Dimana : P = Daya W
ρ = Massa jenis air kgm
3
Q
= Debit m
3
s
g
= Percepatan gravitasi ms
2
H
= Perbedaan ketinggian m η = efisiensi
3. Pembangkit listrik atau generaor
Pembangkit listrik atau generator ini diusahakan yang mudah diperoleh di pasar atau yang dapat dibuat lokal.
4. Ukuran dan bentuk detail turbin
Ukuran dan bentuk detail turbin dibuat agar mudah di desain dan dipasang dilapangan.
5. Efisiensi turbin
Efisiensi turbin di dapat dari membandingkan output dan input yang terpakai.
6. Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pengoperasian dan pemeliharaan PLTA skala kecil ini mampu dilakukan oleh tenaga teknisi menengah.
2.6 Posisi Penyemburan Terhadap Sumbu Roda Jalan
Telah diuraikan bahwa energi potensial air telah dirubah melalui penyembur menjadi energi kinetik pada sudu atau tenaga putar roda jalan. Daya
keluaran ini sangat dipengaruhi oleh komponen – komponen kecepatan memasuki
Universitas Sumatera Utara
sudu – sudu, juga telah dinyatakan c
1
= 2u
1
cosα
1
untuk α
1
= 15 harga ini tidak
jauh berubah c
1
= 2,07u
1
hal ini berarti saat berikutnya c
1
kembali memasuki sudu yang lain berlawanan arah, keluar dari sisi masuk kali ini sebagai w
1
. Disatu sisi keadaan ini menguntungkan yaitu dapat memanfaatkan secara
maksimal energi air. Disisi lain akan merugikan karena kecepatan c
1
menimbulkan arus putar balik tahanan yang seharusnya menuju pipa lepas. Kajian ini untuk menetapkan posisi terbaik dari penyembur terhadap sumbu
poros. Posisi penyemburan terhadap sumbu roda jalan dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu : 1
Posisi vertikal. Sisi masuk vertikal membentuk sudut 90
dengan lantai. Dilukiskan kecepatan aliran keluar roda jalan sebagai keadaan penuh pada keadaan normal
dan garis terputus – putus untuk kecepatan lebih. Kedua garis ini membentuk arus pusar pada posisi setengah
1 2
belahan roda jalan u
1
= ½ c
1
. Arus pusar ini merupakan tahanan geser antara lapisan tangensial dan sebagian lainnya
menumbuk dinding setelah terbuang ke pipa lepas.
Gambar 2.13 Posisi Penyemburan Vertical
Universitas Sumatera Utara
2 Posisi Horizontal.
Dari segi pengaruh komponen keceptan dari roda jalan meskipun persis berada diatas pipa lepas tetapi masih terjadi arus pusar pada dinding belakang.
Pada kecepatan arus normal terjadi pula arus perlawanan dari sisi depan poros dengan meniadakan letak pipa. Di lapangan sisi masuk tertentu lebih banyak
digunakan.
Gambar 2.14 Posisi Penyemburan Horizontal 3
Posisi miring. Bedasarkan kedua kasus diatas diantara sudut miring antara 0
– 90 lukisan lapis kecepatan pada sisi masuk normal maupun pada kecepatan lebih,
kedudukan terbaik adalah membentuk 30 . Pada sisi ini komponen kecepatan c
1
berubah menjadi w
1
dan w
2
. Pusaran liar tetap ada, tetapi kedudukan lapis telah menjauhi roda turbin atau jatuh ke pipa lepas dengan tambahan gaya berat sendiri.
Lebih besar dari 30 kecendrungan terjadinya arus pusar diantara roda jalan dan
dinding mulai terlihat.
Gambar 2.15 Posisi Penyemburan Miring
Universitas Sumatera Utara
2.7 Energi Air