Resolusi DK PBB 28 Januari 1949 Perjanjian Roem-Royen 17 April – 7 Mei 1949

87 Tema 2 Subtema 2: Bekerja Sama Mencapai Tujuan Dalam pertemuannya pada tanggal 20 Oktober 1947, diputuskan bahwa tugas KTN di Indonesia adalah untuk membantu menyelesaikan sengketa antara RI­ Belanda dengan cara damai. KTN tiba di Jakarta tanggal 27 Oktober 1947 untuk memulai pekerjaannya.

7. Perjanjian Renville 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948

KTN berusaha mendekatkan RI dan Belanda untuk berunding. Atas usul KTN, perundingan dilakukan di tempat netral, yaitu di atas kapal AL Amerika Serikat “USS Renville”, dihadiri oleh beberapa mediator PBB Frank Graham cs, delegasi RI oleh Amir Syarifuddin, Ali Sastroamidjojo, Haji Agus Salim, Dr. J. Leimena, Dr. Coa Tik Ien, dan Nasrun. Delegasi Belanda oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmojo, Mr van Vredenburgh, PJ Koets, dan Mr. Soumokil. Perjanjian Renville meng­ hasil kan keputusan: • Penghentian tembak­menembak. • Daerah­daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI. • Belanda bebas membentuk negara­negara federal di daerah­daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu. • Membentuk Uni Indonesia­Belanda. Negara Indonesia Serikat yang ada di dalamnya sederajat dengan Kerajaan Belanda. Perjanjian ditandatangani Amir Syarifuddin Indonesia dan Abdulkadir Wijoyoatmojo Belanda. Perjanjian ini mempersulit posisi Indonesia karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan bertambah setelah Belanda melakukan blokade ekonomi terhadap Indonesia. Perjanjian Renville kemudian meng undang reaksi keras, baik dari kalangan partai politik maupun TNI. Bagi kalangan partai politik, hasil perundingan memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil perundingan mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumlah wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun.

8. Resolusi DK PBB 28 Januari 1949

Berkaitan dengan agresi militer Belanda II, pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi, sebagai berikut: • Belanda harus menghentikan semua operasi militer dan pihak RI diminta untuk menghentikan aktivitas gerilya. Kedua pihak harus bekerja sama untuk mengadakan perdamaian kembali. • Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik dalam daerah RI oleh Belanda sejak 19 Desember 1948. • Belanda harus memberikan kesempatan kepada pemimpin RI untuk kembali ke Yogyakarta dengan segera. Kekuasaan RI di daerah­daerah RI menurut batas­batas Persetujuan Renville dikembalikan kepada RI. • Perundingan­perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat­ cepatnya dengan dasar Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville, dan berdasarkan pembentukan suatu Pemerintah Interim Federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949. Pemilihan Dewan Pembuat Undang Undang Dasar Negara Indonesia Serikat selambat­lambatnya pada tanggal 1 Juli 1949. • Komisi Jasa­jasa Baik berganti nama menjadi Komisi Perserikatan Bangsa­ Bangsa untuk Indonesia United Nation for Indonesia atau UNCI. UNCI bertugas untuk: membantu melancarkan perundingan­perundingan untuk 88 Buku Guru SDMI Kelas VI mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah RI, mengamati pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai hal yang dapat mem bantu tercapai­ nya penyelesaian.

9. Perjanjian Roem-Royen 17 April – 7 Mei 1949

Sejalan dengan perlawanan gerilya di Jawa dan Sumatra yang makin meluas, usaha­usaha diplomasi berjalan terus. UNCI mengadakan perundingan dengan para pemimpin RI di Bangka. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949 memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan resolusi DK PBB tanggal 28 Januari 1949. UNCI berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan tanggal 17 April 1949. Dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad Roem dan delegasi Belanda oleh Dr. Van Royen. Pertemuan dipimpin wakil UNCI Merle Cohran Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan, setiap delegasi mengeluarkan pernyataan sendiri­sendiri. Per­ nyataan delegasi Indonesia adalah: 1. Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta. 2. Kesediaan mengadakan penghentian tembak menembak. 3. Kesediaan mengikuti Konferensi Meja Bundar setelah pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta. 4. Bersedia bekerja sama dalam memulihkan perdamaian dan tertib hukum. Pernyataan dari pihak Belanda adalah. 1. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan tahanan politik. 2. Menyetujui kembalinya Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta. 3. Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat. 4. Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar. Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta tanggal 6 Juli 1949. Pengembalian Yogyakarta ke tangan RI diikuti dengan penarikan mundur tentara Belanda dari kota tersebut. Tentara Belanda berhasil menduduki Yogyakarta sejak tanggal 19 Desember 1948–6 Juli 1949.

10. Konferensi Inter-Indonesia 19-22 Juli 1949 dan 31 Juli–2 Agustus 1949