PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN DAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN
TUJUAN ANGGARAN DAN KINERJA APARATUR
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi Lampung)
Oleh
Noor Daniyana
Anggaran adalah suatu proses, perencanaan, pengadopsian kegiatan, pelaksanaan,
pengevaluasian dan pengendalian progam keuangan pemerintah untuk satu tahun
kegiatan atau lebih (Mikesell, 2007) dalam Widhianto (2010). Kenis (1979)
mengatakan anggaran bukan hanya menjadi sebuah rencana keuangan yang
dikelompokkan dalam tujuan, biaya dan pendapatan pusat pertanggungjawaban
suatu organisasi tetapi juga sebagai alat untuk pengendalian, koordinasi,
komunikasi, evaluasi kerja, serta motivasi. Masalah pada penelitian ini adalah
Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat, Apakah
kejelasaan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat, Apakah
partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kejelasan tujuan anggaran.
Populasi pada penelitian ini adalah Aparat Pemerintah Daerah Provinsi Lampung,
pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling, dengan sampel yaitu
aparat pemerintah daerah dengan syarat adalah pejabat yang menduduki jabatan

padalevel eselon III dan eselon IV yang sekaligus sebagai pejabat pembuat
komitmen, karena pejabat-pejabat tersebut adalah pejabatyang mempunyai
kegiatan dalam penganggaran dan sekaligus ikut dalam penyusunan anggaran
serta sebagai pelaksana anggaran di Pemerintah Provinsi Lampung.Responden
yang akan dijadikan sampel diambil dari 39 (tiga puluh sembilan) satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang ada di Provinsi Lampung.
Berdasarkan Hasil Penelitian yang sudah dilakukan, maka hal yang perlu
dijelaskan pada penelitian ini antara lain: Partisipasi anggaran berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah, kejelasan tujuan anggaran tidak
berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah, partisipasi anggaran
berpengaruh positif signifikan terhadap kejelasan tujuan anggaran.
Keywords: Partisipasi Anggaran, Kejelasan Tujuan Anggaran,Kinerja Aparatur

ABSTRACT
EFFECT OF PARTICIPATION BUDGET, BUDGET AND PERFORMANCE
OBJECTIVES CLARITY APPARATUS LOCAL GOVERNMENT
(Empirical Study on the Government of Lampung Province)

By Noor Daniyana


Budget is a process, planning, adoption activities, implementation, evaluation and control of the
government's financial program for one year or more activities (Mikesell, 2007) in Widhianto
(2010). Kenis (1979) said that the budget is not only becoming a financial plan that is classified
in the goals, costs and revenues responsibility center of an organization but also as a tool for
control, coordination, communication, job evaluation, and motivation. The problem in this
research is Is budgetary participation has positive influence on the performance of the apparatus,
Are kejelasaan budgetary purposes positive effect on the performance of the apparatus, Is
budgetary participation positive effect on the clarity of the budget goals.
The population in this study is the Regional Government officials Lampung Province, sampling
using purposive sampling, with a sample of local government officials with the proviso is the
official position padalevel echelon echelon III and IV as well as the official maker of
commitment, because officials are pejabatyang has activities in budgeting and also participated
in the preparation of the budget as well as budget execution in Lampung.Responden Provincial
Government which will be used as samples taken from 39 (thirty-nine) working units (SKPD) in
Lampung Province.
Based on the results of research that has been done, the thing to be explained in this study
include: Participation budget significant positive effect on the performance of government
officials, not the budget goal clarity positive influence on the performance of government
officials, budgetary participation significant positive effect on the clarity of the budget goals.
Keywords: Budget Participation, Clarity of Purpose Budget, Performance Apparatus


RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Noor Daniyana dilahirkan pada tanggal 27 Juli
1980, lahir dari pasangan Bapak Ardansyah Abdis dan Ibu Lies Andayani. Penulis
memiliki 3 saudara dan merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Saat ini penulis
telah berkeluarga dengan nama suami adalah Sonny Yoga Perdana, dan telah
dikaruniai buah hati yaitu: Ashkii Aidan Shiraz.
Semasa Sekolah Dasar Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 2 Pahoman (Teladan). Kemudian melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri
3 Tanjung Karang. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan Sekolah menengah atas
di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
Pendidikan perguruan tinggi dilanjutkan di Universitas Trisakti Jakarta dengan
mengambil Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Selanjutnya melanjutkan
dengan mengambil gelar Master pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Pascasarjana Ilmu Akuntansi. Saat ini penulis aktif sebagai Pegawai Negeri Sipil
di Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.
Demikian sedikit Riwayat Hidup Penulis, Semoga bermanfaat. Atas perhatiaanya
saya ucapkan terima kasih.

Penulis


Noor Daniyana

HALAMAN PERSEMBAHAN
DENGAN KETULUSAN HATI
KUPERSEMBAHKAN KARYA KECIL INI KEPADA:
SUAMI TERCINTA DAN BUAH HATIKU, ORANGTUAKU,
MERTUAKU, ADIK-ADIKKU, ANAK-ANAKKU DAN SAHABATSAHABATKU

I LOVE YOU ALL

MOTO

ILMU, IMAN, AMAL
Maju Terus Pa ta g Mu dur’
Apabila a da berbuat kebaika kepada ora g lai ,

aka

anda telah berbuat baik terhadap diri se diri .

( Benyamin Franklin )

Pa ta g Me yerah, berusaha sekuat te aga, se ua aka
i dah pada waktu ya

Ora et Labora
(Bekerja dan Berdoa)

SANWACANA
Puji syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai tanda rasa syukur atas segala
rahmat dan

karunia yang diberikan Allah swt sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesisyang berjudul: “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan
Tujuan Anggaran Dan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada
Pemerintah Provinsi Lampung)” sebagai syarat memperoleh gelar Magister Sains
Akuntansi Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Lampung.Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan ucapan terimakasih
kepada:

1. Bapak Prof.Dr.H.Satria Bangsawan, S.E, M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Susi Sarumpaet,Ph.D.,Akt selaku Ketua Program Pascasarjana Ilmu
Akuntansi Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan, saran,
arahan, dan waktunya selama proses penyusunan tesis.
3. Bapak Dr.Einde Evana, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan pembimbing utama yang telah memberikan dukungan, saran, arahan,
dan waktunya selama proses penyusunan tesis.
4. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan dukungan, saran, arahan, dan waktunya selama proses
penyusunan tesis.
5. Bapak Fitra Dharma, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
memberikan dukungan, saran selama proses penyusunan tesis.

6. Bapak dan ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
sangat bermanfaat selama penulis berada di Pascasarjana ilmu Akuntasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
7. Suamiku tercinta Sonny Yoga Perdana yang selalu setia mendukung dan
mendampingiku dalam suka maupun duka serta buah hatiku Ashkii Aidan
Shiraz yang menjadi inspirasi dan semangat hidupku.

8. Ayahanda Ardansyah Abdis dan Ibunda Lies Andayani, Ayah mertua
Hidayat, Ibu mertua Almarhumah Rida Martati, adik-adikku Noor
Baiyinati Abdis, Noor Amaliya Abdis, Justicia Anindhita Permana Putri,
Moehammad Akbar Ibadillah Sabilil Rasjad, Ahmad Faisal, Muhammad
Ghozali, Yus Mariodan Anak-anakku Elvio Ammar Endre, Zyva Noor
Alisha Faisal, Hagia Sophia Islami Faisal yang telah meberikan dukungan
moril serta senantiasa mendoakanku dalam setiap dzikir dan doanya.
9. Semua rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang
banyak membantu menyelesaikan tesis ini.
Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga Allah swt
memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.
Bandar Lampung,
Penulis,

NOOR DANIYANA

Desember 2014

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................v
SANWACANA ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Masalah.................................................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
1.5 Sistimatika Penulisan Laporan Penelitian ............................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................12
2.1.1 Teori Organisasi ........................................................................... 12
2.1.2 Pengawasan dalam Organisasi ..................................................... 13
2.1.3 Partisipasi Anggaran. ....................................................................14

2.1.4 Kejelasan Tujuan Anggaran .........................................................19
2.1.5Kinerja Aparat Pemerintahan .........................................................21
2.2Pengembangan Hipotesis ........................................................................24
2.2.1 Paradigma Penelitian .................................................................... 24
2.2.2 Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kinerja Aparat ................... 25
2.2.3 Hubungan Kejelasan Tujuan Angganran dan Kinerja Aparat ...... 26
2.2.4 Hubungan Partisipasi Anggaran
dan Kejelasan Tujuan Anggaran ................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Sampel Penelitian ...................................................................................27
3.2 Pengukuran Variabel ..............................................................................28
3.2.1 Partisipasi Anggaran .....................................................................28
3.2.2 Kejelasan Tujuan Anggaran ..........................................................31
3.2.3 Kinerja Aparat ...............................................................................31
3.3 Teknik Analisis Data ..............................................................................33
3.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................ 34

3.3.2 Pengukuran Model Struktural....................................................... 34
3.4 Pengujian Hipotesis ............................................................................... 34

3.5 Analisi Jalur ........................................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penlitian ......................................................................................37
4.2 Karakteristik Responden .......................................................................39
4.2.1Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin .....................................39
4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia ...................................................40
4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan .........................................40
4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Divisi Kerja .......................................41
4.3 Analisis Data .........................................................................................42
4.3.1 Pengukuran Model....................................................................... 42
a. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 42
4.3.2 Pengukuran Struktural Model ...................................................... 45
4.4 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 45
4.5 Uji Jalur ................................................................................................ 46
4.6 Pembahasan .......................................................................................... 47
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................49
5.2 Keterbatasan ...........................................................................................50
5.3 Saran.......................................................................................................50
5.4 Implikasi.................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel.................................................................. 30
Tabel 3.2 Pertanyaan Kuesioner Tentang Partisipasi Anggaran ................. 31
Tabel 3.3 Pertanyaan Kuesioner
Tentang Kejelasan Tujuan Anggaran .......................................... 32
Tabel 3.4 Pertanyaan Kuesioner Tentang Kinerja Aparat .......................... 33
Tabel 4.1 Skema Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner ................................ 39
Tabel 4.2 Skema Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner ................................ 40
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 40
Tabel 4.4 Nilai AVE, Composite Reliability,
R Square dan Cronbach’s Alpha…………………………………… 42
Tabel 4.5 Nilai Discriminant Validity (Fornell-Larcker) ........................... 43
Tabel 4.6 Nilai Cross Loadings .................................................................. 43
Tabel 4.7 Path Coefficients
(Mean, STDEV, T-Values) ........................................................ 44
Tabel 4.8 Hasil Struktural Model:
path coefficient, t-statistics and R2 ............................................ 44
Table 4.9 Sumari Pengujian Hipotesis ........................................................ 46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Jawaban Responden Atas Kuesioner
Lampiran 3 Karakteristik Responden
Lampiran 4 Model Pengukuran Berikut Indikator dengan PLS Algorithm
Lampiran 5 Model Pengukuran Berikut Indikator dengan PLS Algorithm setelah
Booth Straping
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD........................ 16
Gambar 2.2 Research framewok hubungan antara
Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Aparatur melalui
Kejelasan Tujuan Anggaran ............................................................... 24
Gambar 4.1 : Hasil pengujian pengukuran model dan pengukuran
struktural model.......................................................................... 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Anggaran adalah suatu proses, perencanaan, pengadopsian kegiatan, pelaksanaan,
pengevaluasian dan pengendalian progam keuangan pemerintah untuk satu tahun
kegiatan atau lebih (Mikesell, 2007) dalam Widhianto (2010). Kenis (1979)
mengatakan anggaran bukan hanya menjadi sebuah rencana keuangan yang
dikelompokkan

dalam

tujuan,

biaya

dan

pendapatan

untuk

pusat

pertanggungjawaban suatu organisasi tetapi juga sebagai alat untuk pengendalian,
koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja, serta motivasi.

Menurut Bastian (2005) bahwa anggaran yang dilakukan oleh organisasi sektor
publik haruslah mengalokasikan sumber daya secara tepat dan proporsional
kepada masyarakat yang membutuhkan. Pengalokasian sumber daya secara tepat
dan proporsional maka anggaran dapat membantu kejelasan tujuan dan arah
kegiatan dalam periode tertentu. Terlebih, aparat yang terlibat dalam partisipasi
anggaran dimungkinkan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang lebih
memadai terhadap tujuan anggaran itu sendiri. Sehingga dengan adanya tujuan

2

anggaran yang jelas mereka akan tahu apa yang akan dilakukan pada periode
tersebut yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja aparat.

Anggaran pada sektor publik di Indonesia menggambarkan keseluruhan operasi
pemerintah yang disusun menurut periode waktu tertentu, di dalamnya juga
melibatkan proses pengawasan, evaluasi, dan pemeriksaan atau pemberian laporan
pertanggungjawaban. Hal ini berarti, anggaran sekaligus alat kontrol dan solusi
bagi pemerintah, dimana anggaran senantiasa digunakan sebagai tolak ukur
terbaik kinerja aparat.

Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik
(Mardiasmo, 2009). Penganggaran sektor publik terkait dalam proses penentuan
jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter.
Tahap penganggaran menjadi sangat penting, karena anggaran yang tidak efektif
dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang
telah disusun. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk
menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan
pengharapan masyarakat daerah setempat terhadap pengelolaan keuangan daerah
secara ekonomis, efisien dan efektif.

Reformasi anggaran daerah dimulai dengan penyusunan anggaran daerah yang
tidak lagi mengacu kepada PP No. 6 tahun 1975 tentang Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah, dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja.

3

Perubahan

kebijakan

tentang

anggaran

mengikuti

perubahan

kebijakan

pengelolaan keuangan negara. Salah satu bentuk perubahan kebijakan tersebut
dengan mulai diberlakukannya PP No. 105 tahun 2000, tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Yuwono dkk, 2005: 64), selanjutnya
diganti dengan PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang diikuti dengan diterbitkannya Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peran penting anggaran dalam
organisasi sektor publik berasal dari kegunaannya dalam menentukan estimasi
pendapatan atau jumlah tagihan atas jasa yang diberikan (Nordiawan, 2006).

Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan pentingnya
anggaran sektor publik yaitu: (a) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (b) anggaran diperlukan karena adanya
masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choice) dan
trade off, (c) anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran sektor publik
merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga
publik yang ada. Mengingat pentingnya anggaran sektor publik, maka APBD
harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013
menyatakan bahwa dalam penyusunan APBD harus memperhatikan prinsip-

4

prinsip sebagai berikut : (1) sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah
daerah, (2) tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan, (3) transparan, sehingga memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang APBD, (4) melibatkan partisipasi masyarakat, (5) memperhatikan rasa
keadilan dan kepatuhan, dan (6) substansi APBD tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

Informasi anggaran membantu manajemen tingkat atas untuk mengevaluasi
kinerja para manajer tingkat lebih rendah dan memberikan imbalan atau hukuman
(Kenis, 1979). Pada konteks ini, anggaran menunjukkan bagian penting dari
sistem motivasi organisasi yang dirancang untuk memperbaiki sikap dan kinerja
manajerial. Seluruh aspek ini menunjukkan bahwa potensi anggaran mungkin
menjadi alat manajerial yang bermanfaat.

Menurut Kenis (1979) adanya tujuan anggaran yang jelas akan memudahkan
individu untuk menyusun target anggaran. Selanjutnya, target anggaran yang
disusun akan sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai organisasi
sehingga dapat memberikan suatu tingkat kepuasan. Dengan demikian
karakteristik sasaran anggaran dapat berimplikasi pada kinerja aparat pemerintah
daerah yang berpartisipasi baik dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran
sesuai Kebijakan Umum APBD.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan
pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya

5

pencapaian hasil kerja atau ouput dari perencanaan alokasi biaya yang ditetapkan
(PP Nomor 58 Tahun 2005). Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun
berdasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun
anggaran. Oleh karena itu, dalam menyiapkan rancangan APBD, maka
pemerintah daerah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif)
menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) yang memuat petunjuk dan ketentuanketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD.
Penyusunan Kebijakan Umum APBD pada dasarnya merupakan upaya
pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan memperhatikan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan standar
pelayanan minimum yang telah ditetapkan pemerintah (Harun, 2009) dalam
Ramandei (2009).

Penelitian-penelitian terdahulu telah mengatakan bahwa partisipasi anggaran dan
kejelasan tujuan anggaran dapat meningkatkan kinerja aparat. Penelitian Locke
(1968 dalam Kenis, 1979) menunjukkan hubungan kejelasan sasaran anggaran
berpengaruh signifikan dengan kinerja manajerial. Hal ini didukung oleh
Penelitian Kenis (1979) tentang partisipasi anggaran dan kejelasan tujuan
anggaran terhadap kinerja menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan kejelasan
tujuan anggaran menghasilkan pengaruh cukup kuat terhadap variabel kinerja

6

seperti kepuasan kerja, ketegangan kerja, motivasi anggaran, sikap terhadap
anggaran, dan kinerja penganggaran yang dinilai sendiri.

Objek pada penelitian ini adalah Aparat Pemerintah Provinsi Lampung,
merupakan organisasi sektor publik yang menjalankan otonomi daerah sesuai
aturan dan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Implementasi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, merupakan komitmen pemerintah dalam rangka pemerataan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan serta harkat dan martabat
masyarakat Lampung. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan pembangunan
maka dituntut suatu proses perencanaan program dan anggaran yang baik serta
didukung oleh kualitas kinerja aparat pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari
ketersediaan dana yang memadai, sehingga diharapkan terciptanya kualitas
pelayanan kepada masyarakat.

Perbedaan penelitian Kenis (1979), Maryanti (2002), Penelitian Munawar (2006)
dan Penelitian Istiyani (2009) baik dari alat analisisnya maupun populasinya.
Penelitian Kenis (1979) variabel independennya adalah partisipasi anggaran,
kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan
tujuan anggaran, dan variabel dependennya adalah sikap dan kinerja dengan
populasi dan sampelnya diambil dari sektor privat.

Penelitian Maryanti (2002) merupakan pengembangan dari penelitian Kenis
(1979), namun perbedaannya adalah pada variabel dependennya ditambah

7

variabel perilaku sedangkan variabel independennya masih sama seperti penelitian
Kenis (1979) dengan populasi dan sampelnya sektor publik (aparat pemerintah
daerah). Penelitian Munawar (2006) merupakan pengembangan penelitian
Maryanti (2002), dengan variabel yang sama, namun dengan obyek dan alat
analisis yang berbeda. Penelitian Istiyani (2009) merupakan pengembangan dari
penelitian Munawar (2006) dengan variabel dependen adalah kinerja aparat
pemerintah daerah dan variabel independen yang sama yaitu partisipasi anggaran,
kejelasan tujuan, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan tujuan.

Hasil penelitian dari keempatnya tidak konsisten seperti penelitian Kenis (1979)
yang menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran,
evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan tujuan anggaran
menghasilkan pengaruh terhadap variabel sikap manajerial dan kinerja seperti
kepuasan kerja, ketegangan kerja, motivasi anggaran, sikap terhadap anggaran,
dan kinerja penganggaran yang dinilai sendiri.

Penelitian Maryanti (2002) menunujukkan bahwa evaluasi anggaran, umpan balik
anggaran, kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku dan sikap aparat pemerintah daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur,
sedangkan variabel partisipasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran tidak
berpengaruh terhadap kinerja dan berpengaruh lemah terhadap sikap dan perilaku
terhadap aparat pemerintah daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Penelitian Munawar (2006) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan
tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasianggaran dan kesulitan tujuan

8

anggaran berpengaruh terhadap perilaku, sikapdan kinerja aparat pemerintah
daerah Kabupaten Kupang.

Penelitian Istiyani (2009) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan
tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan tujuan
anggaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah
daerah Kabupaten Temanggung.

Alasan peneliti untuk menganalisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan
Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Provinsi Lampung
dikarenakan Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh partisipasi anggaran,
kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja aparat Pemerintah Provinsi Lampung
sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

Alasan yang kedua adalah Aparat Pemerintah Daerah di SKPD yang dijadikan
responden dalam penelitian ini merupakan subjek langsung penganggaran yaitu
sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab anggaran untuk program dan
kegiatan Pemerintah Daerah yang merupakan bentuk penjabaran dari rencana
strategis SKPD, sehingga responden memiliki kaitan langsung dengan
permasalahan yang akan diteliti. Yang menjadi alasan terakhir yaitu adanya
perbedaan dari hasil penelitian terdahulu tentang variabel-variabel yang diteliti.

9

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat ?
2. Apakah kejelasaan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
aparat ?
3. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kejelasan tujuan
anggaran ?

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah:
1. Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat.
2. Kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat.
3. Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kejelasan tujuan
anggaran.

1.4. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi para akademisi atau bagi ilmu akuntansi hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangsih atau kontribusi buah pikir
untuk pengembangan literatur Akuntansi Sektor Publik (ASP) khususnya
dan Akuntansi Manajemen pada umumnya.
2. Bagi pemerintah Propinsi Lampung diharapkan dapat digunakan untuk
justifikasi dalam perencanaan dan evaluasi program khususnya sistem

10

penganggaran disektor publik, dan dapat menjadi masukan dalam
mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya dalam meningkatkan
kinerja aparat pemerintah untuk mencapai tujuan anggaran yang
diinginkan.

1.5. Sistematika Laporan Penelitian
Pembahasan dan pelaporan penelitian ini dibagi ke dalam lima bagian dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika laporan penelitian.
Bab II : Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Bab ini membahas berbagai teori dan hasil penelitian sebelumnya yang
menjadi dasar penelitian ini, serta hipotesis penelitian yang diajukan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini membahas desain penelitian yang berisi sampel penelitian dan
sistem pengumpulan data penelitian, pengukuran variabel, serta teknik
analisis data.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Organisasi
Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan
bersama. Menurut Money (1996), organisasi adalah Perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.

Organisasi adalah sekelompok orang yang secara formal dipersatukan dalam suatu
kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun ciri-ciri organisasi adalah:
-

Mempunyai tujuan dan sasaran

-

Mempunyai keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati

-

Adanya kerjasama

-

Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang

Unsur-Unsur Organisasi antara lain:
-

Orang (Man)

12

-

Kerjasama (administrator, manajer, pekerja)

-

Tujuan Bersama (Prosedur, program, pola kerja)

-

Peralatan (tanah, gedung, bangunan, peralatan)

-

Lingkungan (strategi, anggaran, kebijakan, peraturan)

Menurut Lubis dan Husein (1987) bahwa teori organisasi adalah sekumpulan ilmu
pengetahuan yang membicarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih
secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukaan. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan jika teori organisasi adalah teori
yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi. Salah satu kajian teori
organisasi adalah membahas tentang bagaimana sebuah organisasi menjalankan
fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi.
Sejak “role behavior”muncul sebagai hal yang paling penting dalam fungsi
perusahaan, dalam pengertian prilaku, mengawasi organisasi. Dengan demikian
jika management mengawasi kepercayaan anggotanya terkait hal Nilai, Norma,
dan tuntutan peran, maka manajemen dapat mengawasi organisasi. Pengaruhperngaruh lainnya akan memiliki dampak yang cukup besar baik nilai organisasi
formal, norma dan peran. Selain itu juga nilai dari seseorang dan kepercayaan
juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi (Collins, 1982).

13

2.1.2. Partisipasi Anggaran
Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat
meningkatkan kinerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas
organisasi. Partisipasi yang baik membawa beberapa keuntungan sebagai berikut:
(1) memberi pengaruh yang sehat terhadap adanya inisiatif, moralisme dan
antusiasme, (2) memberikan suatu hasil yang lebih baik dari sebuah rencana
karena adanya kombinasi pengetahuan dari beberapa individu, (3) dapat
meningkatkan kerjasama antar departemen, dan (4) para karyawan dapat lebih
menyadari situasi dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan sasaran dan
pertimbangan lain Irvine (1978 dalam Nor, 2007).

Menurut Bronwell (1982 dalam Sarjito, 2007) partisipasi anggaran sebagai proses
dalam oganisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran
yang menjadi tanggung jawabnya. Sedang menurut Sord dan Welsch (1995 dalam
Sarjito, 2007) mengemukakan bahwa tingkat partisipasi yang lebih tinggi akan
menghasilkan moral lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula.

Partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah
daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan
pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Sementara
partisipasi anggaran menurut Chong (2002 dalam Omposunggu dan Bawono,
2006) yaitu sebagai proses dimana bawahan/pelaksana anggaran diberikan
kesempatan terlibat dalam dan berpengaruh pada proses penyusunan anggaran.

14

Anggaran sektor publik dibuat oleh eksekutif dalam hal ini kepala daerah melalui
usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), dan setelah itu kepala daerah bersama-sama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) menetapkan anggaran. Anggaran merupakan rencana
jangka pendek (biasanya satu tahun) melaksanakan rencana jangka panjang yang
berisi strategi mewujudkan strategi objektif tertentu dan taksiran sumber daya.

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2012 yaitu Penetapan APBD
paling lambat tanggal 31 Desember 2012, sejalan dengan hal tersebut, pemerintah
daerah harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD, mulai dari penyusunan
dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRD untuk
dibahas dan disepakati bersama paling lambat akhir bulan Juli 2012. Selanjutnya
KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama akan menjadi dasar bagi
pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikan dan membahas RAPBD
Tahun Anggaran 2013 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengan
tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah dengan DPRD terhadap
rancangan peraturan daerah tentang APBD, paling lambat tanggal 30 Nopember
2012, dengan tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut :

15

Penyusunan RKPD (akhir bulan Mei)

Penyampaian Rancangan KUA dan
PPAS oleh Ketua TAPD kepada Kepala
Daerah (minggu pertama bulan Juni)

1 minggu
Rancangan KUA dan PPAS
disepakati antaraKepala Daerah
dan DPRD (akhir bulan Juli)

Penyampaian Rancangan KUA
dan PPAS oleh Kepala Daerah
kepada DPRD (pertengahan
bulan Juni)

6 minggu
Surat Edaran Kepala Daerah perihal
Pedoman RKA-SKPD dan RKAPPKD (awal bulan agustus)

Penyusunan dan pembahasan RKASKPD
dan
RKA-PPKD
serta
penyusunan
Rancangan
APBD
(agustus-september)

1 minggu
7 minggu
Pengambilan persetujuan bersama
DPRD dan Kepala Daerah (paling
lama 1 bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan)

3 bulan
Hasil Evaluasi Rancangan APBD (15
hari kerja bulan Desember)

Penyampaian Rancangan APBD
kepada DPRD (minggu pertama
bulan Oktober)

Penetapan Perda APBD dan
Perkada Penjabaran APBD sesuai
dengan hasil evaluasi (paling
lambat 31 Desember)

Gambar 2.1 : Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
Dengan penjabaran sebagai berikut :
1. Penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) oleh Kepala
Daerah dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang
terdiri dari Sekretaris Daerah, Pejabat Perencana Daerah, Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan pejabat lain. KUA disusun
berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan pedoman
penyusun APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

16

KUA merupakan dokumen yang memuat kebijakan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan serta asumsi yang mendasari untuk periode satu tahun.
Dalam pandangan sistem perencanaan pembangunan daerah, KUA
merupakan dokumen perencanaan tahunan yang menghubungkan agenda
strategis daerah (visi, misi, arah pembangunan, program dan kegiatan)
dengan APBD. Dalam merumuskan KUA, pemerintah memperhatikan
pokok-pokok pikiran APBD, arahan, mandat dan pembinaan dari
pimpinan, data historis, Rencana Startegik Daerah (Renstrada) yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing, serta dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat yang
dilakukan oleh

pemerintah daerah. Instrumen yang penting dalam

pembuatan KUA, antara lain tujuan, target, strategi, dan prioritas tertentu.
2. Pembahasan dan penetapan kesepakatan bersama mengenai KUA antara
pemerintah daerah dengan DPRD. KUA diajukan oleh Kepala Daerah
untuk disampaikan kepada DPRD untuk dibahas melalui Panitia Anggaran
dan kemudian disepakati dalam Nota Kesepahaman antara pemerintah
daerah dan DPRD.
3. Penyusunan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) oleh pemerintah
daerah. PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas
maksimal anggaran yang diberikan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan

17

Rencana Kegiatan Anggaran (RKA-SKPD) sebelum disepakati oleh
DPRD.
4. Pembahasan dan penetapan kesepakatan bersama mengenai PPAS antara
pemerintah daerah dengan DPRD. Rumusan PPAS perlu dikonfirmasikan
kepada DPRD untuk memastikan apakah PPAS telah sesuai dengan KUA
yang telah disepakati sebelumnya.
5. Penyusunan dan penyampaian surat edaran kepala daerah tentang
pedoman penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD. Berdasarkan
masukan dari forum warga yang terdiri dari satuan-satuan unit kerja dan
warga masyarakat. TAPD menerbitkan Surat Edaran yang memuat antara
lain Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis Penyusunan Anggaran, Plafon
Anggaran, Tolak Ukur Kinerja SKPD, Formulir Memoranda Anggaran
dan Standar Analisa Belanja. RKA-SKPD berpedoman pada prinsipprinsip dasar antara lain Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah,
Prakiraan Maju, Anggaran Berbasis Prestasi Kerja, serta penganggaran
terpadu.
6. Pembahasan RKA-SKPD oleh TAPD dengan SKPD. TAPD melakukan
evaluasi RKA-SKPD untuk menganalisis kesesuaiannya dengan KUA,
PPAS, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya,
dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja,
analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan
minimal.

Jika

diperlukan,

TAPD

akan

menyempurnakan RKA yang telah disusun.

meminta

SKPD

untuk

18

7. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang APBD.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yang merupakan Kepala
SKPD kemudian menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD
berikut dokumen pendukung yang terdiri atas nota keuangan, dan
rancangan APBD berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah oleh
TAPD. Oleh Kepala Daerah, Raperda tersebut kemudian diajukan ke
DPRD untuk dibahas dan disetujui bersama.
8. Penyusunan rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD. Raperda tentang APBD dan rancangan Peraturan Kepala Daerah
tentang penjabaran APBD yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah
menjadi Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentang penjabaran APBD.

2.1.3. Kejelasan Tujuan Anggaran
Menurut Kenis (1979), kejelasan tujuan anggaran adalah sejauh mana tujuan
anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran
tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian
sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, tujuan anggaran daerah harus
dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh siapa saja yang
bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Kenis menemukan
bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat
kuat untuk meningkatkan kejelasan tujuan anggaran. Reaksi tersebut adalah
peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap
karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana

19

anggaran secara signifikan, jika tujuan anggaran dinyatakan secara jelas. Hal ini
akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan
yang dikehendaki.

Adanya tujuan anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas
organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Locke (1968 dalam Kenis, 1979) mengatakan
kejelasan tujuan anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan.
Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi
bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan kondisi
lingkungan yang tidak pasti.

Menurut Mulyadi (2008) bahwa anggaran merupakan managerial plan for action
untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Untuk itu anggaran sektor
publik harus mencakup aspek perencanaan, aspek pengendalian dan aspek
akuntabilitas publik.

Istiyani (2009) mengatakan bahwa Pemerintah menggunakan anggaran sebagai
alat untuk merancang program kerja atau langkah-langkah yang akan dilakukan
setiap aktivitas agar dapat terarah dan terkontrol dengan baik. Anggaran sektor
publik menjadi kendali dan tolok ukur untuk setiap aktivitas yang dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik mempunyai kejelasan tujuan
anggaran dalam melaksanakan program-program dalam bentuk pendapatan dan

20

belanja yang dinyatakan dalam satuan moneter dan didanai dengan dengan uang
masyarakat.

Maryanti (2002) menemukan bahwa aparat pemerintah daerah Propinsi NTT
dapat mengetahui hasil usahanya melalui evaluasi yang dilakukan secara efektif
untuk mengetahui kejelasan tujuan anggaran dibuatnya dan mereka merasa puas
bahwa anggaran yang dibuatnya adalah bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.

2.1.4 Kinerja Aparat Pemerintah Daerah
Kinerja

pada

dasarnya

merupakan

penilaian

perilaku

manusia

dalam

melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Menurut Srimindarti (2006) kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas

operasional

organisasi,

bagian

organisasi

dan

karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Suprihanto (1987) kinerja adalah suatu sistem yang
digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang telah melaksanakan
pekerjaan masing-masing secara keseluruhan atau suatu proses yang terjadi di
dalam organisasi menilai atau mengetahui kinerja seseorang. Glueck (1978) dalam
Istiyani (2009) mendefinikan evaluasi kinerja sebagai kegiatan penentuan sampai
pada tingkat mana seseorang melaksanakan tugasnya secara efektif.

21

Kinerja pegawai menurut Nitisemito (2002) adalah hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau sekelompok orang dalam satu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung-jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi.

Parker

(1993

dalam

Arja,

2000)

menyebutkan

lima

manfaat

adanya

pengukuran/penilaian kinerja suatu entitas pemerintahan yaitu:
a) Peningkatan kinerja meningkatkan mutu pengambilan keputusan.
b) Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas internal.
c) Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas publik.
d) Pengukuran kinerja mendukung perencanaan strategi dan tujuan.
e) Pengukuran kinerja memungkinkan suatu entitas untuk menentukan
penggunaan sumber daya secara efektif.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
mengatur bahwa penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja
dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil
yang diharapkan dari program dan kegiatan, termasuk efisiensi dalam pencapaian
keluaran dan hasil tersebut. Penyusunan anggaran berdasarkan kinerja dilakukan
berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisa standar belanja, standar
satuan harga pelayanan minimal. Pendekatan ini lebih mengutamakan upaya
pencapaian keluaran dari masukan yang ditetapkan.

22

Anggaran berbasis kinerja yang didalamnya memuat indikator kinerja bertujuan
menyelaraskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari suatu kegiatan dengan
kebijakan dan program. Suatu rencana kinerja memuat berbagai komponen
berikut : (a) Tujuan dan sasaran, sebagaimana termuat dalam dokumen rencana
strategis (renstra) SKPD dan dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya,
(b) Program, sebagaimana termuat dalam dokumen renstra SKPD dan dokumen
perencanaan pembangunan daerah lainnya, (c) Kegiatan, yaitu tindakan nyata
dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh SKPD sesuai dengan kebijakan
dan program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu,
(d) Indikator kinerja kegiatan, yaitu ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan.

Menurut Yuwono, dkk (2005) menjelaskan mengenai pengertian anggaran
berbasis kinerja adalah Sistem anggaran yang lebih menekankan pada
pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal. Anggaran
berbasis kinerja disusun berdasarkan pada hasil yang ingin dicapai dengan
mendayagunakan yang dimiliki akan tercapai dengan lebih optimal. Sedangkan
Mahmudi (2010) menjelaskan mengenai pengertian anggaran berbasis kinerja
yaitu Sistem yang mencakup kegiatan penyusunan dan tolak ukur kinerja sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.

Anggaran berbasis kinerja merupakan sebuah sistem perencanaan program yang
akan dilakukan pemerintah dengan menetapkan tolok ukur kinerja sebagai
pembanding dalam mencapai tujuan. Anggaran berbasis kinerja ini disusun untuk

23

membantu pemerintah dalam melakukan koordinasi setiap kegiatan. Anggaran
berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
sistem anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.

2.2 Pengembangan hipotesis
2.2.1. Hubungan Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Aparat
Supriyono (2004) mengungkapkan bahwa di Indonesia, hubungan antara
partisipasi anggaran dengan kinerja manajer mempunyai hubungan positif secara
signifikan. Manajer yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi akan lebih
memahami tujuan anggaran. Karena kinerja manajer akan dinilai berdasarkan
target anggaran yang bisa dicapai, manajer akan bersungguh-sungguh dalam
penyusunan anggaran dan menyebabkan meningkatnya kinerja manajer tersebut.

Maryanti (2002) menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan
negatif terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah Propinsi Nusa Tenggara
Timur, menunjukkan bahwa anggaran yang dibuat tidak spesifik dan tidak jelas
sehingga membuat kinerja aparat pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur
menjadi rendah. Sedangkan Munawar (2006) menemukan bahwa karakteristik
tujuan anggaran dengan variabel partisipasi anggaran berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku, sikap dan kinerja aparat pemerintah daerah di
Kabupaten Kupang. Istiyani (2009) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh

24

yang positif antara variabel partisipasi anggaran dengan variabel kinerja aparat
pemerintah daerah di Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan temuan empiris di atas, penelitian ini berargumen bahwa dengan
adanya keterlibatan dalam proses pengganggaran, akan memberikan implikasi
terhadap kejelasan tugas dan target yang dicapai, sehingga dapat meningkatkan
kinerja para individu yang terlibat didalamnya, maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah.

2.2.2. Hubungan Kejelasan Tujuan Anggaran Dan Kinerja Aparat
Locke dan Schweiger (1979) menunjukkan bahwa kejelasan tujuan dapat
meningkatkan kinerja manajerial, sedangkan kurangnya kejelasan mengarah pada
kebingungan dan ketidakpuasan para pelaksana, yang berakibat pada penurunan
kinerja. Beberapa penelitian mendukung pengaruh positif kejelasan tujuan
terhadap kinerja manajerial (Ivancevich, 1976; Steers, 1975; Imoisili, 1989).
Manajer yang bekerja tanpa tujuan yang jelas akan dihadapkan pada tingginya
ketidakpastian atas pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Maryanti (2002) menemukan bahwa aparat pemerintah daerah Propinsi Nusa
Tenggara Timur dapat mengetahui hasil usahanya melalui evaluasi yang
dilakukan secara efektif untuk mengetahui kejelasan tujuan anggaran dibuatnya
dan mereka merasa puas bahwa anggaran yang dibuatnya adalah bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat. Munawar (2006) juga menemukan bahwa kejelasan
tujuan anggaran menghasilkan pengaruh cukup kuat terhadap kinerja aparat

25

pemerintah daerah Kabupaten Kupang dalam melaksanakan anggaran. Istiyani
(2009) menemukan bahwa kejelasan tujuan anggaran berpengaruh signifikan
terhadap kinerja aparat di Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan temuan empiris di atas, penelitian ini berargumen bahwa dengan
tujuan yang jelas dalam proses penganggaran, akan memberikan implikasi
terhadap kejelasan output dan outcome yang akan dicapai, maka pencapaian
kinerja akan optimal sehingga kejelasan tujuan anggaran akan berdampak positif
terhadap kinerja oleh sebab itu peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat
pemerintah

2.2.3. Hubungan Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Tujuan Anggaran
Kenis (1979) mengatakan bahwa adanya tujuan anggaran yang jelas akan
memudahkan individu menyusun target-target anggaran. Selanjutnya, target-target
anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi.
Jelasnya tujuan anggaran maka berpengaruh pada partisipasi anggaran dalam
menyusun anggaran, dengan meningkatnya partisipasi anggaran maka akan
meningkatkan kejelasan tujuan anggaran.

Penelitian ini berargumen bahwa ada hubungan positif antara partisipasi anggaran
dengan kejelasan tujuan anggaran. Hubungan positif ini didasari dari logika
bahwa ketika aparat mempunyai kejelasan tujuan anggaran mereka akan
berpartisipasi dalam perencanaan anggaran pada periode tahun anggaran tersebut
baik

Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 2 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 5 15

PENGARUH PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Studi Kasus P

0 5 11

PENGARUH PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Studi Kasus P

0 2 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 2 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 3 18

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN KECUKUPAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Kecukupan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel

0 1 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Kecukupan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 1 19

(ABSTRAK) PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN, UMPAN BALIK ANGGARAN , EVALUASI ANGGARAN DAN KESULITAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH.

0 0 1

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH

0 0 13