nyanyian dapat membangun kehidupan bersama umat Allah.
28
Melalui nyanyian jemaat dapat dibangun dalam kesatuan yang solid dan dikuatkan satu sama lain.
Ayat-ayat dalam Alkitab yang disandarkan pada melodi lagu dapat menjadi nyanyian yang mengajarkan pokok-pokok ajaran Kekristenan yang lebih efektif,
sebab ini akan lebih mudah untuk diingat daripada ajaran yang disampaikan lewat khotbah atau kata-kata.
29
Nyanyian yang merupakan kutipan ayat memberikan kesempatan bagi tiap orang untuk merefleksikan pengalaman iman dan
spiritualitasnya pada Firman Tuhan. Tak jarang sebuah nyanyian dapat memberikan pengaruh yang baik atau yang buruk secara emosional, rasional, kepribadian
seseorang. Fungsi lain dari nyanyian yang penulis berikan adalah sebagai bentuk
penginjilan. Nyanyian memiliki keuntungan untuk mengenalkan sosok Yesus kepada orang yang belum mengenal Dia. Melalui nyanyian seseorang lebih mudah
memahami siapakah Yesus dan ajaran yang Ia sampaikan pada masa pelayanan di dunia. Dengan demikian nyanyian sangat membantu misi Gereja dalam mengenalkan
Yesus bagi dunia.
2.4. Musik Gerejawi
2.4.1. Definisi Musik Gerejawi Pada mulanya musik gerejawi dipahami sebatas instrumen yang digunakan
untuk mengiringi nyanyian jemaat dan paduan suara di sebuah gereja. Tetapi harus dipahami bahwa musik gerejawi adalah baik musik instrumental, nyanyian, maupun
28
David F. Detwiler, Church Music and Colossian 3:16 dalam Bibliotecha Sacra Volume 158 No. 631 USA: Dallas Theological Seminary, 2001, 365.
29
Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya , 5.
paduan suara yang menjadi bagian dalam sebuah ibadah.
30
Tidak semua musik dapat disebut sebagai musik gerejawi jika tidak menjadi bagian dari ibadah atau liturgi
yang ada. Musik membantu seseorang menghayati perasaannya termasuk perasaannya tentang Tuhan. Ester Gunawan Nasrani mengutip suatu pernyataan
Martin Luther dalam artikelnya yaitu musik sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan, oleh karena itu setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk
mengupayakan musik sebagai sarana untuk mengembangkannya secara kreatif dalam ibadah kita.
31
Tak jarang musik disebut sebagai kunci untuk membangkitkan atau justru melemahkan semangat mendemotivasi jemaat sebuah ibadah. Jika musik itu bisa
membuat jemaat merasa berada di sebuah panggung dan mendapatkan porsinya untuk bernyanyi, maka semangat jemaat dalam menyanyikan pujiannya
dibangkitkan. Tetapi jika musik yang ada membuat jemaat merasa di sebuah padang gurun bernyanyi seorang diri, justru melemahkan semangat ibadah yang sudah
dibawa oleh jemaat. Oleh karena itu tantangan bagi keberadaan musik gereja adalah membuat suatu ibadah menjadi pertunjukan bersama semua orang, bukan sebagai
pertunjukan sekelompok orang yang bisa memainkan alat musik dan bernyanyi dalam paduan suara.
Musik gereja yang baik atau tidak tergantung dari kesepakatan bersama seluruh anggota gereja, apakah mereka menganggap bahwa musik itu penting atau
sekedar menjadi pengiring nyanyian jemaat. Ketika seluruh anggota gereja berpikiran bahwa musik gerejawi membuat jemaat dapat menghayati unsur liturgi,
nyanyian dan ibadah, serta telah menjadi nyanyian jiwa atau doa hati, maka akan
30
Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, Salatiga: Fak. Teologi UKSW, 1999, 1.
31
Ester Gunawan Nasrani, Suatu Tinjauan Teologis dan Historis, diunduh resmi dari http:www.gpdiworld.us
tanggal 30 Januari 2012 pukul 13.07 WIB
muncul usaha-usaha untuk menghasilkan suatu musik gerejawi yang lebih baik. Musik yang baik, akan mengubah suatu ibadah yang rata-rata menjadi ibadah yang
luar biasa dan kemudian menjadi wahana anugerah Allah.
32
Ketika Allah menganugerahkan musik bagi manusia, tentu memiliki maksud dan tujuan. Tujuan ini tidak lain adalah untuk membantu manusia dalam memuji
Dia.
33
Namun demikian musik tidak boleh menjadi satu pertunjukan yang ditonton oleh jemaat. Musik harus bisa menjadi suatu tempat di mana emosi dirasakan. Jika
tidak ada perasaan berbeda ketika musik digunakan dan tidak, maka fungsi utama dari musik gerejawi tidak terpenuhi. Musik gereja harus diusahakan sebaik mungkin,
tetapi tidak boleh membawa kesan sebuah konser dalam peribadatan.
2.4.2. Bentuk Musik Gerejawi 2.4.2.1. Musik Instrumentalia
Bentuk dari musik gerejawi yang pertama adalah musik instrumentalia. Jenis musik ini didefinisikan sebagai berbagai instrumen musik yang digunakan untuk
mendukung penyelenggaraan sebuah ibadah. Dalam prakteknya biasa diwujudkan dalam fungsi mengiringi nyanyian jemaat dan fungsi liturgis. Di dalam Alkitab
banyak sekali instrumen musik yang digunakan dalam peribadatan, misalnya gambus, kecapi, harpa, seruling, sangkakala, dsb. Tidak ada satu ayat pun di dalam
Alkitab yang membatasi jenis musik instrumentalia yang boleh digunakan dalam kebaktian. Pada perkembangannya organ dipilih sebagai salah satu instrumen yang
digunakan, meskipun demikian, organ bukan dibuat oleh orang barat, tetapi oleh seorang ahli teknik berkebangsaan Yunani bernama Ktesibios pada abad ke 3 SM.
32
Ray, Gereja yang Hidup, 151.
33
Lamar Boshman, Musik Bangkit Kembali, Jakarta: Pekabaran Injil Imanuel, 2001, 19.
Seiring dengan perkembangan jaman, musik pun turut berkembang dengan sebutan musik kontemporer. Begitu juga halnya dengan musik gerejawi. Banyak
Gereja Protestan yang mulai menggunakan jenis musik rohani kontemporer dalam peribadatan, seperti halnya nyanyian. Lagu bergenre
pop
banyak yang digunakan sebagai pengganti himne yang dinilai sudah tidak relevan bagi kaum muda.
34
Usaha gereja untuk menarik perhatian kaum muda dengan mengadopsi musik kontemporer
agar tidak berpindah ke gereja lain. Penyajian musik di dalam gereja sering menjadi penyebab bentrokan antar
generasi.
35
Tidak semua orang dapat mengikuti nyanyian dan merasa nyaman dengan instrumen yang digunakan oleh gereja di masa kini. Namun demikian, musik kristen
kontemporer sudah menjadi satu bagian dari Pekabaran Injil yang berusaha menarik perhatian kaum muda. Tanggapan yang muncul antara lain protes yang diajukan oleh
pemimpin gereja. Mereka menilai musik kristen kontemporer bukanlah musik yang diberkati oleh Tuhan, karena menimbulkan dampak yang negatif melalui syair dan
penampilan penyanyinya, sangat duniawi, kurang rohani dan dipakai untuk mencari popularitas pribadi.
36
Dilema yang dialami gereja masa kini harus dapat disikapi dengan bijaksana. Musik kristen kontemporer memang menarik perhatian kaum muda, tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan generasi sebelumnya dan memberikan penghargaan kepada himne dan mazmur yang menjadi warisan Kekristenan sejak masa lalu.
34
Winnardo Saragih, Misi Musik: Menyembah atau Menghujat Allah, Yogyakarta: Andi, 2008, 90.
35
Saragih, Misi Musik, 90.
36
Saragih, Misi Musik, 91.
2.4.2.2. Musik Vokal Bentuk musik yang termasuk dalam musik gerejawi adalah musik vokal.
Musik vokal biasanya berupa nyanyian yang dilagukan oleh jemaat. Syair akan lebih menyentuh dan mudah dimaknai jika disandarkan pada sebuah rangkaian melodi
menjadi sebuah lagu. Kita sudah mengenal penggunaan Mazmur, himne dan nyanyian rohani. Pada masa kini nyanyian rohani kontemporer berupa lagu-lagu pop
juga sudah banyak digunakan gereja. Tetapi yang harus diingat adalah terlalu banyak nyanyian baru dapat membuat jemaat membisu karena nyanyian yang sulit.
37
Musik instrumentalia berfungsi untuk mengiringi nyanyian jemaat, tetapi tidak semua nyanyian harus dibawakan dengan iringan musik. Inilah yang disebut
musik
acapella
berasal dari kata
alla
dan
capella
yang merujuk kepada jenis musik yang digunakan di dalam gereja atau kapel, yaitu bernyanyi tanpa iringan. Beberapa
nyanyian tetap terdengar merdu meskipun dibawakan tanpa iringan. Paduan Suara merupakan bagian dari musik vokal dalam musik gerejawi.
Fungsi utama paduan suara yang benar pada dasarnya adalah untuk membantu jemaat dalam bernyanyi, misalnya dalam mengenalkan lagu baru atau lagu yang
sulit, sehingga bukan justru berfungsi sebagai tontonan yang dilihat di depan jemaat. Ini juga membawa pengaruh pada penempatan paduan suara yang sebenarnya, yaitu
di belakang atau di tengah-tengah jemaat sehingga paduan suara turut bernyanyi bersama jemaat.
38
Suatu kesalahan jika Paduan Suara hanya menjadi tontonan atau mengambil alih semua nyanyian jemaat seperti di abad-abad sebelum reformasi,
37
Ray, Gereja yang Hidup, 89.
38
White, Pengantar Ibadah Kristen, 106.
nyanyian jemaat sempat kehilangan perannya, karena diambil oleh pengaruh Roma, nyanyian jemaat diserahkan kepada paduan suara.
39
2.4.3. Peran Musik Gerejawi Musik merupakan medium yang lebih ekspresif untuk menyampaikan
intensitas perasaan daripada mengucapkan kata-kata melalui kepelbagaian kecepatan, pola titi nada, keras lembut, melodi dan ritme.
40
Ini tidak dapat diraih melalui aktivitas berkata-kata atau berbicara, meskipun bentuk pujian dapat diberikan berupa
kata-kata, musik menjadi satu media yang lebih efektif dalam menyampaikan makna kata-kata tersebut. Tetapi musik yang menyulitkan akan kehilangan fungsinya karena
menjadi penghalang bagi jemaat mengekspresikan isi hatinya. Adapun peranan musik dalam ibadah dengan meminjam ide Anton Ampu
Lembang adalah sebagai berikut,
41
pertama adalah sebagai sarana memuji Tuhan, sebab tujuan utama dari sebuah ibadah adalah untuk memuji Tuhan. Kedua, sebagai
sarana persekutuan. Sarana ini digunakan untuk menyebutkan dimensi horisontal dari Musik Gerejawi, yaitu mempersatukan jemaat dalam pujian dan penyembahan.
Ketiga, sebagai sarana pembinaan, yaitu untuk menasehati, menguatkan, memberikan dorongan, memerintah, menghibur satu sama lain untuk menghadapi
kenyataan dan tantangan hidup sebagai pengikut Kristus. Keempat, sebagai sarana
pengajaran, sebab pengajaran menjadi lebih efektif dan mudah dimengerti melalui rangkaian melodi, harmoni dan ritme daripada pendekatan verbal kata-kata.
39
J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia: yang Dipakai Gereja -gereja di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 107.
40
White, Pengantar Ibadah Kristen, 103.
41
Anton Ampu Lembang, Musik Rock dalam Konteks Ibadah dan Keketatan Teologis dalam Jurnal Amanat Agung
Volume 2 No. 2 Jakarta: STT Amanat Agung, 2006, 252-255.
Fungsi lain dari Musik Gerejawi sebagai musik liturgis yaitu mengantarkan jemaat untuk menghayati tiap unsur liturgi yang sedang dijalani. Tidak semua
nyanyian harus diiringi oleh musik instrumen. Tak jarang nyanyian
a capella
menjadi sangat menyentuh daripada diiringi oleh instrumen apapun tetapi tidak memberikan suasana yang tepat. Ini salah satu tujuan penting dari Musik Gerejawi
yaitu membangun suasana ibadah yang tepat.
42
2.5. Penutup