PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN JARINGAN SISTEM ELEKTRONIKA TERHADAP PERBANKAN

(1)

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN JARINGAN SISTEM

ELEKTRONIKA TERHADAP PERBANKAN

Oleh

BENNY KURNIAWAN

Penyalahgunaan jaringan sistem elektronika adalah suatu perbuatan yang tidak benar atau berlebihan dalam menerapkan hubungan dua sistem elektronik atau lebih, atas serangkaian perangkat dan prosedur elektronik. Sehingga penyalahgunaan jaringan sistem elektronika yang memiliki potensi kerugian yang sangat besar, apalagi dengan mulai berlakunya layanan perbankan secara elektronik dalam bentuk e-banking dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya sebuah peran dan upaya serta tindakan dari aparat penegak hukum yang dalam hal ini adalah kepolisian agar masyarakat merasa aman dan nyaman. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tentang : Bagaimanakah peran Kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan dan Apakah faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris sebagai penunjang penelitian. Sedangkan yang dijadikan narasumber dalam skripsi ini adalah anggota Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung.

Kasus penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan itu sendiri belum pernah terjadi di Kota Bandar Lampung. Sehingga upaya penal terkait peran Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung belum dapat diterapkan. Oleh karena itu, dalam pembahasan terkait peran kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan lebih terfokus pada upaya non penal atau yang sering disebut Preventif yaitu bersifat mencegah sebelum terjadinya kejahatan. Beberapa upaya non penal yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung antara lain adalah : (1) Patroli


(2)

BENNY KURNIAWAN

Keamanan; (2) Mendatangi pos-pos keamanan bank untuk koordinasi dan saling tukar menukar informasi; (3) Kring serse dan unit pelayanan 24 jam; (4) Mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat; (5) Himbauan kepada masyarakat; (6) Himbauan kepada pihak bank; (7) Melaporkan perkembangan situasi daerah patroli. Peran kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan ini menemukan hambatan-hambatan yang menyulitkan kepolisian dalam mencegah tindak pidana ini. Hambatan-hambatan tersebut muncul karena beberapa faktor yaitu : (1) faktor penegakan hukum; (2) faktor sarana dan fasilitas; (3) faktor masyarakat yang mengakibatkan kepolisian kesulitan dalam menerapkan perannya untuk pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

Berdasarkan penelitian dari penulis, maka penulis memiliki saran agar aparat Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung dapat lebih memaksimalkan kinerjanya terkait peran dan upaya pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan dengan cara memberikan pelatihan kepada personilnya terkait penyalahgunaan jaringan sistem jaringan seperti : mengirimkan personil Kepolisian ke Universitas yang Berkompetensi dibidang Teknologi Informasi atau dengan cara mendatangkan seseorang yang ahli dibidang Teknologi dan Informasi.


(3)

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN JARINGAN SISTEM

ELEKTRONIKA TERHADAP PERBANKAN

(Skripsi)

Oleh

BENNY KURNIAWAN

Fakultas Hukum Universitas Lampung

Bandar Lampung 2013


(4)

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN JARINGAN SISTEM

ELEKTRONIKA TERHADAP PERBANKAN

Oleh

BENNY KURNIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konsepsional ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran ... 17

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana ... 19

C. Tugas, Fungsi dan Wewenang POLRI ... 21

D. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ... 26

E. Pengertian Sistem Elektronik ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 28

B. Jenis dan Sumber Data ... 29

C. Penentuan Narasumber ... 30

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 31


(6)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Narasumber ... 33 B. Peran Kepolisian dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Jaringan

Sistem Elektronika terhadap Perbankan ... 34 C. Faktor-faktor Penghambat Kepolisian Dalam Pencegahan

Penyalahgunaan Jaringan Sistem Elektronika Terhadap Perbankan ... 47 V. PENUTUP

A. Simpulan... ... 52 B. Saran.. ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Maroni, S.H., M.H. ...

Sekretaris : Diah Gustiniati M, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Maya Shafira, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP. 196211091987031003


(8)

Judul Skripsi : PERAN KEPOLISIAN DALAM

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN JARINGAN SISTEM ELEKTRONIKA

TERHADAP PERBANKAN

Nama Mahasiswa :

Benny Kurniawan

No. Pokok Mahasiswa : 0912011307 Program Studi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Maroni, S.H., M.H. Diah Gustiniati M, S.H., M.H. NIP. 196003101987031002 NIP. 196208171987032003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati M, S.H., M.H. NIP. 196208171987032003


(9)

MOTTO

Dimanapun engkau berada selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang

terbaik dari yang bisa kita berikan karana dengan sedikit peran yang kita

lakukan akan menimbulkan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar kita


(10)

PERSEMBAHAN

Teriring

Do’a dan Rasa Syukur Kehadirat Allah

SWT Atas Rahmat dan

Hidayah-Nya Serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada :

Ayahanda Drs. Taufik Ismail, M.Pd., Ibunda Anne Sri Indrawati, B.Sc.,

sebagai orang tua yang mengajarkan keikhlasan tidak melalui kata-kata

melainkan perbuatan, mendidik, mengajarkan apa yang orang lain tidak bisa

ajarkan, membesarkan dan membimbing penulis menjadi sedemikian rupa, yang

selalu memberikan kasih sayang yang tu

lus dan memberikan do’a

dalam setiap

sujud mereka

Kakekku Moehtarjo, Nenekku Masroni, Walidiku Drs. Hi. Iskandarsyah,

M.,H., Ibuku Dra. Hj. Merawati, M.Pd., adik-adikku Indah Sari Putri Pertiwi,

Bella Pratiwi Utami yang menjadi motivasi penulis untuk selalu berpikir maju

memikirkan masa depan yang jauh lebih baik dari sekarang

Teman-teman seperjuangan yang turut bersamaku melewati semua rasa suka

dan duka


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro Provinsi Lampung pada tanggal 3 Maret 1991, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Taufik Ismail, M.Pd. dan Ibu Anne Sri Indrawati, B.Sc. Penulis menempuh pendidikan TK Aisiyah Metro diselesaikan pada Tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) Teladan Metro diselesaikan pada Tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Metro diselesaikan pada Tahun 2006, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Metro diselesaikan pada Tahun 2009.

Pada Tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(12)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Peran Kepolisian Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Jaringan Sistem Elektronika Terhadap Perbankan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

3. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang memberikan saran dan kritik dalam penulisan ini yang penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini 4. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran

memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

5. Bapak Rinaldy Amrullah, S.H., M.H., selaku Ketua Bidang konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Unila periode 2012-2013 yang telah mengajarkan kedisiplinan dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi,


(13)

inspirasi, jalan, saran, dan juga kritik baik diperkuliahan maupun dalam proses penyelesaian skripsi ini dan dikeadaan apapun

6. Bapak A. Irzal F, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang memberikan saran dan kritik dalam penulisan ini

7. Ibu Aprilianti, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang memberikan kesabaran, bimbingan, saran, dan juga kritik selama perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini

8. Dosen-dosen Bidang Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Unila periode 2012-2013 yang namanya belum disebutkan, yaitu Bapak Shafruddin, S.H., M.H., Depri Liber Sonata, S.H., M.H., Deni Achmad, S.H., M.H., Satria Prayoga, S.H., M.H., Dita Febrianto, S.H., M.H., dan Ibu Rohaini S.H., M.H. yang telah mengajarkan kedisiplinan, mengajarkan nilai-nilai kehidupan di masyarakat serta memberikan ilmunya baik diperkuliahan maupun dalam beracara dan dikeadaan apapun

9. Ketua BKBH Periode 2013-2014 yaitu Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. yang juga memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

10. Keluargaku tercinta Ayahanda Drs. Taufik Ismail, M.Pd., Ibunda Anne Sri Indrawati, B.Sc, serta adik-adikku Indah Sari Putri Pertiwi, Bella Pratiwi Utami, yang ikut membantu memberi semangat dan dukungan

11. Walidiku Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H dan Ibuku Dra. Hj. Merawati, M.Pd., yang juga turut membantu memberikan semangat dan dukungannya baik secara moril dan materil

12. Seluruh dosen Fakultas Hukum Unversitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

13. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung terutama Babe Narto, mba Sri, mba Yanti, ketiga kiyay satpam dan semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

14. Kasat Reskrim Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung Bapak Musa Tampubolon, S.IK., S.H. yang telah memberikan izin penelitian, saran serta masukan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini

15. Teman-teman seperjuangan Utari Dwi Pratiwi, Nirmala Asri Prayogi, Bagus Saddam Yekti, S.H., Fery Wirawansyah, S.H., Rifki Apriansyah, S.H., M.


(14)

Soleh, S.H., M. Andri Mirmaska, Yoga Nugraha Liawan, Yoga Pratama, M. Amri Arda Putra, Zahara Alfiria, Nanda Ondhe, Noviepus, Agung Senna Ferrari, , Yasir Ahmad, dan Zulqadri Anand

16. Teman-teman KKN Tematik Unila 2009 Adi Simanjuntak, Satya Adi Nugraha, Imam Mustofa, Safriadi (Genk Sapri) Gunung Kemala Timur (GKT20) Pesisir Tengah Lampung Barat

17. Seluruh angkatan 2009 terutama Vanny Ciendy Octaviany, Welin Tri Mayasari, Zepy Tantalo, Yuridhani Rahman, Ayu Hervi Maharani serta teman-teman Jurusan Pidana 2009 atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan, kerelaan, dan dukungannya

19. Almamater tercinta Universitas Lampung

Penulis berdoa semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah diberikan akan mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 14 Mei 2013 Penulis


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan (Crime) yang terjadi dalam masyarakat biasanya dilakukan oleh sebagian masyarakat itu sendiri, biasanya masyarakat melakukan hal itu karena adanya desakan ekonomi, faktor lingkungan, dan rendahnya pendidikan, sehingga menimbulkan niat untuk melakukan suatu tindak kejahatan.

Industri perbankan merupakan sasaran kejahatan cybercrime yang memiliki potensi kerugian yang sangat besar, apalagi dengan mulai berlakunya layanan perbankan secara elektronik dalam bentuk e-banking dan electronic fund transfer. Bank selama ini menjadi sasaran yang banyak diserbu oleh para hacker (penyalahguna sistem jaringan elektronika) karena dianggap sebagai institusi yang otomatis paling gigih membuat lapisan keamanan jaringan. Mulai dari rahasia nasabah sampai uang miliaran rupiah tersimpan rapi di sistem jaringan sebuah bank. Banyak kasus-kasus perbankan baik di luar negeri maupun di Indonesia yang mencuat akibat dari ulah para penjahat cyber ini. Cepat mencuat karena bidang perbankan adalah tempat transaksi jalur perdagangan dan jalur perekonomian yang dipergunakan oleh masyarakat banyak. Begitu jaringan komputer sebuah bank tersebut di-hack maka akan lumpuh perputaran uang yang


(16)

2

terjadi di bank tersebut atau bahkan dapat berpengaruh pada perekonomian sebuah negara pada saat itu.

Banyak contoh kasus terkait penyalahgunaan jaringan sistem elektronika yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah sebagai berikut:1

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (4/1/2012). Saat itu sekitar pukul 04.00 WIB dia (Agus Hamdani) menerima beberapa SMS banking yang menyatakan ada pengambilan dan transfer dana dari tabungan yang dimilikinya. Pengambilannya 4 kali, ditarik tunai dan satu kali ditransfer, Kemudian Agus melakukan pengecekan dana tabungannya dengan SMS banking dan kaget tabungannya yang awalnya sekitar Rp8.000.000,00 tinggal Rp100.000,00. Korban bersama istrinya langsung mengecek ATM di ITC Kebon Kelapa dan ternyata benar.

Setelah itu mereka melapor ke bank dan didapatlah print out transaksi yang terjadi. Dalam transaksi itu tertera ada pengambilan tunai Rp1.500.000,00 sebanyak 3 (tiga) kali dan Rp500.000,00 sebanyak 1 (satu) kali kemudian transfer dana sebanyak Rp2.950.000,00. Karena batas maksimal pengambilan tunai lewat ATM Rp5.000.000,00 ,jadi selain mengambil tunai mereka mentransfer uang.

Agus mengatakan, istrinya terakhir kali mengambil uang di ITC Kebon Kelapa pada Jumat (3/1) sekitar pukul 18.00 WIB. Istri Agus mengambil uang Rp200.000,00 di lokasi itu. Saat itu istri Agus sempat curiga karena ada semacam alat yang terpasang di ATM tersebut. Tetapi pada waktu dicek ulang alat itu sudah tidak ada.

Kasus penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan itu sendiri memang belum pernah terjadi di Bandar Lampung. Namum tidak menutup kemungkinan kasus tersebut bisa terjadi di Bandar Lampung jika tidak adanya peran dari Kepolisian dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan, sehingga perlu dilakukan upaya non penal dari pihak Kepolisian agar kasus tersebut tidak terjadi di Bandar Lampung.

1

Http://news.detik.com/read/2012/02/07/112552/1836061/10/rekening-dibobol-rp-79-juta-lewat-atm-agus-lapor-polisi .diakses pada tanggal 26-01-2013 pukul 20.30 WIB.


(17)

3

Penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terkait contoh kasus di atas menggunakan teknik Skimmer. Perlu kita ketahui bahwa kartu atm/kartu kredit, menyimpan datanya melalui pita magnet seperti halnya kaset. Data dalam bidang magnet tersebut bisa dibaca dengan alat berupa head/card reader yang populer dinamakan skimmer.

Bentuk alat ini menyerupai mulut slot ATM. Merupakan penangkap data magnetik (elektronic data capture) yang biasa digunakan. Selain untuk ATM, skimmer juga digunakan untuk keperluan mengambil data transaksi data permainan, absensi, tanda pengenal dan keperluan komunikasi data lainnya yang menggunakan kartu. Cara kerjanya mirip dengan head pada tape recorder. Sebagian cracker dan carder biasanya mendapatkan skimmer dengan cara membeli atau merakitnya.

Penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terkait kasus di atas diatur dalam Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang menyatakan :

1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.

2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.


(18)

4

Sanksi terkait Penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terkait kasus di atas diatur dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang menyatakan :

“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).”

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2), dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.

Penyalahgunaan jaringan sistem elektronika merupakan sebuah tindak pidana yang mana telah melanggar hukum pidana yang menjadi ranah kerja polisi, sehingga sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi kepolisian untuk menangani kasus penyalahgunaan jaringan sistem elektronika yang terjadi khususnya fungsi reserse yang bertindak dalam bidang represif di mana berfungsi menindak setiap tindak pidana atau kejahatan yang terjadi di masyarakat sehingga mengganggu dan merusak situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada.

Fungsi Reserse dalam kepolisian memiliki peranan dalam menangani penyalahgunaan jaringan sistem elektronika dengan dasar hukum yang kuat berdasarkan Keputusan Kapolri Nomor : KEP / 54 / X / 2002 tanggal 17 Oktober 2002 yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, terutama kegiatan penyidikan yang berhubungan dengan teknologi informasi, telekomunikasi, serta transaksi elektonik.


(19)

5

Menurut ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyebutkan bahwa :

“Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.”

Penegakkan hukum menurut Undang-Undang ini sebagai penyidiknya adalah institusi Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan menggunakan hukum formil yang berlaku di Indonesia yaitu KUHAP. Prinsip pengaturan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ini menggunakan sintesis hukum materiil dan lex informatica.

Pemerintah dan Kepolisian dalam hal ini berperan penting dalam penanggulangan tindak pidana kriminal yang terjadi dalam masyarakat, menurut Himan Gross menyatakan bahwa penanggulangan kejahatan mendapat tempat terpenting dalam berbagai pokok perhatian pemerintah yaitu meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan penegakan hukum dalam masyarakat,2 sehingga dalam masyarakat tercipta masyarakat madani yang adil, makmur dan beradab berdasarkan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Tugas Kepolisian yang dimuat dalam undang- undang kepolisian Nomor 2 tahun 2002 yaitu memelihara keamanan, ketertiban dan menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat,

2

Moh Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Khusus & Pidana Umum, Liberti yogyakarta, 2009, hlm.36.


(20)

6

sologan polisi tersebut tampakya belum dirasakan secara efektif oleh warga masyarakat, hal ini jelas terbukti dengan meningkatnya aksi- aksi kriminal serta maraknya kejahatan semakin canggih, seiring kemajuan dan perkembangan zaman sekarang ini. Di samping itu, sosok polisi yang notabene adalah pelindung masyarakat, namun apa yang dirasakan oleh masyarakat tidak sesuai dengan apa yang menjadi tugas dan fungsi dari polisi itu sendiri, maka dari itu fungsi dan profesionalisme kepolisian sangat berperan penting dalam penanggulangan tindak pidana kriminal.

Salah satu unsur penegak hukum yang ada di Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) selaku penegak hukum dituntut untuk mampu melaksanakan tugas hukum secara profesional dalam mencari dan menemukan pelaku penyalahgunaan jaringan sistem elektronika serta senantiasa berorientasi kepada tertangkapnya pelaku tindak pidana penerapan peraturan perundang-undangan di bidang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Penyidik diharapkan mampu membantu proses penyelesaian terhadap kasus pelanggaran penyalahgunaan jaringan sistem elektronika. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah mengatur sanksi hukumnya, serta hal-hal yang diperbolehkan, dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut, maka penyidik diharapkan mampu membantu proses penyelesaian perkara terhadap seseorang atau lebih yang telah melakukan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika dewasa ini.


(21)

7

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul skripsi adalah “Peran

Kepolisian dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Jaringan Sistem Elektronika

Terhadap Perbankan”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang penulis anggap penting untuk dibahas lebih lanjut. Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah peran Kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan

jaringan sistem elektronika terhadap bank di Indonesia?

2. Apakah faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap bank?

2. Ruang Lingkup

Ilmu yang dipelajari dari penelitian ini adalah Hukum Pidana. Adapun substansi yang dipelajari dari penelitian ini adalah peran Kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan. Ruang lingkup penelitian ini hanyalah di kawasan wilayah Polresta Bandar Lampung.


(22)

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui peran yang dilakukan Kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap bank.

b) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap bank.

2. Kegunaan penelitian ini adalah :

a) Manfaat teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan mempunyai arti penting terhadap kesiapan hukum di Indonesia dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap bank.

b) Manfaat praktis kegunaan penelitian ini adalah untuk memberi masukan serta sumbangan pemikiran kepada Kepolisian untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap bank.


(23)

9

D. Kerangka Teoritis dan Konsepsional

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.3 Kerangka teoritis pertama yang digunakan adalah teori tentang peranan yang dikemukakan oleh Soekanto4, peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Teori peran mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto, peran terbagi menjadi:5

3

Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999, hlm.125.

4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.213.

5


(24)

10

a. Peranan Yang Seharusnya (expected role)

Peranan yang seharusnya adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku pada kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung adalah melindungi, melayani masyarakat serta menjaga keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia.”

Penerapan peranan yang seharusnya dilakukan untuk melindungi, melayani masyarakat serta menjaga keamanan dan ketertiban umum. Pererapan ini dilakukan dengan upaya-upaya yang diharapkan dapat mencegah serta menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

b. Peranan Ideal (Ideal Role)

Peranan ideal adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem. Peranan ideal yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung adalah dengan cara melaksanakan


(25)

11

tugas-tugas dari setiap badan kepolisian agar dapat terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat, sehingga dapat terselenggaranya kenyamanan masyarakat dalam bertransaksi elektronik. Dengan berpatokan pada Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nonor 13 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian Negara, yaitu :

“Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi

hak-hak asasi rakyat dan hukum negara.”

c. Peranan Yang Sebenarnya Dilakukan (Actual Role)

Peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau di masyarakat sosial yang terjadi secara nyata. Peranan yang sebenarnya dilakukan Kepolisan Resort Kota Bandar Lampung adalah dengan cara melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan tersebut. Peran yang sebenarnya dilakukan adalah peranan kepolisian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum yang diharapkan langsung bersentuhan dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat langsung merasakan kinerja kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

Kerangka teoritis kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penanggulangan tindak pidana yang disebut dengan kebijakan kriminal. Menurut Barda Nawawi Arief, kebijakan kriminal adalah suatu usaha penanggulangan tindak pidana melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi


(26)

12

rasa keadilan dan daya guna.6 Dalam rangka menaggulangi tindak pidana terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Penanggulangan tindak pidana, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang. Kebijakan kriminal dapat ditempuh melalui sarana pidana (penal) maupun non hukum pidana (non penal): a. Kebijakan Penal

Menurut Barda Nawawi Arief7, kebijakan penal menitik beratkan pada sifat represif (penumpasan atau pemberantasan) setelah suatu tindak pidana terjadi. Dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana) adalah masalah penentuan perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

Analisis terhadap dua masalah tersebut tidak dapat dilepaskan dari konsepsi integral antara kebijakan kriminal dan kebijakan sosial atau kebijakan pembangunan nasional. Pemecahan masalah diatas harus diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu dari kebijakan sosial politik yang telah ditetapkan. Kebijakan hukum pidana, termasuk pula kebijakan dalam menangani dua masalah di atas harus dilakukan dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (policy oriented approach). Dengan kata lain,

6

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hlm.67.

7Ibid


(27)

13

kebijakan penal merupakan rangkaian kegiatan penindakan yang ditujukan kearah pengungkapan semua kasus tidak pidana yang telah terjadi, yang disebut sebagai ancaman paksa lainnya yang disahkan menurut Undang-Undang.

b. Kebijakan Non Penal

Menurut Barda Nawawi Arief, Kebijakan non penal menitik beratkan pada sifat preventif (pencegahan, penangkalan atau pengendalian) sebelum suatu tidak pidana terjadi.8 Dengan mengingat bahwa upaya penaggulangan tindak pidana dengan sarana non penal lebih bersifat tindakan pencegahan maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya tindak pidana baik secara langsung atau tidak langsung.

Kerangka teoritis ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Menurut Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah sebagai berikut :9

a. Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang).

b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk menerapkan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

8Ibid.

9

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Cetakan Ke-10), Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2011, hlm.8.


(28)

14

Berdasarkan kelima faktor di atas tersebut, maka penulis menganggap sangat tepat apabila kelima faktor di atas digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi penegakan hukum oleh Kepolisian dalam menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

2. Konseptual

Berdasarkan judul yang merupakan syarat dalam penelitian dan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam materi penulisan skripsi ini, maka judul harus dijelaskan dan diartikan. Judul yang penulis kemukakan adalah : Peranan Kepolisian dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Jaringan Sistem Elektronika terhadap Perbankan. Variabel dari judul skripsi ini penulis uraikan sebagai berikut :

a. Peranan berasal dari kata dasar peran yang berarti, mengambil bagian dari suatu kegiatan. Dengan ditambahi akhiran an maka akan menjadi tindakan untuk mengambil bagian atau turut aktif dari suatu kegiatan yang ada sesuai dengan keahliannya.10

b. Dalam Pasal 1 angka (1) dan pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga kepolisian sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan, Fungsi kepolisian dimaksud sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

c. Penanggulangan adalah upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal yang lebih menitik beratkan pada sifat represif (penindakan / pemberantasan /

10


(29)

15

penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitik beratkan sifat preventif (pencegahan / penangkalan / pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.11

d. Penyalahgunaan adalah suatu perbuatan yang tidak benar atau berlebihan dalam menerapkan hak atau proses hukum. hal ini merupakan penyalahgunaan kebijaksanaan, ketika pengadilan tidak menerapkan hukum yang sesuai atau jika keputusan tersebut didasarkan pada fakta yang salah. hal ini merupakan penyalahgunaan proses, ketika prosedur hukum perdata atau pidana ditujukan untuk suatu alasan berbahaya.

e. Dalam Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, pengertian

Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua sistem elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka.

f. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, pengertian perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah bagi para pembaca dalam memahami penulisan ini maka sistematika penulisan ini disusun sebagai berikut :

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, Bab I berisi tentang Pendahuluan yang dibagi menjadi 7 (tujuh) sub bagian pokok bahasan yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teori dan landasan konsepsional, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian ini.

11

Barda Nawawi Arief, Upaya Non Penal dalam Kebijakan Penaggulangan Kejahatan, makalah disampaikan pada seminar Kriminologi VI, Semarang, tanggal 16-18 September 1991, hlm.2.


(30)

16

Dalam Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang pengertian-pengertian yang didapat dari berbagai literatur, antara lain tinjauan umum tentang kepolisian, tinjauan mengenai jaringan komputer, pengertian sistem elektronik, dan tinjauan umum tentang bank.

Dalam Bab III menerangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, mencakup jenis dan definisi operasional variabel penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.

Dalam Bab IV mencakup gambaran umum objek penelitian, yaitu Peran Kepolisian terhadap Penaggulangan Penyalahgunaan Jaringan Sistem Elektronika terhadap Perbankan, gambaran mengenai peranan dari kepolisian terhadap penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan tersebut, gambaran mengenai hambatan Polri dalam menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

Dalam Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian serta keterbatasan penelitian.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.12 Sedangkan Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengambil bagian dari suatu kegiatan.13

Peran mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut: a. Peranan Yang Seharusnya (expected role)

Peranan yang seharusnya adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku pada kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung adalah melindungi, melayani masyarakat serta menjaga keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan

12Op.Cit.

, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.213.

13Op.Cit. Kamus Umum Bahasa Indonesia,


(32)

18

terhadap masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia.”

Penerapan peranan yang seharusnya dilakukan untuk melindungi, melayani masyarakat serta menjaga keamanan dan ketertiban umum. Pererapan ini dilakukan dengan upaya-upaya yang diharapkan dapat mencegah serta menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

b. Peranan Ideal (Ideal Role)

Peranan Ideal adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem. Peranan ideal yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung adalah dengan cara melaksanakan tugas-tugas dari setiap badan kepolisian agar dapat terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat, sehingga dapat terselenggaranya kenyamanan masyarakat dalam bertransaksi elektronik. Dengan berpatokan pada Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nonor 13 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian Negara, yaitu :

“Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi


(33)

19

c. Peranan Yang Sebenarnya Dilakukan (Actual Role)

Peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau di masyarakat sosial yang terjadi secara nyata. Peranan Yang Sebenarnya Dilakukan Kepolisan resort Kota Bandar Lampung adalah dengan cara melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan tersebut. Peran yang sebenarnya dilakukan adalah peranan kepolisian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum yang diharapkan langsung bersentuhan dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat langsung merasakan kinerja kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar guna mencapai jalan keluar dan sebagainya. Dan penanggulangan mengandung arti mengenal proses atau cara menanggulangi. Jadi upaya penanggulangan adalah usaha, ikhtiar guna mencapai suatu maksud dengan suatu proses atau menanggulangi suatu kejahatan.

1. Upaya Represif

Upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan : a. Penerapan hukum pidana (Criminal Law Application). b. Pencegahan tanpa pidana (Prevention Without Punishment).


(34)

20

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime and punishment).14

Upaya penaggulangan kejahatan yang dikemukakan oleh Barda Nawawi di atas, yang merupakan upaya penaggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat represif adalah pada penerapan hukum pidana (Criminal Law Application). Sedangkan Pencegahan tanpa pidana (Prevention Without Punishment) lebih menitikberatkan pada upaya penanggulangan secara preventif.

2. Upaya Preventif

Upaya penaggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Upaya penanggulangan lebih bersifat pencegahan terhadap terjadinya kejahatan, sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif mengenai terjadinya kejahatan. Faktor-faktor itu antara lain adalah berpusat pada masalah atau kondisi-kondisi sosial secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menimbulkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut pandang kriminil makro dal global, maka upaya preventif menduduki posisi kunci dan strategis dari seluruh upaya politik kriminil.

Upaya-upaya Preventif misalnya kegiatan pengawasan didalam masyarakat secara berkelanjutan oleh pihak kepolisian.

14

Barda Nawawi Arif, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Undip Semarang, 1996, hlm.48.


(35)

21

Upaya Preventif ini adalah untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian dilihat dari sudut kriminal, seluruh kegiatan preventif melalui upaya itu mempunyai kedudukan strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifikasikan dan diefektifkan.

C. Tugas, Fungsi, dan Wewenang POLRI

Istilah kepolisian pada mulanya berasal dari kata Yunani, Yaitu Politea. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara dari kota Athena. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi “kota” dan dipakai

untuk menyebut “semua usaha kota”, yang disebut juga Polis. Politea atau Polis

diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.

Polisi secara universal mencakup fungsi dan organ yang merupakan lembaga resmi yang diberi mandat untuk memelihara ketertiban umum, perlindungan orang serta segala sesuatu yang dimilikinya dari keadaan bahaya atau gangguan umum serta tindakan-tindakan melanggar hukum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 1, tentang Kepolisian Republik Indonesia, menyebutkan bahwa :

1. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.


(36)

22

3. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang dan memiliki wewenang umum kepolisian.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, polisi adalah :

1. Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. 2. Anggota badan pemerintah yakni pegawai negara yang bertugas menjaga

keamanan.

Dengan melihat penegrtian di atas, maka istilah Kepolisian terkait langsung dengan fungsi kepolisian. Dalam Pasal 2 UU Kepolisian dinyatakan bahwa :

“Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.

Sedangkan dalam Pasal 5 ayat (1) diatur hal-hal yang berkaitan dengan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai berikut :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam

negeri”.

Dari uraian pasal-pasal tersebut jelas kiranya bahwa tugas polisi itu pada pokoknya meliputi persoalan penegakan hukum dan pemeliharaan ketertiban masyarakat yakni :

“Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis

masyarakat sebagai salah satu syarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan profesi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,


(37)

23

mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan

bentuk gangguan lainnya”.

Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas pokok kepolisian dapat dilihat dalam Pasal 13, adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Menegakkan hukum.

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi kepolisian umum berkaitan dengan kewenangan kepolisian yang yang berdasarkan undang-undang dan atau peraturan perundang-undangan yang meliputi semua lingkungan kuasa hukum, yaitu :

1. Lingkungan kuasa soal-soal (Zaken gebeid) yang termasuk kompetisi hukum publik.

2. Lingkungan kuasa orang (Personen gebeid). 3. Lingkungan kuasa tempat (Ruimte gebeid). 4. Lingkungan kuasa waktu (Tijds gebeid).

Pengemban fungsi kepolisian umum, sesuai dengan Undang-Undang adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga tugas dan wewenangnya dengan sendirinya akan mencakup keempat lingkungan kuasa tersebut di atas.

Fungsi kepolisan khusus berkaitan dengan kewenangan kepolisian yang atas kuasa Undang-Undang secara khusus ditentukan untuk suatu lingkungan kuasa. Badan-badan pemerintahan yang oleh atau atas kuasa Undang-Undang diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi kepolisian yang khusus dibidangnya dan masing-masing dinamakan alat-alat kepolisian khusus.


(38)

24

Sebagai bagian dari birokrasi sistem peradilan pidana, polisi tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjalankan politik yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Setelah bagian birokrasi yang demikan itu, polisi juga harus bergerak pada jalur yang telah ditentukan. Tindakan polisi diikat dengan prosedur dan pada akhirnya ia juga harus mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan yang diambilnya. Seperti yang dikemukakan oleh Soejono Soekanto sebagai berikut :15

“Petugas penegak hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh

karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah dan bawah. Yang jelas di dalam menjalankan tugas-tugasnya, petugas seyogyanya harus mempunyai suatu pedoman, anatara lain pengaturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya.”

Mengenai pelaksanaan tugas kepolisian dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu : 1. Tugas penegakan hukum

2. Tugas pengaturan dan pengawasan 3. Tugas pembinaan

Sehubungan dengan metode pelaksanaan tugas polisi seperti tersebut diatas, maka tugas polisi dapat dilaksanakan sesudah terjadinya pelanggaran. Yang pertama dikenal dengan tindakan represif dan yang kedua dikenal dengan tindakan preventif.

Tindakan represif polisi ialah mencari keterangan, melacak, menyidik dan menyelidik tindak oidana yang terjadi. Tindakan ini meliputi dua hal, yaitu :

1. Justitieel, yaitu mencari dan menyelidik suatu tidak pidana, menangkap pelakunya guna diajukan ke pengadilan.

15


(39)

25

2. Bestuurlijk, yaitu mencari dan menyelidiki hal-hal yang langsung dapat menimbulkan tindak pidana.

Adapun tindakan preventif dalah mencegah terjadinya hal-hal yang akan mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Tindakan ini meliputi dua hal, yaitu :

1. Justitieel, yaitu mencegah secara langsung terjadinya perbuatan-perbuatan yang menimbulkan tindak pidana.

2. Bestuurlijk atau disebut juga tindakan preventif tidak langsung, yaitu mencegah secara tidak lansung hal-hal yang dapat menimbulkan tindak pidana.

Membahas tugas dan wewenang Polri tidak lepas dari membicarakan tentang penegakan hukum. Penegakan hukum merupakan suatu istilah yang lazim diterima sebagai penerapan undang-undang. Di dalam penegakan hukum, khususnya hukum pidana yang dilaksanakan oleh Polri selalu berhubungan dengan persoalan keamanan dan ketertiban. Hal ini sejalan dengan tugas pokok Polri selaku aparat penegak hukum dan pembina kamtibmas, sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13, yang menyatakan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat 2. Menegakkan hukum


(40)

26

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah sebagai berikut :16

a. Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang).

b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk menerapkan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan padakarsa manusia didalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan erat karena esensi dari penegakan hukum, serta juga merupakan tolak ukur dari pada efektifitas penegakan hukum. Dengan demikian, maka kelima faktor tersebut di atas sangat tepat di gunakan sebagai faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.

E. Pengertian Sistem Elektronik

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah sistem komputer dalam arti luas, yang tidak hanya mencakup perangkat keras dan perangkat lunak komputer, tetapi juga mencakup jaringan telekomunikasi dan/atau system

16

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Cetakan Ke-10), Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2011, hlm.8.


(41)

27

komunikasi elektronik atau sistem elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.

Perangkat lunak atau program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi tersebut. Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem informasi yang merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media elektronik, yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan informasi elektronik. Sistem informasi secara teknis dan manajemen sebenarnya adalah perwujudan penerapan produk teknologi informasi ke dalam suatu bentuk organisasi dan manajemen sesuai dengan karakteristik kebutuhan pada organisasi tersebut dan sesuai dengan tujuan peruntukannya. Pada sisi yang lain, sistem informasi secara teknis dan fungsional adalah keterpaduan sistem antara manusia dan mesin yang mencakup komponen perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, sumber daya manusia, dan substansi informasi yang dalam pemanfaatannya mencakup fungsi input, process, output, storage, dan communication.


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab penelitian skripsi ini adalah dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu :

1. Pendekatan secara Yuridis Normatif

Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder atau penelitian hukum kepustakaan.17

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menelaah dan menelusuri berbagai peraturan perundang-undangan, teori dan konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Pendekatan secara Yuridis Empiris

Pendekatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi di lapangan yang digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada guna mencapai pembahasan dari permasalahan yang ada.

Penggunaan dua macam pendekatan ini adalah untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang penelitian dipenulisan skripsi ini.

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali. 1985, hlm.23


(43)

29

B. Jenis dan Sumber Data

Penulis menggunakan dua sumber data guna menyelesaikan skripsi ini, yaitu data primer dan sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan guna mendapatkan keterangan dan data yang bersifat apa adanya serta berasal dari sumber yang asli.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer (primary law material), yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan yang terdiri dari perundang-undangan dan peraturan lain yang berkaitan dengan permasalahan.18 b. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

i. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. ii. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

iii. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

iv. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

v. Peraturan-Peraturan Kapolri.

18

Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Mandar Maju. 2002, hlm. 23.


(44)

30

c. Bahan Hukum Sekunder (secondary law material), yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan Hukum Primer.19

d. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari pentunjuk lapangan, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, serta peraturan pelaksanaan lainnya serta dapat membantu dalam menganalisa dan memahami bahan hukum primer literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.

e. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

f. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini bersumber dari:

Berupa bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, jurnal ilmiah, literatur-literatur dan hasil penelitian, media massa dan media elektronik sebagai pelengkap.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi yang kita inginkan..20 Narasumber dalam penelitian ini yaitu Anggota Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung. Dengan rincian narasumber adalah sebagai berikut :

19

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 82.

20


(45)

31

Anggota Unit Tindak Pidana Tertentu Polresta Bandar Lampung

1. Brigadir Kepala Polisi : 1 orang

2. Brigadir Polisi : 1 orang

Jumlah : 2 orang

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Studi Pustaka (library research)

Studi pustaka dilakukan dibeberapa perpustakaan diantaranya Perpustakaan Universitas Lampung dan Perpustakaan Daerah Bandar Lampung. Studi pustaka ini dilakukan dengan cara membaca teori-teori dan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku (bahan hukum primer, sekunder dan bahan buku tersier). Kemudian menginventaris serta mensistematisinya.

b. Penelitian Lapangan (field research)

Studi lapang ini dimaksudkan bahwa penulis langsung melakukan penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Studi lapangan ditempuh dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (Deep Interview)

Penulis akan melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, yaitu menggali informasi sebanyak-banyaknya semua informasi yang berkaitan Penanggulangan Penyalahgunaan Sistem Elektronika terhadap Perbankan. Proses wawancara ini menggunakan pedoman


(46)

32

wawancara (interview guide) sebagai alat penelitian, agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data, kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian data. Data tersebut diolah melalui proses :

a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk mengetahui apakah data tersebut telah relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data yang salah, maka akan dilakukan perbaikan.

b. Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenis dan hubungannya dengan masalah penelitian.

c. Sistematisasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang pembahasan yang dilakukan secara sistematis.

3. Analisis Data

Setelah data diperoleh langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang mempunyai tujuan untuk menyederhanakan data dal bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan berdasarkan atas fakta fakta yang selanjutnya diketahui untuk mempermudah dan menemukian serta mengemukakan semua permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.


(47)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas sebagai hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini mengenai peran Kepolisian dalam penanggulangan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peran Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan diwujudkan dalam upaya-upaya non penal yang diharapkan dapat menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektonika terhadap perbankan yaitu : (a) Patroli Keamanan; (b) Mendatangi pos-pos keamanan bank untuk koordinasi dan saling tukar menukar informasi; (c) Kring serse dan unit pelayanan 24 jam; (d) Mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat; (e) Himbauan kepada masyarakat; (f) Himbauan kepada pihak bank; (g) Melaporkan perkembangan situasi daerah patroli. Peran ideal yang dilakukan Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan yaitu : Patroli Keamanan; Kring serse dan unit


(48)

53

pelayanan 24 jam dan Melaporkan perkembangan situasi daerah patroli. Peran yang seharusnya yaitu : Mendatangi pos-pos keamanan bank untuk koordinasi dan saling tukar menukar informasi dan Mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat. Peran yang seharusnya dilakukan yaitu : Himbauan kepada masyarakat dan Himbauan kepada pihak bank.

2. Faktor-faktor penghambat kepolisian dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan adalah : (1) Dari segi aparat penegak hukum Unit Tipiter Polresta Bandar Lampung saat ini hanya memiliki 6 (enam) orang personil dan tidak semua personil mengerti mengenai penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan; (2) Tidak adanya unit khusus dalam menangani kasus penyalahgunaan jaringan sistem elektronika diseluruh Polda jajaran seperti halnya unit cybercrime yang terdapat di Bareskrim Mabes Polri; (3) Faktor masyarakat terkadang menyulitkan para penegak hukum dalam memberantas penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan. Kebanyakan dari mereka masih acuh tak acuh karena tidak mengerti hukum tentang penyalahgunaan jaringan sistem elektronika ini sehingga merasa tidak perlu mengadukan kepada Kepolisian.


(49)

54

B. Saran

1. Bagi aparat Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung diharapkan agar dapat memaksimalkan kinerjanya terkait peran dan upaya pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan dengan cara memberikan pelatihan kepada personilnya terkait penyalahgunaan jaringan sistem jaringan seperti : mengirimkan personil Kepolisian ke Universitas yang Berkompetensi di bidang Teknologi Informasi atau dengan cara mendatangkan seseorang yang ahli dibidang Teknologi dan Informasi.

2. Bagi para masyarakat Kota Bandar Lampung diharapkan agar dapat berhati-hati dalam melakukan penarikan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di tempat yang jarang dilakukan pengamanan (tempat-tempat sepi). Dan melaporkan segala macam aktifitas yang dicurigai dapat menimbulkan tindak kejahatan karana hal seperti itu sangat membantu pihak Kepolisian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penegak hukum dalam menerapkan peran dan upayanya dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

3. Perlu adanya kerjasama antara kepolisian dengan pihak keamanan bank serta peranan masyarakat. Karana bukan hanya tugas dari Kepolisian saja, melainkan tugas dari seluruh masyarakat bersama dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2011.

Hamzah. Andi. Pengantar Hukum Formil Pidana. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984.

Nawawi Arief. Barda. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara. Undip Semarang. 1996.

---. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

JS Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Hatta. Moh. Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Khusus & Pidana Umum, Yogyakarta : Liberti, 2009.

Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Mandar Maju. 2002.

Soekanto. Soerjono dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali. 1985.

---. Penegakan Hukum. Bandung : Bina Cipta. 1980.

---.Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999. ---. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers, 2002.


(51)

---.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Cetakan Ke-10). Jakarta: PT.Raja Grafindo. 2011.

B. Undang-undang

KUHP

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

C. Internet


(1)

32

wawancara (interview guide) sebagai alat penelitian, agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data, kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian data. Data tersebut diolah melalui proses :

a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk mengetahui apakah data tersebut telah relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data yang salah, maka akan dilakukan perbaikan.

b. Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenis dan hubungannya dengan masalah penelitian.

c. Sistematisasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang pembahasan yang dilakukan secara sistematis.

3. Analisis Data

Setelah data diperoleh langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang mempunyai tujuan untuk menyederhanakan data dal bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan berdasarkan atas fakta fakta yang selanjutnya diketahui untuk mempermudah dan menemukian serta mengemukakan semua permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.


(2)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas sebagai hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini mengenai peran Kepolisian dalam penanggulangan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peran Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan diwujudkan dalam upaya-upaya non penal yang diharapkan dapat menanggulangi penyalahgunaan jaringan sistem elektonika terhadap perbankan yaitu : (a) Patroli Keamanan; (b) Mendatangi pos-pos keamanan bank untuk koordinasi dan saling tukar menukar informasi; (c) Kring serse dan unit pelayanan 24 jam; (d) Mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat; (e) Himbauan kepada masyarakat; (f) Himbauan kepada pihak bank; (g) Melaporkan perkembangan situasi daerah patroli.

Peran ideal yang dilakukan Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan yaitu : Patroli Keamanan; Kring serse dan unit


(3)

53

pelayanan 24 jam dan Melaporkan perkembangan situasi daerah patroli. Peran yang seharusnya yaitu : Mendatangi pos-pos keamanan bank untuk koordinasi dan saling tukar menukar informasi dan Mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat. Peran yang seharusnya dilakukan yaitu : Himbauan kepada masyarakat dan Himbauan kepada pihak bank.

2. Faktor-faktor penghambat kepolisian dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan adalah : (1) Dari segi aparat penegak hukum Unit Tipiter Polresta Bandar Lampung saat ini hanya memiliki 6 (enam) orang personil dan tidak semua personil mengerti mengenai penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan; (2) Tidak adanya unit khusus dalam menangani kasus penyalahgunaan jaringan sistem elektronika diseluruh Polda jajaran seperti halnya unit cybercrime yang terdapat di Bareskrim Mabes Polri; (3) Faktor masyarakat terkadang menyulitkan para penegak hukum dalam memberantas penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan. Kebanyakan dari mereka masih acuh tak acuh karena tidak mengerti hukum tentang penyalahgunaan jaringan sistem elektronika ini sehingga merasa tidak perlu mengadukan kepada Kepolisian.


(4)

54

B. Saran

1. Bagi aparat Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung diharapkan agar dapat memaksimalkan kinerjanya terkait peran dan upaya pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan dengan cara memberikan pelatihan kepada personilnya terkait penyalahgunaan jaringan sistem jaringan seperti : mengirimkan personil Kepolisian ke Universitas yang Berkompetensi di bidang Teknologi Informasi atau dengan cara mendatangkan seseorang yang ahli dibidang Teknologi dan Informasi.

2. Bagi para masyarakat Kota Bandar Lampung diharapkan agar dapat berhati-hati dalam melakukan penarikan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di tempat yang jarang dilakukan pengamanan (tempat-tempat sepi). Dan melaporkan segala macam aktifitas yang dicurigai dapat menimbulkan tindak kejahatan karana hal seperti itu sangat membantu pihak Kepolisian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penegak hukum dalam menerapkan peran dan upayanya dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.

3. Perlu adanya kerjasama antara kepolisian dengan pihak keamanan bank serta peranan masyarakat. Karana bukan hanya tugas dari Kepolisian saja, melainkan tugas dari seluruh masyarakat bersama dalam pencegahan penyalahgunaan jaringan sistem elektronika terhadap perbankan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2011.

Hamzah. Andi. Pengantar Hukum Formil Pidana. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984.

Nawawi Arief. Barda. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara. Undip Semarang. 1996.

---. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

JS Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Hatta. Moh. Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Khusus & Pidana Umum, Yogyakarta : Liberti, 2009.

Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Mandar Maju. 2002.

Soekanto. Soerjono dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali. 1985.

---. Penegakan Hukum. Bandung : Bina Cipta. 1980.

---.Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999. ---. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers, 2002.


(6)

---.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Cetakan Ke-10). Jakarta: PT.Raja Grafindo. 2011.

B. Undang-undang

KUHP

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

C. Internet