88
Buku Guru SDMI Kelas VI
mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah RI, mengamati pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai hal yang dapat mem bantu tercapai
nya penyelesaian.
9. Perjanjian Roem-Royen 17 April – 7 Mei 1949
Sejalan dengan perlawanan gerilya di Jawa dan Sumatra yang makin meluas, usahausaha diplomasi berjalan terus. UNCI mengadakan perundingan dengan
para pemimpin RI di Bangka. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949 memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan
resolusi DK PBB tanggal 28 Januari 1949. UNCI berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan tanggal 17 April 1949. Dimulailah perundingan
pendahuluan di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad Roem dan delegasi Belanda oleh Dr. Van Royen. Pertemuan dipimpin wakil UNCI
Merle Cohran Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan, setiap delegasi mengeluarkan pernyataan sendirisendiri. Per
nyataan delegasi Indonesia adalah: 1. Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta.
2. Kesediaan mengadakan penghentian tembak menembak. 3. Kesediaan mengikuti Konferensi Meja Bundar setelah pengembalian
Pemerintah RI ke Yogyakarta. 4. Bersedia bekerja sama dalam memulihkan perdamaian dan tertib hukum.
Pernyataan dari pihak Belanda adalah.
1. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan tahanan politik. 2. Menyetujui kembalinya Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.
3. Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat. 4. Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.
Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta tanggal 6 Juli 1949. Pengembalian Yogyakarta ke tangan RI diikuti dengan penarikan mundur
tentara Belanda dari kota tersebut. Tentara Belanda berhasil menduduki Yogyakarta sejak tanggal 19 Desember 1948–6 Juli 1949.
10. Konferensi Inter-Indonesia 19-22 Juli 1949 dan 31 Juli–2 Agustus 1949
Sebelum KMB berlangsung, dilakukan pendekatan dan koordinasi dengan negaranegara bagian BFO terutama berkaitan dengan pembentukan RIS.
Konferensi InterIndonesia dilakukan untuk menciptakan kesamaan pandang an menghadapi Belanda dalam KMB. Konferensi InterIndonesia I diadakan
di Yogyakarta tanggal 19–22 Juli 1949 dipimpin M Hatta. Konferensi Inter Indonesia II diadakan di Jakarta tanggal 30 Juli–2 Agustus 1949 dipimpin Sultan
Hamid Ketua BFO. Pembicaraan dalam Konferensi InterIndonesia hampir semuanya difokuskan pada masalah pembentukan RIS, antara lain:
• Masalah tata susunan dan hak Pemerintah RIS, • Kerja sama antara RIS dan Belanda dalam Perserikatan Uni.
Hasil positif Konferensi InterIndonesia adalah disepakatinya beberapa hal berikut ini.
1. Negara Indonesia Serikat yang nantinya akan dibentuk di Indonesia ber
nama Republik Indonesia Serikat RIS. 2. Bendera kebangsaan adalah Merah Putih.
89
Tema 2 Subtema 2: Bekerja Sama Mencapai Tujuan
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya. 4. Hari 17 Agustus adalah Hari Nasional.
Dalam bidang militer, Konferensi InterIndonesia memutuskan halhal berikut. 1. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat APRIS adalah Angkatan
Perang Nasional. 2. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orangorang Indonesia yang
ada dalam KNIL dan kesatuankesatuan tentara Belanda lain dengan syaratsyarat yang akan ditentukan lebih lanjut.
3. Pertahanan negara adalah sematamata hak Pemerintah RIS, negara negara bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri.
Kesepakatan tersebut mempunyai arti penting sebab perpecahan yang telah dilakukan oleh Belanda sebelumnya, melalui bentuk negara bagian telah di
hapuskan. Kesepakatan ini juga merupakan bekal untuk menghadapi Belanda dalam beberapa perundingan selanjutnya. Pada tanggal 1 Agustus 1949,
pihak RI dan Belanda mencapai persetujuan penghentian tembakmenembak mulai berlaku di Jawa tanggal 11 Agustus dan di Sumatra tanggal 15 Agustus.
Tercapainya kesepakatan tersebut memungkinkan terselenggaranya KMB di Den Haag, Belanda.
11. Konferensi Meja Bundar 23 Agustus 1949–2 November 1949