TINJAUAN FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL TANAMAN PADI (Oriza sativa,L) DENGAN PENGAIRAN BERSELANG (INTERMITTENT) PADA SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

TINJAUAN FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL
TANAMAN PADI (Oriza sativa,L) DENGAN PENGAIRAN
BERSELANG (INTERMITTENT) PADA SYSTEM OF RICE
INTENSIFICATION (SRI)

SKRIPSI

Oleh:
Imam Susila
20120210090
Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017

TINJAUAN FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL
TANAMAN PADI (Oriza sativa,L) DENGAN PENGAIRAN
BERSELANG (INTERMITTENT) PADA SYSTEM OF RICE
INTENSIFICATION (SRI)


SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sebagai Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:
Imam Susila
20120210090
Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
TINJAUAN FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL TANAMAN

PADI (Oriza sativa,L) DENGAN PENGAIRAN BERSELANG
(INTERMITTENT) PADA SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Imam Susila
20120210090
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 23 Desember 2016
Skripsi tersebut telah diterima sebagai syarat yang diperlukan guna memperoleh
derajat Sarjana Pertanian
Pembimbing Utama

Anggota Penguji

Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P.

Ir. Hariyono, M.P.

NIK: 19650814199409133021

NIK: 196503301991031002


Pembimbing Pendamping:

Ir. Mulyono, M.P.
NIP: 196006081989031002

Yogyakarta, 5 Januari 2017
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dekan Fakultas Pertanian

Ir. Sarjiyah, M.S.
NIP: 196109181991032001

ii

MOTTO
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
tetaplah atas firman Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan fitrah Allah. Itulah agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

QS Ar Ruum
“Do not put off doing a job because nobody knows whether we can meet
tomorrow or not”
“Waktu akan selalu tersedia bagi mereka yang mau memanfaatkannya”
“Waktu berdiam cukup lama bagi orang-orang yang menggunakannya”
“Seperti halnya hari yang dihabiskan dengan baik membawa tidur yang
membahagiakan, demikian juga hidup yang dihabiskan dengan baik membawa
kematian yang membahagiakan”
(Leonardo da vinci)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrohiim…
Kupersembahkan karya kecilku kepada orang yang kukasihi dan sayangi:
1. Keluarga tercinta Ayah dan Ibu yang dengan tulus dan ikhlas senantiasa
mendo’akan, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya, sehingga saya
dapat menyelesaikan kuliah ini dan meraih gelar sarjana;
2. Kepada teman-teman yang telah membantu penelitian di lahan maupun
dilaboratorium penelitian, iman, ode, fail, yakub, nazri, toha, bayu, sandi,

ardi, badri, ihsan, tyas, dan seluruh teman-teman yang sudah meluangkan
waktunya untuk membantu menyelesaikan penelitian saya ucapkan banyak
terimakasih ataspartisipasi dan kerjasamanya.
3. Seluruh teman-teman Agroteknologi 2012 yang tidak bisa disebut satu per
satu, terimakasih atas segala bantuan tenaga dan motivasinya kalian selalu
dihati.

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini gagasan dan rumusan saya sendiri, dengan bantuan dan
arahan Tim Pembimbing.
3. Karya tulis ini gagasan dan rumusan saya setelah mendapatkan arahan dan
saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui
pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun

pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, 5 Januari 2017
Yang membuat pernyataan

Imam Susila
20120210090

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan rahmat nikmat serta hidayah-Nya kepada penulis hingga
terselesainya skripsi yang berjudul “Tinjauan Fisiologi Beberapa Varietas Unggul
Tanaman Padi (Oriza Sativa,L) Dengan Pengairan berselang (Intermittent) Pada
System Of Rice Intensification (SRI)”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu
persyaratan

untuk

memperoleh

gelar

Sarjana

Pertanian

Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari selama penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, kerjasama dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak,
oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih setulus tulusnya kepada:
1.

Ir. Bambang Heri Isnawan M.P., selaku Dosen Pembimbing Skripsi Pertama
sekaligus Penguji Skripsi Utama yang telah banyak memberikan, bimbingan,
masukan, bantuan, serta memberikan motivasi dan semangatnya selama
penyusunan skripsi ini;

2.

Ir. Mulyono M.P., selaku Dosen Pembimbing Skripsi Pendamping sekaligus
Penguji Skripsi Pendamping yang telah banyak memberikan, bimbingan,
masukan, bantuan, serta memberikan motivasi dan semangatnya selama
penyusunan skripsi ini;

3.


Ir. Hariyono, M.P., selaku Anggota Dewan Penguji Skripsi yang telah
memberikan masukan dan koreksinya kepada penulis;

vi

4.

Ir.

Sarjiyah,

MS.,

selaku

Dekan

Fakultas

Pertanian


Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta;
5.

Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan, bimbingan, masukan, bantuan, serta memberikan
motivasi dan semangatnya selama menimba ilmu di Fakultas Pertanian dan
terselesainya penyusunan skripsi ini;

6.

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan tak ternilai harganya;

7.

Pak Sukir, Pak yuli, pak Syamsuri dan seluruh staf laboran, dan Karyawan
Fakultas Pertaniaan yang telah memberikan fasilitas akademik dan ilmunya

selama duduk di bangku kuliah ini;

8.

Keluarga tercinta Ayah dan Ibu yang dengan tulus dan ikhlas senantiasa
mendo’akan, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya, sehingga ananda
dapat menyelesaikan kuliah ini dan meraih gelar sarjana;

9.

Seluruh teman-teman Agroteknologi 2012 yang tidak bisa disebut satu per
satu, terimakasih atas segala bantuan tenaga dan motivasinya.
Semoga amal baik Bapak, Ibu, saudara-saudari mendapatkan balasan dari

Allah SWT., Amin. Demikian skripsi ini disusun dengan sebenar-benarnya.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua
pihak yang berkepentingan. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 5 Januari 2017

( Imam Susila )

vii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xii
INTISARI .............................................................................................................. xiii
ABSTRACT ............................................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5
A. Budidaya Padi Intensifikasi ........................................................................ 5
B. Varietas Padi ............................................................................................... 9
C. Sistem pengairan ........................................................................................ 12
D. Hipotesis .................................................................................................... 14
III. TATA CARA PENELITIAN ......................................................................... 15
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 15
B. Bahan dan Alat ........................................................................................... 15
C. Metode Penelitian ....................................................................................... 15
D. Tata Laksana Penelitian ............................................................................ 16
E. Parameter Yang Diamati ............................................................................ 21
F. Analisis Data .............................................................................................. 25
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 26
A. Pertumbuhan Fisiologi Tanaman ............................................................... 26
1. Tinggi Tanaman ....................................................................................... 26
2. Jumlah Anakan ......................................................................................... 28
3. Anakan Produktif ..................................................................................... 31
4. Berat Segar Tanaman ............................................................................... 33
5. Berat Kering tanaman .............................................................................. 36
6. Panjang Akar ........................................................................................... 39
7. Luas Daun ................................................................................................ 41
8. Panjang Malai ........................................................................................... 44
B. Fisiologi Tanaman ........................................................................................ 45
9. IP (Indeks Panen) ..................................................................................... 45
10.NAR ........................................................................................................ 46
11.RGR ......................................................................................................... 48
12.CGR ......................................................................................................... 49
13.SLW ........................................................................................................ 50
C. Komponen Hasil Tanaman ........................................................................ 51
1. Berat Gabah/Rumpun ............................................................................... 51
2. Berat Gabah Hampa ................................................................................. 53

viii

3. Berat 1000 Butir Gabah............................................................................ 54
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 57
A. Kesimpulan ............................................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 59
LAMPIRAN ................................................................................................................

VI.

ix

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Rerata Tinggi Tanaman Padi Umur 12 Minggu .................................................. 26
2. Rerata Jumlah Anakan Tanaman Padi Umur 12 Minggu .................................. 29
3. Rerata Anakan Produktif Tanaman Padi Umur 12 Minggu ............................... 31
4. Rerata Berat Segar Tanaman Padi Umur 12 Minggu......................................... 34
5. Rerata Berat Kering Tanaman Padi Umur 12 Minggu ....................................... 37
6. Rerata Panjang Akar Tanaman Padi Umur 12 Minggu ..................................... 40
7. Rerata Luas Daun Tanaman Padi Umur 8 Minggu ............................................ 42
8. Rerata Panjang Malai Tanaman Padi .................................................................. 44
9. Indeks Panen ...................................................................................................... 46
10. NAR Tanaman Padi ........................................................................................... 48
11. RGR Tanaman Padi............................................................................................. 49
12. CGR Tanaman Padi............................................................................................ 50
13. SLW Tanaman Padi ............................................................................................ 51
14. Rerata Berat Gabah/Rumpun Tanaman Padi .................................................... 52
15. Rerata Berat Gabah Hampa Tanaman Padi ........................................................ 54
16. Rerata Berat 1000 Butir Gabah Tanaman Padi .................................................. 55

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Halaman

Skema Pemberian Air Metode SRI ........................................................................ 14
Grafik Tinggi Tanaman Padi ................................................................................. 27
Grafik Pertumbuhan Anakan Tanaman Padi ......................................................... 30
Grafik Pertumbuhan Anakan Produktif Tanaman Padi ......................................... 32
Grafik Berat Segar Tanaman Padi ......................................................................... 35
Grafik Berat Kering Tanaman Padi ....................................................................... 38
Grafik Panjang Akar Tanaman Padi ...................................................................... 41
Grafik Luas Daun Tanaman Padi .......................................................................... 43

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

Lay Out Penelitian ................................................................................... 64
Perhitungan Volume Tanah..................................................................... 65
Sidik Ragam Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Anakan Produktif Padi66
Sidik Ragam Luas Daun, Berat Segar, Berat Kering Tanaman Padi ...... 67
Sidik Ragam Panjang Malai, Panjang Akar, Berat Gabah per Rumpun
Tanaman Padi .......................................................................................... 68
6. Sidik Ragam Berat Gabah Hampa, Berat 1000 Butir, Indeks Panen
Tanaman Padi .......................................................................................... 69
7. Sidik Ragam RGR, NAR, CGR Tanaman Padi ...................................... 70
8. Sidik Ragam SLW Tanaman Padi........................................................... 71
9. Diskripsi Varietas IR 64 Padi.................................................................. 72
10. Diskripsi Varietas Mekongga Padi.......................................................... 73
11. Diskripsi Varietas Ciherang Padi ............................................................ 74
12. Diskripsi Varietas Inpari Sidenuk Padi ................................................... 75
13. Diskripsi Varietas HIPA 18 Padi ............................................................ 76
14. Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian Tanaman Padi : Pembibitan,
Kompos, Pengairan SRI, Pengairan Konvensional, Luas Daun, Berat
Segar, Berat Kering, Panen, Dan Pengukuran Kadar Air ....................... 77
15. Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian Tanaman Padi : Tanaman Padi
Umur 4,8, Dan 12 Dengan Metode SRI Dan Konvensional ................... 78
1.
2.
3.
4.
5.

xii

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengairan Metode SRI
dan Konvensional terhadap Fisiologi, pertumbuhan dan hasil pada beberapa
varietas padi. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juli sampai
November 2016.
Penelitian ini, dilakukan di dalam polybag dengan Rancangan Lingkungan
Acak Lengkap (RAL) dan Rancangan Factorial 5 x 2. Faktor pertama varietas (V)
terdiri 5 aras yaitu IR 64, Mekongga, Ciherang, Inpari Sidenuk, HIPA 18 dan
faktor yang kedua pengairan (A) terdiri dari 2 aras yaitu metode SRI dan
Konvensional dengan diulang tiga kali. Tiap ulangan dan perlakuan terdiri dari 6
tanaman, 3 tanaman sampel untuk pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan,
anakan produktif, berat segar, berat kering, panjang akar, panjang malai, berat
gabah/rumpun, persentase gabah hampa, dan berat 1000 butir gabah, 2 tanaman
korban untuk pengamatan luas daun, panjang akar, berat segar dan berat kering, 1
cadangan. Total tanaman yang diujikan berjumlah 180 tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh
terhadap fisiologi, pertumbuhan, dan hasil padi. Pada fisiologi tampak pada
parameter Indeks panen tertinggi yaitu IR 64. Pada pertumbuhan dapat dilihat dari
tinggi tanaman, berat segar, berat kering, panjang malai, panjang akar. Pada hasil
padi dapat dilihat dari berat gabah/rumpun yaitu Varietas HIPA 18, Ciherang, dan
Mekongga lebih berat dari pada Varietas Inpari Sidenuk. Pengairan yang
dilakukan menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat segar dan panjang akar
padi, sedangkan pada fisiologi dan hasil padi tidak berpengaruh. Hal ini
dikarenakan perlakuan pengairan SRI menunjukkan pertumbuhan berat segar dan
panjang akar yang lebih tinggi dari pada pengairan konvensional. Pada
pertumbuhan jumlah anakan produktif umur 12 minggu terjadi interaksi antar
perlakuan varietas dan pengairan. Perlakuan pengairan SRI dengan Varietas IR 64
menunjukkan pengaruh yang lebih tinggi dari pada Varietas Mekongga dan Inpari
Sidenuk dengan pengairan SRI, dan Varietas Inpari Sidenuk dengan pengairan
konvensional.
Kata kunci: SRI, Fisiologi, Varietas dan Pengairan berselang.

xiii

ABSTRACT
A research aims to know the influence Irrigation of SRI and conventional
methods the physiology, growth and results in some rice varieties. This research has
been done in an experimental farm Faculty of Agriculture University of
Muhammadiyah in Yogyakarta from July to November 2016.
This research, conducted in polybag with Completely Randomized Design
(CRD) and 5 x 2 Factorial Design. The first factor was varieties (V) consists of 5
levels i.e. IR 64, Mekongga, Ciherang, Inpari Sidenuk, HIPA 18 and the second
factor was irrigation factor (A) consists of 2 levels, i.e. SRI and conventional methods
with three replications. Each of experimental unit consists of 6 plants, 3 samples
plant for observation of plant height, the number of stem, productive tiller, fresh
weight, dry weight, root length, panicle length, grain weight, unfilled grain
percentage, grain 1000 weight, 2 plants to observation leaf area, root length, fresh
weight and dry weight, 1 plants to backup. Total plants in this research were 180
plants.
The results of this research showed that treatment of varieties effect
significantly on physiology, growth, and yield of rice. On physiology looks at the
Harvest Index parameters of IR 64 was the highest. On growth parameters was
height plants, fresh weight, dry weight, root length, panicle length, and on the results
of paddy can be seen from the weight of grain i.e. varieties Ciherang, HIPA 18 and
Mekongga have weigher than Inpari Sidenuk varieties. Irrigation was done shows the
influence of fresh weight and roots length of rice, while on the physiology and yield of
rice has not significantly different. There was showed that SRI irrigation treatment
effect higher of fresh weight and root length than conventional irrigation. The
number of productive tiller on the growth in 12 weeks was significantly interactions
between varieties and irrigation treatment. There was showed SRI irrigation
treatment with IR 64 varieties effect more higher than varieties Mekongga and Inpari
Sidenuk with SRI irrigation, and Inpari Sidenuk varieties with conventional
irrigation.
Keywords: SRI, Physiology, Varieties and Intermittent irrigation.

xiv

ABSTRACT
A research aims to know the influence Irrigation of SRI and conventional
methods the physiology, growth and results in some rice varieties. This research has
been done in an experimental farm Faculty of Agriculture University of
Muhammadiyah in Yogyakarta from July to November 2016.
This research, conducted in polybag with Completely Randomized Design
(CRD) and 5 x 2 Factorial Design. The first factor was varieties (V) consists of 5
levels i.e. IR 64, Mekongga, Ciherang, Inpari Sidenuk, HIPA 18 and the second
factor was irrigation factor (A) consists of 2 levels, i.e. SRI and conventional methods
with three replications. Each of experimental unit consists of 6 plants, 3 samples
plant for observation of plant height, the number of stem, productive tiller, fresh
weight, dry weight, root length, panicle length, grain weight, unfilled grain
percentage, grain 1000 weight, 2 plants to observation leaf area, root length, fresh
weight and dry weight, 1 plants to backup. Total plants in this research were 180
plants.
The results of this research showed that treatment of varieties effect
significantly on physiology, growth, and yield of rice. On physiology looks at the
Harvest Index parameters of IR 64 was the highest. On growth parameters was
height plants, fresh weight, dry weight, root length, panicle length, and on the results
of paddy can be seen from the weight of grain i.e. varieties Ciherang, HIPA 18 and
Mekongga have weigher than Inpari Sidenuk varieties. Irrigation was done shows the
influence of fresh weight and roots length of rice, while on the physiology and yield of
rice has not significantly different. There was showed that SRI irrigation treatment
effect higher of fresh weight and root length than conventional irrigation. The
number of productive tiller on the growth in 12 weeks was significantly interactions
between varieties and irrigation treatment. There was showed SRI irrigation
treatment with IR 64 varieties effect more higher than varieties Mekongga and Inpari
Sidenuk with SRI irrigation, and Inpari Sidenuk varieties with conventional
irrigation.
Keywords: SRI, Physiology, Varieties and Intermittent irrigation.

xiv

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Di Indonesia, padi tidak hanya berperan penting sebagai makanan pokok,
tetapi merupakan sumber perekonomian sebagian masyarakat di pedesaan.
Kekurangan produksi berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk
social, ekonomi dan bahkan politik. Menurut data BPS 2014, penduduk Indonesia
sekitar 252.165 juta jiwa memerlukan sekitar 53.6 juta ton gabah kering giling per
tahun atau setara dengan 33,5 juta ton beras. Stok beras nasional periode
2012/2013 menurun dari 7,4 menjadi 6,48 juta metrik ton 2013/2014 5,5 juta
metrik ton hal ini terjadi penurunan 26% dalam kurun waktu 2 tahun. Sehingga
pemerinah harus tetap berupaya meningkatkan produktivitas dan produksi padi
secara intensif untuk dapat menstabilkan harga beras.
Di Indonesia memiliki lahan sekitar 13,797 juta hektar dan jumlah
penduduk 252.165 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,35% pertahun tampaknya
sulit menerapkan pertanian organik secara luas bagi peningkatan produksi
tanaman padi. Saat ini 90% lahan pertanaman padi di Indonesia telah ditanamai
varietas unggul dengan hasil kira-kira 6 ton/ha. Untuk mengaktualisasikan potensi
genetik varietas-varietas tersebut tentunya di perlukan input yang relativ tinggi
terutama hara N,P, dan K dengan jumlah yang cukup dalam relativ lebih singkat.
Masukan produksi dalam pertanian modern ialah varietas unggul, pupuk buatan
dan pestisida kimia (Djamhari, 2002).

1

2

Penyebab rendahnya produksi padi di Indonesia salah satunya karena pada
umumnya petani masih membudidayakan padi tidak sesuai anjuran, seperti
pengolahan tanah dan pemberian takaran pupuk tidak sesuai dengan ketentuan
serta masih mendominasinya petani mengunakan sistem Konvensional. Pada
sistem Konvensional budidaya padi boros dalam pemakaian air, dimana sawah
digenangi air terus-menerus sehingga kandungan oksigen dalam tanah berkurang
berakibat pada proses fotosintesis menjadi kurang optimal sehingga sitem
fotosintesis padi hanya memberikan peningkatan 50% dari yang diharapkan
(Cantrell, 2000). Selain itu menyebabkan perkembangan akar terganggu,
berkurangnya jumlah anakan total dan anakan produktif serta memperlambat
waktu panen.
Pemindahan bibit secara Konvensional dari persemaian umumnya
berumur 20-30 hari dengan 5-7 bibit perlubang tanaman bahkan lebih. Umur bibit
yang lama sebelum dipindahkan ke lahan menyebabkan bibit telah menghasilkan
anakan ketika masih dipersemaian sehingga ketika bibit dicabut maka
pertumbuhan anakan akan terganggu. Penanaman bibit yang terlalu banyak pada
satu lubang tanaman menyebabkan terjadinya persaingan, baik pada unsur hara,
cahaya serta ruang tumbuh sehingga anakan yang terbentuk tidak maksimal
(Armansyah, dkk. 2009).
Pemerintah selalu mengupayakan agar hasil meningkat dengan cara
intensifikasi

dan

ekstensifikasi.

Ekstensifikasi

lebih

sulit

dilaksanakan

dibandingkan dengan cara intensifikasi, karena perluasan areal pertanaman padi.
Cara intensifikasi yang sering dilakukan antara lain pupuk berimbang, sistem

3

legowo, dan penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi. Cara intensifikasi
yang dapat meningkatkan hasil menjadi dua kali lipat adalah dengan metode SRI
(Rozen, 2009). Selain itu ketersediaan sumberdaya alam berupa lahan dan air
untuk budidaya pertanian semakin terbatas, oleh karena itu ada tuntutan untuk
meningkatkan produksi beras dengan penggunaan sumberdaya alam yang lebih
efisien.
Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu inovasi yang dikembangkan
adalah bercocok tanam padi dengan metode SRI (System of Rice Intensification).
Menurut Sato dan Uphoff (2006), dengan budidaya SRI produksi padi bisa
meningkat sampai 78%, menghemat kebutuhan air sebanyak 40% dan menghemat
pupuk sebesar 50% serta menghemat 20% biaya produksi. Lebih lanjut Berkelaar
(2008), menjelaskan bahwa padi yang dihasilkan dengan budidaya SRI akan lebih
baik dari pada budidaya padi Konvensional. Dalam budidaya SRI tanaman padi
memiliki lebih banyak anakan, perkembangan akar lebih besar dan jumlah bulir
per malai lebih banyak. Pengembangan pola tanam padi dengan metode SRI dititik
beratkan pada beberapa hal utama, antara lain pemindahan bibit umur 8-15 hari,
jarak tanam 25 cm x 25 cm, tidak digenangi secara terus-menerus, ditanam satu
bibit per lobang tanam dan pengairan secara periodik (Uphoff dan Fernandes,
2003).
Penggunaan varietas unggul pada suatu daerah juga sangat menentukan
faktor keberhasilan peningkatan produksi padi. Varietas yang akan diujikan
menggunakan varietas unggul yang dibedakan 2 kelompok yaitu Hibrida dan
Inbrida . Varietas yang digunakan yaitu

IR 64, Ciherang, Mekongga, Inpari

4

Sidenuk dan HIPA 18. Jenis varietas menentukan hasil produksi pada setiap
daerah, begitu juga faktor lingkungan yang tidak cocok dengan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, contohnya : suhu, struktur tanah, jenis tanah, pH tanah.
Varietas unggul maupun lokal mempunyai daya adaptasi yang berbeda dengan
pola tanam yang diberikan, karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap varietas
unggul dan lokal, dengan pola tanam metode SRI merencanakan pemberian air
secara

berselang

(Intermittent)

dan

Konvensional

secara

terus-menerus

(Continuous flow), karena dari aspek lingkungan apakah jenis varietas tersebut
bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi secara
optimal di tempat dilakukan pengujian.
B. Perumusan Masalah
1. Manakah dari berbagai varietas padi yang memiliki fisiologi, pertumbuhan
yang baik dan hasil paling tinggi ?
2. Manakah sistem pengairan yang memiliki fisiologi, pertumbuhan dan hasil
paling tinggi antara Metode sistem SRI dan Konvensional ?
3. Bagaimana interaksi antara varietas tanaman padi dengan macam pengairan
pada fisiologi, pertumbuhan, dan hasil?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui fisiologi, pertumbuhan dan hasil berbagai varietas padi.
2. Untuk mengetahui sistem pengairan yang memiliki fisiologi, pertumbuhan dan
hasil paling tinggi antara Metode sistem SRI dan Konvensional.
3. Untuk mengetahui interaksi antara varietas dan pengairan pada fisiologi,
pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

II.

A.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Intensifikasi Padi (SRI)

Menurut Suparyono dan Agus (1993), tanaman padi merupakan tanaman
semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai,
Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiospermae, Class Monocotyledone, Ordo
Poales, Famili Gramineae, Genus Oryza dan Spesies Oryza sativa L. Akar
tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar, yaitu (1)
akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan
bersifat sementara, dan (2) akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh
dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar
seminal. Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang
bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya
(Anonim, 2010a).
Batang padi itu terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimuali dan
diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak
mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah
penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu
anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian.
Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan
ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).
Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang
(Flag-leaf). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligulae dan daun bendera

5

6

daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang saling
terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas, helaian daun yang
menempel pada buku melalui pelepah daun, pelepah daun yang membungkus ruas
diatasnya dan kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya,
telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun, lidah daun (ligula)
yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun dan daun bendera adalah daun
teratas dibawah malai (Anonim, 2010a).
Fisiologi tanaman merupakan ilmu yang mempelajari proses pertumbuhan
dan tanaman.(Salisburry dan Ross, 1978). Fisiologi tanaman padi di pengaruhi
oleh proses fotosintesis, respirasi, penyerapan hara, perkecambahan benih,
pertumbuhan organ-organ tanaman, pembentukan, pertumbuhan bunga, gabah,
dan sebagainya.
Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase yaitu vegetatif (awal
pertumbuhan

sampai

pembentukan

bakal

malai/primordia),

reproduktif

(primordial sampai pembungaan), dan pematangan (pembungaan sampai gabah
matang). Fase vegetative merupakan fase pertumbuhan organ – organ vegetative,
seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun.
Lama fase ini beragam yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman (De
Datta,1981: Yoshida, 1981). Fase reproduktif ditandai dengan memanjangnya
beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah anakan (matinya
anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan pembungaan.
Inisiasi primordial malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading dan waktunya

7

hampir bersamaan dengan pemanjangan ruas-ruas batang, yang terus berlanjut
sampai berbunga. Oleh sebab itu stadia reproduktif disebut juga stadia
pemanjangan ruas. Di daerah tropic kebanyakan varietas padi, lama fase
reproduktif umumnya 35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari.
Menurut Soekartawi (1999) Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500
meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan
penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan
dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan
18-22 cm dan pH tanah 4 – 7.
Pola pertanian padi SRI merupakan perpaduan antara metode budidaya
padi SRI yang pertama kali dikembangkan di Madagaskar, di Indonesia gagasan
SRI juga telah diuji coba dan diterapkan di beberapa Kabupaten di Jawa,
Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi serta Papua.
Penerapan gagasan SRI berdasarkan pada enam komponen penting : Transplantasi
bibit muda, bibit ditanam satu batang, Jarak tanam lebar, kondisi tanah lembab
(irigasi berselang), melakukan pendangiran (penyiangan), menggunakan bahan
organik (kompos). Hasil penerapan gagasan SRI (System of Rice Intensification)
di lokasi penelitian (Kabupaten Garut dan Ciamis), menunjukkan bahwa :
Budidaya padi model SRI telah mampu meningkatkan hasil dibanding budidaya
padi model Konvensional, Meningkatkan pendapatan, Terjadi efisiensi produksi
dan efisiensi usahatani secara finansial, Pangsa harga pasar produk lebih tinggi
sebagai beras organik.

8
Pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer butir
sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar
pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan
suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih
besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan
organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik
memiliki fungsi kimia yang penting seperti: penyediaan hara makro (N, P, K, Ca,
Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Cl, B, Mn, dan Fe, meskipun
jumlahnya relative sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah hilangnya
unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif
dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn. Bahan organik juga
berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Jadi
penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, sekali
gus sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba (BB Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, 2006).
Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara
dibajak dan dicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 kali pembajakan yakni
pembajakan kasar dan pembajakan halus yang diikuti dengan pencangkulan.
Biarkan tanah tergenang selama 1 hari dan di tanam, umur bibit tanaman padi

9

kurang lebih 14 hari. Jarak tanam sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu
rapat, biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Penanaman dengan memasukkan satu
bibit pada satu lubang tanam.
Pertanian Konvensional merupakan sistem pertanian yang menggunakan bahanbahan kimia untuk meningkatkan produksi tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan. Adapun dampak dari sistem pertanian Konvensional didalam
ekosistem pertanian Meningkatnya degradasi lahan (fisik kimia dan biologis),
Meningkatnya residu penyakit dan gangguan serta resistensi hama penyakit dan
gulma, dan Berkurangnya keanekaragaman hayati (Kuswandi, 2012).
B.

Varietas Padi

Penggunaan varietas unggul pada suatu daerah akan sangat menentukan
faktor keberhasilan peningkatan produksi padi. Vareitas merupakan salah satu
komponen teknologi penting yang mempunyai kontribusi besar dalam
meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Pada varietas unggul
benih sudah diseleksi dan dilakukan penelitian sehingga akan mendapatkan hasil
yang maksimal apabila dilakukan budidaya. Varietas yang akan diujikan
menggunakan jenis varietas unggul yang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
varietas Hibrida Dan Inbrida. Varietas unggul hibrida (VUH) adalah kelomopok
tanaman padi yang terbentuk dari individu-individu generasi pertama (F1) turunan
suatu kombinasi persilangan antar tetua tertentu. Sedangkan varietas Inbrida
merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri sehingga secara alami kondisinya

10

adalah homozigot-homogen dan cara perbanyakannya dengan benih keturunan.
(Satoto dan B. Suprihatno, 2008).

Varietas yang akan diujikan yaitu IR 64, Mekongga, Ciherang, Inpari
Sidenuk, dan HIPA 18. Jenis varietas tidak menentukan hasil produksi pada setiap
daerah ini disebabkan oleh diantaranya faktor lingkungan yang tidak cocok
dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, contohnya : suhu, struktur
tanah, jenis tanah, pH tanah dan iklim. Direktorat Perlindungan Tanaman (2010)
melaporkan bahwa kekeringan, kebanjiran, dan OPT telah menyebabkan sekitar
380 ribu ha sawah terganggu, dan 48 ribu ha di antaranya gagal panen.

Menurut puslitbang bogor (2007) Padi varietas IR 64 memiliki potensi
hasil 5 ton/ha gabah kering giling, umur tanaman 115 hari, anakan produktif
cukup banyak, dan memiliki kadar amilosa 24 %. Tanaman ini tahan terhadap
hama wereng coklat biotipe 1,2 dan wereng hijau. Tahan terhadap penyakit
disebabkan bakteri hawar daun xanthomonas oryzae dan

tahan virus kerdil

rumput.
Padi Varietas Mekongga memiliki potensi hasil 6 ton/ha gabah kering
giling, umur tanaman mencapai 116-125 hari, tinggi tanaman 91-106 cm, dan
memiliki kadar amylose sebesar 23%. Tanaman ini Tahan terhadap hama wereng
coklat biotipe 1,2. Ketahanan penyakit Agak peka terhadap hawar daun bakteri
strain IV.( BBPADI, 2015)

11

Padi Varietas Ciherang memiliki potensi hasil 5-7 ton/ha gabah kering
giling, umur tanaman mencapai 116-125 hari, tinggi tanaman antara 105 –107,
anakan produktif 14-17, dan kadar amilosa 23%. Tanaman pada varietas ini cocok
ditanam pada dataran rendah dengan ketinggian 500 mdpl. Tanaman ini tahan
terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3. Tahan terhadap penyakit
hawar daun strain III dan IV. ( BBPADI, 2015)
Padi Varietas Inpari Sidenuk memiliki potensi hasil 6,9 - 9,1 ton/ha gabah
kering giling, umur tanaman ±103 hari, dan memiliki kadar amilosa ± 20,6%.
Tanaman Varietas Inpari Sidenuk Tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1,
2, dan 3 dan ketahanan terhadap penyakit Agak tahan terhadap wereng batang
coklat biotipe 1, 2 dan 3. Tahan terhadap penyakit Agak tahan terhadap hawar
daun bakteri patotipe III, Rentan terhadap patotipe IV, Agak rentan terhadap
patotipe VIII, Rentan terhadap tungro, Rentan terhadap semua ras blas. (
BBPADI, 2015)
Padi Varietas HIPA 18 memiliki potensi hasil 7,8 - 10,3 ton/ha gabah
kering giling, umur tanaman mencapai 113 hari, tinggi tanaman ±103,5 cm, dan
memiliki kadar amylose sebesar 22,7%. Ketahanan hama Agak tahan terhadap
Wereng Batang Coklat biotipe 1, dan ketahanan terhadap penyakit Agak rentan
Hawar Daun Bakteri patotipe III Agak tahan patotipe IV dan VIII, Rentan blas
033, Tahan blas 073 dan 173, Agak tahan blas 133

12

Agak rentan biotipe 2 dan 3 dan ketahanan penyakit Agak tahan
terhadap Hawar Daun Bakteri strain IV dan VIII, Agak tahan terhadap tungro.
(BBPADI, 2015)
Benih bermutu adalah benih dengan daya tumbuh

(vigor) tinggi dan

bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara: Merendam benih
dalam larutan garam dengan menggunakan indikator telur. Telur diletakkan
didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan,
kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya
benih yang mengambang dibuang.
C.

Sistem Pengairan

Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas adalah
dengan menggalakkan kegiatan menanam padi dengan menggunakan metode SRI
(System of Rice Intensification), Metode SRI ini merupakan metode hemat air
disertai metode pengelolaan tanaman yang baik. Penekanan hemat air juga
merupakan upaya mengantisipasi peningkatan kebutuhan air untuk air minum,
industri, sanitasi, dll dengan budidaya SRI produksi padi bisa meningkat sampai
78%, menghemat kebutuhan air sebanyak 40% (Sato dan Uphoff 2006).
Menurut Anugrah et al.(2008) SRI merupakan salah satu pendekatan
dalam budidaya padi yang mengutamakan manajemen pengolahan lahan,
tanaman, dan air. Berselang (Intermittent) adalah salah satu cara pemberian ke
petak sawah yang didasarkan pada interval waktu tertentu dengan debit dan luas
area yang sudah ditetapkan terlebih dahulu sehingga diperoleh hasil yang optimal.

13

Penanaman dangkal, tanpa digenangi air, mecek-mecek, sampai anakan sekitar
10-14 hari, ini bertujuan untuk menciptakan aerasi yang baik didaerah perakaran
sehingga akan merangsang pertumbuhan anakan. Setelah itu, isi air (digenangi)
untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk pemenuhan kebutuhan air dan
melumpurkan tanah, sehingga tidak tersinari matahari. Pemupukan biasanya
dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk yang digunakan adalah kompos
sekitar 175-200 kg/ha. Ketika dilakukan pemupukan sawah dikeringkan dan pintu
air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah. Apabila mau panen sawah
dikeringkan 1 minggu sebelum tanam.
Penggenangan yang terus menerus pada tanah sawah dan pH tanah yang
rendah, akan mendorong penyerapan ferro (Fe2+) yang berlebihan oleh akar
tanaman padi. Tanaman yang menyerap ion Fe2+ dalam jumlah yang berlebihan
akan memperlihatkan gejala keracunan yang ditandai dengan timbulnya bercakbercak merah coklat pada ujung daun mulai dari daun yang paling tua (Burbey et
al, 1990). Untuk mengatasi keracunan Fe dapat dilakukan dengan pengelolaan air
dengan cara pengairan terputus-putus (Intermitten irrigation) yaitu selama musim
tanaman padi, pengenangan air tidak dilakukan terus-menerus. Jika mulai terlihat
gejala keracunan Fe, irigasi dihentikan dan air di petakan segera dibuang.
Pada sistem Konvensional budidaya padi boros dalam pemakaian air, di
mana pada sistem itu sawah digenangi air terus-menerus sehingga kandungan
oksigen dalam tanah berkurang, sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Selain itu menyebabkan perkembangan

14

akar terganggu, berkurangnya jumlah anakan total dan anakan produktif serta
memperlambat waktu panen. Pemindahan bibit secara Konvensional dari
persemaian umumnya berumur 20-30 hari dengan 5-7 bibit perlubang tanaman
bahkan lebih. Penanaman bibit yang terlalu banyak pada satu lubang tanaman
menyebabkan terjadinya persaingan, baik pada unsur hara, cahaya serta ruang
tumbuh sehingga anakan yang terbentuk tidak maksimal (Armansyah, dkk. 2009).

Gambar 1. Skema Pemberian Air Metode SRI

D. Hipotesis
1. Penggunaan benih HIPA 18 memiliki fisiologi, pertumbuhan, dan hasil lebih
baik jika dibandingkan dengan varietas yang lain.
2. Penggunaan sistem SRI memiliki fisiologi, pertumbuhan, dan hasil lebih baik
jika dibandingkan dengan Konvensional.
3. Terdapat interaksi antara varietas dan pengairan pada fisiologi, pertumbuhan,
dan hasil tanaman padi.

IV.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Tanaman
1. Tinggi tanaman.
Perkembangan tinggi tanaman ini berdasarkan pada perlakuan yang
dilakukan dengan diamati dan diukur pada saat pertumbuhan vegetatif.
Pengukuran tinggi tanaman bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan suatu
tanaman. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan cara mengukur
bagian batang bawah sampai pucuk daun.
Dari hasil sidik ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi nyata antar varietas dan pengairan, artinya tidak ada pengaruh antar
perlakuan varietas dan pengairan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi. Pada
perlakuan varietas menunjukkan pertumbuhan yang berbeda nyata, sedangkan
pada perlakuan pengairan menunjukkan tidak beda nyata. (lampiran III a). Rerata
tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Padi Umur 12 Minggu
Inpari
Perlakuan
IR 64
Mekongga Ciherang
HIPA 18 Rerata
Sidenuk
SRI
80,39
87,48
95,79
100,537 104,957 93,83a
Konvensional
82,60
90,57
98,32
96,79
106,357 94,93a
Rerata
81,49s
89,02r
97,06q
98,67q
105,66p
(-)
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris atau kolom
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji F dan atau DMRT
pada taraf α = 5%.
(˗) = Tidak ada interaksi nyata
Tabel 1. perlakuan varietas menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman pada beberapa varietas tanaman padi. Perlakuan
Varietas HIPA 18 menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada Varietas
26

27

Inpari Sidenuk dan Ciherang. Perlakuan Varietas Inpari Sidenuk dan Ciherang
lebih tinggi dari pada Mekongga. Perlakuan Varietas Mekongga lebih tinggi dari
pada IR 64. Pertumbuhan tanaman padi paling tinggi pada Varietas HIPA 18 yaitu
dengan tinggi 105,66 cm. Pertumbuhan tinggi pada setiap varietas memiliki
pertumbuhan yang tidak sama tergantung pada jenis varietas tersebut. Hal ini yang
membedakan adalah faktor gen atau asal dari tanaman tersebut. Tanaman padi
hipa memiliki tinggi tanaman ±103 cm dan memiliki bentuk tanaman yang tegak
( BBPADI, 2015).
Pada perlakuan pengairan metode SRI dan Konvensional menunjukkan
pertumbuhan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pengairan yang dilakukan
sudah cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Devi (2009) Sistem pengairan tidak berpengaruh terhadap tinggi
tanaman padi sawah.
120

120
100

V1

80
V2
60

Tinggi (cm)

Tinggi (cm)

100

80
60

A1

40

A2

40

V3

20

V4

20

V5

0

0
M2 M4 M6 M8 M10M12
Minggu ke-

(a)
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman Padi
Keteranagan : V1 = IR 64
V2 = Mekongga
V3 = Ciherang
V4 = Inpari Sidenuk
V5 = HIPA 18

M2 M4 M6 M8 M10M12
Minggu ke-

(b)
A1 = SRI
A2 = Konvensional

28

Dapat dilihat gambar 2.(a),(b) diketahui bahwa perlakuan varietas dan
pengairan menunjukkan pertumbuhan tinggi pada tanaman padi dari minggu ke-2
sampai minggu ke-12. Dapat dilihat gambar 2.(a) pertumbuhan tinggi tanaman
pada perlakuan varietas menunjukkan bahwa Varietas HIPA 18 memberikan
pertumbuhan tinggi tanaman paling tinggi dari minggu ke-2 sampai ke-12. Hal ini
diduga karena Varietas HIPA 18 memiliki pertumbuhan yang tegak sehingga akan
membantu pertumbuhan tinggi. Selain itu padi varietas hibrida berasal dari
turunan pertama (F1) dari induk persilangan yang pertama, sehingga memiliki
keunggulan tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat. Oleh
karena itu, produksi benih F1 dalam pengembangan padi hibrida memegang peran
penting dan strategis (Las et al., 2003).

Gambar 3(b) perlakuan pengairan menunjukkan bahwa tinggi tanaman lebih
tinggi ditunjukan oleh tanaman padi HIPA 18 dengan perlakuan metode
Konvensional. Kekurangan air akan berakibat pada pertumbuhan tinggi tanaman
akan terganggu dikarenakan jumlah air yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan padi
menjadi terbatas Hale dan Orcutt (1987) menyatakan bahwa kekeringan dapat
berpengaruh pada pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman.

2.

Jumlah anakan.
Jumlah anakan merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan dan perlakuan yang dilakukan
dilapang. Jumlah anakan juga digunakan sebagai dasar dalam penentuan hasil
produktivitas tanaman (Andoko, 2002). Semakin banyak jumlah anakan maka
akan berpengaruh terhadap anakan produktif sehingga jumlah gabah yang akan

29

diperoleh semakin besar. Jumlah Anakan mulai dihitung pada saat awal tanam
sampai panen dengan selang waktu tiap 2 minggu sekali.
Hasil sidik ragam anakan padi menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
nyata antar varietas dan pengairan, artinya tidak ada pengaruh antar perlakuan
varietas dan pengairan terhadap pertumbuhan anakan padi. Pada perlakuan
varietas menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata, begitu juga pada
perlakuan pengairan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran
IIIb). Rerata anakan padi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rerata Jumlah Anakan Tanaman Padi Umur 12 Minggu
Inpari
Perlakuan
IR 64 Mekongga Ciherang
HIPA 18
Rerata
Sidenuk
SRI
16,78
15,33
16,33
13,56
16,45
15,6887a
Konvensional 16,00
17,67
15,67
15,00
18,45
16,5560a
Rerata
16,39p
16,49p
16,00p
14,28p
17,45p
(-)
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris atau kolom
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada taraf
α = 5%.
(˗) = Tidak ada interaksi nyata
Tabel 2. Perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang sama terhadap
jumlah anakan padi. Begitu juga pada perlakuan pengairan menunjukkan
pertumbuhan yang sama. Hal ini menunjukkan perlakuan pengairan yang
dilakukan sudah cukup untuk pertumbuhan anakan padi. Jumlah anakan yang
dihasilkan yaitu antara 15-16 anakan per tanaman padi. Hal ini sesuai degan
pernyataan Abdullah dkk. (2008) bahwa bila dibandingkan dengan varietasvarietas unggul yang ada sekarang, padi tipe baru berbeda dalam hal batang yang
lebih kuat, daun lebih hijau dan tebal, anakan sedang, dan malai lebih lebat dan
berat.

30

20
V1

15

V2
10
V3
5

V4
V5

0
M2 M4 M6 M8 M10M12
Minggu ke-

jumlah anakan

Jumlah anakan

20

15
10

A1
A2

5
0
M2 M4 M6 M8 M10M12
Minggu ke-

(a)
(b)
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Anakan Tanaman Padi
Keteranagan : V1 = IR 64
A1 = SRI
V2 = Mekongga
A2 = Konvensional
V3 = Ciherang
V4 = Inpari Sidenuk
V5 = HIPA 18
Dapat dilihat gambar 3(a),(b) diketahui bahwa perlakuan varietas dan
pengairan menunjukkan pertumbuhan anakan padi dari ming