38
menggunakan media yang tepat, dapat menimbulkan semangat, yang lesu menjadi bargairah, pelajaran yang berlangsung menjadi
lebih hidup; 13.
Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan informasinya sangat membekas, tidak mudah lupa;
14. Dapat mengatasi watak dan pengalaman yang beda;
35
Selain memiliki pengetahuan tentang media, guru juga harus memiliki
keterampilan memilih
dan menggunakan
serta mengusahakan media yang dipilih dengan baik. Sebab, memilih dan
menggunakan media haruslah sesuai dengan tujuan, materi, metode , evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Pemilihan media yang tidak tepat akan berakibat kurang maksimalnya hasil pembelajaran.
e. Kompetensi Spiritual
1. Keteladanan
Setiap tenaga pendidik guru dan karyawan di lembaga pendidikan harus meiliki tiga hal yaitu
competency, personality, religiosity.
Competency
menyangkut kemampuan
dalam menjalankan tugas secara profesional yang meliputi materi
substansi, keterampilan,
dan metodologi.
Personality
menyangkut integritas, komitmen, dan dedikasi, sedangkan
religiosity
menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan pengamalan
35
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif memberdayakan dan mengubah jalan
hidup siswa, pustaka belajar, Yogyakarta,2009,hal.29-30
39
di bidang keagamaan. Dengan ketiga hal tersebut, guru akan mampu menjadi model dan mampu mengembangkan keteladanan
di hadapan siswanya. Keteladanan yang dikembangkan di sekolah adalah keteladanan
secara total, tidak hanya dalam hal yang bersifat normatif saja seperti ketekunan beribadah, kerapian, kedisiplinan , kesopanan,
kepedulian, kasih sayang, tetapi juga hal-hal yang melekat pada tugas pokok atau tugas utamanya.
Melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi, berusaha secara maksimal, ikhlas dalam menjalankan tugas-tugasnya,
tekun, teliti, tuntas, dan peduli adalah merupakan bentuk keteladanan seorang guru.
Keteladanan adalah kunci keberhasilan, termasuk keberhasilan seorang guru dalam mendidik anak didiknya. Contoh dan
keteladanan lebih bermakna daripada seribu perintah dan larangan. Syair arab mengatakan “
Qawul ul-
hal afshah min lisani l’maqal keteladanan lebih fasih daripada perkataan”. Dengan keteladanan
guru, siswa akan menghormatinya, memperhatikan pelajarannya. Inilah implementasi etika religius dalam proses pembelajaran yang
sungguh mampu menggerakkan pikiran, emosi, dan nurani siswa meraih keberhasilan. Implementasi
36
2. Ukhuwah dalam proses pembelajaran
36
Ahmad Barizi, menjadi guru unggul , jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2014 . hal.69-72
40
Sedikit penulis mengadakan pengamatan proses pembelajaran di komplek sekolah dasar pertama di Malang. Sepintas lalu, tidak
berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya terutama metode dan teknologi pembelajarannya. Tetapi, apabila dicermati
lebih jauh, perbedaan itu terletak pada suasana religiusitas sekolah
scholl religiosity climate
.
School religiosity climate
tercermin baik secara fisik, sosial, maupun kultural. Secara fisik, lingkungan
sekolah sangat bersih, asri dan dilengkapi dengan masjid yang bersih, dan nyaman. Di masjid inilah kegiatan shalat Shalat
Dhuha, shalat wajib, dan shalat sunnah dan kegiatan keagamaan lain dilakukan. Di masjid ini pula pembelajaran dan penanaman
nilai-nilai religius tentang kehidupan dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, dan lingkungan sosial dan alam ditanamkan.
Siswa-siswi tampak gembira, kerasan dan tertib melakukan berbagai kegiatan didalamnya. Di samping itu, ruangan kelas juga
tampak indah dan ekspresif. Siswa diberi kebebasan untuk mengatur dan menghias kelasnya sehingga suasana kelas menjadi
menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan.
37
C. Guru Agama Islam