Pembentukan Daerah Otonom Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta PusDaerah J. Civic
11 Otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos dan nomos. autos berarti sendiri.
nomos berarti aturan. Pengertian menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dengan demikian dimungkinkan suatu daerah yang kebetulan memiliki kelembagaan sosial dan budaya dapat berpengaruh dalam pengembangan otonomi daerah yang bersangkutan,
yang berbeda sama sekali dengan daerah otonom yang lain. Sebut saja, misalnya Aceh dan Papua. Di Aceh atau NAD memiliki Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe yang merupakan
lembaga bagi pelestariaan penyelenggaraan kehidupan adat, budaya, dan pemersatu masyarakat NAD. Di NAD diberlakukan syariat Islam dengan Mahkamah Syari’ah-nya. Oleh karena itu, di
NAD zakat merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. Di Provinsi Papua, dikenal adanya MRP Majelis Rakyat Papua. MRP merupakan perwakilan representasi
kultural orang asli Papua yang memiliki wewenang dalam rangka perlindungan hak-hak asli orang Papua.
Dengan demikian, otonomi daerah dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat, yaitu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan
di daerah masing-masing. Demikian juga dalam hal pemilikan. Pemilikan maksudnya adalah sumber pendapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh suatu pemerintahan desa misalnya,
tidak dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pemerintah desa dalam meningkatkan pendapatannya bisa memiliki Badan Usaha Milik Desa, bekerja sama dengan
pihak ketiga dan melakukan pinjaman. Di sini juga terlihat pentingnya partisipasi atau peran serta masyarakat dalam otonomi daerah.