ANALISIS PENGARUH ANTARA PENGAWASAN FUNGSIONAL DENGAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS PENGARUH ANTARA PENGAWASAN FUNGSIONAL
DENGAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Ria Primadeka
Universitas Lampung

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai pemerintah maka dibutuhkan lembaga
control atau pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional adalah segala kegiatan
dan bentuk tindakan untuk menjamin agar pelaksanaan suatu kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan Halim (2002).
Sedangkan kinerja pegawai Pemerintah Daerah adalah seperangkat hasil yang dicapai
dan merajuk terhadap tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang
diminta pada tingkat keberhasilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2002 tentang
Pertimbangan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengawasan fungsional terhadap

kinerja pegawai pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran. Adapun tekhnik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui data primer menggunakan
kuesioner yang disebar kepada Satuan Perangkat Kerja Kabupaten Pesawaran sampel
yang terdiri dari 4 SKPD. Secara umum hasil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Ada pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja pegawai pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran.
2. Pengawasan fungsional pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dalam
kategori “Cukup Efektif” dan kinerja pegawai pemerintah dalam kategori
“Cukup Baik”
Kata kunci:Pengawasan Fungsionaldan Kinerja Pegawai Pemerintah.

ANALISYS INFLUENCE BETWEEN FUNCTIONAL SUPERVISION
BY THE DISTRICT GOVERNMENT PERFORMANCE
OF PESAWARAN

By

Ria Primadeka
Universitas Lampung


ABTRACT

In order to improve the performance of Government Employees, the control or
supervision necessary functional agencies. Functional supervision of all the
activity and forms of action to ensure that the execution of an activity goes
according to plan. The rules and the goals set Halim (2002). While local
Government performance is a set of outcomes and sulk on achievement measure
and the implementation of the work requested on the level of success and the
ability to achieve the goals that have been set. The performance is quite good
when it can be achieved with good. Under article I Government Regulation No. 20
of 2002 on the Supervision of the implementation considerations and Local
Government.
This study aims to determine the effect of functional oversight of the performance
of the officers t the County Government Pesawaran. The techniques of data
collection in this study is trough primary data using questionnaires distributed to
the unit of Pesawaran Dsitrict sample of 4 on education, In General, the result of
this study are follows :
1. There is the influence of the functional supervision of the employee at the
County Government Pesawaran

2. Monitoring functional in the district Pesawaran in category “Effective
Enough” Government and Employee performance in the category of
“Good Enough
Keywords: Functional Supervision and Performance Monitoring of Government
Employee

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang pada 06 Agustus 1985, anak dari pasangan Bapak
Muhammad Ali, S.H. dan Ibu Asnah, S.Pd.

Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 2 Tanjung Senang 1991-1997. Pada
tahun 1997-2000 penulis meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Bandar Lampung,
dan pada tahun 2000-2003 menempuh pendidikan pada SMA Negeri 5 Bandar
lampung.

Tahun 2003 terdaftar sebagai mahasiswa Diploma 3 Akuntansi Universitas Lampung
dan menyelesaikan studi pada tahun 2006. Penulis meneruskan pendidikan ke jenjang
S1 Akuntansi Universitas Lampung pada tahun 2008.


PERSEMBAHAN

 Terimaksih kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dalam
kehidupan ini, dan kupersembahkan skripsi ini kepada orangtuaku, Bpk Mohammad
Ali,S.H dan Ibu Asnah, S.Pd yang telah merawatku sejak ku kecil dengan penuh
cinta dan kasih sayang, .
 Spesial keluarga untuk kecilku suamiku tercinta Erik Madonda S dan anakku
tersayang Atiqa Nada Sakhi terimakasih atas support, kasih sayang, perhatian, dan
cinta yang begitu besar dan tulus sehingga membuatku bersemangat menjalani
kehidupan ini. Serta untuk keluarga besarku terimakasih telah memberikan doa dan
memberi semangat untukku agar senantiasa menjalani hidup ini dengan baik dan
penuh keikhlasan.

SANWACANA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul “ ANALISIS PENGARUH ANTARA PENGAWASAN
FUNGSIONAL DENGAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH “ ini

merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Strata 1 pada program studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung beserta staff.
2.

Bapak Dr. Einde Evana, S.E.,M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

3.

Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

4.

Ibu Dr. Lindrianasari, S.E.,M.Si.,Akt.. Terima kasih telah meluangkan
waktu untuk membimbing, memberikan saran dan pengarahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.


5.

Ibu Reni Oktavia, S.E., M.Si.,. Terima kasih atas bimbingan, waktu, saran,
masukan, dan kesempatan yang telah Ibu berikan, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.

6.

Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. Terima kasih atas saran dan kritik yang
membangun agar penulis bisa membuat skripsi ini lebih baik.

7.

Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah menyalurkan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung.

8.


Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, khusunya jurusan akuntansi.

9. Ibunda dan ayahku tercinta yang telah dengan tulus mendoakan dan
memberi semangat hidup, perhatian dan kasih sayang yang tak terhitung
sejak ku kecil, dan Terimakasih untuk ibu mertuaku atas kasih sayang dan
perhatiannya.
10. Keluarga kecilku, suami tercinta terima kasih untuk perhatian dan kasih
sayang yang tulus, dorongan serta semangat untukku dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk anak-anakku tersayang terimakasih ya atas
pengertiannya ibu sedikit melupakan kalian ketika ibu menyelesaikan
skripsi ini. Kalian harus jauh lebih baik lagi dari Ayah dan ibu.
11. Teman-teman di S1 akuntansi: Zikrianti Kurnia Dini, Rosa Rika, Shinta
Xaverina, Mas Agus Seluruh Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Khususnya S1 Akuntansi Non Reguler (konversi) khususnya angkatan
2004 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,
tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya.

Bandar Lampung,
Penulis,
Ria Primadeka

Oktober 2014

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................


iii

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

iv

...................................................................................................

v

MOTO

DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN .....................................................................................

1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................


1

1.2 Permasalahan Penelitian ......................................................................

4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................

5

1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................

5

1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................

5

II.TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ........


7

2.1 Teori Yang Mendasari Penelitian .........................................................

7

2.2 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ............................

8

2.3.Model Penelitian....................................................................................

12

III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................

13

3.1 Sampel Penelitian ................................................................................

13

3.2 Data Penelitian .....................................................................................

13

3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ...............................................................

14

3.4 Alat Statistik .........................................................................................

15

3.5 Definisi Variabel ..................................................................................

16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

19

4.1 Responden ............................................................................................

19

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ...............................................................

20

4.2.1 Variabel Kinerja Pemda ..............................................................

20

4.2.2 Variabel Pengawasan Fungsional ...............................................

22

4.3 Analisis Data ........................................................................................

23

4.3.1 Analisis Variabel Pengawasan Fungsional (Variabel bebas X) .

23

4.3.2 Analisis Variabel Kinerja Pegawai Pemerintah (Variabel Terikat Y) 25

V.

4.4 Uji Asumsi Klasik ................................................................................

26

4.4.1 Uji Normalitas ...............................................................................

27

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ...................................................................

28

4.4.3 Uji Linieritas .................................................................................

28

4.4.4 Uji Oto-Korelasi .............................................................................

29

4.4.4 Uji Multikolinieritas .......................................................................

29

4.5 Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Penelitian .................................

30

4.5.1 Pengujian Hipotesis ......................................................................

30

4.5.2 Pembahsan ......................................................................................

30

SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

33

5.1 Simpulan....................................................................................................

33

5.2 Implikasi Penelitian ...................................................................................

33

5.3 Keterbatasan dan Saran .............................................................................

34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 :Daftar Tabel Kinerja dan Pengawasan
Lampiran 3 : Regression
Lampiran 4 : Tabel Normalitas
Lampiran 5 : table Perhitungan Responden

BAB I
PENDAHULUAN

Kebijakan desentralisasi fiskal telah dimulai di Indonesia sejak UU No.
22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang masing-masing telah direvisi
menjadi UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004, diterap oleh pemerintah.
Pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal ini dimaksud untuk mengakselerasi
peningkatan kinerja perekonomian daerah.
Pengertian dari desentralisasi fiskal adalah pemberian kewenangan kepada
daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer
dari pemerintahan yang lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi.
Singkatnya pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk menentukan regulasi
terhadap

anggaran

(http://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/06/percepatan-

pembangunan-dengan-desentralisasi-fiskal-399263.html).
Namun begitu, faktor yang sangat penting untuk keberhasilan desentralisasi
fiskal adalah kesiapan pemerintah daerah dan aparat yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan dana tersebut. Ketidaksiapan apartur pemerintah daerah
justru menjadi penghancur idealisme otonomi daerah. Fakta menunjukkan bahwa
setelah 15 tahun pelaksanaan otonomi daerah, ternyata tingkat korupsi di
pemerintah daerah semakin meresahkan. Berikut beberapa fakta tindak korupsi
yang terjadi sebagai konsekuensi dari disesntralisasi fiskal.

1

Tabel 1.1
Beberapa Kasus Korupsi Terakhir di Indonesia

No.

Bentuk penyelewengan

Wilayah Kerja

Penyelewengan
Dana

1

2

Pengadaan alat peraga Dinas

Sumenep

Rp 23 miliar (2010-

Pendidikan

(Jatim)

2012)

Izin tukar-menukar kawasan

Kabupaten

Rp5 miliar (2014)

hutan seluas 2.754 hektare di

Bogor

Bogor
3

Kasus pengadaan 656 bus

DKI

Transjakarta senilai Rp 1 triliun

Rp1,5 triliun
(Anggaran 2013)

dan bus kota terintegrasi busway
(BKTB) Rp 500 miliar
4

Pembelian lahan seluas 4.300

Kota Malang

Rp3,87 miliar

NTT

Rp77 milyar (kasus

meter persegi
5

Dana pendidikan luar sekolah

2007)
6

Korupsi Dermaga Sabang

Sabang - Aceh

Rp 249 miliar.

7

Kasus E-KTP

Kemendagri

6 triliun

8

Kasus penyelenggaraan haji

Kemenag

di atas Rp1 trilliun.
2012-2013

9

Kasus suap cek pelawat

Istri Pejabat

senilai Rp 24 miliar

10

Korupsi dana hibah dan bantuan

Banten

Senilai Rp7,55

2

sosial (bansos)

milyar
Tahun 2011-2012

11

Proyek Stadion Hambalang

Dirjen Olahraga

Rp463 Milyar

Departemen
Pendidikan
Nasional
Sumber: http://www.merdeka.com/ dan http://www.tempo.co/

Masih banyak kasus korupsi yang terjadi di Indonesia yang mengakibatkan
kerugian negara. Jika tidak ditangani secara serius, kemiskinan sebagian besar
rakyat akan semakin parah. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2001
tentang pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah,
dikenal dengan 3 (tiga) pengawasan, yaitu pertama pengawasan fungsional yang
dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF) seperti BPK, BPKP, Itjen
Departemen, maupun Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Kedua, pengawasan legislatif dilaksanakan oleh lembaga
perwakilan rakyat terhadap kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketiga
pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat baik secara perorangan
maupun kelompok dan atau organisasi masyarakat. Pengawasan dari masyarakat
ini dilaporan secara langsung maupun tidak langsung baik lisan maupun tertulis
kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, DPRD, maupun instansi pemerintah
lainnya.
Kabupaten Pesawaran merupakan Ibukota Gedong Tataan, menjadi pusat
pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, serta kegiatan
perekonomian. Luas wilayah Kabupaten Pesawaran mencapai 1173,77km2.

3

Pembentukan Kabupaten Pesawaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2007 Tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan
Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung pada dasarnya sebagai upaya
peningkatan pelayanan publik, serta bertujuan untuk mendekatkan aparatur
pelayanan dengan masyarakat, untuk menyentuh wilayah atau masyarakat yang
sebelumnya tidak terjangkau oleh perhatian dan penanganan aparatur pemerintah.
Namun permasalahannya sekarang adalah adanya pembentukan Kabupaten baru
seperti Kabupaten Pesawaran di indikasikan karena adanya alasan-alasan
tersembunyi dan terkesan hanya memuat unsur politik. Misalnya munculnya
prioritas pada lingkaran kekuasaan yang sedang berkuasa di daerah induk, serta
keinginan untuk mendapatkan finansial terkait dengan pengucuran dana-dana
penunjang daerah otonom baru. Pemekaran hanya memenuhi ambisi kekuasaan
segelintir orang yang memiliki ego kekuasaan, dengan mengatasnamakan untuk
kepentingan rakyat, makna pemekaran Kabupaten telah dinodai oleh golongan
tertentu rendahnya kinerja pegawai pemerintah. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka penulis melakukan observasi terhadap empat instansi yang ada pada
Kabupaten Pesawaran yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Informasi
dan Informatika, Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah dan Kecamatan Negeri
Katon.
Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum
diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007.
Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan
urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi
sebagai berikut : pertama, perencanaan program pengawasan, kedua, perumusan

4

kebijakan dan fasilitas pengawasan dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Oleh karena itu, skripsi ini mengambil topik yang memang penting untuk
dilakukan pada saat ini yang berjudul: “Analisis Pengaruh antara Pengawasan
Fungsional dengan Kinerja Pemerintah Daerah”.

1.2. Permasalahan Penelitian
Memperhatikan kasus korupsi di Indonesia yang telah dijelaskan pada
bagian terdahulu, maka sudah menjadi kebutuhan mendesak bagi pemerintah
untuk melakukan pengawasan. Dengan adanya komitmen pemerintah untuk
mewujudkan good governance khususnya pemberantasan korupsi, kolusi dan
nepotisme, maka kinerja atas penyelenggaraan organisasi harus segera dibenahi,
salah satunya melalui sistem pengawasan yang efektif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah “Apakah pengawasan fungsional berhubungan dengan
kinerja Pemerintah Daerah?”

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada sebelumya maka penelitian
ini mempunyai tujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris
mengenai Pengaruh penerapan Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja Pegawai
pada Pemerintah Provinsi Lampung.

5

1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain:
1.

Bagi pihak akademi, menyediakan bukti empiris atas pengaruh
pengawasan fungsional berpengaruh terhadap kinerja pegawai atau
aparat pemerintah

2.

Bagi pihak pemerintah, diharapkan dapat menjadikan sumber
pengetahuan dan pada akhirnya dapat memberikan bagi instansi itu
sendiri.

3.

Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.

4.

Sebagai kewajiban penulis dalam menyelesaikan S1 dalam bidang
akuntansi pada Universitas Lampung

6

BAB II
TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Teori Yang Mendasari Penelitian
Secara umum, penelitian di sektor publik belum memiliki landasan teori yang
kuat dan beragam. Beberapa teori yang digunakan adalah teori keagenan dan teori
perubahan organisasi, yang berasal dari pendekatan sektor swasta. Oleh sebab itu,
penelitian ini juga akan menggunakan kedua teori itu sebagai teori yang mendasari
kerangka berfikir penelitian.
Dalam teori agensi yang diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling (1976)
dinyatakan bahwa di antara pihak-pihak yang berkepentingan, terdapat informasi
asimetris antara kedua pihak tersebut. Kedua pihak yang dimaksud adalah pemilik
dan pengelola, yang terpisah secara jelas saat perusahaan publik disyaratkan untuk
melakukan pemisahan antara keduanya. Teori agensi menjelaskan bahwa interaksi
yang terjadi antara kedua pihak yakni pihak pemilik (prinsipal) dengan pihak
manajemen (agen) tersebut sering terjadi dalam bentuk konflik.
Konsep informasi asimetris dijelaskan di dalam penelitian Mohamad et.al
(2004:72) dapat juga menjelaskan topik ini. Peneliti berpendapat bahwa
permasalahan information asymmetry harus diminimalisasi melalui peningkatan
akuntabilitas. Teori informasi asimetri beranggapan bahwa banyak terjadi
kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung
terhadap informasi dengan pihak konstituen atau masyarakat yang berada di luar

manajemen. Teori lainnya yang dapat digunakan untuk menjadi dasar penelitian ini
adalah teori perubahan organisasi. Teori ini paling tidak sudah digunakan di dalam
penelitian de Korte dan van der Pijl (2009) dan Boonstra (2003).
2.2. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Sejalan dengan isu pengawasan dan pelaksanaan keuangan daerah, teori
agensi digunakan untuk menjelaskan bahwa pemerintah, dalam pelaksanaan
tugasnya selaku agen, harus diawasi oleh pihak yang secara syah ditunjuk negara
agar dapat meminimalisasi penyelewengan. Agar pertanggungjawaban dana yang
mereka kelola untuk pembangunan daerah dan masyarakat dapat semakin
ditingkatkan. Secara teoritis, informasi yang asimteris pasti terjadi dalam hubungan
keduanya, karena pihak pemerintah memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan masyarakat. Oleh sebab itu, penting sekali dilakukan
pengawasan terutama pengawasan fungsional yang melekat.
Konsep informasi asimetris dijelaskan di dalam penelitian Mohamad et.al
(2004:72). Mereka berpendapat bahwa permasalahan information asymmetry harus
diminimalisasi melalui peningkatan akuntabilitas. Teori informasi asimetri
beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen
yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak konstituen atau
masyarakat yang berada di luar manajemen.
De Korte dan van der Pijl (2009) dan Boonstra (2003) menggunakan teori
perubahan organisasional dalam studi mereka dalam mengivestigasi birokrasi
pemerintah. Penggunaan teori ini ditujukan untuk menjelaskan bahwa organisasi
pemerintah mengalami perubahan besar setelah adanya otono mi daerah, di mana

8

daerah memiliki wewenang untuk mengelola sendiri keuangan daerah, walaupun
sebagian besar dana tersebut adalah dana transfer dari pusat.
Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat tentang sejauh manu tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan/program/
kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah, terkait dengan tujuan untuk
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan rencana strategis. Rohman (2009) menjelaskan bahwa kinerja
merupakan prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam dalam periode tertentu.
Sejak diterapkannya desentralisasi fiskal, masing- masing daerah menjadi
daerah yang memiliki otonomi dalam mengurusi pembiayaan pembangunan di
daerah. Sejal dari perencanaan hingga pelaporan dana yang digunakan untuk
membiaya pembangunan, menjadi tanggung jawab daerah yang bersangkutan. Oleh
karena itulah, pengukuran kinerja pemerintah daerah sangat diperlukan. Karena
dengan pengukuran kinerja tersebut berati bagaimana atau sejauh mana pemerintah
daerah menyelenggarakan urusan – urusan tersebut. Sukmana dan Anggarsari
(2009) menjelaskan bahwa informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja
dibagi dua yaitu informasi financial dan informasi nonfinancial
Penelitian pada tahun ketiga ini secara khusus bertujuan untuk:
1) mengevaluasi pelaksanaan desentralisasi fiskal dan kinerja fiskal di
daerah;
2) menganalisis faktor- faktor (potensi daerah) yang mempengaruhi produksi,
tenaga kerja dan permintaan agregat serta penerimaan dan pengeluaran
daerah;

9

3) menganalisis dampak desentralisasi fiskal terhadap investasi dan
perdagangan serta kinerja fiskal dan perekonomian (pertumbuhan,
penyerapan tenaga kerja, inflasi, kemiskinan dan pemerataan) daerah;
4) menganalisis pengaruh alokasi dana sektoral (pengeluaran rutin dan
pembangunan) terhadap perekonomian daerah;
5) menganalisis dampak kebijakan realokasi pengeluaran pembangunan antar
sektor, perubahan pengeluaran pemerintah daerah dan investasi swasta
terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja, dan
6) meramalkan dampak desentralisasi fiskal terhadap pembangunan ekonomi
daerah untuk 3 – 5 tahun mendatang.

Pada prinsipnya ada tiga variasi desentralisasi fiskal kaitannya dengan derajat
kemandirian pengambilan keputusan yang dilakukan daerah.
1) Pelepasan tanggung jawab yang berada dalam lingkungan pemerintah pusat ke
instansi vertikal ke daerah;
2) berhubungan dengan suatu situasi dimana daerah bertindak sebagai perwakilan
pemerintah untuk melaksanakan fungsi- fungsi tertentu atas nama pemerintah;
3) devolusi (pelimpahan) berhubungan dengan suatu situasi tetapi juga
kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu dikerjakan di daerah.

Pengertian dari desentralisasi fiskal adalah pemberian kewenangan kepada
daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer
dari pemerintahan yang lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi.
Singkatnya pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk menentukan regulasi

10

terhadap

anggaran

(http://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/06/percepatan-

pembangunan-dengan-desentralisasi- fiskal-399263.html).
Menurut Rohman (2007) menjelaskan tentang kinerja pemerintah daerah
merupakan suatu gambaran tentang tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam perumusan skema stategis suatu organisasi. Dengan
kata lain, dapat pula dijelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat
dicapai organisasi dalam periode tertentu. Selain Rohman, Sukmana dan
Anggarsari (2009) juga menjelaskan bahwa pengukuran kinerja pemerintah daerah
terkait dengan bagaimana atau sejauh mana Pemerintah Daerah menyelenggarakan
urusan-urusannya tersebut. Oleh karena itu, ukuran untuk menentukan kinerja
pemerintah daerah perlu dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Thiel dan Leeuw (2002) menjelaskan bahwa
sektor pemerintah membutuhkan pengawasan agar dapat mencapai kinerja yang
merupakan tujuan utama negara bagiannya. Thiel dan Leeuw juga menyarankan
menyarankan agar pemerintah pusat tidak ragu untuk mengalokasikan dan
menambah biaya pengawasan kinerja pada sektor pemerintah agar performa negara
bagian dapat terjamin pencapaiannya. Atas penjelasan pada bagian teori dan
penelitian terdahulu, hipotesis yang dibangun atas penjelasan teori dan hasil
penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan positif antara pengawasan fungsional dengan kinerja
peme rintah daerah

11

2.3. Model Penelitian
Dari penjelasan bagian pendahuluan, teori yang mendasari, penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitiannya dan pengembangan hipotesis, maka
model penelitian yang diajukan adalah seperti Gambar 1 di bawah ini.

Pengawasan Fungsional

Kinerja Pemerintah Daerah

Gambar 1 Model penelitian

12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sampel Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan sampel yang disesuaikan dengan maksud
penelitian ini, dengan mempertimbangkan semua pegawai di Provinsi Lampung
yang terkait dengan pengawasan fungsional, dalam hal ini adalah Inspektorat
Wilayah Provinsi Lampung. Semua pegawai inspektorat yang melaksanakan
fungsi sebagai pengawas pada pemerintah daerah memiliki peluang yang sama
untuk menjadi responden.
3.2. Data Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan data primer, yaitu data dalam kajian
ilmiah yang diambil langsung dari subjek penelitian. Ada dua teknik
pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni survei dan
observasi. Survei merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan
bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang berkaitan dengan
penelitian untuk dijawab oleh responden.
Kuesioner di penelitian ini menggunakan kuesioner dari Ardiyansyah
(2010) yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah Kota Bandung” pertanyaan yang digunakan di dalam survey
kuesioner ini adalah sebanyak 20 butir. Sepuluh butir pertanyaan untuk
memperoleh data terkait dengan variabel kinerja pegawai pemerintah; 10 butir
pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel pengawasan fungsional.

Pilot test questionnaire terlebih dahulu akan dilakukan sebelum kuesioner
digunakan. Tujuannya adalah untuk memperoleh nilai reliabilitas dan validitas
pertanyaan
Teknik pengumpulan data primer melalui observasi, yakni cara untuk
mengumpulkan data dalam sebuah penelitian dengan cara wawancara langsung
dengan narasumber yang berkaitan dengan kajian penelitian.

3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Meskipun kuesioner yang digunakan di dalam penelitian dibangun dengan
menggunakan pendekatan konsepsual dari para ahli SDM, namun karena belum
terbukti reliabilitas dan validitasnya pada penelitian-penelitian sebelumnya, pada
penelitian ini akan dilakukan pilot test untuk memperoleh nilai validitas dan
reliabilitasnya.
Maksud pengujian validitas adalah untuk menentukan apakah instrumen yang
digunakan di dalam penelitian ini dapat mengukur objek yang diukur sebagaimana
persepsi responden yang sesungguhnya. Karena alasan inilah, kuesioner yang
digunakan harus dibangun

sebaik

mungkin

agar

hasil

yang diperoleh

merefleksikan kondisi yang riil. Pengujian kuesioner penelitian ini akan
menggunakan korelasi Pearson untuk mengukur kevalidan instrumen. Hasil yang
diperoleh atas uji validitas memperlihatkan instrumen yang digunakan valid,
dengan signifikansi korelasi pada level >
Scale>> Reliabilty yang terdapat pada SPSS. Hasil cronbach alpha yang diperoleh
14

sebesar 0,5 menunjukkan bahwa pertanyaan di dalam survey penelitian ini dapat
diandalkan.
3.4. Alat Statistik
Alat statistik yang digunakan dipengujian hipotesis penelitian ini adalah uji
regresi berganda. Uji ini dilakukan untuk memperoleh nilai goodness of fit dari
model penelitian yang diajukan di dalam penelitian, walaupun hasil regresi yang
akan digunakan adalah uji variabel independen terhadap dependen- nya secara
parsial.
Menurut Ghazali (2006), dalam analisis regresi selain mengukur seberapa
besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, juga
menunjukkan bagaimana hubungan antara variabel independen dengan dependen,
sehingga dapat membedakan variabel independen dengan variabel dependen
tersebut.
Persamaan regresi yang dipakai adalah:

Kinerja = a + b1 X1 +e
Dimana :
Kinerja
a
b1-2
X1
e

= Kinerja pegawai
= Konstanta
= Koefisien regresi
= Pengawasan fungsional
= error term

15

3.5. Definisi Variabel
Kinerja Pe merintah Daerah
Kinerja pemerintah yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah kinerja
penggunaan dana pembangunan yang tepat sasaran. Pengukuran yang dilakukan
adalah terhadap penggunaan dana yang sesuai anggaran, SDM yang berkompeten,
sampai dampak dari pembangunan tersebut.
Pengertian kinerja menurut (Bastian,2002) menyatakan bahwa kinerja
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau
program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam perumusan skema strategi suatu organisasi.
Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah

untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.

Pengawasan Fungsional
Baswir (2002:118) menjelaskan bahwa definisi pengawasan sebagai segala
kegiatan dan tindakan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu kegiatan tidak
menyimpang dari tujuan serta rencana yang telah digariskan.
Selanjutnya Halim (2002:145) memberikan definisi pengawasan sebagai
suatu proses kegiatan penilaian terhadap objek pengawasan kegiatan tertentu
dengan tujuan untuk memastikan apakah pelaksanaan tugas dan fungsi objek
pengawasan dan atau kegiatan tersebut telah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan bukan berupa pemeriksaan tetap i

16

pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah.
Untuk pengertian pengawasan fungsional, digunakan pendekatan dari
penjelasan berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2002
tentang pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggara pemerintah daerah
mengemukakan bahwa:
“Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh
lembaga atau badan atau unit yang mempunyai tugas dan fungsi
melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengkajian,
penyusutan dan penilaian”.

Sementara

itu,

pengertian pengawasan

fungsional menurut

Halim

(2002:351) menyatakan bahwa pengawasan fungsional merupakan segala kegiatan
dan bentuk tindakan untuk menjamin agar pelaksanaan suatu kegiatan berjalan
dengan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan.
Secara khusus tujuan pengawasan menurut Halim (2004) yaitu :
1. Menilai ketaatan terhadap Perundang-undangan yang berlaku
2. Menilai apakah kegiatan berjalan dengan pedoman akuntansi yang
berlaku
3. Menilai apakah yang dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan
efektif.
4. Mendeteksi adanya kecurangan

17

Siregar dan Siregar (2001:351) menjelaskan pula bahwa pengawasan
fungsional adalah pengawasan oleh aparatur pengawasan fungsional, yaitu
pengawasan oleh instansi independen dari unsur yang diawasi seperti badan
pengawasan keuangan dan pembangunan (BKP), Inspektor Jendral Departemen,
Unit Pengawasan Lembaga Negara dan Inspektorat Wilayah.

18

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan sesuai dengan
fungsinya dapat memberikan dampak yang signifikan pada kinerja pemda di provinsi
Lampung. Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil statistika adalah bahwa
pengawasan di sektor pemerintah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjamin
tercapainya tujuan pemerintah daerah. Hasil pengujian hipotesis penelitian ini juga
menunjukkan bahwa fungsi pengawasan yang berjalan dengann baik dapat meningkatkan
kinerja pemerintah daerah, khususnya di Kabupaten Pesawaran..

5.2. Implikasi Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian ini terdahulu yang dilakukan oleh Thiel dan Leeuw
(2002) yang menemukan peningkatan kinerja negara bagian ketika pengwasan kinerja
dilakukan dengan baik, dan tak ketinggalkan dukungan hasil penelitian ini yang menemukan
bahwa pengawasan berhubungan dengan kinerja pemerintah daerah, maka implikasi yang
dapat diberikan dari penelitian ini adalah bahwa penting bagi pemerintah untuk melakukan
pengawasan. Fungsi pengawasan harus dijelaskan dan personel yang melakukannya memang
harus mengerti konsekuensi dari pelaksanaan tugas pengawasan tersebut.
Pemerintah juga diharapkan untuk tidak ragu menambah biaya pengawasan pada sektor
pemerintah. Karena semakin baik dilaksankannya pengawasan, akan semakin mungkin juga
kinerja pemerintah daerah dapat dicapai.

5.3. Keterbatasan dan Saran
a. Sampel penelitian hanya terbatas di Kabupaten Pesawaran. Penelitian selanjutnya
dapat memperluas sampel untuk menghasilkan simpulan yang lebih luas
(generaliasasi lebih baik).
b. Penelitian selanjutnya dapat juga membedakan jenis pengawasan, apakah pengawasan
dari internal maupun eksternal.
c. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang terkait dengan
peningkatan kinerja pemerintah daerah.

34

DAFTAR PUSTAKA

Baswir, Revrisond. 2001. Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Yogyakarta.
Boonstra, J. 2003. Dynamics of organisational change and learning: An
introduction. Amsterdam: SIOO.
De Korte, Ronald and van der Pijl, Gert. 2009. Characteristics of a central change
programme within a governmental bureaucracy: a grounded theory study.
Journal of Management Government Vol. 13; 5–40.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan
Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik akuntansi Keuangan Daerah Edisi
pertama, Jakatra:Salemba Empat
http://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/06/percepatan-pembangunan-dengandesentralisasi-fiskal-399263.html).
Jensen, M. C. and Meckling, W. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,
agency cost, and ownership structure. Journal of Financial Economics 3:
305-360.
Mohamad, Ismail, Sjahruddin Rasul dan Haryono Umar, 2004, Konsep dan
Pengukuran Akuntabilitas.Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2002 tentang pertimbangan dan
pengawasan atas penyelenggara pemerintah daerah
Rohman, Abdul. 2007. Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah
dan Fungsi Pemerintah Intern Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.
Jurnal Maksi Vol 7 No.2.
Thiel, Sandra Van dan Leeuw, Frans L. 2002. The performance paradox in the
public sector. Public Performance & Management Review, Vol. 25 No. 3;
267-281
Siregar, Baldrik dan Siregar, Bonni. 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan
Sistem Dana. Yogyakarta: BP STIE YKPN: Juni 2001, Januari 1999,
Oktober, 1996, Agustus 1995.

Sukmana, Wawan dan Anggarsari, Lia. 2009. Pengaruh Pengawasan Intern Dan
Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah (Survei Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota
Tasikmalaya) Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 4, No. 1.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Pegawai Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah

4 76 172

ANALISIS PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN (Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran)

1 11 62

PENGARUH PENGANGARAN BERBASIS KINERJA, PENGAWASAN PREVENTIF DAN PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP Pengaruh Pengangaran Berbasis Kinerja, Pengawasan Preventif Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektifitas Pengendalian Anggaran Keuangan Daerah (Studi Em

0 3 14

PENGARUH PENGANGARAN BERBASIS KINERJA, PENGAWASAN PREVENTIF DAN PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP Pengaruh Pengangaran Berbasis Kinerja, Pengawasan Preventif Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektifitas Pengendalian Anggaran Keuangan Daerah (Studi Empiris

2 11 24

PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Pemeriksaan Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten

6 31 20

PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Pemeriksaan Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten

1 7 17

PENDAHULUAN Pengaruh Pemeriksaan Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota Di Sumatera).

0 11 11

PENGARUH PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH : Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

0 4 54

PENGARUH PENGAWASAN INTERN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH ( Penelitian Pada Pemerintah Kabupaten Jepara)

0 0 19

Hubungan antara pengawasan fungsional dan kinerja pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata : studi kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul - USD Repository

0 0 110