Tinjauan Pustaka T1 672004264 Full text

1

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi yang kian pesat menimbulkan suatu revolusi baru yang berupa peralihan sistem kerja konvensional ke era digital. Perubahan ini juga telah merubah cara pandang setiap orang dalam melakukan berbagai kegiatan, salah satunya adalah pada kegiatan instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan administrasi desa yang merupakan sub sistem dari sistem administrasi negara. Sejalan dengan arah penyelenggara pelayanan administrasi desa, maka pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar dari pelayanan desa perlu ditata dengan sebaik-baiknya dalam perbaikan pemerintahan dan pembangunan. Dalam hal ini pemerintah desa sebagai ujung tombak pendaftaran penduduk, membantu Dinas Catatan Sipil di dalam mencatat peristiwa kependudukan, yaitu kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk danatau surat keterangan kependudukan lainnya. Sebuah permasalahan yang ada pada pemerintahan desa Mlatihardjo Kabupaten Demak, yaitu perlu diperhatikan dalam pelayanan administrasi terhadap masyarakat masih menggunakan sistem konvensional, yang pelayanannya mewajibkan masyarakat harus datang ke kantor desa dan harus langsung bertatap muka dengan kepala desa atau sekretaris desa untuk proses validasi pengesahan pengurusan surat-surat data kependudukan. Hal tersebut dinilai kurang efektif, apabila pejabat desa saat tidak ada di kantor desa karena ada kepentingan atau tuntutan dari dinas. Akibatnya pelayanan tersebut terhambat karena membutuhkan validasi dari kepala desa atau sekretaris desa. Selain itu, dalam penyimpanan data-data kependudukan yang sangat banyak pemerintah desa masih menggunakan kertas yang rawan rusak dan hilang. Sehingga pemerintah desa kesulitan mencari data kependudukan karena pendokumentasian data kependudukan yang tidak teratur. Pelayanan tersebut dirasa kurang efektif dan efesien. Pada penelitian ini dirancang suatu aplikasi web sistem informasi pelayanan desa. Aplikasi web diimplementasikan dengan Model View Controller MVC, berbasis client-server menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL. Dengan demikian aplikasi web pada sistem informasi pelayanan desa disajikan secara online, agar sistem informasi pelayanan desa dapat dilaksanakan dimanapun dan kapanpun tidak terbatas ruang dan waktu. Sehingga proses pengolahan data dapat dilakukan dengan tepat, akurat, aktual, dan cepat dalam memberikan pelayanan administrasi desa secara online terhadap masyarakat.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian berjudul Perancangan Sistem Administrasi Kependudukan di Desa Trihanggo Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Hasil penelitian berupa aplikasi yang dapat membantu pihak pegawai di kantor Kelurahan Trihanggo 2 dalam pembuatan surat keterangan dan laporan kependudukan, dengan demikian dapat mengefektifkan kinerja pegawai kelurahan dalam pengolahan data penduduk [1]. Pada penelitian berjudul Analisis Dan Perancangan Sistem Administrasi Kependudukan Pada Kantor Kelurahan Desa Banyuroto Dengan Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000. Hasil Penelitian berupa aplikasi yang dapat membantu pihak pegawai di kantor Kelurahan Banyuroto dalam pembuatan laporan kependudukan, dengan demikian dapat mengefektifkan kinerja pegawai kelurahan dalam pengolahan data penduduk [2]. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan terkait dalam pelayanan desa, maka akan dilakukan penelitian yang membahas tentang suatu aplikasi web sistem informasi pelayanan desa . Aplikasi web yang dirancang berbasis client- server menggunakan arsitektur Model View Controller. Penelitian ini diharapkan memudahkan kinerja pemerintah desa dalam hal mengelola data dan informasi pelayanan administrasi desa, sehingga dalam pelayanan administrasi terhadap masyarakat dapat dilakukan secara cepat dan tepat, serta mengurangi penggunaan kertas dalam pembuatan surat keterangan dan laporan data kependudukan. Di samping itu juga memudahkan pemerintah desa dalam hal pencarian data kependudukan karena memiliki basis data kependudukan. Penelitian yang dilakukan membahas tentang sistem informasi pelayanan desa , client server dan Model View Controller. Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, guna mendukung operasi yang bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan [3]. Sedangkan dalam sistem informasi pelayanan desa membantu Dinas Catatan Sipil di dalam mencatat peristiwa kependudukan, yaitu kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk danatau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap [4]. Arsitektur client server adalah arsitektur jaringan yang memisahkan client dengan server. Masing-masing client dapat meminta data atau informasi dari server [5]. Pada arsitektur client-server terdapat model two-tier dan model three- tiermulti-tier. Model two-tier merupakan lingkungan clientserver secara tradisional. Pada model ini suatu aplikasi dibagi menjadi dua entitas, yaitu aplikasi client dan aplikasi server. Dalam konfigurasi yang tipikal, pembagian ini juga meliputi pembagian perangkat lunak dan perangkat keras. Aplikasi client umumnya diletakkan pada workstation yang digunakan oleh user, sedangkan server merupakan suatu komputer yang diletakkan di bagian lain pada jaringan [6]. Model arsitektur dari two-tier terdiri dari dua bagian, yaitu: - Layanan Presentasi Client Tier Layanan presentasi atau logika antarmuka pengguna ditempatkan pada mesin client. Lapisan ini berfungsi untuk menangani interaksi user dengan aplikasi. - Layanan Data Data Source Tier 3 Layanan data merupakan sebuah database server atau DBMS Database Management Systems yang menyediakan data bagi lapisan layanan client atau presentasi. Skema model two tier dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Model Two Tier Client Server [6] Sedangkan model three-tier atau disebut juga multi-tier merupakan langkah pengembangan dari two-tier clientserver. Hal ini berarti, setiap aplikasi three-tier adalah clientserver, namun tidak semua aplikasi clientserver adalah three-tier. Model three-tier menambahkan komponen ketiga di antara aplikasi client dengan aplikasi server yang disebut middle tier atau layanan bisnis. Oleh karena itu, dalam model ini pemrosesan disebarkan di antara tiga lapisan atau lebih yaitu Layanan Presentasi Client Tier; Layanan Bisnis Business Tier yaitu layanan bisnis atau disebut dengan middle tier merupakan sebuah aplikasi yang memberlakukan aturan-aturan bisnis, memproses data, dan mengelola transaksi. Logika yang semula ditempatkan pada client dipindahkan ke dalam komponen lapisan bisnis ini; Layanan Data Data Source Tier [6]. Skema model three tier dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Model Three Tier Client Server [6] Arsitektur Model View Controller merupakan arsitektur yang sangat berguna dalam melakukan pengembangan sebuah sistem. Arsitektur metode Model View Controller dipisahkan dalam layer model, view, dan controller [7]. Gambar 3 Arsitektur model, view, controller [7] Untuk dapat menerapkan arsitektur Model View Controller digunakan teknologi Framework pada bahasa pemrograman. Framework dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membantu dan memudahkan pembuatan situs web. Framework dapat diartikan sebagai kumpulan perintah atau fungsi dasar 4 yang dapat membantu menyelesaikan proses-proses yang kompleks, namun pihak developer tetap harus menulis kode sendiri dan harus menyesuaikan dengan lingkungan framework yang digunakan [8]. Sebuah framework selain menyediakan lingkungan pengembangan sendiri- sendiri juga menyediakan berbagai macam fungsi siap pakai yang bisa digunakan dalam pembuatan situs web. Fungsi tersebut merupakan pengembangan atau penyesuaian fungsi asli PHP agar lebih mudah digunakan atau agar lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna. Tujuan dari pembuatan framework CodeIgniter ini menurut panduan penggunaan adalah untuk menghasilkan framework yang akan dapat digunakan untuk pengembangan proyek pembuatan situs web dengan cara penggunaan kode program secara manual, dengan menyediakan banyak sekali pustaka yang dibutuhkan dalam pembuatan situs web, dengan antarmuka yang sederhana dan struktur logika untuk mengakses pustaka yang dibutuhkan. CodeIgniter membiarkan developer untuk memfokuskan diri pada pembuatan situs web dengan meminimalkan pembuatan kode untuk berbagai tujuan pembuatan situs web. 3. Metode Perancangan Sistem Metode penelitian yang digunakan pada pembuatan aplikasi ini adalah model prototype. Model prototype merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi tertentu mengenai kebutuhan-kebutuhan informasi pengguna secara cepat. Dengan metode prototype ini pengembang dan pengguna dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Secara lengkap, alur model prototype akan digambarkan seperti pada Gambar 4. Gambar 4 Prototype Model [9] Pada tahapan pertama, yaitu listen to customer atau information gathering tentang kebutuhan aplikasi yang akan dibangun, dilakukan tahap wawancara dengan petugas aparat desa. Setelah mengetahui kebutuhan umum aplikasi yang akan di bangun maka dilakukan studi pustaka tentang bagaimana membuat suatu aplikasi yang dapat memenuhi kebutuhan data kependudukan Tahapan selanjutnya dalam metode prototype yaitu buildrevise mock-up atau membangun aplikasi secara cepat. Pada tahap ini dilakukan pembuatan aplikasi secara cepat, lebih memfokuskan pada input output aplikasi sesuai dengan kebutuhan umum yang diketahui pada tahap pertama. Tahap ini menghasilkan prototype 1. Tahap akhir melakukan uji dan evaluasi prototype oleh user. Evaluasi prototype 5 digunakan untuk mendapatkan umpan balik apakah aplikasi sudah sesuai dengan kebutuhan user. Tahap ini dilakukan kepada pemerintah desa di Kabupaten Demak. Evaluasi dilakukan dengan cara wawancara. Jika hasil uji dan evaluasi prototype belum sesuai dengan kebutuhan user, maka dilakukan proses perbaikan dimulai kembali ke tahap awal dan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Dalam tahap perancangan sistem terdapat perancangan arsitektur dan perancangan proses. Pada Gambar 5 dijelaskan bahwa perancangan arsitektur Client-Server pada aplikasi sistem informasi pelayanan desa menggunakan tiga layer, yaitu client layer, middle layer, server layer. Pada client layer digunakan untuk kebutuhan interface, antara lain bagi admin, penduduk, operator, kepala desa dan sekretaris desa. Pada middle layer berisi bussines logic dari sistem informasi pelayanan desa, antara lain proses login, proses buat surat, penomoran surat dan cetak surat. Sedangkan pada server layer berisi sumber-sumber data dan tempat penyimpanan data yang terdapat pada database server. Aplikasi client- server model three-tier sangat tepat jika dipadukan dengan arsitektur MVC, dimana aplikasi view diletakkan pada client layer, model dan controller diletakkan pada middle layer, sedangkan data pada server layer. Dengan menggunakan arsitektur MVC maka proses pengembangan aplikasi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat karena hanya merubah struktur class yang terkait dengan pengembangan aplikasi. Gambar 5 Arsitektur Client-Server Sistem Informasi Pelayanan Desa Diagram alir pada Gambar 6 menggambarkan proses pelayanan administrasi desa. Dimulai halaman awal, penduduk melakukan proses input NIK penduduk. Penduduk memilih jenis surat untuk melakukan proses pembuatan permohonan surat keterangan yang akan dikirimkan ke operator sebagai aparat pemerintahan desa. Jika permohonan surat diterima maka operator memilih pimpinan desa yang berwenang menandatangi surat keterangan dan dikirimkan ke pimpinan desa, jika surat permohonan ditolak maka operator melakukan input alasan surat keterangan dan mengirimkan pemberitahuan atau notifikasi ke penduduk. Dari halaman pimpinan desa, jika permohanan surat keterangan diterima maka Kades atau Sekdes melakukan proses input surat keterangan administrasi penduduk dengan tanda tangan digital Kades atau Sekdes. Jika permohonan surat ditolak maka Kades atau Sekdes melakukan input alasan surat keterangan dan mengirimkan pemberitahuan atau notifikasi ke penduduk. 6 Gambar 6 Diagram Alir Proses Pelayanan Administrasi Desa Diagram alir pada Gambar 7 menggambarkan proses cetak surat. Dimulai halaman awal, penduduk melakukan proses input NIK penduduk. Penduduk pilih jenis surat yang sudah tervalidasi untuk melakukan proses cetak surat keterangan. Jika validasi Kades maka surat keterangan dengan cap stampel Kades, jika tidak maka surat keterangan dengan cap stempel pemerintahan desa. Jika penduduk melakukan pengulangan cetak surat keterangan maka pada surat keterangan terdapat salinan surat administrasi penduduk. Gambar 7 Diagram Alir Proses Pelayanan Administrasi Desa 7 Perancangan aplikasi Sistem Informasi Pelayanan Desa ini dirancang menggunakan UML Unified Modeling Language sebagai pemodelan sistem. UML menyediakan beberapa diagram dalam proses perancangan sistem. Dalam sistem yang akan dibuat akan digunakan beberapa diagram, yaitu: use case diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram. Sebuah use case merepresentasikan keseluruhan kerja sistem secara garis besar dan juga mempresentasikan interaksi antara aktor dengan sistem yang dibangun serta menggambarkan fungsionalitas yang dapat diberikan sistem kepada user. Use case diagram menggambarkan interaksi antara actor dengan proses atau sistem yang dibuat. Use case diagram mempunyai beberapa bagian penting seperti: Actor, Use Case dan Relasi. Actor merupakan bagian dari use case yang bertindak sebagai subyek pelaku dalam suatu proses. Use case adalah proses-proses yang terjadi dalam suatu software. Use Case juga menggambarkan apa yang sedang dilakukan oleh seorang actor. Relasi menggambarkan hubungan antara actor dan use case. Gambar 8 Use Case Diagram Aplikasi Sistem Informasi Pelayanan Desa Gambar 8 merupakan use case diagram aplikasi Sistem Informasi Pelayanan Desa . Dijelaskan bahwa dari aplikasi sistem informasi pelayanan desa terdapat actor 8 admin aparat desa, actor operator aparat desa, actor kepala desa, actor sekretaris desa dan actor penduduk. Actor admin memiliki hak akses untuk input profil desa, input data kartu keluarga, edit jenis surat, input jenis surat, input daftar pimpinan desa, input data penduduk, dan mengganti password. Actor operator memiliki hak akses untuk membuat surat keterangan, menerima dan menolak daftar surat permohonan penduduk, mencetak surat permohonan yang sudah divalidasi pimpinan desa, dan mengganti password. Actor kepala desa dan sekretaris desa memiliki hak akses memvalidasi surat permohonan yang dikirimkan oleh operator. Actor penduduk memliki hak akses membuat surat permohonan, mencetak surat permohonan yang sudah divalidasi oleh pimpinan desa dan mengganti password. Activity diagram menggambarkan aliran aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram admin merupakan aktifitas yang biasa dilakukan oleh petugas pemerintahan desa. Aktivitas-aktivitas tersebut di antaranya adalah: melakukan proses login; update profil desa; input, edit dan melihat data kartu keluarga; mengedit jenis surat yang berhak menandatangani surat permohonan penduduk; input, edit dan melihat daftar pimpinan desa; melihat, input, edit dan hapus data penduduk; mengganti password; serta melakukan proses logout. Activity diagram operator merupakan aktifitas yang biasa dilakukan oleh petugas pemerintahan desa. Aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya adalah: membuat surat keterangan secara offline; menerima dan menolak daftar surat permohonan penduduk; mencetak surat keterangan yang sudah divalidasi pimpinan desa; mengganti password; serta melakukan proses logout. Activity diagram pimpinan merupakan aktifitas yang biasa dilakukan oleh kepala desa dan sekretaris desa. Aktivitas-aktivitas tersebut di antaranya adalah memvalidasi surat permohonan penduduk yang dikirimkan oleh operator dan melakukan proses logout. Gambar 9 Activity Diagram Penduduk 9 Pada Gambar 9 merupakan Activity diagram penduduk yang biasa dilakukan masyarakat desa. Aktivitasnya membuat surat permohonan secara online, mencetak surat permohonan yang sudah divalidasi oleh kepala desa atau sekretaris desa, dan mengganti password, serta melakukan proses logout. Sequence diagram menggambarkan interaksi antar obyek di dalam dan di sekitar sistem termasuk pengguna, display, dan sebagainya berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri antar dimensi vertikal waktu dan dimensi horizontal objek-objek yang terkait. Gambar 10 Sequence Diagram Permohonan Surat Aktor Penduduk Pada Gambar 10 merupakan sequence diagram untuk proses permohonan surat yang dilakukan oleh aktor penduduk. Tahap awal untuk proses permohonan surat dimulai dengan proses login sebagai penduduk pada halaman awal dengan memasukkan username dan password, jika login berhasil akan masuk ke home penduduk, jika login tidak berhasil akan kembali ke halaman awal. Pada home, penduduk memilih menu buat surat keterangan. Setelah itu pilih jenis surat dan input keterangan untuk melakukan proses permohonan surat dan melakukan logout. Class diagram menggambarkan interaksi antar class serta atribut-atribut yang melekat pada class tersebut. 10 Gambar 11 Class Diagram Aplikasi Sistem Informasi Pelayanan Desa Class diagram pada Gambar 11 merupakan perancangan class yang akan dibuat pada aplikasi web Sistem Informasi Pelayanan Desa, meliputi: class admin, class penduduk, class operator, class lurah, class carik, class mod_desa, class mod_login, class mod_penduduk, class mod_pimpinan.

4. Hasil dan Pembahasan