INFEKSI HIV, SIFILIS DAN PENYAKIT IMS LAINNYA

PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK 4 Laporan Kasus HIV dan AIDS Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 menunjukkan cara penularan tertinggi terjadi akibat hubungan seksual beresiko, diikuti penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun; dengan jumlah pengidap AIDS terbanyak pada kategori pekerjaan ibu rumah tangga. Hal ini juga terlihat dari proporsi jumlah kasus HIV pada perempuan meningkat dari 34 2008 menjadi 44 2011, selain itu juga terdapat peningkatan HIV dan AIDS yang ditularkan dari ibu HIV positif ke bayinya. Jumlah kasus HIV pada anak 0-4 tahun meningkat dari 1,8 2010 menjadi 2,6 2011 Sebagian besar infeksi HIV dapat dicegah dengan upaya pencegahan penularan dari ibu-ke-anak yang komprehensif dan efektif di fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yang komprehensif meliputi empat pilar atau komponen, yang dikenal sebagai “prong”. Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi. Namun, hingga akhir tahun 2011 baru terdapat 94 layanan PPIA Kemkes, 2011, yang baru menjangkau sekitar 7 dari perkiraan jumlah ibu yang memerlukan layanan PPIA. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan bagi masyarakat. Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan, diperlukan peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak KIA, keluarga berencana KB, serta kesehatan remaja PKPR di setiap jenjang fasilitas layanan kesehatan dasar dan rujukan. Layanan PPIA terintegrasi merupakan juga bagian dari Layanan Komprehensif Berkesinambungan LKB HIV-AIDS.

B. INFEKSI HIV, SIFILIS DAN PENYAKIT IMS LAINNYA

Penyakit sifilis masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan perkiraan 12 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Pada orang yang menderita sifilis, risiko HIV meningkat 2-3 kali lipat. Diperkirakan terdapat 2 juta kehamilan dengan sifilis setiap tahun, dimana 25 ibu hamil akan berakhir dengan kematian janin atau abortus spontan dan 25 ibu hamil yang lain akan mengalami bayi dengan berat lahir rendah BBLR atau dengan infeksi berat. Kedua hal tersebut terkait dengan kematian perinatal, yang sebenarnya dapat dicegah. Sifilis pada ibu hamil akan menyebabkan sifilis kongenital. Di Asia-Pasifik sifilis kongenital dapat menyebabkan kematian janin dan neonatus pada 69 dari kehamilan dengan sifilis. Setiap tahun diperkirakan 600.000 ibu hamil seropositif sifilis. Data WHO 2003, termasuk hasil serosurvei di Indonesia, menunjukkan 0,8 dari 395 ibu hamil yang diperiksa terinfeksi sifilis. PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK 5 Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seks. Adanya IMS dalam bentuk ulserasi ataupun inflamasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang sudah menderita IMS dengan pasangannya yang belum tertular. Gejala IMS pada wanita merupakan tanda untuk menawarkan tes HIV pada klien. Pencegahan penularan HIV, penyakit IMS dan sifilis dari ibu ke bayi mempunyai kelompok sasaran dan penyedia layanan yang sama, yaitu perempuan usia reproduksi, ibu hamil dan layanan KIAKB, kesehatan reproduksi dan kesehatan remaja. Untuk itu upaya pencegahan penularan HIV dan sifilis serta penyakit IMS lainnya dari ibu ke anak akan dilaksanakan secara terintegrasi di layanan KIA, KB, kesehatan reproduksi dan remaja secara terpadu di pelayanan dasar dan rujukan menuju eliminasi penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak.

C. KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEGIATAN PPIA KOMPREHENSIF