Tujuan dan Sasaran Latihan Prinsip-prinsip Latihan

10 pentahapan, serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat, b Proses latihan harus teratur dan progresif. Teratur maksudnya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan kontinyu. Sedangkan bersifat progresif maksudnya materi latihan diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit kompleks, dari yang ringan ke yang berat, c Pada setiap kali tatap muka satu sesisatu unit latihan harus memiliki tujuan dan sasaran, d Materi latihan harus berisikan meteri teori dan praktek, agar pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen, e Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekananan pada sasaran latihan. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan proses penyempurnaan keterampilan olahraga yang dilakukan peserta didik ataupun atlet secara sistematis, terstruktur, berulang-ulang, serta berkesinambungan, dan bertahap dari bentuk maupun beban latihannya.

b. Tujuan dan Sasaran Latihan

Setiap latihan pasti akan terdapat tujuan yang akan dicapai baik oleh atlet maupun pelatih. Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan prestasinya semaksimal mungkin. Dengan demikian prestasi atlet benar- benar merupakan satu totalitas akumulasi hasil latihan fisik maupun psikis. Ditinjau dari aspek kesehatan secara umum, individu yang berlatih atau berolahraga rutin, yaitu untuk mencapai kebugaran jasmani Suharjana, 2013: 38. Menurut Sukadiyanto 2005: 8 sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan 11 dalam mencapai puncak prestasi. Lebih lanjut Sukadiyanto 2005: 9 menjelaskan sasaran latihan dan tujuan latihan secara garis besar antara lain: 1 meningkatkan kualitas fisik dasar dan umum secara menyeluruh, 2 mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus, 3 menambah dan menyempurnakan teknik, 4 menambah dan menyempurnakan strategi, teknik, taktik, dan pola bermain, dan 5 meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding. Berdasarkan beberapa pendapat pada penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran latihan adalah usaha yang dialkukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keterampilan baik teknik atau pun fisik olahragawan untuk mencapai prestasi.

c. Prinsip-prinsip Latihan

Menurut Sukadiyanto 2005: 12 prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Lebih lanjut menurut Sukadiyanto 2005: 12-22 prinsip-prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: 1 prinsip kesiapan, 2 individual, 3 adaptasi, 4 beban lebih, 5 progresif, 6 spesifik, 7 variasi, 8 pemanasan dan pendinginan, 9 latihan jangka panjang, 10 prinsip berkebalikan, 11 tidak berlebihan, dan 12 sistematik. Dalam penelitian ini prinsip latihan yang akan digunakan untuk mendukung proses latihan adalah: 1 prinsip partisipasi aktif mengikuti latihan, 2 prinsip variasi, 3 model dalam proses latihan, dan 4 prinsip peningkatan beban. Menurut Djoko Pekik Irianto 2002; 42-43 berhubungan dengan prinsip-prinsip latihan setiap peserta didik atau atlet memiliki sifat dasar 12 manusia antara lain: multidimensial beragama, potensi yang berbeda- beda, labil, adaptasi lingkungan, berdasarkan sifat tersebut ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam proses latihan, meliputi: 1 Prinsip Beban Berlebih overload Tubuh disesuaikan dan adaptasi terhadap latihan, penyesuaian tersebut dilakukan secara bertahap mengarah tingkat yang lebih tinggi yang disebut superkompensasi. 2 Prinsip Kembali Asal reversible Adaptasi latihan akan berkurang bahkan hilang apabila latihan tidak berkelanjutan dan tidak teratur yang berakibat terjadinya penurunan prestasi. 3 Prinsip Kekhususan specifity Latihan khusus hendaknya sesuai dengan sasaran yang diinginkan, dan kekhususan tersebut dalam latihan perlu mempertimbangkan aspek cabang olahraga, peran olahraga, sistem energi, pola gerak, keterlibatan otot, dan komponen kebugaran. Perencanaan program latihan disarankan untuk tidak meninggalkan prinsip-prinsip dalam latihan. Menurut Suharjana 2007: 21-24 program latihan yang baik harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan sebagai berikut: 1 Prinsip Beban Berlebih overload Prinsip beban berlebih pada dasarnya menekankan beban kerja yang dijalani harus melebihi kemampuan yang dimiliki, beban latihan harus mencapai ambang rangsang dengan tujuan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh sehingga akan mendorong meningkatnya kemampuan otot. Latihan yang menggunakan beban di bawah atau sama dengan kemampuannya hanya akan menjaga kekuatan otot stabil, tanpa diikuti peningkatan kekuatan. 13 Menurut pendapat Brooks dan Fahey yang dikutip oleh Mochamad Sajoto 1995: 114 latihan hendaknya merangsang sistem fisiologi tubuh, agar tubuh memperoleh suatu rangsangan dan tekanan yang dapat mempengaruhi kekuatan dan kualitas otot. Prinsip beban berlebih ini adalah prinsip yang paling mendasar dan penting. Oleh karena itu, tanpa menerapkan prinsip ini dalam latihan prestasi atlet tidak akan meningkat. 2 Prinsip Peningkatan Secara Progresif Prinsip beban progresif dapat dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam suatu program latihan. Peningkatan beban disesuaikan dengan adaptasi yang telah mengalami perangsangan otot sebelumnya sehingga otot dapat menerima beban yang lebih berat dari yang sebelumnya. Otot yang menerima beban berlebih kekuatannya akan meningkat dan apabila tidak ada penambahan kekuatannya tidak bertambah, penambahan beban dilakukan sedikit demi sedikit pada suatu set dan jumlah repitisi tertentu Mochamad Sajoto, 1995: 115. 3 Prinsip Pengaturan Latihan Program latihan beban harus diatur dengan baik, agar kelompok otot besar mendapat latihan terlebih dahulu, sebelum melatih kelompok otot-otot kecil, sebab kelompok otot kecil akan mudah lelah daripada kelompok otot besar. Di samping itu, diusahakan agar tidak terjadi otot yang mendapat latihan dua kali 14 berturu-turut, karena otot perlu istirahat sebelum melakukan latihan berikutnya. Prinsip ini biasanya bergantian antara otot-otot tubuh bagian bawah dan otot-otot tubuh bagian atas. Mengatur latihan dengan menyeimbangkan antara latihan dengan gerakan menarik dan mendorong. Pengaturan ini baik dipergunakan karena otot yang sama tidak dikerjakan dua kali secara berturut-turut dan dapat memberikan waktu yang cukup bagi otot-otot untuk pulih kembali Baechle dan Groves, 1999: 179. 4 Prinsip Kekhususan Latihan beban yang digunakan harus mengarah pada perubahan-perubahan yang diinginkan dalam latihan. Baechle dan Groves 1999: 179 menyatakan bahwa sudut yang khusus dalam gerakan latihan menentukan seberapa jauh otot-otot akan dirangsang. Sebagai contoh untuk membentuk otot dada, terdapat variasi untuk membentuk otot secara khusus Bench Press untuk otot dada bagian tengah, in-cline untuk otot dada bagian atas, dan De-cline untuk dada otot bagian bawah. Dalam membentuk otot, untuk mendapatkan hasil yang optimal latihan beban harus diprogram sesuai dengan tujuan latihan yang ingin dicapai atau karakteristik cabang olahraga. Sebagai contoh program latihan untuk pemain bulutangkis, bentuk-bentuk latihannya benar-benar harus melibatkan otot-otot yang diperlukan dalam permainan bulutangkis. Begitu juga dengan program latihan beban harus sesuai dengan program kekhususan olahraga tersebut. 15 5 Prinsip Individu Pemberian latihan yang akan dilaksanakan hendaknya memperhatikan kekhususan individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena setiap orang mempunyai ciri yang berbeda secara mental dan fisik. Sebagai contoh, dua orang dengan berat badan dan tinggi badan yang sama, kemampuan mengangkat beban pasti berbeda sesuai dengan keadaan anatomi dan fisiologi tubuhnya Suharjana, 2007: 21-24. 6 Prinsip Berkebalikan reversibilitas Kemampuan otot yang telah dicapaikan berangsur-angsur menurunkan bahkan bisa hilang sama sekali, jika tidak dilatih. Kualitas otot akan menurun kembali apabila tidak dilatih secara teratur dan kontinyu. Karena rutinitas latihan mempunyai peranan penting dalam menjaga kemampuan otot yang telah dicapai Suharjana, 2007: 21-24. 7 Prinsip pulih asal recovery Program latihan yang baik harus dicantumkan waktu pemulihan yang cukup. Dalam latihan beban waktu pemulihan antar set harus diperhatikan, jika tidak, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan penampilannya akan menurun. Recovery bertujuan untuk mengahasilkan kembali energi, dan membuang asam laktat yang menumpuk di otot dan darah Suharjana, 2007: 21-24. 16 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan pada dasarnya mencakup prinsip spesifikasi, sistem energi, dan prinsip overload. Prinsip spesifikasi berarti memiliki kekhususan sistem energi meliputi penggunaan energi, dan prinsip overload yang bekaitan dengan intensitas, frekuensi, dan durasi.

d. Lama Latihan

Dokumen yang terkait

Perbedaan Latihan Pukulan Lob Berpola dan Latihan Pukulan Lob Bebas Tidak Berpola terhadap Hasil Pukulan Lob dalam Permainan Bulutangkis pada Atlet PB. Pendowo Semarang Tahun 2008

0 4 83

Pengaruh Latihan Pukulan Overhead Lob dengan Pola Mengumpan dan Pola Bergantian Terhadap Hasil Pukulan Overhead Lob Pada Pemain Bulutangkis Putra Usia 11 13 Tahun PB. Pendowo Semarang Tahun 2011

0 70 97

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PUKULAN LOB (CLEAR) DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS.

1 6 14

PENGARUH PERMAINAN TARGET TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN PUKULAN SMASH SISWA DI SEKOLAH BULUTANGKIS MANUNGGAL BANTUL YOGYAKARTA.

6 75 119

PENGARUH PERMAINAN TARGET TERHADAP KETEPATAN SERVIS FOREHAND PANJANG DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA PEMAIN USIA 12-15 TAHUN DI SEKOLAH BULUTANGKIS GIWANGAN YOGYAKARTA.

0 11 120

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN POLA PUKULAN TERHADAP KETEPATAN SMASH ATLET BULUTANGKIS PUTRA USIA 10-12 TAHUN DI PB JAYA RAYA SATRIA YOGYAKARTA.

1 4 109

PENGARUH PERMAINAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 2 PLAYEN.

0 6 101

PENGARUH LATIHAN PUKULAN LOB METODE DRILL 30 PUKULAN LANGSUNG DAN 2 KALI 15 PUKULAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 2 NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN.

0 0 92

PENGARUH LATIHAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PUKULAN LOB PADA ATLET BULUTANGKIS PUTRI DI PB. NATURA PRAMBANAN YOGYAKARTA.

2 8 316

this PDF file PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SHADOW DAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP KEMAMPUAN GERAK DASAR OVERHEAD LOB BULUTANGKIS | Yanuarita | SpoRTIVE 1 SM

0 1 10