Uji Beberapa Varietas Padi (Oryza Sativa L.) Dengan Radiasi Sinar Gamma Pada Generasi M1 Dengan Menggunakan System Of Rice Intensification (Sri)

10
UJI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) DENGAN RADIASI
SINAR GAMMA PADA GENERASI M1 DENGAN MENGGUNAKAN
SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

SKRIPSI

OLEH :
ERLYA R.M. RAJAGUKGUK
040307023
BDP-PET

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


2
UJI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) DENGAN RADIASI
SINAR GAMMA PADA GENERASI M1 DENGAN MENGGUNAKAN
SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

SKRIPSI

OLEH :
ERLYA R.M. RAJAGUKGUK
040307023
BDP-PET
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara
Medan

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

3

Judul Skripsi

: UJI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)
DENGAN RADIASI SINAR GAMMA PADA
GENERASI
M1 DENGAN MENGGUNAKAN SYSTEM OF RICE
INTENSIFICATION (SRI).

Nama

: ERLYA R.M. RAJAGUKGUK


NIM

: 040307023

Departemen

: Budidaya Pertanian

Program Studi

: Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

(Khairunnisa Lubis, SP, MP)
MS)
Komisi Pembimbing I
II
NIP : 132 129 537


(Ir. Hasmawi Hasyim,
Komisi Pembimbing
NIP : 130 422 455

Mengetahui,

Ir. Edison Purba, Ph.D.
Ketua Departemen Budidaya Pertanian
NIP. 131 570 44

Universitas Sumatera Utara

4

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%). Produksi

padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta
ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton
(http://id.wikipedia.org/wiki/Padi, 2008).
Dalam upaya peningkatan hasil panen pemuliaan tanaman menawarkan
alternatif perbaikan genetik tanaman sesuai sifat-sifat yang diharapkan. Saat ini
tersedia berbagai metode perbaikan sifat tanaman mulai dari

konvensional

sampai molekuler dengan didukung komputerisasi. Keragaman merupakan hal
penting dalam pemuliaan karena dapat ditemukan berbagai sumber gen untuk
perbaikan suatu sifat tanaman. Gen-gen tersebut dapat ditransfer ke tanaman
dengan cara konvensional maupun rekayasa genetic (Hetharie, 2003).
Pemuliaan padi telah berlangung sejak manusia membudidayakan padi.
Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak
didirikannya IRRI di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan
kualitas berbeda-beda berhasil dikembangkan secara terencana untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan
sepenuhnya pada peningkatan hasil (http://id.wikipedia.org/wiki/padi, 2008).
Riset pemuliaan tanaman penting dalam menunjang pembangunan

pertanian di Indonesia. Disebutkan bahwa teknik pemuliaan mutasi yang

Universitas Sumatera Utara

5
menggunakan teknologi nuklir merupakan alternatif bagi teknik pemuliaan
tanaman secara konvensional, molekuler dan transformasi dengan tujuan sama
yaitu untuk memperbaiki penampilan genetik tanaman. Penelitian pemuliaan
mutasi di BATAN berjalan sukses, terutama dengan telah dilepasnya varietas padi
Atomita,

Cilosari

dan

sebagainya

(http://www.batan.go.id/patir/index.htm/Padi, 2008).
Varietas unggul yang dilepas dalam beberapa tahun terakhir memiliki
keunggulan yang relatif berbeda. Hal ini tentu memberikan peluang yang lebih

luas bagi petani dalam memilih varietas yang akan dikembangkan. Ada beberapa
aspek yang perlu mendapat pertimbangan dalam menentukan pilihan, misalnya
potensi hasil, umur tanaman, ketahanan terhadap hama dan penyakit, mutu beras,
selera konsumen, dan kondisi daerah pengembangan. Bagi peneliti, aspek tersebut
memang

menjadi

pertimbangan

dalam

merakit

varietas

unggul

(Pustaka Deptan, 2008).
Penggunaan teknik mutasi pada pemuliaan tanaman di Indonesia

dilakukan secara intensif mulai pada tahun 1972, yaitu setelah Batan memperoleh
proyek penelitian mutasi dari IAEA (Badan Atom Internasional). Proyek tersebut
dilaksanakan selama 5 tahun dengan mendapat bantuan berupa peralatan
laboratorium dari UNDPO/IAEA. Tujuan penelitian dari proyek tersebut adalah
meningkatkan kadar protein dari biji padi. Pada tahun 2000 benih padi varietas
Cisantana diradiasi dengan sinar gamma dari Timbal 60 dengan dosis 0,20 kGy,
lalu diperoleh galur mutan Obs-1688/PsJ, Obs-1692/PsJ dan Obs-1695/PsJ. Galur
Obs-1688/PsJ dilepas ke publik sebagai varietas unggul dengan nama Mira-1,

Universitas Sumatera Utara

6
sementara

Obs-1692/PsJ

diberi

nama


Mira-2

(http://id.wikipedia.org/wiki/mira-2, 2008).
Untuk meningkatkan produksi padi nasional, selain rehabilitasi dan
pembangunan jaringan irigasi baru, juga dapat dilakukan intensifikasi pertanian
salah satunya dengan budidaya Padi dengan System of Rice Intensification atau
yang dikenal SRI. Dengan SRI pemakaian air lebih hemat dan pendapatan petani
meningkat karena hemat benih, biaya tanam lebih rendah, intensitas panen lebih
banyak

dan

Padi

yang

dihasilkan

lebih


banyak

(http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task+view&id=4
004&itemid=689, 2008).
SRI merupakan teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan
produktivitas tanaman dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara. Metode tersebut terbukti berhasil meningkatkan produktivitas padi
sebesar 50 % bahkan di beberapa tempat mencapai 100 %. Selain hemat air dan
produktivitasnya tinggi, tambahnya, sistem tanam model tersebut mampu
menghemat biaya petani karena hanya memerlukan bibit 5 kg/ha sementara
dengan sistem biasa membutuhkan bibit 25kg/ha. Dari hasil penelitian Pusat
Penelitian Pertanian di Puyung, Lombok NTB, terbukti metode SRI memberikan
hasil rata-rata 9 ton/ha dibanding penanaman konvensional yang hanya 4-5 ton/ha
(http://www.kapanlagi.com/h/0000182474.html,

2008).

Penelitian yang dilakukan BATAN yang bekerja sama dengan Departemen
Pertanian IPB, UGM dan Pemerintah Daerah untuk pengenalan varietas kepada
masyarakat melalui program IPTEKDA, yaitu dengan melakukan iradiasi pada

biji dengan dosis tertentu, kemudian dilakukan seleksi hingga Agustus 2003 telah

Universitas Sumatera Utara

7
diperoleh 11 varietas unggul padi. Langkah BATAN tersebut sebagai usaha
mengatasi masalah utama yang dihadapi pemerintah dalam produksi bahan
pangan. Terutama beras yang lahan suburnya semakin berkurang. Tehnik ini
digunakan untuk menciptakan varietas baru dengan penyinaran radiasi sinar
gamma pada biji tanaman yang dikehendaki. Dengan demikian akan diperoleh
sifat-sifat baru yang lebih unggul dari varietas induknya yang meliputi daya hasil,
umur, ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Dari uraian

diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menggunakan beberapa varietas padi sawah yang diberi perlakuan radiasi
sinar gamma dengan System Of Rice Intensification (SRI) untuk mengetahui
respon pertumbuhan dan produksinya.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas
padi sawah terhadap radiasi sinar gamma pada generasi M1.
Hipotesa Penelitian
1. Ada pengaruh radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman padi pada generasi M1.
2. Ada pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi
pada generasi M1.
3. Ada interaksi radiasi sinar gamma dan varietas terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman padi pada generasi M1.

Universitas Sumatera Utara

8

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

9

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan ( taksonomi ) diklasifikasikan
ke dalam Divisio Spermatophyta, dengan Sub divisio Angiospermae, termasuk ke
dalam kelas Monocotyledoneae, Ordo adalah Poales, Famili adalah Graminae,
Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah Oryza sativa L (Grist, 1960).
Tumbuhan padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Graminae
dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk
rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang.
Pembentukan anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang pokok atau batang
batang utama akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh pada batang
bawah anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang
anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan
membentuk perakaran sendiri (Luh, 1991).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas

ruas dan diantara ruas yang

satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi
didalamnya berongga dan bentuknya bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu
semakin pendek. Ruas yang terpendek terdapat dibagian bawah dari batang dan
ruas

ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas

ruas yang berdiri

sendiri. Sumbu utama dari batang dibedakan dari bagian pertumbuhan embrio
yang disertai pada coleopotil pertama (Grist, 1960).

Universitas Sumatera Utara

10
Pada buku bagian bawah dari ruas tanaman padi tumbuh daun pelepah
yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujumg
dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek
menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi
daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun
kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut
daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun
bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir pada (Siregar, 1981).
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6
buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu
(Departemen Pertanian, 1983).
Pada dasar bunga terdapat lodicula (daun bunga yang telah berubah
bentuknya). Lodicula berfungsi mengatur dalam pembuahan palea, pada waktu
berbunga

ia

menghisap

air

dari

bakal

buah,

sehingga

mengembang.

Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka
(Hasyim, 2000).
Anakan mulai terbentuk sejak umur 10 hari dan mencapai maksimum pada
umur 50-60 hari sesudah tanam. Anakan yang terbentuk pada stadia pertumbuhan
biasanya tidak produktif. Setelah mencapai pertumbuhan yang maksimum, jumlah
anakan padi akan berkurang, sehingga anakan produktifnya juga berkurang dari
jumlah anakan maksimum, ini disebabkan karena terjadinya persaingan unsur hara

Universitas Sumatera Utara

11
antar anakan sehingga sebagian dari batang/anakan tidak dapat bersaing dan mati.
Kalau tidak mati, maka malai yang dihasilkan kecil dan terlalu terlambat
pemasakannya dari malai-malai lainnya dan pada waktu panen bulir-bulir hanya
berisi separuh. Juga karena persaingan karbohidrat, antar anakan yang saling
terlindung, sehingga tidak semua memperoleh cahaya matahari untuk membuat
makanannya (Grist, 1960).
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau bulir/gabah,
sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea.
Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea
serta

bagian

lain

akan

membentuk

sekam

atau

kulit

gabah

(Departemen Pertanian, 1983).
Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian paling luar disebut
epicarpium, bagian yang tengah disebut mesocarpium dan bagian yang dalam
disebut endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang
mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embrio (lembaga) yang
terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma (Departemen Pertanian, 1983).
Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang
menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk.
Tangkai padi merunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih
memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah.
Bila butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen
(Andoko, 2002).

Universitas Sumatera Utara

12
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman padi tumbuh di daerah tropis / subtropis pada 45O LU sampai
45O LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan empat
bulan. rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm / bulan atau 1500-2000
mm/tahun (http://www.ristek.go.id, 2008).
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
sekitar 1500

2000 mm (http://warintek.bantul.go.id. , 2008).

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur dan
kelembaban yang optimal pada waktu pembungaan sangat baik untuk proses
pembuahan dan sebaliknya temperatur tinggi dan kelembaban rendah akan
menggangu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal
ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada
waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan
tepung sari

(Luh, 1991).

Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya 18

22 cm dengan pH 4

7

(http://warintek.bantul.go.id. , 2008).

Universitas Sumatera Utara

13
Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini dikarenakan
tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem
tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi
tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air
(tanah dengan kandungan pasir tinggi) kurang cocok dijadikan lahan persawahan.
Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi)
cocok dijadikan lahan persawahan. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman
padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan
dengan kondisi hidrologi, porisitas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah
yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan
manusia (Suprayono dan Setyono, 1997).
Padi sawah menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18 - 22
cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH
8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah
memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah
biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat
diperlukan pengolahan tanah yang khusus (http://www.ristek.go.id, 2008).
Seleksi Untuk Mendapatkan Varietas Unggul
Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotip dan genotip yang sama.
Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam tanaman.
Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman (genetik) atau
perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik merupakan salah
satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik merupakan

Universitas Sumatera Utara

14
suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau keseluruhan
fase pertumbuhan yang berbeda dan dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman
yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya menghasilkan keragaman
pertumbuhan tanaman

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Penanganan benih perlu dilakukan dengan tujuan agar benih yang telah
dipanen secara baik dari pohon induk yang terpilih tidak cepat mengalami
kemunduran mutu genetik, fisik fisiologis. Seperti pada penyimpanan benih yang
secara umum dapat dilakukan dengan mengisi bahan absorban pada kemasan sampai
¼ bagian, kemudian benih diisi sampai penuh ditutup/diikat dengan rapat agar udara
yang masuk sedikit dan kemasan ditempatkan pada ruangan dingin, sebab selama
periode simpan benih akan mengalami kemunduran yang ditentukan oleh faktor
genetik, mutu awal benih, kadar air benih dan suhu ruang simpan. Juga dengan sortasi
atau pemilihan benih perlu dilakukan dengan ukuran rata-rata benih yang seragam
agar pertumbuhannya seragam (Hasyim, 2006).
Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secara individu
maupun populasi berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki.
Tujuan dari seleksi adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan
pada populasi tanaman. Misalnya bila kita menginginkan diperoleh tanaman yang
berproduksi tinggi, maka kita pilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk
dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan
diperoleh peningkatan proporsi tanaman yang berproduksi tinggi. Begitu pula untuk
karakter-karakter lain yang diinginkan, misalnya tahan terhadap hama dan penyakit,
kandungan protein tinggi, memiliki aroma dan rasa enak, dan lain-lain. Seleksi dapat
dikelompokkan menjadi (i) seleksi alam dan (ii) seleksi buatan.

Seleksi alam

merupakan seleksi yang dipengaruhi oleh faktor alam dalam mengarahkan seleksi

Universitas Sumatera Utara

15
tersebut yang umumnya bersifat acak, sedangkan seleksi buatan merupakan seleksi
yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau meningkatkan
proporsi karakter

yang diinginkan berada pada populasi tanaman yang

dikembangkan (Widodo, 2003).
Program pemuliaan tanaman di Indonesia didasarkan atas petimbangan untuk
mendapatkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, memiliki mutu yang baik
serta mempunyai sifat-sifat unggul lainnya seperti toleran terhadap kekeringan,
lahan masam, salinitas tinggi, tahan rebah, hama dan penyakit. Kombinasi teknik
seleksi dengan iradiasi secara in vitro telah terbukti dapat lebih efektif dan efisien
untuk mendapatkan keragaman genetik yang inginkan. Dalam hal ini, iradiasi akan
meningkatkan

keragaman

genetik

populasi

sel

somatik,

melalui

seleksi

menggunakan metode tertentu akan menyingkirkan mutasi yang tidak diinginkan
sehingga populasi somaklon yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Proses
pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul dari populasi yang tersedia dilakukan
melalui serangkaian proses kegiatan yang meliputi: 1) evaluasi plasma nutfah untuk
mendapatkan sumber gen yang diinginkan, 2) pembentukan populasi dasar
bersegregasi melalui persilangan dan somaklon, 3) seleksi populasi bersegrasi
dengan metode yang sesuai, 4) evaluasi daya hasil, 5) uji adaptasi/multilokasi, dan
6) pelepasan varietas unggul baru (Allard, 1960).
Metoda seleksi yang dikembangkan untuk meningkatkan proporsi karakter
yang diinginkan pada populasi tanaman secara konvensional tergantung dari (i)
sistem perkembangbiakan tanaman, dan (ii) peran gen-gen yang mengendalikan
karakter tersebut. Metoda seleksi berdasarkan sistem perkembangbiakan tanaman
dikenal ada (a) metoda seleksi tanaman menyerbuk sendiri, misalnya metoda
pedigree, metoda bulk, dan lain-lain; (b) metoda seleksi tanaman menyerbuk silang,

Universitas Sumatera Utara

16
misalnya metoda seleksi barisan dalam tongkol, metoda seleksi berulang, dan lainlain. Kemajuan seleksi adalah suatu nilai yang menunjukkan seberapa perubahan
proporsi karakter target mengalami perubahan. Kemajuan seleksi ini dipengaruhi
oleh : (i) intensitas seleksi, artinya banyaknya tanaman yang terseleksi dari populasi,
dan (ii) metoda seleksi (Widodo, 2003).
Meskipun tujuan seleksi adalah terhadap sifat-sifat yang telah termutasi yang
diinginkan, namun latar belakang genetik dapat saja berubah dengan berbagai cara.
Bila tidak ada seleksi yang diterapkan, maka efek acak perlakuan mutagen dan
sejumlah besar kerusakan mutasi dapat mengurangi rata-rata penampilan
keturunannya. Bila tekanan seleksi diterapkan untuk memilih tipe yang vigor dan
beradaptasi dengan baik yang mengandung perubahan yang diinginkan pada
karakter tunggal, maka ada kemungkinan untuk memuliakan kultivar unggul tanpa
harus melalui program persilangan (Nasir, 2002).
Cara pemuliaan tanaman pada garis besarnya digolongkan menjadi empat (4)
golongan, yaitu :
1. Cara pemilihan varietas dan seleksi massa
-

Seleksi massa positif
Dilakukan dengan jalan memilih tanaman yang baik fenotipenya dari suatu
populasi tanaman yang ada. Biji tanaman terpilih untuk ditanam pada
generasi / tahun berikutnya.

-

Seleksi massa negatif
Dilakukan dengan menghilangkan semua tanaman yang tipenya
menyimpang dari tujuan seleksi.
Misal : - tanaman sakit
- tanaman rebah

Universitas Sumatera Utara

17
2. Cara seleksi galur
-

Untuk memperoleh individu homosigot.

-

Bahan seleksi adalah populasi yang mempunyai tanaman homosigot

-

Sehingga pekerjaan seleksi memilih individu yang homosigot tadi.

-

Pemilihan berdasar Fenotipe tanaman.

3. Cara hibridisasi atau persilangan
Setelah persilangan, maka hibrid yang diperoleh yang diperkirakan memiliki
sifat sifat superior (unggul) dari tetua yang dipersilangkan diuji keturunannya
sehingga diperoleh keturunan yang mantap.
4. Cara mutasi buatan
-

Mutasi dengan cara penyinaran (sinar-X, gamma, neutron, ultraviolet,
beta, alfa)

-

Mutasi dengan penggunaan zat kimia (Diethyl Sucronate (DES), Ethyl
Methane Sucronate (EMS), Ethyl Nitrese Urea (ENH), Methyl Nitrese
Urea (MNH) dan lain sebagainya)

(Tobing, dkk, 1995)
Mutasi adalah perubahan susunan atau konstruksi dari gen maupun kromosom
suatu individu tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan (perubahan) dari
individu asalnya dan bersifat baka (turun-temurun). Mutasi dapat terjadi secara
alamiah, tetapi frekuensinya sangat rendah, yaitu 10-6 pada setiap generasi. Untuk
mempercepat terjadinya mutasi dapat dilakukan secara buatan dengan memberikan
perlakuan-perlakuan sehingga terjadi mutasi.(induced mutation). Mutasi pada
tanaman dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada bagian-bagian tanaman baik
bentuk maupun warnanya juga perubahan pada sifat-sifat lainnya (Herawati dan
Setiamihardja, 2000).

Universitas Sumatera Utara

18
Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang
dimutasi. Hal itu ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi
dan penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia semakin besar
peluang untuk memilih tanaman yang dikehendaki. Melalui tehnik ini tanaman yang
diradiasi dapat menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi dengan
sifat-sifat yang diharapkan setelah melalui serangkaian pengujian, seleksi dan
sertifikasi (Amien dan Carsono, 2008).
Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Padi
Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau beberapa
karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda morfologi
(warna, rambut, braktea, dan lain-lain) sebagai identitas pada galur-galur harapan, (3)
untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi pembentukan kultivar
hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam genotipe yang telah
beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Mutasi boleh disebabkan kesilapan penyalinan dalam bahan genetik semasa
pembahagian seldan oleh dedakan kepada ultra ungu atau radiasi mengion, mutagen
kimia, atau virus biologi atau boleh berlaku secara sengaja dibawah kawalan selular
semua proses meiosis atau hipermutasi. Dalam organisma multiselular, mutasi boleh
dibagikan kepada mutasi garis kuman (germline mutation) yang boleh diwarisi dan
mutasi somatik. Mutasi menghasilkan kelainan dalam kolam gen dan mutasi yang
tidak diingini (melemahkan) akan disingkirkan dari kolam gen melalui pilihan
semulajadi, sementara yang lebih baik (membawa kebaikan atau kelebihan)
cenderung

untuk

terhimpun,

menghasilkan

pertukaran

evolusi

(http://ms.wikipedia.org/wiki/Mutasi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

19
Studi kuantitatif dalam materi penyinaran menunjukkan bahwa variasi pada
tanaman yang mendapat perlakuan mutasi disebabkan oleh lama penyinaran atau
frekuensi penyinaran (Joint FAO/IAEA Divis Atomic Energy In Food and
Agriculture, 1977).
Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi adalah
gamet haploid. Adanya mutasi dapat ditentukan pada generasi M2 dan seterusnya.
Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin banyak pula
kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup tanaman M1
dengan frekuensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif terhadap
kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam permasalahan
pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).
Mutasi radiasi menyebabkan pecahnya benang kromosom. Pecahnya
kromosom menyebabkan terjadinya perubahan struktur kromosom yang dapat berupa
translokasi, inversi, duplikasi dan defisiensi. Kromosom terdiri dari gen-gen yang
bertanggung jawab atas pengendalian sifat-sifat yang diturunkan dari tetua ke generasi
selanjutnya. Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena
energi radiasi, kemudian patahan benang kromosom bergabung kembali dengan cara
baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau bertukar pada kromosom yang
lain, sehingga terbentuk kromosom baru yang berbeda dengan kromosom semula
(Amien dan Carsono, 2008).
Mutan buatan dapat memperbaiki kekurangan tertentu pada kultivar yang telah
beradaptasi baik tanpa terjadi perubahan yang besar dalam susunan genotipnya.
Mutan tersebut selanjutnya digunakan sebagai tetua dari kultivar asal. Sebagai contoh
; kultivar padi dengan daya hasil tinggi telah dikembangkan di Filipina dengan dengan

Universitas Sumatera Utara

20
ciri-ciri batang pendek dan kokoh hasil mutasi spontan dari kultivar Taiwan DeoGeo-Woo-Gen (Nasir, 2002).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , seseorang hanya akan
menemukan 2 buah kecambah yang bermutasi (misalnya menjadi hijau abnormal,
klorophil telah dipengaruhi), maka tingkat mutasi (mutatiton rate) pada mutasi induksi
jauh lebih besar, yaitu diantara 10.000 buah tanaman pada satu keturunan berikutnya
kita dapat mengharapkan menemukan 200 buah kecambah mutasi (pada klorophilnya)
(Darussalam, 1972).
Stadler yang memperlihatkan mutasi buatan pada tanaman, menunjukkan
banyak akibat jelek (mutan klorofil, tanaman cacad, tidak dapat hidup terus,
kematian) karena perlakuan radiasi. Pendapatnya mungkin mempengaruhi para
pemulia tanaman dalam hal mencari pengaruh yang menguntungkan. Cara normal
bagi seorang pemulia tanaman yaitu mengirimkan satu kantong biji ke institut nuklir
minta agar biji diperlakukan, ditumbuhkan dan dicari mutasinya. Orang-orang
tersebut sering kecewa apabila mutan yang bermanfaat tidak timbul, misalnya seorang
pemulia alfalfa di Universitas Virginia di USA, menanam kira-kira 500.000 bibit dari
biji yang diradiasi. Dengan jarak tanam 3 x 1.5 kaki (90 x 45 cm) untuk tiap tanaman
dia dapat memindahkan 10.000/acre, yaitu 50 acres tanaman. Ia tidak mendapatkan
satupun genotipe superior (Crowder, 1997).
Radiasi sinar gamma dapat menyebabkan perubahan pada tanaman yang
bersifat genetis, fisiologis dan morfologis. Perubahan fisiologis mungkin terjadi
karena kerusakan kromosom dan juga bagian sel diluar kromosom akibat perlakuan
radiasi tersebut (Nurtjahyo, dkk, 1975).

Universitas Sumatera Utara

21
Penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan memberikan
pengaruh yang baik dibidang pertanian. Dengan perlakuan dosis radiasi sinar gamma
yang tepat akan diperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul seperti hasil yang
tinggi, umur panen yang singkat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Tetapi kenyataan yang ditimbulkan tidak semuanya memenuhi harapan (Suryowinoto,
1987).
Perlakuan dengan mutasi fisis atau kimia dapat dibedakan menjadi 4 efek yang
menarik dalam genetika atau pemuliaan tanaman, yaitu :
1. Kerusakan fisiologis (kerusakan utama)
2. Mutasi gen (point mutation)
3. Mutasi kromosom (aberasi kromosom)
4. Mutasi diluar inti (mutasi sitoplasma)
Kerusakan fisiologis kemungkinan dapat disebabkan karena kerusakan kromosomdan
kerusakan sel diluar kromosom. Kedua kerusakan tersebut sukar dibedakan karena
keduanya terjadi pada generasi M1 sebagai akibat dari perlakuan mutagen. Kerusakan
tersebut merupakan gangguan fisiologis bagi pertumbuhan tanaman. Besarnya
kerusakan fisiologis tergantung pada besarnya dosis yang digunakan dan semakin
tinggi dosis yang digunakan makin tinggi kerusakan fisiologis yang timbul dan
berakhir kematian (lethalitas). Suatu sel atau molekul mempunyai kepekaan yang
berbeda terhadap mutagen. Jika radiasi atau ionisasi terjadi pada bagian molekul atau
sel yang peka maka molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati (Mugiono, 2001).
Pengaruh kemampuan berbiak yang diakibatkan oleh mutagen mempunyai
bermacam-macam fenomena, diantaranya :
-

Hambatan pertumbuhan yang menghalangi pembungaan

Universitas Sumatera Utara

22
-

Bunga terbentuk namun kurang memenuhi bentuk reproduksi yang diperlukan

-

Bentuk reproduksinya terjadi, tetapi tepung sari mandul

-

Biji terbentuk namun tidak mamapu berkecambah

(Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Perlakuan radiasi akan meyebabkan kerusakan sel atau terhambatnya
metabolisme sel karena adanya gangguan sintesa RNA sehingga sintesis enzim yang
diperlukan untuk pertumbuhan terhanbat. Dengan adanya gangguan struktur DNA
akan menyebabkan enzim yang dihasilkan kehilangan fungsinya. Perlakuan radiasi
dapat menyebabkan enzim yang merangsang pertunasan menjadi tidak aktif, sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat (Cassaret, 1968).
Semakin tinggi dosis radisi maka tingkat kerusakannya juga semakin tinggi.
Namun hal ini bisa juga disebabkan oleh faktor lain yaitu, akibat DNA tanaman itu
sendiri. 'Tanaman mutasi itu menghasilkan hormon penghambat tumbuh dalam
jumlah besar. Hormon itu menekan pertumbuhan cabang dan daun sehingga urung
membesar (Apriyanti, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, setelah perlakuan radiasi dengan
sinar gamma, tanaman ditumbuhkan di ruang tumbuh (ruang kultur), rumah kaca, atau
dapat langsung dikebun percobaan. Analisis pada tanaman hasil radiasi (mutan) dapat
diarahkan atau dibandingkan dengan tanaman kontrol pada sifat-sifat yang
dikehendaki seperti sifat genetik, morfologi, sifat agronomi (hasil per hektar, jumlah
biji, tinggi tanaman, dan lain sebagainya).
SRI (System Of Rice Intensification)

Universitas Sumatera Utara

23
System of Rice Intensification (SRI) adalah sistem intensifikasi padi yang
menyinergikan tiga faktor pertumbuhan padi untuk mencapai produktivitas maksimal.
Ketiga faktor tersebut adalah maksimalisasi jumlah anakan, maksimalisasi
pertumbuhan akar, dan maksimalisasi pertumbuhan dengan pemberian suplai
makanan, air dan oksigen yang cukup pada tanaman padi (Wiyono, 2004).
Empat penemuan kunci penerapan SRI adalah:
1. Bibit dipindah lapang (transplantasi) lebih awal
Bibit padi ditransplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda, biasanya
saat berumur 8-15 hari. Benih harus disemai dalam petakan khusus dengan
menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Jangan dibiarkan bibit
mengering. Tranplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat mengurangi
guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang
dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif. Bulir padi dapat muncul pada
malai (misalnya kuping bulir terbentuk di atas cabang, yang dihasilkan oleh
batang yang subur). Lebih banyak batang yang muncul dalam satu rumpun, dan
dengan metode SRI, lebih banyak bulir padi yang dihasilkan oleh malai.
2. Bibit ditanam satu-satu daripada secara berumpun
Bibit ditranplantasi satu-satu daripada secara berumpun, yang terdiri dari dua atau
tiga tanaman. Ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan
memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk
memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah.
3. Jarak tanam yang lebar
Bibit lebih baik ditanam dalam pola luasan yang cukup lebar dari segala arah.
Biasanya jarak minimalnya adalah 25 cm x 25 cm. Sebaiknya petani berani
mencoba berbagai jarak tanam dalam berbagai variasi, karena jarak tanam yang

Universitas Sumatera Utara

24
optimum (yang mampu menghasilkan rumpun subur tertinggi per m2) tergantung
kepada struktur, nutrisi, suhu, kelembaban dan kondisi tanah yang lain.Dalam
metode SRI kebutuhan benih jauh lebih sedikit dibandingkan metode tradisional,
salah satu evaluasi SRI menunjukkan bahwa kebutuhan benih hanya 7 kg/ha,
dibanding dengan metode tradisional yang mencapai 107 kg/ha.

4. Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air
Dengan SRI, petani hanya memakai kurang dari ½ kebutuhan air pada sistem
tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap
lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi
pertumbuhan akar. Sesekali (mungkin seminggu sekali) tanah harus dikeringkan
sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dari udara mampu masuk kedalam
tanah dan mendorong akar untuk mencari air. Sebaliknya, jika sawah terus
digenangi, akar akan sulit tumbuh dan menyebar, serta kekurangan oksigen untuk
dapat tumbuh dengan subur.
Kondisi tidak tergenang, yang dikombinasi dengan pendangiran mekanis, akan
menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam tanah dan akar berkembang
lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Dengan SRI, kondisi
tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya,
setelah pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di
praktek tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.
5. Pendangiran
Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah tranplantasi, dan
pendangiran kedua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran,
namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil

Universitas Sumatera Utara

25
hingga satu atau dua ton per ha. Yang lebih penting dari praktek ini bukan sekedar
untuk membersihkan gulma, tetapi pengadukan tanah ini dapat memperbaiki
struktur dan meningkatkan aerasi tanah.

6. Asupan Organik
Petani disarankan untuk menggunakan kompos dan hasilnya lebih bagus.
Kompos dapat dibuat dari macam-macam sisa tanaman (seperti jerami, serasah
tanaman, dan bahan dari tanaman lainnya), dengan tambahan pupuk kandang bila
ada. Daun pisang bisa menambah unsur potasium, daun-daun taaman kacangkacangan dapat menambah unsur N, dan tanaman lain seperti Tithonia dan
Afromomum angustifolium, memberikan tambahan unsur P.

Kompos dapat

menambah nutrisi tanah serta memperbaiki struktur tanah
(Berkelaar, 2008).
Singkatnya, unsur SRI yang penting adalah sebagai berikut:
1. Tranplantasi bibit muda untuk mempertahankan potensi pertambahan batang
dan pertumbuhan akar yang optimal sebagaimana dibutuhkan oleh tanaman
untuk tumbuh dengan baik.
2. Menanam padi dalam jarak tanam yang cukup lebar, sehingga mengurangi
kompetisi tanaman dalam serumpun maupun antar rumpun.
3. Mempertahankan tanah agar tetap teraerasi dan lembab, tidak tergenang,
sehingga akar dapat bernafas, untuk ini, perlu manajemen air dan pendangiran
yang mampu membongkar struktur tanah.
4. Menyediakan nutrisi yang cukup untuk tanah dan tanaman, sehingga tanah
tetap sehat dan subur sehingga dapat menyediakan hara yang cukup dan
lingkungan ideal yang diperlukan tanaman untuk tumbuh.

Universitas Sumatera Utara

26
(Berkelaar, 2008)
Berikut dilampirkan tabel perbandingan pertumbuhan padi antara metode
tradisional dengan metode SRI
Tabel 1. Tabel perbandingan pertumbuhan padi antara metode Tradisional dengan
metode SRI
Faktor Pembeda

Metode Tradisional
Rata-rata
Kisaran
56
42-65
3
2-5
8,6
8-9
7,8
7-8
114
101-130
824
707-992
2,0
1,0-3,0
28
25-32

Metode SRI
Rata-rata
Kisaran
16
10-25
1
1
55
44-74
32
23-49
181
166-212
3,956-10,388
5,858
7,6
6,5-8,8
53
43-69

Rumpun/m2
Tanaman/rumpun
Batang/rumpun
Malai/rumpun
Bulir/malai
Bulir/rumpun
Hasil panen (t/ha)
Kekuataan akar(kg)
Keterangan :
Data dalam metode tradisional dihitung dari 5 pecahan lahan di areal yang
berdekatan. Data dalam metode SRI merupakan rata-rata dan kisaran dari 22 plot uji
coba (Data diambil dari thesis S2 Joelibarison, 1998).
(Joelibarison dalam Berkelaar, 2008)

Berikut perbedaan mendasar antara budidaya tanaman padi sistem non SRI
dan sistem SRI dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Perbedaan budidaya tanaman padi sistem non SRI dan sistem SRI
Faktor Pembeda
Sistem Non SRI
Sistem SRI
Umur pemindahan bibit 3-4 minggu dari persemaian 7-10 hari dari persemaian
Kebutuhan benih
50 kg / Ha
8-10 kg / Ha
Jarak tanam
Rapat (30x30 cm)
Jumlah bibit
5-10 bibit / lubang tanam
1 bibit / lubang tanam
Pengairan/Penggenangan Digenangi terus-menerus
Pengaturan pengairan
Penggunaan pupuk
- Kimia
Tinggi
Rendah
- Organik
Rendah
Tinggi
(Gunawan, 2006).
Pada SRI semua tampak ideal untuk direalisasikan, tetapi disamping itu juga
memiliki keterbatasan, diantaranya :
1. SRI membutuhkan lebih banyak tenaga kerja per ha daripada metode tradisional.

Universitas Sumatera Utara

27
2. Dengan SRI, diperlukan lebih banyak waktu juga untuk mengatur pengairan
sawah dibandingkan cara lama.
3. Pendangiran juga membutuhkan waktu lebih banyak bila sawah tidak digenangi
air terus.
4. Awalnya, SRI membutuhkan 50-100% tenaga kerja (yang terampil dan teliti)
lebih banyak, tapi lama kelamaan jumlah ini dapat menurun.
Karena penanaman dan pendangiran merupakan pekerjaan yang butuh tenaga kerja
paling intensif dalam SRI, beberapa petani masih meragukan manfaat SRI. Sehingga
mereka perlu dimotivasi untuk mencobanya di area kecil dahulu. (Berkelaar, 2008).

Universitas Sumatera Utara

28

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tumpatan Nibung, Batang Kuis, Medan,
Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut
dengan topografi datar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2008 sampai
dengan Agustus 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit padi sebagai objek
yang akan diamati, pupuk (urea, TSP, KCl), pupuk kandang, Insektisida Decis 50 EC
untuk mengendalikan hama, Antracol 70 WP, pupuk kandang (kotoran kambing) dan
pupuk ABG untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meteran,
kayu, handsprayer, papan nama, papan perlakuan, pacak sample, timbangan,
timbangan analitik, buku tulis, kalkulator, pena, penggaris, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua
(2) faktor perlakuan yaitu :
1. Faktor yang diteliti sebagai petak utama (Main Plot) adalah Dosis Penyinaran Sinar
Gamma, terdiri dari :
R0 = 0 KRad (kontrol)
R1 = 10 KRad

R2 = 20 KRad

2. Faktor yang diteliti sebagai anak petak (sub plot) adalah Varietas Tanaman Padi,
terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

29
V1 = Ciherang
V2 = Cibogo
V3 = Sarinah
Kombinasi perlakuan :
R0V1

R0V2

R0V3

R1V1

R1V2

R1V3

R2V1

R2V2

R2V3

Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 27 plot

Panjang plot

: 150 cm

Lebar plot

: 150 cm

Jarak tanam

: 30 x 30 cm

Jarak antar plot

: 50 cm

Jarak antar blok

: 100 cm

Jarak antar anak petak utama : 100 cm
Jumlah tanaman / plot

: 25 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 5 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 675 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya

: 135 tanaman

Model linier yang diasumsikan untuk Rancangan Petak Terpisah (RPT) adalah
sebagai berikut :

Yijk = µ + i + j + ij + k + (
i = 1,2,3

j = 1,2,3

)jk + ijk

k = 1,2,3

Dimana :

Universitas Sumatera Utara

30
Yijk

= Hasil pengamatan yang disebutkan main plot ke-j dan sub plot ke-k
pada blok ke-i
= Rata-rata

(

i

= Efek blok ke-i

j

= Efek main plot ke-j

ij

= Efek error yang disebabkan main plot ke-j pada blok ke-i

k

= Efek sub plot ke-k
)jk

ijk

= Efek interaksi dari main plot ke-j dengan sub plot ke-k
= Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan main plot ke-j dan sub plot kek
Dari hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan denga uji beda rataan

berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

(Bangun,

1991).
Pelaksanaan penelitian
Seleksi Benih
Dipilih benih padi yang berkualitas baik untuk kemudian akan diradiasi
dengan sinar gamma dengan menggunakan Gamma Cell .
Tahap-tahap Mutasi
Benih padi yang telah dipilih diradiasi dengan menggunakan gamma cell,
dimana yang menjadi sumber dalam alat tersebut adalah Cobal 60 (60Co) yang
memancarkan sinar gamma. Pada bagian atas gamma cell ada suatu tempat yang
mempunyai pintu, dimana benih padi dimasukkan dalam ruangan itu, setelah
dimasukkan kedalam ruangan, pintu ditutup. Kemudian dengan mengunakan sakelar
yang ada disebelah kanan alat di hidupkan (di on kan). Bagian alat yang ada diatas

Universitas Sumatera Utara

31
alat irradiator (yang berisi bahan untuk diradiasi) akan turun kebawah. Lamanya
radiasi tergantung pada besarnya dosis yang digunakan untuk meradiasi (96,56
KRad/jam), makin besar dosis radiasi makin lama alat di on kan. Setelah selesai alat
dimatikan (di of kan) dan benih yang diradisi dalam wadah akan naik keatas
(Sumber : Mugiono)
Pemilihan Benih
Benih padi yang akan dipilih direndam dengan air yang bertujuan untuk
memisahkan benih yang ringan dengan benih yang berat dan untuk memecahkan
dormansi biji. Benih yang berat akan tenggelam (berarti baik digunakan), dan benih
yang ringan akan terapung. Perendaman bennjih dilakuakn selama 24 jam. Benih
yang sudah direndam 24 jam akan membengkak dan bakal lembaganya tumbuh
berupa titik putih pada ujungnya.
Persiapan Areal Persemaian
Lahan yang akan dijadikan tempat persemaian diolah terlebih dahulu.
Penyemaian Benih
Benih yang sudah direndamselama 24 jam ditanam pada tempat persemaian
yang sudah disiapkan. Penyemaian bvenih dilakuakn hingga berumur 10 hari sesuai
dengan prosedur penyemaian SRI (bibit yang digunakan adalah yang berumur 10
hari).

Persiapan Areal Pertanaman
Seminggu

sebelum

pengolahan

tanah,

dilakukan

penggenangan

air

secukupnya untuk dapat melunakkan tanah sawah. Areal sawah digemburkan dengan
cara membajak dan mencangkul selanjutnya digaru untuk mendapatkan permukaan
tanah yang baik. Setelah melakukan pengolahan tanah genangan air dikeluarkan

Universitas Sumatera Utara

32
sehingga mendapatkan kondisi tanah dengan kondisi macak-macak dan tidak
tergenang air dengan ketinggian air hanya 0

0,5 cm.

Pembuatan Plot Percobaan
Setelah areal dibersihkan dan air dari sawah telah dikeringkan, dibuat blok
sebannyak 3 blok, tipa blok dibuat plot percobaan dengan ukuran 150 cm x 150 cm
sebanyak 9 plot tiap bloknya. Jarak antar blok dibuat dengan ukuran 100 cm, jarak
antar plot dengan ukuran 50 cm, dan jarak antar ulangan dengan ukuran 100 cm.
Pembuatan Jarak Tanam
Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan meteran. Tipa plot
digaris dengan membentuk larikan berbentuk tegel dengan 5 baris tanaman pada
masing-masing plot percobaan, dan 5 lubang tanam pada setipa baris. Ditancapkan
kayu sebagai penanda pada lubang tanam dengan jarak 30 cm x 30 cm.
Penanaman Bibit
Penanaman bibit ke sawah dilakukan dengan cara SRI. Pada saat umur
persemaian benih telah mencapai 10 hari. Pencabutan bibit dilakukan dengan hati
hati sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dari persemaian langsung
ditanam ke lubang tanam dengan jumlah bibit 1 per lubang tanam. Tujuan
pemindahan bibit dengan umur yang muda agar bibit akan cepat kembali pulih, akar
lebih kuat dan dalam.
Pemeliharaan tanaman


Penyulaman
Penyulaman dilakuakn pada tanaman yang mati atau yang pertumbuhannya

normal. Dilakukan paling lama 14 HSPT. Bibit sulaman harus dari varietas yang sama
yang merupakan bibit cadangan pada persemaian benih.


Penyiangan

Universitas Sumatera Utara

33
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput yang dikerjakan bersamaan
dengan penggemburan tanah. Penyiangan dilakukan rutin setelah terlihat rumput yang
tumbuh, hal ini rutin dilakukan untuk mengurangi perebutan unsur hara antara padi
dan gulma. Sebab tanah dengan kondisi macak-macak/tanpa penggenangan
memungkinkan pertumbuhan gulma dengan cepat.


Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pemberian Urea = 30 g/plot, TSP = 20 g/plot

dan KCl = 10 g/plot. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3
tanam dan 6

4 minggu setelah

8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam.

Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan
dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali, yaitu pada saat tanam dan saat menjelang
keluar malai. Pupuk kandang kambing diberikan 1 minggu sebelum tanam dengan
cara disebarkan. Pupuk organik cair ABG (Amazing Bio-Growth) daun diberikan 2
kali, yaitu pada umur 15 dan 30 HSPT, dengan dosis 2 cc/L. Pupuk ABG untuk bunga
dan buah diberikan pada umur 45 dan 65 HSPT, dengan dosis 2 cc/L. Penyemprotan
dilakukan dengan menggunakan knepsek.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian insektisida Decis 50 EC
dengan konsentrasi 1

2 ml/L air secara bijaksana, dilakukan sesuai dengan tingkat

musuh alami yang rendah. Penyakit tanaman dikendalikan dengan pemberian
fungisida Antracol 70 WP dengan konsentrasi 1

2 gr/L air. Penyemprotan dilakukan

sesuai kondisi di lapangan.


Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat 80 % butir gabah sudah mulai menguning (33
36 hari setelah berbunga), tangkainya sudah merunduk karena sarat dengan butir

Universitas Sumatera Utara

34
gabah bernas, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau. Untuk lebih
memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah, bila
butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen. Sawah
dikeringkan 7

10 hari sebelum panen. Hal ini bertujuan untuk pengisian bulir yang

optimal dan benar

benar masak penuh.

Pengamatan Parameter
Daya Kecambah Benih (%)
Pengamatan daya kecambah benih dilakukan pada saat benih disemai (10
hari). Dihitung berapa persentase benih yang tumbuh untuk mengetahui daya
kecambahnya setelah perlakuan radiasi.
Saat Muncul Kecambah (hari)
Pengamatan saat muncul benih dilakukan pada saat benih disemai (10 hari).
Dihitung hari keberapa benih mulai muncul pertama sekali.

Tinggi Kecambah (cm)
Pengamatan tinggi kecambah dilakukan pada saat benih disemai (10 hari).
Dihitung dihari ke-10 (sebelum pindah tanam dilapangan).
Panjang Akar Kecambah (cm)
Pengamatan panjang akar kecambah dilakukan pada saat benih disemai (10
hari). Dihitung dengan mencabut kecambah dari media persemaian dan diukur dari
pangakal batang bawah hingga ujung akar.
Tinggi Tanaman (cm)

Universitas Sumatera Utara

35
Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai tanaman berumur 20, 40, 60 HSPT.
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung
daun tertinggi setelah diluruskan.
Jumlah Anakan (Anakan)
Jumlah anakan dihitung dengan menghitung seluruh jumlah batang per
tanaman kemudian dikurangi satu batang. Pengukuran dilakukan pada umur 20, 40,
60 HSPT.
Jumlah Anakan Maksimum (Anakan)
Jumlah anakan maksimum dihitung dengan menghitung seluruh jumlah batang
per tanaman kemudian dikurangi satu batang. Pengukuran dilakukan pada umur 60
HSPT (umur maksimum pertumbuhan anakan).
Jumlah Anakan Produktif (Anakan)
Jumlah anakan produktif dihitung dengan menghitung jumlah batang yang
produktif (dengan bulir gabah berisi, tidak hampa). Pengamatan dilakukan pada saat
panen.
Jumlah Malai per Tanaman (Tangkai)
Jumlah malai per tanaman dihitung pada saat tanaman mengeluarkan malai
secara keseluruhan pada anakan, penghitungan dilakukan pada saat malai keluar
penuh pada umur 9 MSPT.
Panjang Malai per Tanaman (cm)
Panjang malai diukur saat malai telah keluar penuh pada umur 9 MSPT
dengan menggunakan penggaris setelah malai diluruskan dari mulai pangkal malai
hingga ujung malai. Diukur panjang malai yang terdapat pada satu tanaman kemudian
dirata-ratakan.
Jumlah Gabah Berisi per Malai (Butir)

Universitas Sumatera Utara

36
Jumlah gabah berisi per malai dihitung dari seluruh malai yang ada dan pada
saat bulir padi telah mengalami pemasakan yang sempurna pada waktu
pemanenan dari masing- masing sample.
Jumlah Gabah Hampa per Malai (Butir)
Jumlah gabah hampa per malai dihitung dari seluruh malai yang tidak berisi
pada waktu pemanenan dari masing masing sampel.
Persentase Gabah Hampa per Malai (%)
Dihitung persentase gabah hampa per malai dengan rumus :
% Gabah hampa per malai

= Jumlah gabah hampa per malai

X 100 %

Jumlah gabah total per malai
Bobot 1000 Butir Gabah per Plot (g)
Ditimbang bobot 1000 butir gabah setelah pemanenan yang diambil dari
keseluruhan tanaman pada tiap plot percobaan.

Produksi per Tanaman Sampel (g)
Produksi tanaman dihitung dengan menimbang keseluruhan dari hasil gabah
berisi setelah pemanenan pada masing

masing tanaman sampel.

Produksi Tanaman per Hektar (ton)
Produksi per hektar dilakukan dengan menghitung produksi per plot, lalu
dikalkulasikan dengan ukuran hektar. Dimana penghitungan produksi per plot
dilakukan dengan menimbang keseluruhan hasil gabah berisi setelah pemanenan pada
masing-masing plot, lalu dikalkulasikan ke produksi per hektar dengan rumus :

Produksi per hektar (Ha) =

Produksi tan. per plot
Luas plot (2,25 m2)

X Luas lahan dalam hektar
(10.000 m2)

Universitas Sumatera Utara

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Daya Kecambah Benih (%)
Hasil analisis data rataan daya kecambah benih serta analisis sidik ragamnya
dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.
Data daya kecambah benih pada perlakuan radiasi dan varietas dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Daya Kecambah Benih (%) pada Perlakuan Radiasi dan Varietas
Radiasi
Varietas
Rataan
R0

R1

R2

V1 (Ciherang)

96.33a

93.00a

92.33a

93.88

V2 (Cibogo)

94.67a

82.33a

89.33a

88.77

V3 (Sarinah)

36.33b

34.33b

29.67b

33.44

75.77

69.88

70.44

Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menu