Kode Etik Profesi Akuntansi
Kode Etik Profesi Akuntansi Indonesia
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001:
53)
1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan
sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan
Log In
Sign Up
Pembahasan Sarbanes Oxley Act
Uploaded by
Sania Mj
top 2%
2,436
Sarbanes Oxley
Act
–
Pemeriksaan
Akuntansi II
1
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1
SARBANES
OXLEY ACT
SarbanesOxley Act
(SOA)
merupakan
sebuah
produk
hukum
(Undang-
Undang) di
Amerika
Serikat (AS)
yang
mengatur
tentang
akuntabilitas,
praktik
akuntansi
dan
keterbukaan
informasi,
termasuk tata
cara
pengelolaan
data di
perusahaan
publik.
Namun di
Indonesia
baru
sebagian
kecil yang
baru
menerapkan
aturan
tersebut.
2.2
SEJARAH
MUNCULNYA
SARBANES OXLEY
SarbanesOxley atau
kadang
disingkat SOx
atau SOA
adalah
hukum
federal
Amerika
Serikat
yang
ditetapkan
pada 30 Juli
2002.
Undangundang ini
diprakarsai
oleh Senator
Paul Sarbanes
(Maryland)
dan
Representativ
e Michael
Oxley (Ohio)
yang
disetujui oleh
Dewan
dengan suara
423-3 dan
oleh Senat
dengan suara
99-0 serta
disahkan
menjadi
hukum oleh
Presiden
George W.
Bush.
Undangundang ini
dikeluarkan
sebagai
respons dari
Kongres
Amerika
Serikat
terhadap
berbagai
skandal
pada
beberapa
perusahaan
besar seperti:
Enron, Tyco
International,
Adelphia,
Peregrine
Systems,
WorldCom
(MCI), AOL
TimeWarner,
Aura
Systems,
Citigroup,
Computer
Associates
International,
CMS Energy,
Global
Crossing,
HealthSouth,
Quest
Communicati
on, SafetyKleen dan
Xerox, yang
juga
melibatkan
beberapa KAP
yang
termasuk
dalam “the
big five”
seperti:
Arthur
Andersen,
KPMG dan
PWC.
Skandalskandal yang
menyebabka
n kerugian
bilyunan
dolar bagi
investor
karena
runtuhnya
harga saham
perusahaanperusahaan
yang
terpengaruh
ini
mengguncan
g
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pasar saham.
Semua
skandal ini
merupakan
contoh tragis
bagaimana
kecurangan
(fraud
schemes)
berdampak
sangat buruk
terhadap
pasar,
stakeholders
dan para
pegawai.
Dengan
diterbitkanny
a undangundang ini,
ditambah
dengan
beberapa
aturan
pelaksanaan
dari Securities
Exchange
Commision
(SEC) dan
beberapa self
regulatory
bodies
lainnya,
diharapkan
akan
meningkatkan
standar
akuntabilitas
Sarbanes Oxley
Act
–
Pemeriksaan
Akuntansi II
2
perusahaan,
transparansi
dalam
pelaporan
keuangan,
memperkecil
kemungkinan
bagi
perusahaan
atau
organisasi
untuk
melakukan
dan
menyembunyi
kan fraud,
serta
membuat
perhatian
pada
tingkat
sangat tinggi
terhadap
corporate
governance.
Perundangundangan ini
menetapkan
suatu standar
baru dan
lebih baik
bagi semua
dewan
dan
manajemen
perusahaan
publik serta
kantor
akuntan
publik
walaupun
tidak berlaku
bagi
perusahaan
tertutup. Akta
ini terdiri dari
11 bab atau
bagian yang
menetapkan
hal-hal mulai
dari
tanggung
jawab
tambahan
Dewan
Perusahaan
hingga
hukuman
pidana.
Sarbox juga
menuntut
Securities and
Exchange
Commission
(SEC) untuk
menerapkan
aturan
persyaratan
baru untuk
menaati
hukum ini.
Saat ini,
corporate
governance
dan
pengendalian
internal
bukan lagi
sesuatu yang
mewah lagi
karena kedua
hal ini telah
disyaratkan
oleh undangundang.
2.3
AKTIVITAS SOA
PADA
PERUSAHAAN
Dalam
Sarbanes
Oxley Act
diatur
tentang
akuntansi,
pengungkapa
n dan
pembaharua
n governance
yang
mensyaratka
n adanya
pengungkapa
n yang lebih
banyak
mengenai
informasi
keuangan,
keterangan
tentang hasil-
hasil yang
dicapai
manajemen,
kode etik
bagi pejabat
di bidang
keuangan,
pembatasan
kompensasi
eksekutif,
dan
pembentukan
komite audit
yang
independen.
Selain itu
diatur pula
mengenai
hal-hal
sebagai
berikut: a.
Menetapkan
beberapa
tanggung
jawab baru
kepada dewan
komisaris,
komite
audit, dan
pihak
manajemen.
b.
Mendirikan
the Public
Company
Accounting
Oversight
Board,
sebuah
dewan yang
independen
dan bekerja
full-time bagi
pelaku pasar
modal. c.
Penambahan
tanggung
jawab dan
anggaran
SEC
(Securities
Exchange
Commision)
secara
signifikand.
Mendefinisika
n jasa “non
audit” yang
tidak boleh
diberikan oleh
KAP kepada
klien . d.
Memperbesar
hukuman
bagi
terjadinya
corporate
fraud
(manipulasi
perusahaan)
e.
Mensyaratka
n adanya
aturan
mengenai
cara
menghadapi
conflicts of
interest f.
Menetapkan
beberapa
persyaratan
pelaporan
yang baru
Dalam hal
pelaporan,
SarbanesOxley Act
mewajibkan
semua
perusahaan
publik untuk
membuat
suatu sistem
pelaporan
yang
memungkink
an bagi
pegawai
atau pengadu
untuk
melaporkan
terjadinya
penyimpanga
n. Sistem
pelaporan ini
diselenggarak
an oleh
komite audit.
Perusahaan
dapat
menggunaka
n jasa
pelaporan
hotlines
seperti A
CFE‟s
EthicsLine.
ACFE dapat
membantu
menyusun
hotlines
pengaduan
yang akan
menerima
dan
merahasiaka
n pengaduan,
dan
memberikan
informasi
kepada
perusahaan
agar dapat
mengambil
tindakan yang
tepat. Sistem
hotlines ini
akan
mendorong
para pegawai
untuk
melaporkan
karena
mereka
merasa aman
dari tindakan
pembalasan
dari yang
dilaporkan,
dan inilah
elemen
penting dan
kritis bagi
program
pencegahan
fraud yang
kuat.
Sarbanes Oxley
Act
–
Pemeriksaan
Akuntansi II
3
2.4
ISI SARBANES
OXLEY ACT
Secara umum
SOX‟s Act
terdiri dari
tiga bagian
penting yang
harus
diperhatikan
oleh
manajemen
perusahaan
publik, yaitu:
Seksi 404,
906, dan 302.
Peraturan ini
sudah mulai
dilaksanakan
oleh
perusahaanperusahaan
publik di AS
sejak
dikeluarkanny
a peraturan
tersebut, Juli
2002, namun
yang menjadi
penekanan
adalah seksi
302 dan seksi
404. Seksi
404 berisi
peraturan
yang
mewajibkan
manajemen
untuk menilai
internal
kontrol yang
sudah
dilaksanakan
atas laporan
keuangannya
serta
pengesahan
dari auditor
eksternal.
Seksi 906
berisi
peraturan
yang
mewajibkan
manajemen
perusahaan
secara
periodik
untuk
melaporkan
segala
sesuatu
menyangkut
informasi
keuangan
yang juga
tunduk
kepada
peraturan
bursa saham,
serta
menyatakan
dengan benar
kondisi
laporan
keuangan
dan hasil
operasi
perusahaan.
SOX‟s act
seksi 302
berisi
peraturan
yang hampir
sama dengan
seksi 906,
tetapi seksi
302 berisi
tambahan
atas
pengungkapa
n yang
berhubungan
dengan
pengungkap
an internal
kontrol dan
prsodurnya,
serta internal
kontrol dan
penipuan/kec
urangan.
Berikut ini
dijelaskan
beberapa
bagian(sectio
n) dari
SarbanesOxley Act
yang perlu
mendapat
perhatian.
A.
Seksi 101
Seksi 101 SOX
mengatur
tentang
pembentukan
dan
”administrativ
e provisions”
dari Public
Company
Accounting
Oversight
Board
(PCAOB).
PCAOB
memiliki 5
anggota yang
menguasai
keuangan
(financiallyliterate),
menjabat
selama 5
tahun. Dua
anggota dari
PCAOB harus
CPA
(Certified
Public
Accountant),
dan sisa tiga
anggotanya
tidak harus
dan dapat
bukan CPA.
B.
Seksi 102
Seksi 102
SOX
mengatur
tentang
pendaftaran
atau
registrasi
dengan
PCAOB.
Kantor
akuntan
publik
(audit firms)
yang terlibat
dalam audit
perusahaan
publik harus
terdaftar
dalam audit
perusahaan
publik harus
terdaftar
pada PCAOB.
C.
Seksi 103
Seksi 103 SOX
mengatur
tentang
auditing,
pengendalian
mutu, dan
aturan,
aturan dan
standar
indenpenden
si. PCAOB
akan
membuat
standar
auditing dan
standar
atestasi yang
berkaitan,
standar
pengendalian
mutu, dan
standar etik
yang
digunakan
kantor
akuntan
publik dalam
penyusunan
dan
penerbitan
laporan audit
dari emiten
(issuers)
sebagaimana
yang
disyaratkan
oleh
SarbonesOxley Act
(SOX) dan
peraturan
SEC. PCAOB
akan
memasukkan
standar
auditing suatu
persyaratan
bahwa kantor
akuntan
publik harus
menyusun
dan
memelihara
kertas kerja
untuk
periode
paling sedikit
7 tahun. D.
Seksi 104
Seksi 104
SOX
mengatur
tentang
inspeksi
kantor
akuntan
publik.
Inspeksi
pengendalia
n mutu
tahunan
harus
dilakukan
setiap tahun
untuk kantor
akuntan
publik yang
melakukan
audit lebih
dari 100
emiten.
Kantor
akuntan
publik yang
lain harus
diinspeksi
paling sedikit
3 tahun
sekali.
Inspeksi
khusus dapat
dilakukan
berdasarkan
permintaan
SEC atau
PCAOB.
Job Board
About
Mission
Press
Blog
Stories
We're hiring engineers!
Help
Terms
Privacy
Copyright
Send us Feedback
Academia ©2014
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001:
53)
1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan
sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan
Log In
Sign Up
Pembahasan Sarbanes Oxley Act
Uploaded by
Sania Mj
top 2%
2,436
Sarbanes Oxley
Act
–
Pemeriksaan
Akuntansi II
1
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1
SARBANES
OXLEY ACT
SarbanesOxley Act
(SOA)
merupakan
sebuah
produk
hukum
(Undang-
Undang) di
Amerika
Serikat (AS)
yang
mengatur
tentang
akuntabilitas,
praktik
akuntansi
dan
keterbukaan
informasi,
termasuk tata
cara
pengelolaan
data di
perusahaan
publik.
Namun di
Indonesia
baru
sebagian
kecil yang
baru
menerapkan
aturan
tersebut.
2.2
SEJARAH
MUNCULNYA
SARBANES OXLEY
SarbanesOxley atau
kadang
disingkat SOx
atau SOA
adalah
hukum
federal
Amerika
Serikat
yang
ditetapkan
pada 30 Juli
2002.
Undangundang ini
diprakarsai
oleh Senator
Paul Sarbanes
(Maryland)
dan
Representativ
e Michael
Oxley (Ohio)
yang
disetujui oleh
Dewan
dengan suara
423-3 dan
oleh Senat
dengan suara
99-0 serta
disahkan
menjadi
hukum oleh
Presiden
George W.
Bush.
Undangundang ini
dikeluarkan
sebagai
respons dari
Kongres
Amerika
Serikat
terhadap
berbagai
skandal
pada
beberapa
perusahaan
besar seperti:
Enron, Tyco
International,
Adelphia,
Peregrine
Systems,
WorldCom
(MCI), AOL
TimeWarner,
Aura
Systems,
Citigroup,
Computer
Associates
International,
CMS Energy,
Global
Crossing,
HealthSouth,
Quest
Communicati
on, SafetyKleen dan
Xerox, yang
juga
melibatkan
beberapa KAP
yang
termasuk
dalam “the
big five”
seperti:
Arthur
Andersen,
KPMG dan
PWC.
Skandalskandal yang
menyebabka
n kerugian
bilyunan
dolar bagi
investor
karena
runtuhnya
harga saham
perusahaanperusahaan
yang
terpengaruh
ini
mengguncan
g
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pasar saham.
Semua
skandal ini
merupakan
contoh tragis
bagaimana
kecurangan
(fraud
schemes)
berdampak
sangat buruk
terhadap
pasar,
stakeholders
dan para
pegawai.
Dengan
diterbitkanny
a undangundang ini,
ditambah
dengan
beberapa
aturan
pelaksanaan
dari Securities
Exchange
Commision
(SEC) dan
beberapa self
regulatory
bodies
lainnya,
diharapkan
akan
meningkatkan
standar
akuntabilitas
Sarbanes Oxley
Act
–
Pemeriksaan
Akuntansi II
2
perusahaan,
transparansi
dalam
pelaporan
keuangan,
memperkecil
kemungkinan
bagi
perusahaan
atau
organisasi
untuk
melakukan
dan
menyembunyi
kan fraud,
serta
membuat
perhatian
pada
tingkat
sangat tinggi
terhadap
corporate
governance.
Perundangundangan ini
menetapkan
suatu standar
baru dan
lebih baik
bagi semua
dewan
dan
manajemen
perusahaan
publik serta
kantor
akuntan
publik
walaupun
tidak berlaku
bagi
perusahaan
tertutup. Akta
ini terdiri dari
11 bab atau
bagian yang
menetapkan
hal-hal mulai
dari
tanggung
jawab
tambahan
Dewan
Perusahaan
hingga
hukuman
pidana.
Sarbox juga
menuntut
Securities and
Exchange
Commission
(SEC) untuk
menerapkan
aturan
persyaratan
baru untuk
menaati
hukum ini.
Saat ini,
corporate
governance
dan
pengendalian
internal
bukan lagi
sesuatu yang
mewah lagi
karena kedua
hal ini telah
disyaratkan
oleh undangundang.
2.3
AKTIVITAS SOA
PADA
PERUSAHAAN
Dalam
Sarbanes
Oxley Act
diatur
tentang
akuntansi,
pengungkapa
n dan
pembaharua
n governance
yang
mensyaratka
n adanya
pengungkapa
n yang lebih
banyak
mengenai
informasi
keuangan,
keterangan
tentang hasil-
hasil yang
dicapai
manajemen,
kode etik
bagi pejabat
di bidang
keuangan,
pembatasan
kompensasi
eksekutif,
dan
pembentukan
komite audit
yang
independen.
Selain itu
diatur pula
mengenai
hal-hal
sebagai
berikut: a.
Menetapkan
beberapa
tanggung
jawab baru
kepada dewan
komisaris,
komite
audit, dan
pihak
manajemen.
b.
Mendirikan
the Public
Company
Accounting
Oversight
Board,
sebuah
dewan yang
independen
dan bekerja
full-time bagi
pelaku pasar
modal. c.
Penambahan
tanggung
jawab dan
anggaran
SEC
(Securities
Exchange
Commision)
secara
signifikand.
Mendefinisika
n jasa “non
audit” yang
tidak boleh
diberikan oleh
KAP kepada
klien . d.
Memperbesar
hukuman
bagi
terjadinya
corporate
fraud
(manipulasi
perusahaan)
e.
Mensyaratka
n adanya
aturan
mengenai
cara
menghadapi
conflicts of
interest f.
Menetapkan
beberapa
persyaratan
pelaporan
yang baru
Dalam hal
pelaporan,
SarbanesOxley Act
mewajibkan
semua
perusahaan
publik untuk
membuat
suatu sistem
pelaporan
yang
memungkink
an bagi
pegawai
atau pengadu
untuk
melaporkan
terjadinya
penyimpanga
n. Sistem
pelaporan ini
diselenggarak
an oleh
komite audit.
Perusahaan
dapat
menggunaka
n jasa
pelaporan
hotlines
seperti A
CFE‟s
EthicsLine.
ACFE dapat
membantu
menyusun
hotlines
pengaduan
yang akan
menerima
dan
merahasiaka
n pengaduan,
dan
memberikan
informasi
kepada
perusahaan
agar dapat
mengambil
tindakan yang
tepat. Sistem
hotlines ini
akan
mendorong
para pegawai
untuk
melaporkan
karena
mereka
merasa aman
dari tindakan
pembalasan
dari yang
dilaporkan,
dan inilah
elemen
penting dan
kritis bagi
program
pencegahan
fraud yang
kuat.
Sarbanes Oxley
Act
–
Pemeriksaan
Akuntansi II
3
2.4
ISI SARBANES
OXLEY ACT
Secara umum
SOX‟s Act
terdiri dari
tiga bagian
penting yang
harus
diperhatikan
oleh
manajemen
perusahaan
publik, yaitu:
Seksi 404,
906, dan 302.
Peraturan ini
sudah mulai
dilaksanakan
oleh
perusahaanperusahaan
publik di AS
sejak
dikeluarkanny
a peraturan
tersebut, Juli
2002, namun
yang menjadi
penekanan
adalah seksi
302 dan seksi
404. Seksi
404 berisi
peraturan
yang
mewajibkan
manajemen
untuk menilai
internal
kontrol yang
sudah
dilaksanakan
atas laporan
keuangannya
serta
pengesahan
dari auditor
eksternal.
Seksi 906
berisi
peraturan
yang
mewajibkan
manajemen
perusahaan
secara
periodik
untuk
melaporkan
segala
sesuatu
menyangkut
informasi
keuangan
yang juga
tunduk
kepada
peraturan
bursa saham,
serta
menyatakan
dengan benar
kondisi
laporan
keuangan
dan hasil
operasi
perusahaan.
SOX‟s act
seksi 302
berisi
peraturan
yang hampir
sama dengan
seksi 906,
tetapi seksi
302 berisi
tambahan
atas
pengungkapa
n yang
berhubungan
dengan
pengungkap
an internal
kontrol dan
prsodurnya,
serta internal
kontrol dan
penipuan/kec
urangan.
Berikut ini
dijelaskan
beberapa
bagian(sectio
n) dari
SarbanesOxley Act
yang perlu
mendapat
perhatian.
A.
Seksi 101
Seksi 101 SOX
mengatur
tentang
pembentukan
dan
”administrativ
e provisions”
dari Public
Company
Accounting
Oversight
Board
(PCAOB).
PCAOB
memiliki 5
anggota yang
menguasai
keuangan
(financiallyliterate),
menjabat
selama 5
tahun. Dua
anggota dari
PCAOB harus
CPA
(Certified
Public
Accountant),
dan sisa tiga
anggotanya
tidak harus
dan dapat
bukan CPA.
B.
Seksi 102
Seksi 102
SOX
mengatur
tentang
pendaftaran
atau
registrasi
dengan
PCAOB.
Kantor
akuntan
publik
(audit firms)
yang terlibat
dalam audit
perusahaan
publik harus
terdaftar
dalam audit
perusahaan
publik harus
terdaftar
pada PCAOB.
C.
Seksi 103
Seksi 103 SOX
mengatur
tentang
auditing,
pengendalian
mutu, dan
aturan,
aturan dan
standar
indenpenden
si. PCAOB
akan
membuat
standar
auditing dan
standar
atestasi yang
berkaitan,
standar
pengendalian
mutu, dan
standar etik
yang
digunakan
kantor
akuntan
publik dalam
penyusunan
dan
penerbitan
laporan audit
dari emiten
(issuers)
sebagaimana
yang
disyaratkan
oleh
SarbonesOxley Act
(SOX) dan
peraturan
SEC. PCAOB
akan
memasukkan
standar
auditing suatu
persyaratan
bahwa kantor
akuntan
publik harus
menyusun
dan
memelihara
kertas kerja
untuk
periode
paling sedikit
7 tahun. D.
Seksi 104
Seksi 104
SOX
mengatur
tentang
inspeksi
kantor
akuntan
publik.
Inspeksi
pengendalia
n mutu
tahunan
harus
dilakukan
setiap tahun
untuk kantor
akuntan
publik yang
melakukan
audit lebih
dari 100
emiten.
Kantor
akuntan
publik yang
lain harus
diinspeksi
paling sedikit
3 tahun
sekali.
Inspeksi
khusus dapat
dilakukan
berdasarkan
permintaan
SEC atau
PCAOB.
Job Board
About
Mission
Press
Blog
Stories
We're hiring engineers!
Help
Terms
Privacy
Copyright
Send us Feedback
Academia ©2014