek samping yang paling populer dari kategori kedua yang populer adalah pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau suatu masyarakat luas.

3) Eksternalitas konsumen-produsen

Ini merupakan sebagai istilah kebalikan dari eksternalitas produsen ke konsumen yaitu Tindakan dimana konsumen mempengaruhi hasil produksi produsen ke konsumen.

4) Eksternalitas konsumen-konsumen

Aktivitas konsumsi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi tingkat kepuasan/ utilitas orang lain tanpa ada suatu kompensai atau biaya (seorang konsumen langsung tertarik pada konsumsi individu lain).Dan eksternalitas konsumen-konsumen tidak ada hubungannya dalam pengaruh nyata pada perekonomian. Eksternalitas konsumen-konsumen dapat dibedakan antara dampak fisik serta dampak kejiwaan.


(38)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yang berjudul Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep

Community Based Tourism Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Bantul. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran umum dampak ekonomi pariwisata dalam penerapan konsep Community Based Tourism di Desa Wisata Kebon Agung, serta mengindentifikasi dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Kebon Agung. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui koefisiensi

multiplier yang terjadi dari kegiatan wisata tersebut. Disimpulkan bahwa konsep pengembangan wisata berbasis masyarakat (CBT) yang diterapkan Desa Wisata Kebon Agung, secara umum memberikan manfaat ekonomi. Persamaan penelitian yaitu tentang dampak ekonomi dan adanya perhitungan konsep Multiplier Effect. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) dengan judul “Eksternalitas AtasKeberadaan Desa Wisata Candran” memuat tentang kondisi masyarakat di Desa WisataCandran. Menunjukan keberadaan Desa Wisata Candran memberikan eksternalitas positif seperti adanya kerjasama dengan berbagai pihak, dan adanya peningkatan pendapatan. Sementara eksternalitas negatifnya ialah pola pikir masyarakat yang belum berpariwisata sehingga masih susah menerima wisatawan (malu). Sari menyimpulkan bahwa Desa Wisata Candran dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan aspek-aspek lainnya yang terjadi dalam kegiatan masyarakat. Persamaan penelitian eksternalitas ditimbulkan dengan


(39)

keberadaan Desa Wisata bagi masyarakat baik itu dari segi yang positif maupun negatif. Perbedaannya adalah pada aspek yang digunakan dalam pencarian eksternalitas ini. Sari hanya melihat dari aspek ekonomi, sosial dan budaya. Sementara penelitian ini memiliki lebih banyak aspek untuk dikaji serta menggunakan perhitungan konsep multiplier.

Jurnal yang ditulis oleh Ayuningtyas dan Dharmawan (2011) yang berjudul Dampak Ekowisata Terhadap Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Tujuan dari penelitian ini diringkas dalam dua pernyataan. Pertama, menentukan dampak sosio-ekonomi diterima oleh masyarakat lokal karena adanya ekowisata . Kedua, menentukan dampak sosio-ekologi yang diterima oleh daerah karena adanya ekowisata masyarakat. Secara umum studi ini hasilnya didasarkan pada dampak sosio ekonomi meliputi rumah tangga meningkatkan pendapatan, tingkat kerja sama, laju perubahan dan penilaian gaya hidup, tingkat komunikasi, persepsi masyarakat terhadap wisatawan, tingkat kerja alokasi waktu dan tingkatan penduduk dalam kegiatan ekonomi. Persamaan peneilitian yaitu tentang dampak ekonomi dan ekonomi ekowisata dan menggunakan metode statistik deskriptif. Namun perbedaannya dalam penelitian yang akan dilakukan ditambah dengan perhitungan dampak pengganda (Multiplier effect) dan objek penelitiannya berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Brandano (2015) yang berjudul

Evaluating Tourism Externalities In Destinations: The Case of Italy. Tujuan penelitian ini ialah untuk menyelidiki secara empiris pada hubungan antara


(40)

wisatawan dan eksternalitas dari daerah tujuan wisata. Disimpulkan bahwa komponen pajak internasional tidak memiliki efek distortif dan pariwisata juga positif mempengaruhi aktivitas kriminal serta adanya hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat harga rumah. Persamaan penelitian yaitu tentang eksternalitas dari pariwisata. Perbedaanya pada metode penelitian, pada jurnal ini menggunakan analisis kuantitatif perspektif empiris, analisis data panel dan analisis kontrol sintetis sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan multiplier efek.

Jurnal yang ditulis oleh Brida, J.G. et al (2016) yang berjudul Cruise

Tourism Externalities and Residents’ Support: A Mixed Approach. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji dukungan warga Messina untuk investasi di cruise pariwisata (pariwisata kapal pesiar dipelabuhan Mediterania). Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat setempat memiliki persepsi positif terhadap pengembangan pariwisata kapal pesiar dipelabuhan Mediterania, berdasarkan temuan ekonometrika mengungkapkan bahwa warga di Messina cenderung berinvestasi ditingkat sangat tinggi jika mereka menganggap adanya esternalitas positif (ekonomi, sosial, lingkungan). Persamaan penelitian yaitu tentang eksternalitas pariwisata yang dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sedangkan untuk perbedaanya terletak pada objek pariwisata dan metode penelitian, serta dalam penelitian yang akan dilakukan ditambahkan eksternalitas pada aspek budaya.


(41)

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Dhiajeng (2013) yang berlokasi di Desa Tembi bertujuan untuk mengetahui profil kepariwisataan Desa Wisata Tembi, mengetahui pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan ekonomi bagi masyarakat lokal, dan mengetahui dampak ekonomi dari ditetapkannya Desa Wisata Tembi terhadap penduduk lokal. Penelitian dengan judul “Dampak Ekonomi Pariwisata Desa Tembi Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta” disimpulkan bahwa dampak yang diterima masyarakat dari adanya Desa Wisata Tembi yaitu dapat meningkatkan penambahan penghasilan langsung dari wisatawan sesuai dengan aktifitas bisnis yang dikontribusikan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu tentang dampak dari Desa Wisata. Perbedannya ialah terdapat pada objek penelitian dan metode, peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan perhitungan konsep multiplier.

Dalam penelitian Zaroh (2012) yang berjudul Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Dusun Pentingsari Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak ekonomi dan dampak sosial penduduk sebelum dan sesudah dicanangkan sebagai Desa Wisata. Hasil yang dapat disimpulkan dari adanya aktivitas di Desa Wisata Pentingsari berdampak pada penduduk sekitar khsusnya penduduk dusun Pentingsari dapat dilihat dari kondisi ekonomi sesudah dicanangkan Desa Wisata adanya peningkatan dari kesempatan kerja, pendapatan penduduk, pendapatan daerah dan peningkatan sarana dan prasarana. Sedangkan untuk kondisi sosialnya


(42)

setelah dicanangkan Desa Wisata adanya peningkatan kriminalitas, kepercayaan terhadap mitos, pengaruh budaya luar, dan adanya puskesmas keliling. Persamaan penelitian yaitu tentang dampak sosial ekonomi Desa Wisata dan menggunakan metode penelitian statistik deskriptif. Perbedaanya ialah pada objek penelitian dan dalam penelitian yang akan dilakukan ditambah dampak dilihat dari aspek budayanya dan adanya perhitungan

mutiplier effect. Perbedaannya yaitu terletak pada objek penelitian. TABEL 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Jenis dan Alat Hasil Pembahasan

1 Astuti, 2010. Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism (studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Bantul)

Deskriptif Kuantitatif, pendekatan kualitatif, Analisis Model

interaktif dan

Multiplier Effect.

Konsep

pengembangan di Desa Wisata memberi manfaat berupa tambahan pendapatan kepada komunitas

2 Ayuningtyas dan

Dharmawan, 2011.

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi

Masyarakat Di Taman Nasiional Gunung Halimun Salak

Kualitatif, Analisis Deskriptif dan Uji statistik

Dampak Sosial Ekonomi tidak terlihat di Kampung Citalahab untuk ekowisata dan desa tertutup bagi wisatawan yang berkunjung.

3 Brandano, 2015.

Evaluating Tourism Externalities In Destinations: The Case of Italy

Analisis Kuantitatif perspektif empiris,

Analisis data panel dan analisis

kontrol sintetis

Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kejahatan dan pariwisata serta adanya petunjuk tentang non efek pajak negatif pada arus wisatawan


(43)

C. Model Penelitian

Desa WisataWukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat berpengaruh positif terhadap masyarakat sekitar Desa Wisata tersebut 4 Brida, J.G. et

al, 2012.

Cruise Tourism Externalities and

Residents’ Support: A

Mixed Approach

Analisis logit dan Analisis Korespondensi

Warga di Messina akan memiliki tingkat investasi tinggi jika sumber pendapatan mereka berasal dari aktivitas pelayaran (jika aktivitas pelayaran memiliki ekternalitas positif). Sebaliknya tingkat investasi rendah mereka yang tinggal jauh dari pelabuhan, pensiun, dan wanita. 5 Dhiajeng,

2013.

Dampak Ekonomi Pariwisata Desa Tembi Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

Deskriptif kualitatif, analisis induktif

Dampak ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat Desa Wisata Tembi yang ikut terjun langsung dalam kegiatan pariwisata, walaupun belum seluruh masyarakatnya.

6 Zaroh, 2012. Dampak Keberadaan

Desa Wisata

Pentingsari Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Pentingsari Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Deskriptif Kuantatif

Keberadaan WDesa Wisata Pentingsari meniimbulkan

dampak negatif maupun positif dilihat dari kondisi ekonomi dan kondisi sosial sebelum dan sesudah dicanangkan Desa Wisata


(44)

dengan adanya Desa Wisata tersebut masyarakat dapat menambah pendapatan setiap atraksi maupun peristiwa yang dilaksankan oleh Desa Wisata tersebut. Dapat juga menambah pendapatan dengan membuka toko-toko kecil disekitar tujuan wisata di Desa Wisata ataupun membuat kamar sebagai homestay saat ada tamu yang ingin bermalam di Desa Wisata tersebut. Dengan adanya Desa Wisata wukirsari pula masyarakat dapat menampilkan kebudayaan mereka sebagai kesenian dari Desa Wisata tersebut, Dan tidak hanya itu masyarakat Desa Wisata dapat mempelajari kehidupan wisatawan.

Sumber: Zaroh, 2012 (Modifikasi).

GAMBAR 2.1. Model Penelitian Kondisi Ekonomi  Besar pendapatan masyarakat  Tingkat pengangguran  Kesempatan kerja

Dampak ekonomi desa wisata Wukirsari Kondisi Sosial-Budaya

 Tingkat keamanan Desa Wisata

 Tingkat kerukunan masyarakat

 Pelestarian budaya

Kondisi Fisik

 Jumlah dan kualitas sarana Desa Wisata

 Kuantitas dan kualitas

prasarana Desa Wisata


(45)

A. Objek/ Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah dampak ekonomi, dampak sosial-budaya, dan dampak fisik. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah Desa Wisata Wukirsari, Imogiri, Yogyakarta. Penentuan lokasi penelitian menentukan tujuan penelitian dan memperhatikan kondisi sosial-budaya, fisik dan ekonomi yang menjadi kriteria penentuan lokasi penelitian. Adapun alasan peneliti memilih lokasi Desa Wisata Wukirsari yakni sebagai berikut :

1. Desa Wukirsarimerupakan Desa Wisataberbasis kerajinan membatik karna sebagian besar mata pencarian masyarakat ialah dari batik (99 % wanita membatik), dan petani. Saat ini masyarakat diDesa WisataWukirsari tengah bertransisi menjadi masyarakat wisata. Transisi tersebut menghasilkan inovasi untuk mengembangkan basis membatik dan petani yang ada di desa menjadi destinasi wisata.

2. Desa Wisata Wukirsari terdiri dari 3 Dukuh yang aktif dan produktif dalam kegiatan pariwisata, pada tahun 2006 mendapat musibah gempa bumi yang berdampak pada kegiatan ekonomi. Namun, masyarakat mampu bangkit dari musibah tersebut dengan menjadikan desa Wukirsari menjadi Desa Wisata dengan mengoptimalkan potensi yang ada. 3. Desa Wisata Wukirsari menjadi bagian yang baru berdiri pada tahun


(46)

kota tetapi mampu mengelola keaktifan masyarakat dengan kerjasama antar masyarakat yang masih kuat dalam mengembangkan potensi lokal yang ada di Desa Wisata tersebut sebagai bagian pendukung kemajuan Desa Wisata.

4. Desa Wisata Wukirsari meraih penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik urutan ke-enam Nasional pada tahun 2014 dan pada tahun 2016 sebagai Desa Wisata terbaik pertama tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data primer ini dapat diperoleh melalui observasi, kuisioner dan wawancara kepada beberapa penduduk sekitar Desa Wisata. Sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data tertulis dari instansi dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian penulis, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY dan Kabupaten Bantul dan Pengelola Desa Wisata Wukirsari.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel menurut sugiono (2010) dalam Ramadhani (2014) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka keseimpulan dari populasi tersebut dapat diberlakukan. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai populasi ialah semua masyarakat yang


(47)

terlibat dalam Desa Wisata. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 200 KK.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pemgambilan sampel karna adanya tujuan atau kriteria tertentu, bukan bersifat random (Jogiyanto, 2014). Teknik ini digunakan untuk wawancara dan kuisioner. Sementara untuk kuisioner menentukan jumlah sampel masyarakat yang terlibat dalam Desa Wisata dihitung menggunakan rumus Slovindengan tingkat kesalahan sebanyak 5%, maka diperoleh 134 KK yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini.

Menurut Martadipura (2016) Penentuan ukuran sampel minimal (n) dengan menggunakan rumus Slovin. Jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi α adalah :

n =1 + ��2 Keterangan:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

α = Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance) n = N/(1+200 x 0,052) = 133,333

Dengan demikian jumlah sampel yang akan dijadikan responden adalah 134 KK (orang). Pemilihan rumus slovin dan 134 orang sebagai sampel dalam penelitian ini ialah dikarenakan keterbatasan penelitian terutama keterbatasan waktu dan mencari serta mendapatkan masyarakat


(48)

yang terlibat dengan Desa Wisata Wukirsari untuk dijadikan responden. Maka dari itu peneliti memilih menggunakan rumus slovin dengan tingat eror 5% supaya mendapatkan jumlah responden yang sesuai tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data penting dalam sebuah penelitian, maka teknik dalam pemgumpulan data harus dimiliki oleh seorang peneliti sebagai pedoman penelitian yang strategis. Oleh karnanya, berdasarkan sumber data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan penelitian.

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.

1. Observasi, yaitu wawancara dan studi waktu dan gerak,dilakukan pengamatan secara langsung dengan mata terhadap keadaan yang sebenarnya diDesa Wisata Wukirsari sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian penelitian (Jogiyanto, 2014). Teknik observasi yang digunakan ialah observasi samar-samar atau terus terang.

2. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleomg, 1995) dalam Dhiajeng (2013).Wawancara


(49)

dapat digunakan untuk pertanyaan dengan komunikasi langsung kepada responden, sehingga wawancara dapat diartikan juga sebagai pertukaran informasi dan ide dalam bentuk tanya jawab oleh dua orang dalam pertemuan yang kemudian dapat dikontruksikan makna dalam satu topik (Jogiyanto, 2014; Sugiyono, 2012). Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak terkait dengan penelitian, yaitu Kepala Dukuh Desa Wista Wukirsari (Cengkehan, Karang Kulon, dan Giriloyo), Pengelola Desa Wisata Wukirsari, dan Masyarakat. Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terbuka.

3. Kuisioner, yaitu instrumen survei untuk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi sejumlah pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, supaya mengetahui data dari suatu variabel(Zaroh, 2012). Kemudian dijabarkan ke dalam indikator untuk dijadikan butir-butir pertanyaan yang nantinya tertuang dalam angket. Penelitian ini menggunakan metode angket untuk mengetahui kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan (fisik) yang ditujukan kepada masyarakat Desa Wisata Wukirsari.

Untuk mengukur pendapat responden dalam penelitian ini digunakan skala likert. Skala likert berhubungan dengan sikap seseorang terhadap sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa skala likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel


(50)

peneliti. Dengan skala likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian variabel tersebut dijadikan indikator sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban dari instrumen tersebut yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk setiap pernyataan akan diberi bobot sebagai berikut.

TABEL 3.1.

SKALA LIKERT PERNYATAAN POSITIF DAN NEGATIF

No Pernyataan

Skor Untuk Pernyataan

Positif

Skor Untuk Pernyataan

Negatif

1 Sangat Setuju (SS)/ Selalu 5 1

2 Setuju (S)/ Sering 4 2

3 Ragu-Ragu(RR)/ 3 3

4 Tidak Sejutu (TS)/ Hampir Tidak Pernah

2 4

5 Sangat Tidak Setuju (STS)/ Tidak pernah

1 5

Sumber: Sari, 2015

4. Dokumentasi, yaitu dengan cara menggunakan kamera untuk memberikan hasil gambar atau keadaan yang sesungguhnya di Desa Wisata Wukirsari.

5. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada dari berbagai sumber terpercaya, baik dari internet, buku, majalah, atau data yang berasal dari Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata atau instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.


(51)

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dan perbedaan penafsiran yang berhubungan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Dalam penelitian ini variabel penelitian yang akan digunakan adalah eksternalitas Desa Wisata Wukirsari. Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian dari segi ekonomi, segi sosial-budaya dan segi fisik.

1. Dampak Ekonomi

Dengan adanya sektor pariwisata dapat mengembangkan ekonomi lokal terutama yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup baik dan mendapat respons positif dari pemerintah dan wisatawan. Adanya Desa Wisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh yang sesuai dengan kemampuan dan akan menambah pendapatan masyarakat sekitar sehingga bisa meningkatkan taraf hidup yang layak. Selain itu kemajuan berpikir dan mengubah pola pandang masyarakat akan pengembangan suatu objek wisata, terutama adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Dengan demikian dapat mengembangkan perekonomian lokal melalui pemberdayaan masyarakat diberbagai macam kalangan.


(52)

2. Dampak Sosial-Budaya

kondisi sosial-budaya masyarakat di Desa Wisata Wukirsari yang meliputi variabel-variabel:

a. Kerukunan (Tingkat kerukunan Masyarakat), kondisi rukun terjadi jika semua pihak berada dalam kondisi damai (jarang konflik dan suka tolong menolong. Keberadaan orang baru dalam suatu wilayah yang menyebabkan adanya keseimbangan baru pada sistem sosial diwilayah tersebut. keseimbangan baru tersebut dapat dicapai melalui konflik/damai yang menimbulkan reaksi pada kerukunan masyarakat.

b. Kebudayaan, mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan suatu wujud yang bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan suatu keadaan yang berubah.

c. Keamanan (tingkat kriminalitas), pariwisata berpotensi sebagai faktor penentu munculnya berbagai bentuk kriminalitas, bentuk kriminalitas bisa berupa kejahatan yang dilakukan masyarakat kepada wisatawan ataupun sebaliknya.

3. Dampak Fisik

a. Kelengkapan fisik, untuk dapat melihat adanya peningkatan kualitas lingkungan dilihat dari kelengkapan fisik yang dibatasi pada ketersediaan sarana dan prasarana karena pengembangan pariwisata tidak terlepas dari penyediaan sarana dan prasarana


(53)

b. Tata guna lahan, dampak pengembangan pariwisata terhadap lingkungan dan alam bisa berupa pengambil alihan lahan untuk pariwisata. (Sari, 2015)

F. Uji Kualitas Instrumen Dan Data

Uji kualitas data terdiri dari dua macam uji yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Instrumen yang sudah dikembangkan pada tahap sebelumnya perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen kuisioner sehingga data yang ada harus melalui uji validitas dan uji reabilitas untuk mengetahui keabsahan suatu hasil penelitian dari alat ukur yang digunakan.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen. Validitas menunjukan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan tujuan dari pengukuran, dan berhubungan dengan kenyataan (actually) Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan benar atau nyata (Jogiyanto, 2014). Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkolerasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total, menggunakan teknik uji kolerasi Pearsonproduct moment. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika memiliki korelasi (r) dengan skor total masing-masing ≥ 0,25 (Rahayu, 2016).


(54)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (reliability) ialah menunjukan akurasi dan ketepatan dari pengukuran. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurannya dan konsistensi dari pengukuran. Suatu pengukuran dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2014).

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung Cronbach Alpha

dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Teknik Cronbach Alpha

adalah suatu teknik yang menunjukan indeks konsistensi internal yang akurat, cepat dan ekonomis. Instrumen yang dipakai memenuhi reliabilitas nilai

cronbanch Alpha antara 0 sampai 1. Semakin besar koefisien alpha

(mendekati 1) maka semakin besar kepercayaan terhadap alat ukur tersebut. Instrumen dipakai memenuhi reliabilitas jika nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Ghonzali, 2002 dalam Rahayu, 2016).

G. Uji Analisis Data

Menurut Zaroh (2012), Analisis data ialah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis multiplier effect


(55)

Menurut Muhson (2016) Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan dalam menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang terkumpul sesuai dengan fakta.

Dalam suatu penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari lapangan terkumpul. Kegiatan analisis data ialah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, metabulasi data berdasarkan variabel seluruh respondens, menyajikan data setiap variabel yang diteliti melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Purwanto, 2007).

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data ini adalah sebagai berikut:

1. Menyusun instrumen penelitian berupa kuisioner yang berisi pertanyaan.

2. Melakukan pengumpulan data kepada respondens yang telah ditentukan oleh peneliti.

3. Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan memeriksa kelengkapan kuisioner yang telah diisi, melakukan tabulasi dari hasil kuisioner dan melakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis (Sari, 2015).

Selanjutnya, analisis multiplier effect yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengumpulan Informasi dan hasil keseluruhan mengenai pendapatan masyarakat dan aliran uang yang memberikan manfaat tidak


(56)

langsung dan manfaat induced bagi perekonomian lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan multiplier effect (efek pengganda) dari aliran uang yang terjadi melalui Ratio Income Multiplier Tipe I yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak pada keseluruhan ekonomi lokal (Indirect Effects dan dampak induced) (Setiawan, 2013). Pengelolaan data dilakukan menggunakan alat bantu Microsoft Office Excel 2007.

Menurut Vanhove (2005) dalam Putri (2015) rumusnya secara matematis ialah:

Ratio Income Multiplier Tipe I = �+� �

Dimana:

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari pengeluaran wisatawan (Rupiah)

N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari pengeluaran wisatawan (Rupiah)

Jika nilai koefisien multiplier kurang dari atau sama dengan nol, maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. Sedangkan diantara nol dan satu (0 < dan < 1), maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah dan apabila nilai multipliernya lebih besar atau sama dengan satu ( ≥ 1), maka lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya (Dritasto dan Angraeni, 2013).


(57)

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian 1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Wukirsari.

Desa Wukirsari terdiri dari desa gabungan yang berdiri pada tanggal 10 Mei 1946.Awal mulanya merupakan 4 kelurahan (kelurahan Singosaren yang terdiri dari 4 Dusun, Kelurahan Giriloyo terdiri dari 3 Dusun, Kelurahan Pajimatan terdiri dari 3 Dusun, dan Kelurahan Pucung yang terdiri dari 6 Dusun) sehingga untuk wilayah desa Wukirsari terdapat 16 Dusun. Desa Wukirsari hanyalah sebuah desa biasa seperti desa pada umumnya yang tidak memiliki daya tarik apapun.Masyarakat hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dengan bertani dan menekuni kerajinan yang sudah turun temurun dari nenek moyang terdahulu yaitu batik tulis dan wayang. Namun untuk bertani mulai berkurang dan menjadi mata pencaharian sampingan masyarakat sekitar, karna tanah yang tidak mendukung, 2/3 tanahnya merupakan tanah tandus miringan dan 1/3 nya dialihkan untuk peternakan (Wawancara dengan Staf Kantor Desa Wukirsari, 12 Oktober 2016).

Terlepas dari gempa bumi yang melanda DIY dan menghancurkan beberapa bangunan asli setempat, tetapi ternyata semangat warga Desa Wukirsari tetap terjaga. Kesadaran akan potensiwisata yang ada pada Desa Wukirsari dimulai pada saat adanya program PNPM pasca gempa tahun 2008


(58)

dengan mendirikan kelompok batik, yang awal mulanya hanya ada 4 kelompok batik. Melihat adanya potensi batik di Desa Wukirsari, maka LSM (IRE-Australia berkerjasama dengan JAS) membantu untuk pelatihan pewarnaan, desain, dan pemasaran. Kemudian, dengan berjalannya waktu wilayah Wukirsari mendukung adanya paguyuban batik(pengurus paguyuban merangkap menjadi pengurus Desa Wisata) dan hingga sekarang kelompok batik pun bertambah menjadi 12 kelompok. Sehingga dibangunlah gazebo wisata atas bantuan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Daerah Istimewa Yogyakarta dan LSM-JAS berupa gazebo dalam ukuran kecil untuk pelatihan membatik dan showroom dari 12 kelompok batik yang dikumpulkan, kemudian gazebo tersebut sekarang menjadi sentra wisata (Wawancara dengan Nur Ahmadi dan Isnaini, 20 Mei 2016).

Setelah Desa Wukirsari menjadi destinasi wisata tahun 2008, semua tatanan dari berbagai aspek pun ditata. Hal pertama yang diatur ialah adanya pembentukan kelompok masyarakat sadar wisata (yang mengelola) atau disebut dengan kelompok sadar wisata (POKDARWIS), namun dari berbagai potensi yang ada di Desa Wisata Wukirsari yang paling unggul ialah Batik tulis.

Batik tulis di Desa Wukirsari memang bermula dari tradisi turun temurun beberapa tahun silam, sejarah batik tulis memang tidak terlepas dari keberadaan dua makam kerabat kraton Yogyakarta dan Surakarta yang dibangun diwilayah tersebut sekitar 1600-an. Kedua makam tersebut merupakan makam Pasareyan Giriloyo dan makam raja-raja Mataram. Ketika


(59)

kerabat kraton berkunjung/ ziarah ke makam tersebut kemudian terjadilah interaksi antara mereka dan penduduk sekitar. Seiring dengan interaksi tersebut maka diajarkan pula keahlian membatik yang pada akhirnya penduduk desa Wukirsari dapat memenuhi kebutuhan batik kraton (Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bantul, 2016).

Pengunjung/ wisatawan mulai berdatangan untuk berwisata ke Desa Wisata Wukirsari yaitu menginjak tahun 2010. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah wisatawan yang datang mulai meningkat, sehingga dibuatlah paket wisata belajar membatik, kursus membatik dan outbonddi Desa Wisata Wukirsari atas kesepatakan bersama.

2. Kondisi Geografis.

Desa Wukirsari adalah salah satu desa dari 8 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, yaitu Desa Selopamioro, Desa Sriharjo, Desa Kebonagung, Desa Karangtengah, Desa Girirejo, Desa Karangtalun, dan Desa Imogiri. Topografi yang berupa dataran rendah dengan curah hujan 55 mm/thn berada pada ketinggian tanah 50 meter diatas permukaan laut. Suhu udara yang tercatat rata-rata mencapai 27 ͦ C.

Daerah Desa Wukirsari terletak 17 km dari ibu kota provinsi atau sekitar 10 km dari ibu kota Kabupaten Bantul dan 3 km dari pusat pemerintahan Kecamatan. Desa Wukirsari memiliki 16 Dusun (Pedukuhan), yaitu Singosaren, Bendo, Mangung, Sindet, Tilaman, Pundung, Kedung Buweng, Karang Kulon, Giriloyo, Cengkeham, Nogosari I, Nogosari II,


(60)

Karangasem, Jatirejo, Karangtalun, dan Dengkeng. Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Wukirsari:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Jetis & Kecamatan Pleret. 2. Sebelah Selatan : Desa Imogiri, Girirejo & Kecamatan

Dlingo.

3. Sebelah Barat : Sugai Opak & Kecamatan jetis. 4. Sebelah Timur :Kecamatan Dlingo.

Luas wilayah keseluruhan Desa Wukirsari adalah 15.385,505 Ha. Namun wilayah pusat kegiatan kepariwisataan dan aktif/ produktif melayani wisata hanya terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun Giriloyo, Dusun Karang Kulon, dan Dusun Cengkehan.Sekretariat Desa Wisata Wukirsari juga terdapat di Dusun Karang Kulon.

Sumber: Pengelola Desa Wisata Wukirsari, 2016 GAMBAR 4.1.


(61)

3. Kondisi Demografi.

Total Jumlah penduduk Desa Wukirsari mencapai 16.703 jiwa, 4.997 KK.Jumlah keluarga miskin menurut standar BPS mencapai 1774 KK atau 4.882 jiwa. Desa Wisata Wukirsari hanya terdiri dari 3 Dusun yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Wukirsari. Jumlah KK yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Wukirsari berjumlah 200 Kepala Keluarga.

Berikut merupakan data jumlah penduduk Desa Wisata Wukirsari berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 4.1.

JUMLAH PENDUDUK DESA WISATA WUKIRSARI

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 5.359 32.08

2 Perempuan 8.344 49.95

Jumlah Total Penduduk 16.703 100

Jumlah Kepala Keluarga 4.997 Sumber: Data Monografi Desa Wukirsari, 2015

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk jenis kelamin perempuan yang berjumlah 8.344 orang, namun jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan berjumlah sangat tinggi, karena jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 5.359 orang.

TABEL 4.2.

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN UMUR

No Umur (Tahun) Jumlah Persentase

1 0-15 6570 39.33

2 15-65 9535 57.08

3 65-80 598 3.58

Jumlah 16.703 100


(62)

Dari data jumlah penduduk berdasarkan umur bahwa jumlah penduduk yang berada pada usia produktif antara 15-65 tahun sekitar 57.08 % dari total jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang berusia 0-15 tahun terdiri atas 6570 jiwa atau sekitar 39.33 % dari jumlah keseluruhan dan 598 jiwa yang berusia 65-80 tahun atau sekitar 3.58% dari jumlah keseluruhan.

4. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Wisata Wukirsari.

Sebagian besar masyarakat Desa Wisata Wukirsari berdasarkan usia produktif bermata pencaharian sebagai wisaswasta/ pedagang, tidak heran jika Desa Wisata Wukirsari merupakan juara Desa Wisata Terbaik tingkat DIY sebagai kategori pemasaran terbaik. Selain profesi sebagai wiraswasta dan pengrajin ada juga profesi lain dari masyarakat Desa Wisata Wukirsari.

TABEL 4.3.

JENIS MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DESA WISATA WUKIRSARI

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 PNS 600 6.25

2 TNI/POLRI 73 0.76

3 Pegawai Swasta 3180 33.35

4 Wiraswasta/Pedagang 4184 43.50

5 Petani 344 3.60

6 Tukang 35 0.36

7 Buruh 1319 13.83

8 Peternak 15 0.15

9 Pengrajin 890 9.33

Jumlah 9535 100

Sumber: Data Monografi Desa Wukirsari, 2015

Berdasarkan data jenis pencaharian masyarakat Desa Wisata Wukirsari bahwa jenis mata pencaharian yang paling mencolok ialah pedagang/ wiraswasta sebanyak4184 orang atau sekitar 33.35% dari jumah


(63)

penduduk yang bekerja dalam usia produktif. sedangkan jenis mata pencaharian yang paling sedikit yaitu peternak sebanyak 15 orang atau sekitar 0.15% dari jumlah usia produktif yang bekerja. Distribusi pada mata pencaharian PNS mencapai 6.25% atau sebanyak 600 penduduk yang bekerja sebagai PNS. Mata pencaharian TNI/ POLRI sekitar 0.76% atau sebanyak 73 penduduk, sebanyak 344 penduduk yang bekerja sebagai petani, tukang sebanyak 35 penduduk atau sekitar 0.36% dari jumlah penduduk yang bekerja pada usia produktif, untuk mata pencaharian sebagai buruh sekitar 13.83% atau sebanyak 1.319 penduduk dan pengrajin sebanak 890 penduduk atau sekitar 9.33% dari jumlah penduduk yang bekerja pada usia produktif. sedangkan masyarakat dengan jenis kelamin perempuan yang berusia 65 tahun ke atas rata-rata bekerja sebagai pengrajin batik (wawancara dengan Kepala Dukuh Giriloyo, 12 September 2016).

Dari jenis industri yang ada di Desa Wisata Wukirsari dapat diketahui jumlah UKM (Usaha Kecil Menengah) cukup tinggi, UKM yang ada di Desa Wisata Wukirsari sebagian ada yang terlibat dengan kegiatan paket wisata yang ada di Desa Wisata yang dijadikan sebagai atraksi yang boleh diikuti oleh pengunjung Desa Wisata Wukirsari seperti, membatik (Batik tulis).

Adapun UKM (Usaha Kecil Menengah) yang berkaitan dengan Desa Wisata Wukirsari diantaranya, pelatihan membatik, penyediaan homestay dan

outbond. Untuk UKM penyediaan homestay dan outbond dimulai sejak ditetapkan paket wisata desa Wukirsari. Sedangkan untuk pelatihan membatik


(64)

sudah dimulai sejak dulu sebelum dibentuknya Desa Wisata, namun masih bersifat pribadi.

Desa Wisata Wukirsari dalam hal UKM (Usaha Kecil Menengah) tidak hanya memberi keuntungan bagi pelaku UKM yang berada di Desa Wisata Wukirsari, tetapi juga memberikan keuntungan bagi pelaku Usaha Kevil Menengah yang berasal dari lur Desa Wisata Wukirsari. Hal ini dapat dilihat ketika ada kunjungan/ tamu dari Bupati Kabupaten Bantul pada tanggal 16 oktober 2016 ke Desa Wisata Wukirsari, dari berbagai pelaku UKM berdatangan untuk menjajakan usahanya.

5. Perkembangan Kunjungan Wisata

Sejak berdirinya Desa Wisata pada tahun 2008 dan memulai promosi, kunjungan pertama yaitu pada tahun 2010 dan tercatat jumlah kunjungan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 5210 orang, tahun 2012 sebanyak 4970 orang, tahun 2013 sebanyak 5810, tahun 2014 sebanyak 9213, tahun 2015 sebanyak 8142, dan pada untuk tahun 2016 hingga bulan September tercatat sebanyak 7792. Sejalan dengan pemasaran yang dilakukan, segmentasi pasar yang sudah berkunjung ke Desa Wisata ialah lembaga-lembaga seperti lembaga pendidikan, pemerintahan, maupun lembaga setingkat organisasi.

Selama 6 tahun sejak berdirinya Desa Wisata Wukirsari, jumlah kunjungan tercatat sebanyak 42.806 pengunjung. Hal tersebut terjadi salah satunya ialah adanya booming batik pada masyarakat Indonesia.


(65)

TABEL 4.4.

DAFTAR KUNJUNGAN WISATAWAN YANG MELAKUKAN TRANSAKSI DI DESA WISATA WUKIRSARI TAHUN 2016 (PER

BULAN)

No Bulan

Jumlah Wisatawan (orang) Jumlah kunjungan (kali) Nilai Transaksi

1 Januari 881 10 Rp27.325.000

2 Februari 1.611 15 Rp44.697.000

3 Maret 2.087 12 Rp34.623.000

4 April 756 10 Rp18.575.000

5 Mei 1.459 12 Rp29.750.000

6 Juni 437 8 Rp11.320.000

7 Juli 52 2 Rp1.410.000

8 Agustus 122 7 Rp3.180.000

9 September 387 9 Rp11.725.000

Jumlah 7.792 85 Rp182.605.000

Sumber: Pengelola Desa Wisata Wukirsari, 2016

Pada tahun 2016 sampai bulan September tercatat ada 85 kunjungan yang melakukan kunjungan dengan total transaksi sebesar Rp182.605.000,-. Transaksi yang terjadi cukup fluktuatif per bulannya. Pada bulan januari tercatat sebanyak 10 kali kunjungan. Lonjakan yang cukup tinggi terjadi pada pada bulan Februari dengan jumlah kunjungan mencapai 15 kali, kemudian pada bulan Maret mengalami penurunan jumlah transaksi dikarnakan jumlah kunjungan hanya sebanyak 12 kali kunjungan. Namun meskipun bulan Maret mengalami penurunan jumlah transaksi pada bulan Maret tersebut Desa Wisata Wukirsari mendapat kunjungan lansung dari Ibu Iriani (Isri Presiden Republik Indonesia) pada tanggal 29 Maret 2016. Penerimaan wisatawan kembali sangat menurut terjadi pada bulan Juli hanya terdapat 2 kali kunjungan. Hal ini mengakibatkan transaksi yang terjadi mengalami penurunan juga.


(66)

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016 GAMBAR 4.2.

Perkembangan Transaksi Wisata Di Desa Wisata Wukirsari Tahun 2016 (Rupiah)

6. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian ini melibatkan 134 responden yang diambil dari total populasi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Wukirsari. Penentuan jumlah responden tersebut menggunakan rumus slovin dengan standar error 5% pemilihan rumus ini dianggap ideal karena tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit, mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan waktu dan sulitnya menemukan dan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

Penyebararan kuisioner dilakukan dengan cara bertemu satu persatu responden, untuk meminimalisir kuisioner yang tidak kembali. Dengan catatan orang/ masyarakat yang ditemui memiliki keterlibatan dalam pengelolaan atau kegiatan pariwisata di Desa Wisata Wukirsari. Saat bertemu dengan masyarakat yang dianggap memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan

27325000 44697000 34623000 18575000 29750000 11320000 1410000 3180000 11725000 0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000 50000000 N il ai Tr an saksi


(67)

penelitian tersebut, maka masyarakat diminta kesediaannya untuk mengisi kuisioner. Beberapa pertanyaan dalam kuisioner meemberikan deskripsi tambahan terhadap karakteristik responden. Pertanyaan yang harus diisi oleh responden termasuk jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Wukirsari, serta jumlah tanggungan.

Adapun responden yang dijadikan sampel tersebut adalah 20 responden berasal dari dusun Giriloyo, 70 berasal dari dusun Karang Kulon, dan 44 dari dusun Cengkehan. Pelaksanaan observasi sekaligus penyebaran kuisioner untuk mendapatkan data dari responden dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2016.

Secara umum jumlah persentase antara responden laki-laki dan perempuan tidak terjadi perbedaan yang begitu besar. Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 61 orang atau sebanyak 45.52% sementara responden perempuan sebanyak 73 orang atau sebanyak 54.47%. jumlah yang hampir seimbang ini dimaksudkan agar jawaban yang didapatkan tidak bias gender. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 4.5.

RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

1 Laki-Laki 61 45.52

2 Perempuan 73 54.47

Jumlah 134 100


(1)

Dampak Fisik

Correlations

Q1F Q2F Q3F Q4F TotalF

Q1F Pearson Correlation 1 .592** .628** .729** .880**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 135 135 135 135 135

Q2F Pearson Correlation .592** 1 .563** .444** .784**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 135 135 135 135 135

Q3F Pearson Correlation .628** .563** 1 .548** .844**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 135 135 135 135 135

Q4F Pearson Correlation .729** .444** .548** 1 .808**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 135 135 135 135 135

TotalF Pearson Correlation .880** .784** .844** .808** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 135 135 135 135 135


(2)

Lampiran 8 : Uji Reliabilitas

Dampak Ekonomi

Case Processing S ummary

N %

Cases Valid 134 100.0

Excludeda 0 .0

Total 134 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability S tatistics

Cronbach's Alpha N of Items

.889 5

Dampak Sosial-Budaya

Case Processing S ummary

N %

Cases Valid 134 100.0

Excludeda 0 .0

Total 134 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability S tatistics

Cronbach's Alpha N of Items


(3)

Dampak Fisik

Case Processing S ummary

N %

Cases Valid 134 100.0

Excludeda 0 .0

Total 134 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability S tatistics

Cronbach's Alpha N of Items


(4)

Lampiran 9 : Dokumentasi

1.

Gazebo tempat pelatihan

membatik

2.

Gerbang memasuki Desa


(5)

4.

Showroom batik

5.

Area Parkir wisatawan didepan

Gazebo

6.

Wisatawan sedang

belajar membatik


(6)

5.

Bpk. Nur Ahmadi (Ketua

Pengelola)

6.

Bpk. Isnaini Muhtarom

(Kepala Dukuh Karang

Kulon)