PELAKSANAAN PROKASIH SUNGAI GADJAH WONG OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYA (Periode Tahun 2015)

(1)

PELAKSANAAN PROKASIH SUNGAI GADJAH WONG

OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYA

(Periode Tahun 2015)

oleh:

Juwita Risdiana

20120520088

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

PELAKSANAAN PROKASIH SUNGAI GADJAH WONG

OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYA

(Periode Tahun 2015)

oleh:

Juwita Risdiana

20120520088

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

Nama : Juwita Risdiana

Tempat, Tanggal Lahir : Singkut, 27 Desember 1993 Nomor Induk Mahasiswa : 20120520088

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan/Prodi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

“PELAKSANAAN PROKASIH SUNGAI GADJAH WONG OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYA(Periode Tahun 2015) adalah bukan karya ilmiah orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan

sumbernya dengan benar. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Yogyakarta, Desember 2016

Peneliti


(4)

“LET’S FLY HIGHER’’

“AYO,TERBANG LEBIH TINGGI”


(5)

Kepada Allah SWT, tiada jalan terang tanpa petunjuk-Mu, dan semua karena

ridho-Mu..

Kepada Bapak dan Mamak,

Terima kasih atas kerja keras kalian yang sudah membesarkanku,

Kalian selalu memberi semangat di saat aku mulai lelah,

Terima kasih atas do’a kalian, aku bangga menjadi anakmu..

Kepada teman-teman di seperjuangan, trima kasih atas dukungan kalian,

Semoga Ilmu yang kita dapatkan bisa berguna bagi kehidupan di masa depan..

Terima kasih untuk teman-teman Zumba ku,

Dan terimakasih untuk ‘kamu’ yang selalu mendukungku

Dan terima kasih kepada Dosen-Dosenku


(6)

Muhammad SAW, atas terselesaikannya tugas akhir ini. Dengan perjuangan keras dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Studi di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dengan terselesaikan Skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Prokasih Sungai

Gadjah Wong oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Jogja (Periode 2015)” penulisan

skripsi ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat, saran serta kerja sama dari berbagai pihak, kususnya pembimbing, segala hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memajukan pendidikan dimasa yang akan datang. Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Akhirnya besar harapan penulis agar kehadiran skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca, dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Desember 2016


(7)

HALAMAN PERNYATAAN...i

HALAMAN MOTTO ...ii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GRAFIK ...ix

SINOPSIS ...x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...7

D. Kerangka Dasar Teori...8

E. Definisi Konsepsional...13

F. Definisi Oprasional...14

G. Metode Penelitian ...14


(8)

2.1Profil Kota Jogja...20

2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Jogja...20

2.2Dinas Lingkungan Hidup Kota Jogja...23

2.3Visi dan Misi BLH Kota Jogja...25

2.4Program Kali Bersih 2015...26

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kinerja BLH Kota Jogja dalam Program Kali Bersih 2015...29

1. Aspek Keluaran (output)...44

2. Aspek Hasil...40

3. Kaitan Usaha dengan Pencapaian...52

4. Informasi Penjelasan...53

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja BLH Kota Jogja dalam Program Kali Bersih 2015...61

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...68

B. Saran ...68

C. Daftar Pustaka...69

D. Lampiran...71


(9)

Tabel 1.1...14 Tabel 2.1...22 Tabel 3.1...36


(10)

(11)

Daerah Istimewa Yogyakarta. sungai Gajah Wong tidak hanya dimanfaatkan sebagai aliran irigasi untuk mengaliri sawah, akan tetapi juga dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih warga seperti air minum ataupun untuk aktivitas sehari-hari, mandi dan mencuci. Masalah yang kemudian muncul adalah kebersihan sungai Gajah Wong. Sungai Gajah Wong menjadi sarat akan sampah dan menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga ataupun industri kecil disekitaran sungai yang kemudian menjadikan sungai Gajah Wong menjadi tercemar. Tercemarnya sungai Gajah Wong ini kemudian berdampak pada terhambatnya aliran sungai yang kemudian menjadi faktor munculnya genangan air jika selesai hujan, bahkan terjadinya banjir di beberapa wilayah, selain itu, warga tidak bisa memanfaatkan air dari sungai Gajah Wong untuk kebutuhan sehari-hari. Atas dasar inilah kemudian pemerintah Kota Yogyakarta membuat program jangka pendek dalam bentuk Prokasih (program kali bersih) yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program kali bersih 2015 dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program Kali Bersih 2015.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya adalah wawancara secara langsung. Penelitian ini melakukan wawancara dengan anggota BLH Kota Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan September 2016. Sehingga jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berbentuk hasil wawancara dan data sekunder yang berbentuk dokumen-dokumen berkaitan dengan kinerja BLH Kota Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kerja BLH yang berkaitan dengan program kali bersih (prokasih) 2015 di sungai Gajah Wong ini diantaranya adalah dengan melaksanakan kualitas bersih kali dengan melakukan pemantauan secara berkala, memberikan penyuluhan kepada industri rumah tangga dan masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai secara langsung, melakukan pengawasan serta sanksi jika terdapat adanya pelanggaran akan pembuangan limbah cair yang melanggar peraturan perundang-undangan serta melakukan edukasi dan penyuluhan bagi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Sedangkan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program dari BLH ini adalah adanya peran dari pemerintah, Forbidas, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri. Dukungan pemerintah menjadi penting tatkala pemerintah yang menyediakan segala infrastruktur yang dibutuhkan, dukungan dari Forbidas berkaitan dengan kelnacaran pelaksanaan program secara berkelanjutan di masyarakat dan dukungan dari tokoh masyarakat dan masyarakat dalam hal kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan secara bersama-sama.


(12)

(13)

(14)

Daerah Istimewa Yogyakarta. sungai Gajah Wong tidak hanya dimanfaatkan sebagai aliran irigasi untuk mengaliri sawah, akan tetapi juga dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih warga seperti air minum ataupun untuk aktivitas sehari-hari, mandi dan mencuci. Masalah yang kemudian muncul adalah kebersihan sungai Gajah Wong. Sungai Gajah Wong menjadi sarat akan sampah dan menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga ataupun industri kecil disekitaran sungai yang kemudian menjadikan sungai Gajah Wong menjadi tercemar. Tercemarnya sungai Gajah Wong ini kemudian berdampak pada terhambatnya aliran sungai yang kemudian menjadi faktor munculnya genangan air jika selesai hujan, bahkan terjadinya banjir di beberapa wilayah, selain itu, warga tidak bisa memanfaatkan air dari sungai Gajah Wong untuk kebutuhan sehari-hari. Atas dasar inilah kemudian pemerintah Kota Yogyakarta membuat program jangka pendek dalam bentuk Prokasih (program kali bersih) yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program kali bersih 2015 dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program Kali Bersih 2015.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya adalah wawancara secara langsung. Penelitian ini melakukan wawancara dengan anggota BLH Kota Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan September 2016. Sehingga jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berbentuk hasil wawancara dan data sekunder yang berbentuk dokumen-dokumen berkaitan dengan kinerja BLH Kota Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kerja BLH yang berkaitan dengan program kali bersih (prokasih) 2015 di sungai Gajah Wong ini diantaranya adalah dengan melaksanakan kualitas bersih kali dengan melakukan pemantauan secara berkala, memberikan penyuluhan kepada industri rumah tangga dan masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai secara langsung, melakukan pengawasan serta sanksi jika terdapat adanya pelanggaran akan pembuangan limbah cair yang melanggar peraturan perundang-undangan serta melakukan edukasi dan penyuluhan bagi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Sedangkan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program dari BLH ini adalah adanya peran dari pemerintah, Forbidas, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri. Dukungan pemerintah menjadi penting tatkala pemerintah yang menyediakan segala infrastruktur yang dibutuhkan, dukungan dari Forbidas berkaitan dengan kelnacaran pelaksanaan program secara berkelanjutan di masyarakat dan dukungan dari tokoh masyarakat dan masyarakat dalam hal kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan secara bersama-sama.


(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Yogyakarta ora di dol”

-Slogan Protes atas pembangunan di Yogyakarta

Kalimat di atas memiliki makna bahwa “Yogyakarta tidak di jual” hal ini merujuk pada fenomena pembangunan yang semakin pesat di area Yogyakarta, termasuk pembangunan hotel, perumahan, bisnis retail, gedung-gedung restaurant ataupun pembangunan lainnya yang semakin membuat Yogyakarta semakin padat dan susah untuk bergerak. Hal ini terbukti dari kemacetan yang sering terjadi di wilayah perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ataupun di wilayah pedesaan yang merupakan pusat pariwisata.

Tingginya perkembangan ekonomi di Yogyakarta ini kemudian menjadi paradoksa tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta, yaitu masyarakat menerima keuntungan ekonomi yang semakin maju, akan tetapi kenyamanan dan keamanan wilayah menjadi isu tersendiri. Salah satu efek dari pembangunan yang tiada henti di Yogyakarta adalah semakin sempitnya lahan lepas di Yogyakarta. Hal ini seperti yang dituangkan dalam Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)1 yang mengungkapkan bahwa kemajuan pembangunan di Yogyakarta tidak hanya membawa keuntungan bagi masyarakat, akan tetapi juga memberikan

1

Laporan SLHD. 2014. Laporan SLHD Kota Yogyakarta 2014. Diunduh dari http://blh.jogjaprov.go.id/wp-content/uploads/Buku-Laporan-SLHD-Kota-Yogyakarta-2014.pdf diakses pada 24 Mei 2016


(16)

2

efek domino yang pada akhirnya menjalar keberbagai aspek kehidupan masyarakat. Efek domino yang dimaksudkan di sini adalah seperti perkembangan pembangunan membawa dampak pada sempitnya ruang gerak untuk masyarakat, dimana pada akhirnya akan semakin mempersempit lahan, perkembangan pembangunan juga membawa peningkatan dalam jumlah penduduk dan banyaknya wisatawan yang kemudian mengharuskan wilayah untuk dapat menyediakan lahan, udara dan pengelolaan ruang yang baik agar dapat tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Salah satu masalah yang kemudian muncul adalah pencemaran lingkungan dalam bentuk sampah, dimana hingga kini Yogyakarta masih berkecimpung dalam persoalan pembenahan sampah2.

Permasalahan sampah yang di maksud termasuk juga dalam pembuangan limbah, dimana limbah yang dihasilkan dalam bentuk padat dan cair. Mengacu pada permasalahan yang disampaikan dalam laporan SLDH 2014, pencemaran lingkungan (baik sampah dan limbah) ini kemudian menjadi meningkat ketika sudah mencemari sungai-sungai diwilayah Yogyakarta. Selain itu, permasalahan lainnya yang muncul adalah ketika angka kepadatan penduduk yang cukup tinggi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk membuat tangki septik, sehingga memilih solusi untuk membuang secara langsung ke sungai bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai. Pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa semua sungai yang ada di wilayah Kota Yogyakarta telah tercemar dan sebagian parameter yang dianalisis telah melewati baku mutu yang ditentukan. Kesadaran

2


(17)

3

sebagian masyarakat terhadap fungsi sungai masih rendah sehingga menyebabkan kondisi ini masih terjadi sampai sekarang3.

Sungai Gajah Wong adalah salah satu sungai yang membelah kota Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng merapi Kabupaten Sleman, sedangkan bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai Gajah Wong merupakan ekosisten aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS). Timbulnya permasalahan ini kemudian juga disampaikan oleh salah satu anggota BLH Kota Jogja sebagai berikut:

“permasalahan nyata yang dihadapi sama kota jogja sekarang ini adalah sampah. Kota Jogja inikan sudah semakin padat mbak, dengan maraknya pembangunan hotel, pembangunan infrastruktur Kota oleh pemerintah, hal ini kemudian menyebabkan terjadinya penyempitan lahan. Ga ada tempat untuk membuang sampah, sehingga kemudian masyarakat membuang sampah dengan memanfaatkan aliran-aliran selokan yang pada akhirnya akan mengalir ke sungai besar, atau justru menghambat aliran ke sungai besar yang mengakibatkan banjir”4 Hasil wawancara tesebut menunjukkan bahwa permasalahan yang nyata dihadapi oleh Kota Jogja ini adalah sampah, dimana pembuangan sampah yang kurang tepat mengakibatkan terjadinya hambatan pada aliran sungai. Terjadinya hambatan pada aliran sungai ini kemudian mengakibatkan beberapa masalah, seperti banjir karena luapan air sungai, ataupun hambatan pada arus sungai. Hal ini kemudian dibuktikan dengan adanya berita seperti di bawah ini:

“tingkat pencemaran air di empat wilayah sungai Kota Yogyakarta meningkat melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan. Empat sungai itu yakni Kali Code, Winongo, Gajah Wong, dan Manunggal.

3

Ibid 4


(18)

4

Pencemaran meningkat akibat pengaruh limbah sampah domestik yang kian tak terkontrol”5

Penggalan berita di atas kemudian memberikan pandangan bahwa kondisi sungai di wilayah Yogyakarta sudah mengkhawatirkan dengan tingkat pencemaran yang cukup besar. Salah satu dari sungai besar yang ada di Yogyakarta adalah sungai Gajah Wong, dimana sungai ini berada di tengah wilayah perkotaan Yogyakarta. Hal ini kemudian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Risyanto dan Widyastuti6 menunjukkan bahwa pencemaran yang terjadi di wilayah sungai Gajah Wong sebagian besar diakibatkan oleh salah satunya adalah kegiatan domestik, cara pembuangan limbah cair dari kamar mandi bervariasi, yaitu riol (3l,7%), septic tank (5%), saluran terbuka (20%), tempat terbuka (26,7%) dan sungai (16,7%). Prosentase limbah cair yang dibuang ke sungai tersebut, sebagian besar pada daerah bagian tengah DAS. Demikian halnya dengan limbah cair dari WC, sebanyak 5% di buang ke sungai. Limbah padat dari kegiatan domestik meliputi sampah kering dan basah (organik) serta barang lain (anorganik). Sampah tersebut di buang ke TPS (26,7%), lubang sampah (33,3%), halaman rumah (25%), dan sungai (15%). Sebagian besar sampah yang di buang ke sungai tersebut adalah di daerah bagian hilir DAS. Berikut merupakan gambar contoh pencemaran yang terjadi di wilayah sungai Gajah Wong:

5

Pribadi Wicaksono. 2014. Pencemaran 4 Sungai Yogya Lewati Ambang Batas. Diakses dari

https://m.tempo.co/read/news/2014/03/12/206561693/pencemaran-4-sungai-yogya-lewati-ambang-batas pada tanggal 24 Mei 2016 6

Risyanto dan M. Widyastuti. 2004. Pengaruh Pbrilaku Penduduk Dalam Membuang Limbah Terhadap Kualitas Air Si.]Ngai Gajahwong (The Influence of People Behavior in Disposing Waste to the Gajahwong Water Quality). Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. 2, Juli 2004, hal. 73-85


(19)

5

Gambar 1.1 Pencemaran di Sungai Gajah Wong7

Selain itu, kegiatan industri yang terdapat di DAS Gajahwong dapat mengindikasikan penghasil bahan pencemar. Macam industri yang ada meliputi: budidaya jamur, percetakan/sablon, industri makanan, bahan bangunan, kerajinan perak, pembuatan kompor, dan kerajinan kulit. Dilihat dari jenis industrinya, 6,7% adalah industri besar. 13,3% industri sedang, 33,3% industrii kecil dan 46,7% insdustri rumah tangga. Sebagian besar limbah cair yang di buang ke sungai adalah di daerah bagian tengah dan hilir DAS8.

Penelitian lainnya yang menunjukkan pencemaran pada sungai Gajah Wong dilakukan oleh Nuraini dan Sunardi9 yang menunjukkan bahwa kandungan unsur pada suatu perairan atau sungai Code dan Gajahwong dari waktu ke waktu selalu berubah-ubah seiring dengan meningkatnya limbah buangan dari sungai kecil yang mengalir ke sungai Code dan Gajahwong. Meningkat atau menurunnya kadar logam berat bisa disebabkan adanya pergerakan arus yang tidak stabil,

7

Gambar di atas berasal dari kondisi sungai Gajah Wong pada tahun 2012 yang diambil dari http://www.kompasiana.com/fitriapril/polusi-sungai-gajah-wong-sebagai-jantung-kota-jogja-yang-terabaikan_5517c26f813311aa689de4c3 pada 23 Mei 2016

8

Risyanto dan M. Widyastuti. 2004. Loc.,Cit 9

Elin Nuraini dan Sunardi. 2010. Kualitas Lingkungan Sungai Code Dan Gajahwong Ditinjau Dari Kadar Cu Dan Cr Dalam Cuplikan Sedimen. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 328-338


(20)

6

curah hujan dan perubahan kondisi lingkungan yang terus-menerus hingga masuknya air limbah dari industri, rumah tangga, hotel dan lain-lain yang akan mempengaruhi kadar logam berat dalam air. Ini dapat berakibat makin tinggi kadar logam berat pada Sungai Code dan Gajahwong dan dapat berakibat terjadi pencemaran lingkungan dan merusak ekosistem di lingkungan sungai.

Hasil penelitian tersebut kemudian memberikan arahan kenapa isu tentang kebersihan sungai Gajahwong ini penting untuk kemudian dikaji lebih lanjut lagi. Sungai pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat besar begi perkembangan peradaban manusia diseluruh dunia ini, yakni dengan menyediakan daerah-daerah subur yang umumnya terletak di lembah-lembah sungai dan sumber air sebagai sumber kehidupan yang paling utama bagi kemanusiaan. Hingga sampai saat ini pun, sungai senantiasa mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Di daerah pegunungan air digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan juga memegang peranan utama sebagai sumber air untuk kebutuhan irigasi, penyediaan air minum, kebutuhan industri dan lain-lain. Selain itu, sungai berguna pula sebagai tempat yang ideal untuk pariwisata. Bagaimanapun juga, sungai-sungai sebagai saluran pembuang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung air hujan yang turun di atas permukaan bumi dan mengalirkannya kelaut atau kedanau-danau.

Pentingnya sungai bagi kehidupan masyarakat ini kemudian memaksa pemerintah untuk turut memperhatikan perawatan sungai agar terpelihara dan pada akhirnya tidak menimbulkan bencana bagi masyarakat. Badan Lingkungan Hidup (BLH) merupakan lembaga yang khusus menangani persoalan terkait dengan kondisi lingkungan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa


(21)

7

Yogyakarta Nomor 75 Tahun 2015 menyebutkan bahwa BLH mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Dari sinilah kemudian peneliti akan melihat lebih lanjut tentang kinerja BLH terkait dengan program kali bersih tahun 2015 di DIY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program kali bersih tahun 2015 di DIY?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program kali bersih 2015?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program kali bersih 2015.

b. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program Kali Bersih 2015 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori tentang organisasi dengan analisis berfokus pada kinerja organisasi.


(22)

8

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah terkait dengan kebersihan sungai yang dapat menghindarkan terjadinya bencana.

D. Kerangka Dasar Teori

BLH merupakan badan yang mengurusi tentang penjagaan lingkungan di bawah pemerintah. BLH DIY memiliki paying hukum yang diatur dalam Pergub DIY No 75 Tahun 2005 dimana di dalam Pergub tersebut menyebutkan bahwa tugas adalah untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup10. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut maka Badan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi:

a. penyusunan program di bidang lingkungan hidup b. perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup

c. pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan hidup, konservasi lingkungan

d. pembinaan pengendalian lingkungan pada instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan swasta di Daerah

e. penyelenggaraan kajian dan penataan lingkungan

f. pembinaan dan pengembangan laboratorium lingkungan hidup

g. pemberian fasilitasi penyelenggaraan urusan lingkungan hidup Kabupaten/Kota

h. perumusan kebijakan konservasi kawasan budaya

i. pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang lingkungan hidup

j. penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan

k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan tugas yang tertera di atas kemudian dapat dikatakan bahwa BLH harus bergerak secara terstruktur agar dapat memenuhi segala tugas yang dibebankan pada lembaga tersebut. Untuk melihat tujuan dari BLH di sini perlu dilihat dari apa saja yang sudah dilakukan oleh BLH, dengan kata

10


(23)

9

lain melihat kinerja BLH sebagai sebuah organisasi. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau

degree of accomplishtment11. Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Kinerja dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi. Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan (individual Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance). Organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam organisasi tersebut12. Surjadi mengatakan bahwa kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari

11

Rue dan byars, 1981 dalam Yeremias T Keban. 1995. Indikator Kinerja Pemda, Pendekatan Manajemen dan Kebijakan, Yogyakarta : Fisip UGM.

12 Ibid


(24)

10

tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya13.

Bentuk kinerja organisasi yang dilakukan oleh BLH di sini dibantu dengan adanya susunan kerja yang biasa di sebut sebagai program kerja. Program kerja adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

Menurut Charles O. Jones14, pengertian program kerja adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas. Di sini yang dimaksud sebagai program atau tidak yaitu:

a. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.Strategi pelaksanaan.

b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

c. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik. Sehingga dalam pelaksanaan program

13

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung. PT Rafika ADITAMA. Hal 7

14

Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy. Terjemahan Rick Ismanto. Jakarta : Penerbit PT RajaGrafmdo Persada. Hal 295


(25)

11

kerja demi mewujudkan kali bersih di sini BLH harus memiliki perencaann yang tepat untuk dapat mendukung kinerja organisasi.

Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintahan menggunakan alat, teori yang digunakan yaitu teori kinerja dari Baban Sobandi dan para ahli lainnya dalam bukunya yang berjudul Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah, berikut adalah indikator kinerja organisasi menurut baban sobandi15:

1. Keluaran (Output), sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kelompok keluaran (output) meliputi dua hal. Pertama, kualitas pelayanan yang diberikan, indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan. Kedua, kuantitas pelayanan yang diberikan yang memenuhi persyaratan kualitas tertentu. Indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan yang memenuhi uji kualitas. 2. Hasil, hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena

pemberian layanan. Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Maka segala

15

Sobandi, 2006, Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah,. Bandung: Humaniora. Hal 179-181


(26)

12

sesuatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan pada jangka menengah harus dapat memberikan efek langsung dari kegiatan tersebut. Kelompok hasil, mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan, kelompok ini mencakup ukuran persepsi publik tentang hasil. Ukuran keluaran disebut sangat bermanfaat jika disajikan secara komparatif dengan hasil tahun sebelumnya, target, tujuan, atau sasaran, norma, atau standar yang diterima secara umum. Efek sekunder dari pelayanan atas penerimaan atau pengguna bisa teridentifikasi dan layak dilaporkan. Ukuran itu mencakup akibat tidak langsung yang signifikan, dimaksud atau tidak dimaksud, positif atau negatif, yang terjadi akibat pemberian pelayanan yang diberikan. 3. Kaitan Usaha dengan Pencapaian, kaitan usaha dengan pencapaian

adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Berdasarkan pengertian di atas, maka Mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, danmemberi informasi tentang keluaran di tingkat tertentu dari penggunaan sumber daya, menunjukan efisiensi relatif suatu unit jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya, tujuan yang ditetapkan secara internal, norma atau standar yang bisa diterima atau hasil yang bisa dihasilkan setara. Indikator yang mengaitkan usaha dengan pencapaian, meliputi dua hal. Pertama, ukuran efisiensi yang mengaitkan usaha dengan keluaran pelayanan, indikator ini mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran ditingkat tertentu dari penggunaan sumber daya di lingkungan


(27)

13

organisasi. Kedua, ukuran biaya hasil yang menghubungkan usaha dan hasil pelayanan, ukuran ini melaporkan biaya per unit hasil, dan mengaitkan biaya dengan hasil sehingga managemen publik dan masyarakat bisa mengukur nilai pelayanan yang telah diberikan.

4. Informasi Penjelas, informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja suatu organisasi, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan mempengaruhi kinerja yang dilaporkan. Ada dua jenis informasi penjelas yaitu pertama, faktor substansial yang ada diluar kontrol seperti karakteristik lingkungan dan demografi. Kedua, faktor yang dapat dikontrol seperti pengadaan staf.

E. Definisi Konsepsional

a. BLH (Badan Lingkungan Hidup) merupakan lembaga di bawah naungan pemerintah provinsi, khususnya DIY, yang memiliki tujuan untuk membantu terwujudnya lingkungan yang nyaman dan aman bagi masyarakat.

b. Program adalah merupakan suatu cara atau alat yang digunakan agar kinerja organisasi menjadi lebih terstruktur dan dapat membantu terwujudnya tujuan organisasi..

c. Kinerja adalah serangkaian kegiatan organisasi yang dilakukan secara bersama-sama untuk mewujudkan tujuan bersama organisasi.


(28)

14 F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu pernyataan dalam bentuk yang khusus dan merupakan kriteria yang bisa diuji secara empiris. Definisi operasional dapat mengukur, menghitung atau mengumpulkan informasi melalui logika empiris. Definisi operasional merupakan penjelasan dari kerangka konseptual. Adapun penulisan ini akan membahas tentang kinerja BLH DIY dalam program kali bersih 2015.

Adapun pengukuran kinerja organisasi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

Tabel 1.1 Definisi Operasional

Tolak Ukur Indikator

Aspek Keluaran (Output)

Bentuk fisik kali Gajah Wong, dilihat dari kebersihan dari sampah dan alirannya yang tidak terhambat

Aspek Hasil a. Reaksi positif atau negatif masyarakat terhadap program kali bersih yang telah dilakukan

b. Membandingkan kondisi kali Gajah Wong setelah dilakukan program dengan sebelum dilakukannya program

c. Tercapainya tujuan program yang telah dirancang sejak awal

Kaitan Usaha dengan Pencapaian

a. Kejelasan sumber daya yang telah digunakan dalam menjalankan program kali bersih

b. Kesesuaian antara sumber daya yang telah dikeluarkan dengan pencapaian program kali bersih

Informasi Penjelas a. Kredibilitas staf dalam menjalankan program kali bersih sesuai dengan prosedur yang ada

b. Peraturan yang dijadikan sebagai landasan berjalannya program


(29)

15 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.

Moleong16 mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi17.

2. Teknik Pengumpulan Data

16

Lexy J Moleong,. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Offset, Bandung. Hal 5

17

Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta. Hal 89


(30)

16

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono18 bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara.

a) Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Namun di sini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi19. Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian. Wawancara akan dilakukan kepada anggota BLH Kota Yogyakarta diantaranya kepada Kasubid Pemulihan BLH Kota Yogyakarta, Peter Lawoasal

18

Sugiyono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal 225 19


(31)

17

sebagai penanggung jawab Prokasih, kepada Ami S yang merupakan bagian staf BLH Kota Yogyakarta. selain itu, wawancara juga dilakukan kepada pemilik industri rumah tangga di sekitar Sungai Gajah Wong untuk melihat bagaimana pendapat mereka tentang program kali bersih ini

b) Studi Pustaka

Yaitu Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian. Studi pustaka di sini dilakukan untuk melihat data-data dokumentasi terkait dengan pelaksanaan program kali bersih untuk kemudian bisa melihat fakta empiris terkait program kali bersih di Sungai Gajah Wong.

c) Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono20, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti di sini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai Kinerja BLH DIY

3. Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong21, adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

20

Sugiyono. 2009. Op.,Cit., Hal 240 21


(32)

18

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain. McDrury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) seperti yang dikutip Moleong22 tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a) Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data,

b) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

c) Menuliskan „model’ yang ditemukan. d) Koding yang telah dilakukan.

Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau

22


(33)

19

mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang kemudian dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian. Analisis Domain menurut Sugiyono23, adalah memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh domain ini dengan cara melakukan pertanyaan

grand dan minitour. Sementara itu, domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Mengenai analisis taksonomi yaitu dengan memilih domain kemudian dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga dapat diketahui struktur internalnya.

4. Objek Dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Objek penelitian adalah obyek yang dijadikan penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah KInerja BLH DIY, sedangkan yang menjadi objek penelitian yaitu Program Kali Bersih 2015, khususnya pada kali Gajah Wong.

5. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah BLH DIY. Penetapan unit analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi BLH DIY sebagai lembaga yang menjaga kebersihan lingkungan di wilayah DIY.

23


(34)

20 BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

2.1Profil Kota Yogyakarta

2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakarta.

Kota Yogyakarta terletak antara 110°24’19” Bujur Timur dan antara 0715°’24” – 0749°’26” Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih 7,5 Km dari Barat ke timur kurang lebih 5,6 Km. Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0 – 2 % dan berada pada ketinggian rata rata 114 meter dari permukaan air laut, Sebagian wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya 1.593 hektar berada pada ketinggian antara 100-199 meter dari permukaan air laut.


(35)

21

- Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota. - Sungai Code yang mengalir di bagian tengah.

- Sungai Winongo yang mengalir di bagian barat kota.

Secara administrasi Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Sleman

- Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman - Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul

- Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Berdasarkan data dalam “Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2015” Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2014 sebanyak 400.467 jiwa dengan rincian sebanyak 194.828 jiwa penduduk laki-laki dan 205.639 jiwa penduduk perempuan . Dengan luas wilayah 32,5 Km2, kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2014 sebesar 12,322 jiwa per Km2, kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Penduduk yang paling padat berada di Kecamatan Ngampilan yaitu sebesar 20.035 jiwa per Km2, dan yang jarang penduduknya di Kecamatan Umbulharjo yakni 10.225 jiwa per Km2. Untuk mengetahui luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, menurut kecamatan di Kota Yogyakarta, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk, Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta


(36)

22

Penduduk Mantrijeron 2,61 8,03 31.901 7,97 12.223

Kraton 1,40 4,31 17.217 4,30 12.298

Mergangsan 2,31 7,11 29,537 7,38 12.787

Umbulharjo 8,12 24,98 83,031 20,73 10.225

Kotagede 3.07 9,45 33.811 8,44 11.013

Gondokusuman 3.99 12.28 45.697 11,41 11.453

Danurejan 1.10 3,38 18.454 4,61 16.776

Pakualaman 0,63 1,94 9.164 2,29 14,546

Gondomanan 1.12 3,45 13.171 3,29 11.760

Ngampilan 0,82 2,52 16.429 4.10 20.035

Wirobrajan 1,76 5,42 25.039 6,25 14.227

Gedongtengen 0.96 2,95 17.449 4,38 18,280

Jetis 1.70 5,23 23.331 5,83 13.724

Tegalrejo 2.91 8.95 36.136 9,02 12.418

Total 32,50 100,00 400.467 100 12.322 Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2015

Dari tabel 2.1 tersebut di atas, luas wilayah yang terluas Kecamatan Umbulharjo 8,12 Km2 dengan jumlah penduduk paling banyak 83.031 jiwa, namun kepadatan penduduknya paling kecil di antara 14 Kecamatan yaitu 10.225 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan Kepadatan penduduk yang paling padat di Kecamatan Ngampilan dengan luas wilayah 0,82 Km2, jumlah penduduknya 16.429 dengan kepadatan penduduknya 20.035 jiwa per kilometer persegi.

2.2Dinas Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta

Dinas Lingkungan Hidup adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Yogyakarta di bidang kebersihan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran. Dinas Lingkungan Hidup dipimpin oleh seseorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dinas Lingkungan Hidup mempunyai fungsi melaksanakan sebagian


(37)

23

kewenangan daerah di bidang lingkungan hidup, untuk melaksanakan fungsi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas :

1. Merumuskan dan merencanakan kebijakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan,dan penanggulangan pencemaran;

2. Melaksanakan pembinaan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran;

3. Melaksanakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran, serta pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi kewenangannya.

4. Melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran;

5. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis pengelolaan kebersihan sampah,pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungandan penanggulangan pencemaran;


(38)

24

6. Melaksanakan pemberian rekomendasi, pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup;

7. Melaksanakan pemungutan retribusi sesuai dengan kewenangan yang diberikan;

8. Melaksanakan ketatausahaan Dinas Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup, terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Bagian Tata Usaha, terdiri dari:

1) Sub Bagian Umum;

2) Sub Bagian Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi

c. Bidang Pengelolaan Lingkungan, terdiri dari:

1) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan;

2) Seksi Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah.

d. Bidang Alat, Perbekalan dan Retribusi, terdiri dari:

1) Seksi Alat dan Perbekalan;

2) Seksi Retribusi.

e. Bidang Pertamanan dan Perindang Jalan, terdiri dari:

1) Seksi Pertamanan;


(39)

25

f. Bidang Kebersihan, terdiri dari:

1) Seksi Pembersihan;

2) Seksi Pengangkutan.

g. Unit Pelaksana Teknis.

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.3Visi Misi BLH Kota Yogyakarta

Visi Pemkot Yogyakarta terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang berkualitas, pariwisata yang berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan jasa yang prima, ramah lingkungan serta masyarakat madani yang dijiwai semangat mangayu hayuning bawana24.

2.4Program Kali Bersih 2015

Program Kali Bersih (PROKASIH) merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengembalikan kualitas air sungai di Indonesia. Pelaksanaan PROKASIH diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1995. Pasal 3 (1) dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tersebut mencantumkan 3 (tiga) tujuan utama kebijakan PROKASIH, yaitu: 1) tercapainya kualitas air sungai yang baik, 2) terbentuknya sistem kelembagaan, dan 3) terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

24


(40)

26

Rumusan kebijakan PROKASIH mensyaratkan adanya partisipasi aktif masyarakat untuk dapat mengintegrasikan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari dan agar dapat hidup harmonis berdampingan dengan alam sekitarnya. Pembentukan kelembagaan masyarakat dimaksudkan untuk dapat mewadahi aspirasi rakyat dan untuk mengorganisasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa nafas kebijakan PROKASIH adalah kebijakan yang bottom-up karena telah mengapresiasi adanya pembentukan kelembagaan ditingkat paling dasar (masyarakat) dan adanya ekspektasi mengenai peran serta aktif masyarakat di dalamnya. Pelaksanaan PROKASIH di Kota Yogyakarta telah dimulai sejak tahun 2003 yang difokuskan untuk menangani permasalahan kualitas air sungai di tiga sungai besar di Kota Yogyakarta, yaitu sungai Code, sungai Gajah Wong dan sungai Winongo.

Secara umum, problematika yang hendak ditangani dan sedang dihadapi adalah adanya pemukiman ilegal, resiko bencana banjir, tanah longsor, lahar dingin, sampah, dan limbah industri25 yang mengakibatkan menurunnya atau memburuknya kualitas air dan kualitas lingkungan hidup sepanjang bantaran sungai. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 32 Tahun 2011 tentang Program Kali Bersih 2012-2016, fokus utama program terpusat pada revitalisasi sungai Winongo yang mempunyai masalah utama berupa hunian liar, keramba, sampah dan limbah industri26. PROKASIH ini merupakan bentuk manifestasi dari misi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 1

25

http://intisari-online.com/read/upaya-menjaga-identitas-kota-yogyakarta diakses pada 10 Oktober 2016

26 Ibid,


(41)

27

tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 yaitu untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang berkualitas, pariwisata berbasis budaya dan pusat pelayanan jasa yang berwawasan lingkungan. Serta, sesuai dengan salah satu kearifan lokal budaya Jawa yang tertuang dalam pepatah Jawa “memayu hayuning bawana” yang secara literal dapat diartikan sebagai semangat melestarikan keindahan dunia dan isinya yang dapat dipahami sebagai semboyan untuk selalu menjaga dan melestarikan alam semesta, atau dengan kata lain adanya harmonisasi kehidupan manusia dengan alam.

Sungai Gajah Wong adalah salah satu sungai yang membelah kota Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng merapi Kabupaten Sleman, sedangkan bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai Gajah Wong merupakan ekosisten aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, peruntukkan Sungai Gajah Wong dimasukkan dalam golongan B, yaitu sebagai sumber air minum dengan diolah terlebih dahulu. Sungai Gajah Wong sekarang sangat ironis keadaannya, pencemaran air sungai sudah tergolong parah. Setiap harinya, berbagai limbah padat maupun cair dibuang ke sungai ini. Hal yang lebih memprihatinkan, limbah cair yang berasal dari berbagai pabrik di sepanjang bantaran sungai telah mengandung logam berat, bahan beracun, minyak, mineral, dan lain sebagainya. Limbah berasal dari buangan industri penyamakan kulit, pelapisan perak, bengkel dan cuci mobil.


(42)

28

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kinerja BLH Kota Yogyakarta dalam program kali bersih 2015

Badan Lingkungan Hidup (BLH) merupakan salah satu dinas di bawah pemerintah Kota Yogyakarta yang bertugas dalam menjaga dan menata lingkungan hidup di sekitaran wilayah Kota Yogyakarta. BLH Kota Yogyakarta ini memiliki tanggung jawab untuk dapat mewujudkan lingkungan yang sehat serta nyaman bagi masyarakat. Permasalahan utama yang saat ini sedang menjadi ancaman bagi Kota Yogyakarta adalah masalah kepadatan penduduk yang menjadikan Kota Yogyakarta kekurangan lahan dalam masalah pengendalian sampah dan pengadaan air bersih. Sampah di sini kemudian menjadi permasalahan yang utama ketika masyarakat tidak sadar lingkungan dan menggunakan sungai sebagai tempat untuk pembuangan sampah.

Kota Yogyakarta merupakan provinsi dengan luas wilayah terkecil kedua setelah DKI Jakarta. Walau begitu, reputasi Yogyakarta cukup dikenal baik di beberapa sektor, antara lain sektor pariwisata. Tidak heran apabila kota ini memiliki daya tarik bagi pendatang dari luar daerah untuk bekerja dan bermukim di Yogyakarta. Hal ini memengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap pemukiman yang terus meningkat, terutama di sekitar pusat kota, Akibatnya, terjadi pertumbuhan kawasan permukiman liar yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah menjadi berkembang di beberapa tempat,


(43)

29

antara lain yaitu di sepanjang tepi sungai-sungai besar yang mengalir di Yogyakarta.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta telah melakukan beberapa langkah penataan permukiman dan lingkungan di sepanjang kawasan tepian sungai, termasuk di dalamnya yaitu kawasan tepian Sungai Gajah Wong. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui BLH Kota Yogyakarta sejak tahun 2013 telah merealisasikan beberapa program, diantaranya adalah program penataan Kawasan Tepian Sungai Gajah Wong yang meliputi penataan kawasan permukiman dan ruang terbuka hijau. Berdasarkan wawancara dengan narasumber, di sini dapat dijelaskan sebagai berikut:

“rencana program BLH yang sejalan dengan penataan ruang Kota Yogyakarta adalah di sini kita melakukan program yang berkaitan dengan penanganan limbah sampah, dan bagaimana agar kondisi Kota Yogyakarta ini menjadi lebih rapi, tidak muncul genangan air saat hujan serta tidak terjadi penimbunan sampah. Selain itu, di sini kami juga berperan dalam pengendalian pencemaran air, mengingat air menjadi salah satu kebutuhan masyarakat pada umumnya”27

Wawancara di atas kemudian menunjukkan bahwa di sini program utama BLH adalah bagaimana menghindarkan Kota Yogyakarta dari genangan air saat hujan atau dapat dikatakan menghindari banjir, selain itu, BLH Kota Yogyakarta juga memiliki tujuan untuk menangani pencemaran air yang terjadi di wilayah aliran air di area Yogayakarta. Untuk mengendalikan pencemaran air diperlukan campur tangan pemerintah melalui pembuatan peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Mentri, Keputusan Gubernur dan lain-lainnya.

27


(44)

30

Program Kali Bersih (Prokasih) merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai agar berfungsi sesuai peruntukkannya. Prokasih ini diatur pemerintah melalui Kep Men LH No. 35 tahun 1995. Program Kali Bersih di Yogyakarta dilakukan dengan menetapkan Sungai Code, Sungai Winongo, dan Sungai Gajah Wong sebagai sungai Prokasih. Dalam hal ini penelitian berfokus pada program kali bersih Sungai Gajah Wong yang dilakukan oleh BLH pada tahun 2015.

Adapun kinerja dari BLH Kota Yogyakarta dapat dilihat sebagai berikut:

1. Aspek Keluaran (Output)

Aspek ini merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik. Adapun indikator dalam mengukur aspek ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bentuk fisik kali Gajah Wong, dalam hal ini dapat dilihat dari kebersihan dari sampah dan alirannya yang tidak terhambat. Gambar sungai Gajah Wong berikut adalah perbandingan dari tahun 2012-2014 dengan kondisi pada tahun 2016, dapat dilihat sebagai berikut:


(45)

31

Gambar 3.1 Sungai Gadjah Wong di Umbulharjo Tahun 201228

Gambar diatas berada di aliran sungai Gajah Wong di Umbulharjo pada tahun 2012. Pencemaran sungai di Umbulharjo cukup serius karena sepanjang 1,5km dipenuhi oleh limbah sampah dan limbah cair. Adapun informasi tentang pencemaran air di wilayah Umbulharjo pada tahun 2012 dapat dilihat dari keterangan sebagai berikut:

28


(46)

32

Gambar 3.2 Status Mutu Sungai Gadjah Wong di Umbulharjo Tahun 201229

Gambar 3.2 tersebut kemudian menjelaskan tentang status baku mutu dari Sungai Gajah Wong di wilayah Umbulharjo, dimana berdasarkan uraian pencemarnya, status mutunya adalah sangat tercemar. Hal ini kemudian membuat BLH Kota Yogyakarta turun tangan dengan melakukan pembersihan sungai sebagai langkah pertama, bersih sungai ini mengikutsertakan warga di daerah Umbulharjo. Selain itu, disini juga memperbaiki sanitasi dan pembuatan tanggul di wilayah Umbulharjo dengan membuat program Kampung Hijau. Program bersih kali ini dilakukan sejak

29


(47)

33

tahun 2012, sehingga pada tahun 2015 bentuk fisik sungai adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Sungai Gajah Wong 2016 di Umbulharjo30

Gambar 3.3 merupakan kondisi fisik dari Sungai Gajah Wong pada tahun 2016 di wilayah Umbulharjo. Gambar 3.3 menunjukkan bahwa kondisi fisik ini mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan sungai yang menjadi lebih bersih dan tanggul yang dibangun juga rapi di sepanjang tepian sungai. Adapun status baku mutu pada tahun 2015 juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari penjelasan gambar sebagai berikut:

30


(48)

34

Gambar 3.4 Status Mutu Sungai Gadjah Wong di Umbulharjo Tahun 201531

Gambar 3.4 tersebut menunjukkan adanya penurunan skor tercemar dari yang awalnya (-99) di gambar 3.2 menjadi (-80). Penurunan status mutu ini kemudian terjadi karena dilakukannya pengendalian mutu sungai oleh BLH secara bertahap. Dari sini kemudian dapat dikatakan bahwa setelah melakukan program kali bersih, sungai Gajah Wong menjadi lebih bersih dan alirannya juga lancar.

b. Tersedianya alternative yang digunakan untuk mengatasi sampah di sekitar wilayah yang dialiri oleh kali Gajah Wong

Alternative di sini kemudian dapat dilihat dari beberapa aktivitas BLH pasca diadakannya bersih sungai sebagai berikut:

31


(49)

35

1) Mewajibkan industri untuk mengolah limbah cairnya sebelum dibuang kedalam perairan umum. Hal ini mengingat bahwa banyaknya industri yang membuang limbah cair ke sungai sehingga mencemari aliran air di sungai. Adapun daftar industri di wilayah Kota Yogyakarta yang menjadi pencemar dari Sungai Gadjah Wong adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Pencemar di Sungai Gadjah Wong Area Kota Yogyakarta32

Nama Industri

Alamat Parameter Pencemar Keterangan TOM’s Silver Kota Gede, Yk TSS,BOD,COD,TDSCr VI,Cr,Cu,Zn,Ni,Cd,Pb,pH,Det ergen Kerajinan Perak Budi Makmur Jaya

Jl. Kenari, Muja-Muju, Yk

BOD,COD,TDS,TSS,Cr,NHΎ- N,H΍S,Detergen,Minyak & Lemak

Nabati, Minyak Bumi,pH

Penyamakan Amie, Tas Jl. Kemasan No.24 Yk

BOD,COD,TDS,TSS,Cr,NH΄-

N,H΃S,Detergen,Minyak &

Lemak

Nabati, Minyak Bumi,pH

Kerajinan Oetomo, Ind. Griya Textil Demangan Kidul 1/127 Yk

BOD,COD,TDS,TSS,Cr,NHΎ- N,H΍S,Detergen, Minyak Bumi,pH Textile PT Jogjatex Jl. Sorosutan No.1,Yk

BOD,COD,TDS,TSS,Cr,NHΎ- N,H΍S,Detergen, Minyak Bumi,pH

Textile

PT Sari Husada Jl. Kusumane gara Yk BOD,COD,TSS,TDS,Deterge n,Minyak& Lemak Nabati,pH Industri Susu Percetak an Fajar Demangan GK I/93 Yk

TDS,TSS,COD,BOD,pH,Kon duktivitas,P

b,Cd,Cr,Hg,Se,NHΎ,Detergen

Percetakan

Percetak an Al Fath Pengok PJKA Kota Yk TDS,TSS,COD,BOD,pH,Kon duktivitas,P

b,Cd,Cr,Hg,Se,NHΎ,Detergen

Percetakan

32


(50)

36

Tabel 3.1 tersebut kemudian menunjukkan industry-industri yang secara frekuentif sering membuang limbahnya ke Sungai Gadjah Wong beserta jenis pencemar yang dialirkan ke Sungai Gadjah Wong. Melihat kondisi tersebut maka di sini BLH Kota Yogyakarta mencoba untuk memperbaiki dengan melakukan cara sebagaimana dijabarkan sebagai berikut:

“Pengendalian pembuangan limbah cair dimaksudkan sebagai upaya pencegahan, penanggulangan pencemaran air dan atau pemulihan kualitas air pada sumber air. Pengendalian pembuangan limbah cair ke sumber air bertujuan agar air yang ada pada sumber air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia serta untuk melindungi kelestarian hidup fauna, flora dan mikro organisme yang bermanfaat yang terdapat pada sumber air tersebut. Sehingga kemudian di sini kami menghimbau para pemilik industri untuk tidak membuang limbah cair ke sungai, dan ini kami kenakan sanksi sesuai UU atau peraturan yang berlaku tentang pembuangan limbah industry. Kami mengawasi dengan ketat persoalan pembuangan limbah tersebut”33

Wawancara tersebut kemudian menunjukkan bahwa dalam hal ini BLH Kota Yogyakarta memberikan himbauan dan pengawasan terhadap pembuangan limbah cair dari hasil industri. Adapun terkait dengan sanksi bagi pembuang sampah sembarangan di sini kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut:

“kami di sini memberikan sanksi sesuai dengan perda 14/2007 yang menegaskan pelarangan pembuangan sampah di depo ataupun di sungai dengan denda maksimal

33 Ibid


(51)

37

Rp 50 juta, hal ini terkait dengan kondisi dan volume sampah yang kemudian di buang. Hakim pernah mengganjar seorang pembuang sampah Rp 1 juta untuk industry kecil yang buang sampah sembarangan”34

Pernyataan tersebut kemudian menunjukkan bahwa dalam penanganan soal sanksi di sini diserahkan kepada pengadilan untuk kemudian memprosesnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Permasalahan yang kemudian juga ditemui oleh BLH Yogyakarta ini adalah ketika kemudian fakta dilapangan bahwa industri rumah tangga belum terinstalasi IPAL untuk pembuangan sampahnya, sehingga membuat pemerintah Kota Yogyakarta harus mampu mencari jalan keluar dalam pengelolaan limbah industri rumah tangga.

“Sejumlah kegiatan industri yang berada di sepanjang Sungai Gajah Wong antara lain adalah pabrik susu, pabrik penyamakan kulit, industri tahu dan tempe, serta Kebun Binatang Gembira Loka. Sebagian besar industri tersebut telah membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri. Untuk limbah domestik sendiri kebanyakan belum diolah melalui IPAL melainkan langsung dibuang ke sungai”.35

Pernyataan di atas kemudian menunjukkan bahwa di sini masalah yang dihadapi oleh pihak BLH Kota Yogyakarta adalah masalah penyaluran limbah industri rumah tangga. Hal ini kemudian dipadankan pada hasil riset yang dilakukan oleh BLH Kota Yogyakarta kemudian menemukan bahwa untuk kegiatan domestik,

34

Ibid,

35 Ibid,


(52)

38

cara pembuangan limbah cair dari kamar mandi bervariasi, yaitu riol (3l,7%), septic tank (5%), saluran terbuka (20%), tempat terbuka (26,7%) dan sungai (16,7%). Prosentase limbah cair yang dibuang ke sungai tersebut, sebagian besar pada daerah bagian tengah DAS. Demikian halnya dengan limbah cari dari WC, sebanyak 5% di buang ke sungai. Limbah padat dari kegiatan domestik meliputi sampah kering dan basah (organik) serta barang lain (anorganik). Sampah tersebut di buang ke TPS (26,7%), lubang sampah (33,3%), halaman rumah (25%), dan sungai (15%). Sebagian besar sampah yang di buang ke sungai tersebut adalah di daerah bagian hilir DAS

2) Melaksanakan penerapan sanksi dalam rangka penegakan hukum bagi pengusaha yang belum melaksanakan pengolahan limbah cair atau hasil buangannya belum memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan (Perda Propinsi DIY No.3/1997 tentang pembuangan limbah cair kedalam air). Baku Mutu Limbah Cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu. Mengingat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, antara lain disebutkan bahwa pembuangan Limbah Cair ke dalam air dilakukan dengan izin Gubernur Kepala


(53)

39

Daerah Tingkat I dan pembuangan Limbah Cair ke dalam air ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat Peraturan daerah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No.3 tahun 1997 tentang pengendalian pembuangan limbah cair mendefinisikan limbah cair adalah setiap bahan cair hasil samping kegiatan ekonomi atau proses produksi atau permukiman yang masuk atau dimasukkan ke dalam sumber air dalam jumlah atau kandungan dan cara tertentu akan menyebabkan perubahan kualitas sumber air.

3) Melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap pengusaha dan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan. Pembinaan ini dilakukan dengan memanfaatkan komunitas-komunitas yang ada di sekitaran daerah aliran sungai Gajah Wong, seperti Forbidas, untuk melakukan penyuluhan agar masyarakat dapat sadar akan pentingnya kebersihan daerah aliran sungai.

Pembinaan dan penyuluhan di sini kemudian dilakukan oleh komunitas dan pemerintah secara bersama-sama memberikan perhatian kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian sungai. Berikut merupakan beberapa program pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan:


(54)

40

(1) Pembuatan gerakan Mundur, Munggah, Madep Kali (M3K) bertempat di Balai Paguyuban Manunggal Karso Bantaran Sungai Gajah Wong. Gerakan ini merupakan program kerja warga RW 20 Baciro yang tergabung dalam Paguyuban Manunggal Karso.

Gambar 3.5 Peresmian Gerakan M3K36

(2) Pembuatan Sekolah Sungai Gajah Wong

Pembuatan sekolah Sungai Gadjah Wong di sini merupakan bentuk kerjasama antara Komunitas Ledhok Timoho untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak di sekitaran Bantaran Sungai Gajah Wong yang didominasi oleh pengemis dan pengamen. Sekolah ini

36


(55)

41

ditujukan untuk mengajari anak-anak tentang pentingnya melestarikan sungai.

(3) Pendampingan Pengolahan Limbah

Pendampingan akan pengolahan limbah di sini dilakukan untuk mengajari masyarakat tentang pemanfaatan limbah sampah yang bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang yang berguna untuk aktivitas sehari-hari. Pendampingan ini dilakukan oleh forum Forbidas dan Pemkot Kota Yogyakarta.

Gambar 3.6 Pendampingan Pengolahan Limbah37

(4) Pembentukan Forum Diskusi warga Bantaran Sungai Gajah Wong

Pembentukan forum diskusi di sini dilakukan untuk membicarakan tentang keluhan warga dan juga

37


(56)

42

permasalahan seputar pengelolaan sungai Gajah Wong. Di sini pemerintah juga memanfaatkan jalanan kampong yang menghadap ke sungai sebagai tempat untuk berbincang dengan warga.

Gambar 3.7 Forum Diskusi Warga38

Beberapa pembinaan dan penyuluhan yang terlihat di atas kemudian memperlihatkan keseriusan pemerintah dalam menjaga program Kali Bersih tetap terjaga dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Kesadaran individu dalam masyarakat mengenai lingkungan hidup dan kelestariannya merupakan hal yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan hal yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud dalam berbagai aktifitas lingkungan maupun aktifitas kontrol lainnya adalah hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan penyelamatan

38


(57)

43

lingkungannya. Dengan begitu kita bisa mengatakan bahwa kesadaran masyarakat akan lingkungannya adalah suatu bentuk dari toleransi ini. Toleransi atau sikap tenggang rasa adalah bagian dari konsekuensi logis dari kita hidup bersama sebagai makhluk sosial. Melanggar konsekuensi ini juga berarti melanggar etika berkehidupan bersama.

2. Aspek Hasil

Indikator hasil di sini dapat diukur melalui beberapa aspek sebagai berikut:

a. Reaksi positif atau negative masyarakat terhadap program kali bersih yang telah dilakukan.

Pelaksanaan program kali bersih di sini kemudian secara tidak langsung menuntut partisipasi dari seluruh warga/pihak yang berada disekitaran wilayah sungai Gajah Wong. Keikutsertaan warga dalam program kali bersih ini tentunya mengundang reaksi positif dan negarif dari warga, mengingat setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda.

Adapun pendapat negative di sini kemudian dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

“ya saya semakin susah untuk buang limbah dari hasil penyamakan, kan limbahnya cair, jadi saya pikir tidak apa-apa toh juga tidak banyak. Saluran-saluran IPAL buatan untuk limbah cair rumah tangga seringkali tidak mampu memenuhi kebutuhan saya.


(58)

44

Kalau saya buang sembarangan juga nanti saya akan kena denda. Coba pemerintah memberikan alternative lain untuk pembuangan limbah cair, mungkin saya tidak akan kebingungan seperti ini”39 Hasil wawancara tersebut kemudian menunjukkan bahwa di sini terdapat rasa keberatan dari salah satu pengusaha industry rumah tangga yang merasa bahwa pihaknya dirugikan dengan adanya program ini, karena fasilitas untuk mengalirkan limbah cair hasil dari industrinya belum mencukupi, meskipun pada kenyataannya sudah ada.

Meskipun begitu, sebagian warga tetaplah menyambut program ini dengan suka cita, karena pada akhirnya akan memberikan manfaat yang besar terhadap kelangsungan warga itu sendiri. Berikut merupakan pernyataan dari warga disekitar sungai Gajah Wong:

“kami diajak untuk bersih-bersih bersama, trus bangun WC umum dan aliran IPAL bersama juga, sekarang setelah semuanya selesai, kami jadwalkan setiap dua minggu sekali bersih-bersih lingkungan, kadang ada dari BLH datang, kadang hanya warga dan kadang juga ada anggota Forbidas juga datang”40

“Alhamdulillahnya sekarang kita punya aliran IPAL untuk penggunaan rumah tangga dan WC umum juga bertambah. Warga di RT sini sudah menggiatkan kegiatan untuk senantiasa rajin membersihkan kondisi lingkungan di sini, mulai rajin bersihin selokan, bersihin sekitaran bantaran kali, dan juga menjaga kebersihan di WC umum. Yang paling terasa dari program kali bersih itu adalah sanitasi yang baik mulai kami terima dan juga kondisi aliran air jadi semakin lancar dan tidak terjadi genangan lagi kalau hujan”41

Hasil wawancara d iatas menyimpulkan bahwa di sini warga setempat menganggap bahwa kinerja dari BLH dalam prokasih 2015 ini sudah tepat sasaran dan memiliki fungsi bagi masyarakat

39

Wawancara dengan pengusaha industry penyamakan di wilayah Umbulharjo 40

Wawancara dengan Pak Wawan, Warga sekitar aliran sungai Gajah Wong 41Wawancara dengan Pak Mas’ud, Warga sekitar aliran sungai Gajah Wong


(59)

45

sekitar sungai Gajah Wong. Hal ini kemudian sesuai dengan pendapat Soebandi42, yang menganggap bahwa hasil dari kinerja merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Maka segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan pada jangka menengah harus dapat memberikan efek langsung dari kegiatan tersebut. Kelompok hasil, mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan, kelompok ini mencakup ukuran persepsi publik tentang hasil.

b. Membandingkan kondisi kali Gajah Wong setelah dilakukan program dengan sebelum dilakukannya program.

Kebersihan sungai Gajah Wong di sini kemudian dapat dibandingkan dari sebelum dan sesudah diadakannya program kali bersih. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan bentuk fisik sungai Gajah Wong:

42


(60)

46

Gambar 3.8 Kondisi Sekitar Sungai Gajah Wong di Umbulharjo 201443

Gambar 3.9 Kondisi Sekitar Sungai Gajah Wong di Kotagede 201444

43

Data dokumentasi BLH tahun 2014 44


(61)

47

Gambar 3.10 Kondisi Sekitar Sungai Gajah Wong di Timoho 201445

Permasalahan utama yang terjadi pada sungai Gajah Wong di sini adalah dengan adanya penumpukan sampah dibantaran sungainya. Gambar 3.8, 3.9 dan 3.10 di atas menunjukkan bagaimana kondisi dari tepian sungai Gajah Wong pada tahun 2014 dari berbagai spot di Yogyakarta, dimana terlihat banyak sampah yang berserakan disepanjang tepian sungai khususnya di wilayah Umbulharjo. Permasalahan lingkungan tersebut di atas perlu diupayakan dengan jalan dilakukannya pengendalian lingkungan secara terpadu antar berbagai sektor, stakeholders di daerah dan kewilayahan.

c. Tercapainya tujuan program yang telah dirancang sejak awal Program kali bersih (Prokasih) 2015 yang dilakukan oleh BLH Kota Yogyakarta di sini merupakan bagian dari RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Kota Yogyakarta tahun 2012-2017, dimana program kali bersih ini memiliki azas pelaksanaan

45


(1)

10 berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Maka segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan pada jangka menengah harus dapat memberikan efek langsung dari kegiatan tersebut. Kelompok hasil, mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan, kelompok ini mencakup ukuran persepsi publik tentang hasil.

b. Membandingkan kondisi kali Gajah Wong setelah dilakukan program dengan sebelum dilakukannya program. Kebersihan sungai Gajah Wong di sini kemudian dapat dibandingkan dari sebelum dan sesudah diadakannya program kali bersih. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan bentuk fisik sungai Gajah Wong:

(a) (b)

Gambar 2. (a) Sungai Gadjah Wong Tahun 2012, (b) Sungai Gajah Wong 2016

c. Tercapainya tujuan program yang telah dirancang sejak awal

Program kali bersih (Prokasih) 2015 yang dilakukan oleh BLH Kota Yogyakarta di sini merupakan bagian dari RPJMD (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah) Kota Yogyakarta tahun 2012-2017, dimana program kali bersih ini memiliki azas pelaksanaan adalah untuk pelestarian fungsi lingkungan perairan sungai untuk menunjang


(2)

11 pembangunan berkelanjutan

bagi peningkatan

kesejahteraan manusia. 3. Kaitan Usaha dengan

Pencapaian

Kejelasan sumber daya yang telah digunakan dalam menjalankan program kali bersih. Sumber daya di sini tidak hanya berasal dari uang akan tetapi juga dalam bentuk partisipasi orang atau warga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sini kemudian menunjukkan bahwa di sini sumber daya yang ada dalam mendukung terlaksananya program kali bersih, bantuan dana dari pemerintah dan juga komunitas dan warga setempat.

Selain itu, kesesuaian antara sumber daya yang telah dikeluarkan dengan pencapaian program kali bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sini sumber daya yang telah didapat tersebut kemudian diinvestasikan dalam bentuk pembuatan aliran-aliran IPAL, pembelian tempat sampah, pembuatan TPS serta membersihkan sampah yang telah ada di sepanjang sungai Gajah Wong.

4. Informasi Penjelas

Informasi penjelas disini terkait dengan kejelasan kondisi lapangan baik lingkungan wilayah yang di aliri sungai Gajah Wong ataupun informasi seputar penduduk di sekitaran wilayah tersebut.

Selain itu, penggambaran tentang aktivitas sehari-hari penduduk di wilayah yang di aliri sungai Gajah Wong dan budaya masyarakat terkait dengan pemanfaatan sungai Gajah Wong.

Informasi penjelas lainnya berkaitan dengan kredibilitas staf dalam menjalankan program kali bersih sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu, staf yang tergabung dalam program kali bersih ini adalah pemerhati lingkungan, aktivis lingkungan dan tokoh masyarakat yang memiliki perhatian besar terhadap penjagaan lingkungan.

Sedangkan untuk peraturan yang dijadikan sebagai landasan berjalannya program. Untuk mencegah, menanggulangi, dan/atau melakukan pemulihan pencemaran dan kerusakan lingkungan telah dilakukan dengan berbagai program antara lain: pengendalian pencemaran dan rehabilitasi


(3)

12 lingkungan hidup, penyelamatan hutan, tanah, dan air, pengembangan sumberdaya manusia pengelola lingkungan hidup, pengembangan sistem informasi lingkungan, pentaatan dan penegakan hukum lingkungan, peningkatan sumber daya kelembagaan pengelola lingkungan hidup, pengembangan dan pentaatan perizinan bidang lingkungan hidup.

Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Program Kali Bersih BLH Kota Yogyakarta

Pelaksanaan Prokasih Sungai Gajah Wong ini kemudian memberikan output dalam berbagai bentuk, seperti pembangunan IPAL, MCK umum, pembuatan talud, maupun pembuatan drainase di pulau-pulau sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari program kerja yang telah digarap oleh BLH Kota Yogyakarta. Hasil atau output ini sendiri merupakan bentuk dari apa yang telah dikerjakan secara langsung oleh BLH, hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Soebandi12 bahwa output merupakan sesuatu yang

12

Sobandi, 2006, Op.,Cit., Hal 179-181

diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik. Kelompok keluaran (output) meliputi dua hal. Pertama, kualitas pelayanan yang diberikan, indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan. Kuantitas fisik pelayanan ini dapat dilihat dari tersedianya sanitasi yang baik yang mencakup tersedianya MCK bagi warga dengan jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah warga yang membutuhkan, kemudian tersedianya saluran pembuangan limpah cair atau saluran menuju IPAL yang memadai. Kuantitas fisik pelayanan di sini adalah segala sesuatu yang dibutuhkan secara fisik oleh warga.

Kedua, kuantitas pelayanan yang diberikan yang memenuhi persyaratan kualitas tertentu. Indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan yang memenuhi uji kualitas. Hal ini kemudian dapat dilihat dari bagaimana pemeliharaan dan pemanfaatan akan fasilitas fisik yang sudah disediakan. Pemeliharaan fisik ini kemudian tidak hanya menjadi tugas dan kewajiban BLH, akan tetapi juga menjadi kewajiban


(4)

13 seluruh masyarakat yang berada di sekitaran sungai Gajah Wong.

Kinerja-kinerja BLH selama dalam prokasih 2015 ini kemudian juga menjadi sorotan penting karena berhasil tidaknya BLH dalam melaksanakan kinerja prokasih ini butuh dukungan dari beberapa pihak, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menjalankan program ini BLH mendapatkan bantuan dari komunitas Forbidas. BLH membutuhkan bantuan dari Forbidas atau Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai khusus sungai Gajah Wong yang memiliki peran dalam pengembangan daerah aliran sungai di sepanjang sungai Gajah Wong. Bantuan Forbidas ini lebih diarahkan pada pendampingan masyarakat dari sekitar sungai Gajah Wong. Forbidas membantu BLH dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat, dengan hal ini kemudian dapat dikatakan bahwa Forbidas membantu pelkasanaan program kali bersih secara langsung. Selain Forbidas, BLH di sini mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, diantaranya adalah tokoh

masyarakat, pelajar dan masyarakat itu sendiri.

Bedasarkan hal tersebut kemudian di sini dapat dikatakan bahwa program kali bersih ini dapat tercapai karena adanya dukungan dari beberapa pihak terkait dengan program secara langsung. Hal ini kemudian sesuai dengan pendapat dari Charles O. Jones13, yang menganggap bahwa program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas.

KESIMPULAN

Program kerja dari BLH berkaitan dengan program kali bersih (prokasih) 2015 di sungai Gajah Wong ini diantaranya adalah dengan melaksanakan kualitas bersih kali dengan melakukan pemantauan secara berkala, memberikan penyuluhan kepada industry rumah tangga dan masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai secara

13

Jones, Charles O. 1996. Pengantar

Kebijakan Publik (Public

Policy. Terjemahan Rick Ismanto.

Jakarta : Penerbit PT RajaGrafmdo Persada. Hal 295


(5)

14 langsung, melakukan pengawasan serta sanksi jika terdapat adanya pelanggaran akan pembuangan limbah cair yang melanggar peraturan perundang-undangan serta melakukan edukasi dan penyuluhan bagi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program dari BLH ini adalah adanya peran dari pemerintah, Forbidas, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri. Dukungan pemerintah menjadi penting tatkala pemerintah yang menyediakan segala infrastruktur yang dibutuhkan, dukungan dari Forbidas berkaitan dengan kelnacaran pelaksanaan program secara berkelanjutan di masyarakat dan dukungan dari tokoh masyarakat dan masyarakat dalam hal kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan secara bersama-sama.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Fitria. 2015. Polusi : Sungai Gajah Wong Sebagai Jantung Kota Jogja yang Terabaikan. Diakses dari

http://www.kompasiana.co m/fitriapril/polusi-sungai- gajah-wong-sebagai-

jantung-kota-jogja-yang-terabaikan. Diakses pada 23 Mei 2016

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. BLH. 2014. Diunduh dari

http://blh.jogjaprov.go.id/po -content/uploads/Laporan-Tahunan-2014.pdf diakses pada 9 Oktober 2016

Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy. Terjemahan Rick Ismanto. Jakarta : Penerbit PT RajaGrafmdo Persada. Koentjaraningrat. 1993.

Metode-metode Penelitian Masyarakat. . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi

Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Offset, Bandung

Nugroho, S. 2013. Upaya Menjaga Identitas Kota Yogyakarta. diakses dari http://intisari- online.com/read/upaya- menjaga-identitas-kota-yogyakarta diakses pada 10 Oktober 2016

Nuraini, E dan Sunardi. 2010. Kualitas Lingkungan Sungai Code Dan Gajahwong Ditinjau Dari Kadar Cu Dan Cr Dalam Cuplikan Sedimen. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 328-338

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2012

Tentang Rencana


(6)

15 Menengah Daerah Tahun 2012 - 2016

Pergub DIY No 75 Tahun 2005 Bab III Pasal 3

Risyanto dan M. Widyastuti. 2004. Pengaruh Pbrilaku

Penduduk Dalam

Membuang Limbah

Terhadap Kualitas Air Si.]Ngai Gajahwong (The Influence of People Behavior in Disposing Waste to the Gajahwong Water Quality). Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. 2, Juli 2004

Rue dan byars, 1981 dalam Yeremias T Keban. 1995. Indikator Kinerja Pemda, Pendekatan Manajemen dan Kebijakan, Yogyakarta : Fisip UGM. SLHD. 2014. Laporan SLHD Kota

Yogyakarta 2014. Diunduh dari

http://blh.jogjaprov.go.id/w p-content/uploads/Buku- Laporan-SLHD-Kota-Yogyakarta-2014.pdf diakses pada 24 Mei 2016 Sobandi, 2006, Desentralisasi dan

Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah,. Bandung: Humaniora

Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung. PT Rafika Aditama

Wicaksono, Pribadi. 2014. Pencemaran 4 Sungai Yogya Lewati Ambang Batas. Diakses dari https://m.tempo.co/read/new s/2014/03/12/206561693/pe

ncemaran-4-sungai-yogya-lewati-ambang-batas pada tanggal 24 Mei 2016