gereja di Asia telah kehilangan jati dirinya karena melestarikan “bejana Kekristenan” yang memuat teologi, liturgi dan nyanyian jemaat dari barat.
7
Pada mulanya liturgi berasal dari bahasa Yunani
leituorgia
yang terdefinisi dalam kata “
ergon
” yang berarti bekerja dan “
laos
” yang berarti umat atau rakyat, sehingga makna kata liturgi pada awalnya adalah suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh rakyat untuk kepentingan kota atau negara, seperti membayar pajak.
8
Di masa kemudian, liturgi diadaptasi oleh gereja untuk menyatakan suatu aktivitas pelayanan
bagi Allah. Liturgi yang baik adalah liturgi yang mampu membuat tiap anggota jemaat merefleksikan kasih Allah yang telah menyatakan cintaNya melalui kematian
Yesus Kristus bagi dosa manusia. Namun liturgi yang baik tidak hanya berdasarkan liturgi yang dikenalkan oleh misionaris barat dan diturunkan kepada anak-cucu
sampai sekarang. Liturgi sebaiknya disusun dengan rumusan teologi yang memperhatikan konteksnya sehingga dapat membuat anggota jemaat memaknai
kasih Allah secara mendalam.
9
Liturgi dengan menggunakan “bahasa” yang dikenal oleh jemaat, akan membuat sebuah ibadah yang biasa menjadi ibadah yang berkesan
dan penuh penghayatan.
2.3. Nyanyian Jemaat
2.3.1. Definisi Nyanyian Jemaat Dalam sebuah ibadah Kristen, nyanyian jemaat adalah aktivitas penting yang
sudah melekat bagi umat Kristen sebagai sebuah identitas. Bukan sebuah keanehan jika orang Kristen bernyanyi, bahkan Kenneth W. Osbeck memberi pernyataan
7
Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, 168.
8
White, Pengantar Ibadah Kristen, 14.
9
Clemens Sedmak, Doing Local Theology: A Guidefor Artisans of a New Humanity, New York: Orbis Books, 2002, 74.
bahwa iman Kristen adalah iman yang bernyanyi.
10
Nyanyian Jemaat merupakan pencerminan dari vitalitas spiritual suatu jemaat dan menjadi respon atas anugerah
yang diberikan Tuhan.
11
Dengan demikian Nyanyian Jemaat tidak dapat digantikan oleh pemimpin ibadah, pemimpin pujian dan paduan suara yang mendominasi,
karena ini merupakan bentuk ekspresi pujian dan penyembahan seluruh anggota jemaat.
Secara psikologis, bernyanyi merupakan kemampuan alami dari setiap manusia dan yang dapat dinikmati. Jemaat yang bernyanyi tidak hanya
mendatangkan keuntungan bagi tiap pribadi, tetapi nyanyian jemaat merupakan karakteristik utama yang membedakan Kekristenan dari kepercayaan lain. Fakta
mencengangkan bahwa anggota jemaat yang datang dalam ibadah Minggu memiliki tujuan utama untuk bernyanyi, sedangkan hal teologis berada di urutan kedua,
12
maksudnya adalah banyak anggota jemaat yang datang ke gereja untuk bernyanyi bersama-sama daripada memperhatikan hal-hal teologis yang ada lewat liturgi dan
khotbah. Melihat pentingnya nyanyian dalam sebuah ibadah, tugas gereja adalah memilih nyanyian yang bukan merupakan nyanyian kesukaan pendeta, pemimpin
pujian, pemain musik atau paduan suara, tetapi menjadi nyanyian kesukaan jemaat.
13
2.3.2. Bentuk Nyanyian Jemaat Bentuk nyanyian di masa Kekristenan mula-mula dapat kita temukan di surat Rasul
Paulus untuk Jemaat Kolose 3:16, yaitu mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani.
10
Kenneth W. Osbeck, 101 Hymns Stories, Michigan: Kregel Publications, 1982, xi.
11
Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya, Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 1999, 1.
12
Ray, Gereja yang Hidup, 146.
13
Ray, Gereja yang Hidup, 151.
2.3.2.1. Mazmur Nyanyian Mazmur merujuk kepada sebuah kitab yang ada di Perjanjian Lama
yang pada awalnya kitab ini merupakan kumpulan dari syair lagu dengan berbagai tema. Mengetahui Kitab Mazmur adalah kumpulan syair lagu, maka di masa gereja
mula-mula cara membaca kitab ini adalah dengan melagukannya serta dengan berbalas-balasan antara pemimpin ibadah atau paduan suara dan jemaat
antiphonal psalmody
. Pada masa kini, kita menyanyikan mazmur yang merupakan ayat-ayat Alkitab yang digubah ke dalam lagu-lagu kontemporer.
14
Ada pula cara lain dalam menyanyikan Mazmur yaitu dinyanyikan oleh seorang solis
direct psalmody
, dinyanyikan bergantian antara solis dan paduan suara
responsorial psalmody
, dan beberapa ayat yang merupakan pengulangan dinyanyikan oleh paduan suara
litanical psalmody
.
15
2.3.2.2. Kidung Pujian Himne Istilah ini pada awalnya digunakan untuk menyebut himne. Tetapi pada masa
kemudian, pengertian himne dibatasi pada semua pujian yang digubah menggunakan syair puitis baru yang membedakannya dengan Mazmur.
16
Himne merupakan salah satu ciri khas Kekristenan mula-mula, karena himne dinyanyikan pertama kali ketika
peristiwa Pentakosta dan setelah jemaat merasa bahwa Mazmur sudah tidak relevan untuk dinyanyikan pada masa itu. Dalam perkembangannya tidak hanya himne yang
disebut sebagai Kidung Pujian, tetapi nyanyian-nyanyian pendek berupa pujian dan
14
Bob Sorge, Mengungkap Segi Pujian dan Penyembahan, Yogyakarta: Andi, 1991, 41.
15
Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya, 3.
16
Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya , 4.
penyembahan yang dibuat berdasarkan urapan Roh Kudus juga disebut sebagai Kidung Pujian.
17
Pada masa kini, himne dapat kita temukan sebagai nyanyian jemaat yang dibukukan dalam Kidung Jemaat, Pelengkap Kidung Jemaat dan Nyanyikanlah
Kidung Baru yang diterbitkan oleh Yayasan Musik Gereja YAMUGER atau buku- buku lainnya seperti Puji-pujian Rohani PPR yang digunakan GKMI. Oleh banyak
gereja di masa kini, himne mulai banyak ditinggalkan dan digantikan oleh nyanyian rohani kontemporer yang dinilai lebih kontekstual dan mudah dipelajari. Tetapi Bob
Sorge menyanggah anggapan tersebut dengan mengutarakan beberapa kelebihan dari himne, antara lain himne memuat banyak tema yang dapat digunakan dalam tiap
peribadatan, himne memiliki syair yang lebih mendalam daripada nyanyian rohani kontemporer yang ada di masa kini, himne memiliki usia untuk bertahan lebih lama
daripada nyanyian rohani kontemporer, kidung Pujian atau himne lebih efektif digunakan untuk mengajarkan Kekristenan kepada generasi penerus, dan himne
merupakan warisan Kekristenan yang penting karena digubah oleh teolog-teolog yang lebih memahami Firman Tuhan dan mengekspresikannya lewat himne yang
dibuat.
18
2.3.2.3. Nyanyian Rohani Nyanyian rohani merupakan nyanyian yang diciptakan tanpa bersumber pada
ayat-ayat Alkitab. Nyanyian ini merupakan ekspresi individual yang mencerminkan pengalaman bersama Allah. Di masa kini, nyanyian rohani banyak dikenal melalui
nyanyian gospel yang liriknya lebih sederhana. Nyanyian ini pada mulanya
17
Sorge, Mengungkap Segi Pujian, 142.
18
Sorge, Mengungkap Segi Pujian, 143-144.
diciptakan untuk membantu kaum muda untuk mengekspresikan keinginan mereka memuji Tuhan dengan bentuk yang lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi
Saragih berpendapat bahwa nyanyian rohani merupakan nyanyian dilantunkan berdasarkan tuntunan Roh Kudus secara spontan.
19
2.3.2.4. Lagu Rohani Kontemporer Di masa kini banyak ditemukan lagu rohani kontemporer yang digunakan
gereja sebagai nyanyian jemaat. Nyanyian rohani kontemporer pada dasarnya merupakan nyanyian rohani yang dimaskud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 3:16.
Yang membedakan nyanyian rohani ini adalah penggunaan lirik yang lebih lugas, kontekstual, dan struktur melodi yang lebih mudah diingat dengan irama pop yang
bersifat kekinian. Tak jarang penggunaan lagu kontemporer rohani ini dilandaskan pada kaum muda yang menggemari lagu-lagu berirama pop.
Istilah kontemporer merujuk pada pengertian mengikuti zamannya, sesuatu yang bersifat modern, atau hadir pada masa yang sama, sehingga istilah lagu
kontemporer adalah lagu yang bersifat kekinian.
20
Lagu rohani kontemporer lahir dalam konteks Jesus Movement di California, yaitu orang-orang yang mencari jalan
keluar dari masalah yang menimpa.
21
Dengan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami oleh orang-orang yang hidup di masa kini, musisi gerejawi berusaha
menyajikan musik yang merepresentasikan kerinduan kaum muda yang ingin memuji Tuhan.
19
Sorge, Mengungkap Segi Pujian, 148.
20
Agastya Rama Listya, Menya nyi dan Memuji Tuhan dengan Roh dan Akal Budi dalam Kritis: Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin
, Salatiga: Program Pasca Sarjana UKSW, 2004, 220.
21
Saragih, Misi Musik, 76.
Kemunculan lagu rohani kontemporer sebagai nyanyian yang dipilih dalam peribadatan tidak bebas dari hambatan. Kritik dari pihak yang skeptis terhadap
kehadiran lagu kontemporer rohani pun bermunculan,
22
misalnya adanya unsur subyektivitas yang tinggi, humanisme yang menonjol, sifat anti keintelektualitas,
psikologisme, profesionalisme, konsumerisme, dan pragmatisme. Lagu Rohani Kontemporer dikritik hanya sebagai sarana untuk menarik minat orang untuk masuk
ke dalam gereja, sehingga lebih nampak sebagai sebuah tontonan atau sarana promosi gereja.
23
Kesegaran memang diperlukan bagi tiap jemaat untuk memuji Tuhan lewat nyanyian, tetapi sebagai generasi penerus, meninggalkan apa yang telah diwariskan
oleh pendahulu bukanlah hal yang bijak. Kecenderungan gereja Kharismatik dalam menyingkirkan buku Kidung Pujian dan Mazmur dengan anggapan bahwa
penggubah nyanyian di masa lalu kuang menikmati wahyu yang disampaikan Allah dan menyatakan bahwa lagu kontemporer lebih relevan untuk membuka hati jemaat
saat beribadah.
24
Harus diperhatikan bahwa jika gereja sudah mulai menentukan bentuk nyanyian mana yang paling baik dan yang tidak baik maka gereja sudah tidak
berada dalam upaya menyenangkan Allah lewat ibadah dan nyanyian disampaikan. Gereja seyogyanya dapat memfasilitasi kebutuhan seluruh anggota jemaat, bukan
sekelompok anggota jemaat. Di tengah-tengah jemaat yang heterogen, gereja harus mampu mempersembahkan suatu ibadah sebagai persembahan yang homogen bagi
Allah.
22
Listya, Menyanyi dan Memuji Tuhan, 224.
23
Listya, Menyanyi dan Memuji Tuhan, 225.
24
Sorge, Mengungkap Segi Pujian, 142-143.
2.3.3. Peran Nyanyian Jemaat Nyanyian jemaat dalam sebuah ibadah merupakan ungkapan hidup beriman
umat yang tak tergantikan. Nyanyian jemaat menyatakan kesiapan jemaat dalam menghadap Tuhan dan menyambut kehadiranNya di tengah peribadatan, sehingga
nyanyian jemaat bukanlah sarana hiburan tetapi refleksi iman secara personal maupun komunal untuk menanggapi penyataan kasih Allah. Nyanyian dapat
mewakili isi hati jemaat yang tak terucap ketika mengakui perbuatan dosa yang dilakukan atau luapan ungkapan syukur.
Nyanyian juga berperan sebagai doa yang dilagukan. Seseorang yang bernyanyi dengan indahbaik pada dasarnya sedang berdoa dua kali, sebab seseorang
yang bernyanyi lebih menyadari kata demi kata yang dikeluarkan daripada ketika ia sedang berbicara.
25
Bagi penulis, doa yang dilagukan lebih bermakna dan mendalam sebab diikuti dengan kesungguhan hati pelantun nyanyian itu daripada ketika ia
berdoa dengan berbicara. Di sisi lain, nyanyian jemaat memberikan kesempatan bagi tiap anggota
jemaat untuk mempersembahkan suara terbaik yang dapat diberikan bagi Allah.
26
Ini dapat diartikan bahwa nyanyian dapat menjadi bentuk persembahan tiap individu
untuk memuji dan menyembah Tuhan, sebab dalam sebuah ibadah terkandung unsur pujian dan penyembahan.
27
Melalui nyanyian, seseorang memuji dan menyembah Tuhan yang diimani telah memberikan hidup dan anugerah dalam kehidupannnya.
Inilah yang disebut dengan dimensi vertikal. Sedangkan dimensi horisontal adalah
25
White, Pengantar Ibadah Kristen, 102.
26
White, Pengantar Ibadah Kristen, 104.
27
Sorge, Mengungkap Segi Pujian dan Penyembahan, 21.
nyanyian dapat membangun kehidupan bersama umat Allah.
28
Melalui nyanyian jemaat dapat dibangun dalam kesatuan yang solid dan dikuatkan satu sama lain.
Ayat-ayat dalam Alkitab yang disandarkan pada melodi lagu dapat menjadi nyanyian yang mengajarkan pokok-pokok ajaran Kekristenan yang lebih efektif,
sebab ini akan lebih mudah untuk diingat daripada ajaran yang disampaikan lewat khotbah atau kata-kata.
29
Nyanyian yang merupakan kutipan ayat memberikan kesempatan bagi tiap orang untuk merefleksikan pengalaman iman dan
spiritualitasnya pada Firman Tuhan. Tak jarang sebuah nyanyian dapat memberikan pengaruh yang baik atau yang buruk secara emosional, rasional, kepribadian
seseorang. Fungsi lain dari nyanyian yang penulis berikan adalah sebagai bentuk
penginjilan. Nyanyian memiliki keuntungan untuk mengenalkan sosok Yesus kepada orang yang belum mengenal Dia. Melalui nyanyian seseorang lebih mudah
memahami siapakah Yesus dan ajaran yang Ia sampaikan pada masa pelayanan di dunia. Dengan demikian nyanyian sangat membantu misi Gereja dalam mengenalkan
Yesus bagi dunia.
2.4. Musik Gerejawi