Ideologi Media Tinjauan Pustaka

20 khayalan dan opini pribadi wartawan. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Untuk menyatakan bahwa apa yang disajikan benar-benar bukan pendapat wartawan dan pendapat pakar politik terntu. Pandangan pakar politik tersebut perlu disebutkan dan ditulis kutipannya. Ini untuk meyakinkan bahwa ia benar-benar mengucapkan demikian. Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Format yang paling umum dibuat adalah dengan piramida terbalik, dimana informasi yang penting disajikan terlebih dahulu, baru disusul dengan informasi yang tidak penting. Menyusun fakta kedalam tata urutan tertentu tersebut juga dimaksudkan agar lebih jelas mana pihak yang berkomentar dan pihak bagian mana yang dikomentari, dan seterusnya. Prosedur- prosedur itu semacam jaminan dan pertanggung jawaban yang diberikan wartawan kepada khalayak. Untuk dilihat bagaimana berita dibingkai, tentu saja dengan jalan mencari tahu bagaimana tokoh-tokoh ditampilkan, wawancara dihadirkan dan kisah-kisah itu disajikan.

3. Ideologi Media

Ideologi diartikan sebagai kerangka berfikir yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka untuk menghadapinya. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi dalam menafsirkan realitas Sudibyo, 2001:12. 21 Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain, tidak berimbang dan secara nyata memihak satu kelompok, menurut pendekatan konstruksionis merupakan praktik jurnalisme yang wajar dan manusiawi dijalankan oleh wartawan. Pada titik inilah pendekatan konstruksionis memperkenalkan konsep “ideologi” Sudibyo, 2001:54. Dengan konsep ini nantinya akan membantu menjelaskan bagaimana bisa hal-hal diatas meenjadi cermin ideologi dari media. Media massa sebagai media komunikasi massa memiliki peranan strategis dalam melakukan konstruksi realitas yang sedang berkembang. Mengingat pentingnya media massa ditengah berkembangnya arus informasi, maka wacana yang diusung oleh media secara tidak langsung memberikan peranan strategis dalam membentuk opini publik. Proses kerja pembentukan dan produksi berita bukanlah sesuatu yang netral, melainkan ada bias ideologi yang secara sadar atau tidak sadar menjadi sebuah interpretasi yang dipraktekkan oleh wartawan. Menurut Hall dalam Eriyanto, 2002:136 menyebutkan bahwa media dipandang sebagai agen konspiratif yang menyembunyikan fakta, menampilkan fakta tertentu yang dikehendaki dan secara sadar mengelabui khalayak untuk kelompok dominan. Seakan media adalah alat yang jahat dan wartawan tengah berkonspirasi untuk tujuan politik tertentu. 22 Secara tidak langsung sebetulnya lebih menguntungkan kelompok elite. Dalam pandangan jurnalistik profesional, kelompok elite pejabat pemerintah, pengusaha, dan orang yang berpengaruh seringkali disebut sebagai sumber yang kredibel dan terpercaya. Namun kelompok elit yang diidentifikasi sebagai sumber kredibel dan terpercaya tersebut tidak hanya sebatas sumber, tetapi bisa menjadi pendefinisi utama dari realitas primery definers. Sumber berita itu bukan hanya mendefinisikan dan menjelaskan dirinya sendiri, bahkan mendefinisikan realita dan kelompok lain. Media disini secara tidak sadar juga ikut mempopulerkan pandangan sumber yang kredibel tersebut. Lewat pemberitaan dan pemberian porsi yang besar pada sumber tertentu, media mempopulerkan dan menjadi pendefinisi sekunder dari realitas scondary definer. Keseluruhan proses kerja wartawan itu secara tidak sadar, ideologi kelompok dominan yang mendapat tempat dan dimapankan dalam pemberitaan. Eriyanto, 2002:137-138. Ideologi media massa yang takluk di bawah cengkeraman kapitalisme pers membentuk sikap dan perilaku pekerja pers yang memosisikan informasi semata-mata sebagai komoditas. Informasi tanpa bobot komoditas dinilai jauh dari rasa ingin tahu sense of curiosity. Padahal, pemenuhan keingintahuan manusia itu pada umumnya sangat bergantung kepada kemauan baik pengelola lembaga media massa dalam menyajikan informasi. 23 Konflik kapitalisme pers dan ideologi media massa mengakibatkan buramnya nilai-nilai pragmatisme dalam pers. Salah satu risikonya adalah pemberitaan pers yang cenderung tidak bertanggung jawab terhadap berbagai dampak pemberitaannya. Itu sebabnya tidak mengherankan bila tanggung jawab sosial pers lantas nyaris tidak dihiraukan oleh pekerja pers. Pada gilirannya, pertanggungjawaban pers berada di luar kerangka profesionalisme media massa dan tanggung jawab kemanusiaan. Impitan kepentingan komersial dan ideal dalam pers mempersulit peran publik di dalam ikut menentukan warna media massa yang dipilihnya untuk dibaca, didengar, dan dipirsa. Di tengah kecenderungan demikian, sulit bagi kita mengharapkan sajian pers bermoral. Terutama pers yang berupaya memprioritaskan kepentingan obyektif, bila secara komersial merugikan. Atau pers yang memparadigmakan kepentingan orang-orang tertindas, tetapi bertentangan dengan ideologi media massa yang bersangkutan. Sumber: Kompas, 15 April 2010

F. Definisi Konseptual

1. Kenderungan Pemberitaan

Pemberitaaan diartikan sebagai proses atau kegiatan pembuatan berita. Dalam proses pembuatan berita tersebut telah terjadi kepentingan didalamnya. Bagaimana suatu media memilih fakta dan sumber berita, serta memandang dan memaknai suatu peristiwa akan berpengaruh pada pembentukan konstruksi berita pada masing-masing media. Karena itulah berita yang dihasilkan bukan hanya menggambarkan realitas, tetapi juga

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KECENDERUNGAN ISI HALAMAN DEPAN HARIAN KOMPAS DAN JAWA POS (Analisis Isi Edisi April 2012 )

0 32 53

KECENDERUNGAN PEMBERITAAN KASUS MALINDA DEE DI SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos dan Harian Kompas Edisi 30 Maret – 8 April 2011)

0 3 45

PERBANDINGAN BENTUK PENGKAJIAN BERITA PADA HEADLINE KORAN JAWA POS DAN KOMPAS (Analisis Isi Pada Koran Jawa Pos Dan Kompas Edisi 27, 28, 30,31 Desember 2010)

1 39 31

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN PEMBERITAAN PRO KONTRA LIGA PRIMER INDONESIA (LPI) PADA KORAN JAWA POS EDISI 1 S/D 10 JANUARI 2011

0 4 39

KECENDERUNGAN ISI PEMBERITAAN TENTANG JOKO WIDODO DI MEDIA MASSA (Analisis Isi Pada Pemberitaan Jawa Pos Edisi 16 Oktober Sampai 25 Januari 2013)

0 4 34

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN PEMERASAN BUMN ( Analisis Isi pada Harian Kompas edisi 02 sampai 14 November 2012 )

0 3 38

KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat

0 2 13

PEMBERITAAN STUDI BANDING KUNJUNGAN KERJA PEMBERITAAN STUDI BANDING KUNJUNGAN KERJA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KE LUAR NEGERI (Studi Analisis Isi Kecenderungan Sikap Media dalam Surat Kabar Harian Media Indonesia, Kompas dan Koran Tempo periode April-Mei 201

0 2 12

PEMBINGKAIAN BERITA KUNJUNGAN PRESIDEN AS BARACK HUSEIN OBAMA DI INDONESIA (Studi Analisis Framing Tentang Berita Kunjungan Presiden AS Barack Husein Obama Pada Surat Kabar Kompas dan Republika edisi 10-11 November 2010 ).

0 1 107

PEMBINGKAIAN BERITA KUNJUNGAN PRESIDEN AS BARACK HUSEIN OBAMA DI INDONESIA (Studi Analisis Framing Tentang Berita Kunjungan Presiden AS Barack Husein Obama Pada Surat Kabar Kompas dan Republika edisi 10-11 November 2010 ).

0 0 22