Analisis kecerdasan emosional, kematangan sosial, self-esteem, dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima program beasiswa santri berprestasi (PBSB) IPB

ANALISIS KECERDASAN EMOSIONAL, KEMATANGAN
SOSIAL, SELF-ESTEEM, DAN PRESTASI AKADEMIK PADA
MAHASISWA PENERIMA PROGRAM BEASISWA SANTRI
BERPRESTASI (PBSB) IPB

SUCI NURHAYATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kecerdasan Emosional, Kematangan Sosial, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik
pada Mahasiswa Penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) IPB
adalah karya saya pribadi dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2011

Suci Nurhayati
NIM I24052190

RINGKASAN
SUCI NURHAYATI. Analisis kecerdasan emosional, kematangan sosial, selfesteem, dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima program beasiswa santri
berprestasi (PBSB) IPB. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH dan NETI
HERNAWATI.
Salah satu strategi kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014
adalah perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi bermutu, berdaya saing
internasional, berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan bangsa dan
negara (Kemendiknas 2010). Sejalan dengan kebijakan di atas, Kementerian
Agama RI mengupayakan pemberian beasiswa bagi santri, untuk dapat mengikuti
program pendidikan tinggi yang dinamakan dengan program beasiswa santri
berprestasi (Kemenag 2009). Pendidikan formal sampai ke perguruan tinggi
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Megawangi (2008) mengklasifikasikan aspek potensi-potensi manusia yang perlu

dikembangkan melalui pendidikan, diantaranya aspek emosi, sosial dan akademik.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis perbedaan karakteristik
individu dan karakteristik keluarga pada mahasiswa PBSB dan non PBSB, (2)
menganalisis perbedaan tingkat kecerdasan emosional, kematangan sosial, selfesteem dan prestasi akademik pada mahasiswa PBSB dan non PBSB, (3)
menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan keluarga dengan
kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan self-esteem mahasiswa PBSB dan
non PBSB, (4) menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional dan
kematangan sosial dengan self-esteem mahasiswa PBSB dan non PBSB, (5)
menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan selfesteem dengan prestasi akademik mahasiswa PBSB dan non PBSB, (6)
menganalisis pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, kecerdasan
emosional, kematangan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi akademik
mahasiswa PBSB dan non PBSB.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study.
Penelitian dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dipilih secara
purposive. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga Oktober 2010. Contoh
dalam penelitian ini adalah mahasiswa PBSB dan mahasiswa non PBSB IPB.
Contoh diambil secara acak sistematis pada 100 orang mahasiswa yang terdiri dari
50 mahasiswa PBSB dan 50 mahasiswa non PBSB. Jumlah contoh ditentukan
berdasarkan jumlah yang memenuhi syarat untuk uji statistik.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi data karakteristik individu, karakteristik keluarga,
kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan self-esteem, yang diperoleh melalui
teknik wawancara dan laporan diri (self report) dengan alat bantu kuisioner. Data
sekunder meliputi jumlah mahasiswa dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang
diperoleh dari Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan IPB, serta
data mengenai mahasiswa PBSB yang diperoleh dari Direktorat Kerja Sama dan
Program Internasional IPB. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
statistik deskriptif dan inferensial.
Proporsi terbesar contoh berada pada kisaran usia 19-21 tahun di
kelompok PBSB, dan 20-21 tahun di kelompok non PBSB. Lebih dari separuh
contoh berjenis kelamin perempuan. Urutan contoh pada kedua kelompok

menyebar merata sebagai anak sulung dan anak tengah. Sebagian besar contoh
kelompok PBSB mengikuti kegiatan kemahasiswaan lebih dari lima kegiatan,
sementara pada kelompok non PBSB kegiatan kemahasiswaan yang diikuti
menyebar pada kurang dari sama dengan dua kegiatan, tiga sampai lima kegiatan,
dan lebih dari lima kegiatan. Kelompok PBSB memiliki usia yang nyata lebih
kecil dan kegiatan kemahasiswaan yang nyata lebih besar dari kelompok non
PBSB. Tingkat pendidikan ayah contoh di kelompok PBSB tersebar pada tamat
SD dan SMA/Sederajat, sementara pada kelompok non PBSB hampir separuh

ayah contoh telah menamatkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi dan
SMA/Sederajat. Tingkat pendidikan ibu contoh di kelompok PBSB menyebar
merata pada SMA/Sederajat dan tamat SD, sementara pada kelompok non PBSB
adalah SMA/Sederajat dan perguruan tinggi. Pekerjaan ayah contoh pada
kelompok PBSB tersebar merata sebagai petani dan wiraswasta, sementara ayah
contoh pada kelompok non PBSB tersebar merata sebagai Pegawai Negeri Sipil,
wiraswasta, dan pegawai swasta. Hampir separuh ibu contoh di kedua kelompok
adalah tidak bekerja. Pendapatan orangtua contoh pada kelompok PBSB tersebar
pada kisaran kurang dari sama dengan Rp 500 000 hingga Rp 2 500 000,
sementara pada kelompok non PBSB pendapatan orangtua contoh berada pada
kisaran yang lebih tinggi yaitu Rp 1 000 001 hingga Rp 5 000 000. Proporsi
terbesar di kedua kelompok termasuk ke dalam tipe keluarga sedang. Pendidikan
dan pendapatan orangtua di kelompok PBSB nyata lebih kecil dari non PBSB, dan
besar keluarga kelompok PBSB nyata lebih besar dari non PBSB.
Lebih dari separuh contoh di kedua kelompok memiliki tingkat kecerdasan
emosional yang sedang. Sebagian besar contoh kelompok PBSB dan lebih dari
separuh contoh kelompok non PBSB memiliki kematangan sosial (kesadaran
sosial dan fasilitas sosial) pada kategori sedang. Terdapat perbedaan yang nyata
pada aspek fasilitas sosial, dimana contoh pada kelompok PBSB memiliki nilai
rata-rata yang lebih besar dari kelompok non PBSB. Lebih dari separuh contoh

kelompok PBSB dan sebagian besar contoh kelompok non PBSB memiliki selfesteem dengan kategori sedang. Proporsi terbesar contoh pada kedua kelompok
memiliki IPK yang berada pada kategori baik yaitu antara 2.75 hingga 3.50.
Kegiatan kemahasiswaan berhubungan nyata dan positif dengan
kecerdasan emosi, kematangan sosial, dan self-esteem pada kelompok non PBSB.
Terdapat hubungan yang nyata antara pendapatan orangtua dengan kesadaran
emosi diri pada contoh PBSB. Besar keluarga pada contoh PBSB memiliki
hubungan negatif dan nyata dengan pengelolaan emosi. Pada contoh PBSB
terdapat hubungan negati dan nyata antara besar keluarga dengan kesadaran sosial
dan kematangan sosial. Terdapat hubungan yang nyata antara kelima aspek
kecerdasan emosional (kecuali pengelolaan emosi pada contoh non PBSB) dan
kematangan sosial dengan self-esteem pada kedua kelompok contoh. Sementara
itu kematangan sosial pada contoh PBSB memiliki hubungan yang nyata negatif
dengan prestasi akademik. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap prestasi
akademik contoh kelompok PBSB adalah kecerdasan emosional dan kematangan
sosial. Sementara pada kelompok non PBSB, faktor yang berpengaruh nyata
terhadap prestasi akademik adalah kegiatan kemahasiswaan.
Kata kunci :

Program beasiswa santri berprestasi (PBSB), kecerdasan
emosional, kematangan sosial, self-esteem, prestasi akademik.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.
b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

ANALISIS KECERDASAN EMOSIONAL, KEMATANGAN
SOSIAL, SELF-ESTEEM, DAN PRESTASI AKADEMIK PADA
MAHASISWA PENERIMA PROGRAM BEASISWA SANTRI
BERPRESTASI (PBSB) IPB

SUCI NURHAYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul

Nama
NIM

: Analisis kecerdasan emosional, kematangan sosial, self-esteem,
dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima program
beasiswa santri berprestasi (PBSB) IPB.
: Suci Nurhayati
: I24052190


Disetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Melly Latifah, M.Si.
Pembimbing I

Neti Hernawati SP, M.Si.
Pembimbing II

Diketahui,
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.

Tanggal ujian : 21 Desember 2010

Tanggal lulus :

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk, dan kemudahan yang
diberikan, sehingga karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
ummatnya hingga akhir zaman.
Terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggitingginya penulis sampaikan kepada :
1.

Ir. Melly Latifah, M.Si dan Neti Hernawati, SP., M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi atas saran, arahan, waktu, kesabaran, dan ilmu
pengetahuan yang begitu luas yang diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini. Semoga ilmu yang diberikan menjadi amal yang
pahalanya tidak terputus.

2.

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dan kritik bermanfaat guna menyempurnakan
skripsi ini.

3.


Alfiasari, SP., M.Si selaku dosen pemandu seminar atas masukan, saran, dan
pengetahuan yang diberikan kepada penulis.

4.

Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan di IKK.

5.

Direktorat Administrasi Pendidikan serta Direktorat Kerjasama dan Program
Internasional IPB yang telah memberikan bantuan informasi dan data terkait
penelitian sehingga penelitian ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

6.

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas bantuan dan kerjasamanya
sehingga penelitian dan penulisan skripsi dapat terlaksana dengan baik.


7.

Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis
selama masa perkuliahan di IPB.

8.

Keluargaku tercinta; orangtua dan adik-adik, keluarga besar: Kakek, Nenek,
Mang Lukman, Mang Ayi, Mang Ahmad, Bi Iyun (almh.), Mang Furqon, Bi
Mia, Mang Idik, Mang Arif, dan Mang Ade, atas semua doa, nasehat-nasehat
bijak, dorongan, semangat, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

9.

Teman-teman IKK 42 dan 43, khususnya: Rani, Eka, Tri, Avi, Gita, Dinar,
Fetty, Uut, Shanti, Yuli, Rusni, dan Simau yang memberikan semangat,
bantuan, perhatian, serta keceriaan kepada penulis. Sahabat terbaik; Ely dan
Eny yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan mendengarkan keluh
kesah penulis. Robit Nafsik atas do’a, perhatian, semangat, serta bantuan
secara langsung maupun tidak langsung. Teman-teman CSS MORA 42 yang
selalu membantu di saat sulit. CSS MORA 44 terutama yang telah membantu
dalam pengambilan data di lapang. Sahabat-sahabat di FRAME’05 atas
kenangan dan kebersamaan yang indah.

10. Para dosen dan teman-teman yang tergabung dalam Tim Relawan Peduli
Merapi atas kebersamaan, perhatian, kesan terindah, dan pengalaman terbaik
yang penulis dapatkan menjelang penyelesaian skripsi ini.
11. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih, semoga Allah membalas
kebaikan semuanya dengan hal yang lebih baik. Amiin.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam tulisan ini, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah
ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan serta menambah pengetahuan para pembaca.

Bogor, Januari 2011

Suci Nurhayati

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 16 Mei 1987. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Dedi Mulyana dan Siti
Ulyani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri
Tespong Raya Sukabumi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan di
MTs Al-Fatah Lampung dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis
menyelesaikan sekolah menengah atas di MA Al-Fatah Lampung, dan pada tahun
yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama RI. Pada tahun kedua di IPB
penulis masuk ke Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di CSS MORA (Community of
Santri Scholar, Ministry of Religious Affairs) IPB. Pada tahun pertama kuliah
penulis aktif di Rohis B-9 TPB. Penulis juga menjadi salah satu staf pengajar di
lembaga bimbingan belajar Karisma Prestasi pada tahun 2008-2009, dan aktif
sebagai pengajar privat pada tahun 2009-2010. Penulis merupakan penerima
Program Beasiswa Santri Berprestasi tahun 2005-2010.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... xxiii
PENDAHULUAN ...........................................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................................
Perumusan Masalah ..............................................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................................
Kegunaan Penelitian ..............................................................................................

1
1
5
7
8

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................
Remaja ...................................................................................................
Kecerdasan Emosional ..................................................................................
Kematangan Sosial .......................................................................................
Self-Esteem .............................................................................................................
Prestasi Akademik ..................................................................................

9
9
10
13
16
17

KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 19
METODE PENELITIAN ................................................................................
Desain, Tempat, dan Waktu ..................................................................
Cara Pemilihan Contoh ..........................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................
Definisi Operasional ...............................................................................

23
23
23
24
26
28

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................
Karakteristik Individu .............................................................................
Jenis Kelamin dan Usia .................................................................
Urutan Anak dalam Keluarga .......................................................
Kegiatan Kemahasiswaan .............................................................
Karakteristik Keluarga Contoh ...............................................................
Pendidikan Orangtua ....................................................................
Pekerjaan Orangtua ......................................................................
Pendapatan Orangtua ....................................................................
Besar Keluarga .............................................................................
Kecerdasan Emosional ...........................................................................
Kesadaran Emosi Diri...................................................................
Pengelolaan Emosi .......................................................................
Motivasi Diri ................................................................................
Empati...........................................................................................
Seni Membina Hubungan .............................................................
Kematangan Sosial .................................................................................
Kesadaran Sosial ..........................................................................
Fasilitas Sosial ..............................................................................

31
31
33
33
34
35
35
35
37
38
39
40
41
43
43
44
45
46
47
48

Self-Esteem ..............................................................................................
Prestasi Akademik...................................................................................
Hubungan antar Variabel ........................................................................
Karakteristik Individu dan Kecerdasan Emosional .......................
Karakteristik Individu dan Kematangan Sosial .............................
Karakteristik Individu dan Self-esteem ..........................................
Karakteristik Keluarga dan Kecerdasan Emosional ......................
Karakteristik Keluarga dan Kematangan Sosial ............................
Karakteristik Keluarga dan Self-esteem .........................................
Kecerdasan Emosional dan Self-esteem.........................................
Kematangan Sosial dan Self-esteem ..............................................
Kecerdasan Emosional dan Prestasi Akademik .............................
Kematangan Sosial dan Prestasi Akademik ..................................
Self esteem dan Prestasi Akademik................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik .................

49
50
51
51
52
53
54
56
57
58
59
61
63
64
65

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 71
Kesimpulan ............................................................................................. 71
Saran........................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN .................................................................................................... 79

xviii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Jenis dan cara pengumpulan data ..............................................................

25

2

Cara pengkategorian variabel.....................................................................

27

3 Sebaran contoh berdasarkan jalur masuk ke IPB .......................................

32

4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ..................................

33

5 Sebaran contoh berdasarkan urutan anak dalam keluarga .........................

34

6 Sebaran contoh berdasarkan kegiatan kemahasiswaan ..............................

35

7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua.........................

36

8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua .......................................

38

9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua ....................................

39

10 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ..............................................

39

11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecerdasan emosional ......................

41

12 Sebaran contoh berdasarkan kesadaran emosi diri ....................................

42

13 Sebaran contoh berdasarkan pengelolaan emosi........................................

43

14 Sebaran contoh berdasarkan motivasi diri .................................................

44

15 Sebaran contoh berdasarkan empati...........................................................

45

16 Sebaran contoh berdasarkan seni membina hubungan ..............................

45

17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kematangan sosial ............................

46

18 Sebaran contoh berdasarkan kesadaran sosial ...........................................

47

19 Sebaran contoh berdasarkan fasilitas sosial ...............................................

48

20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat self-esteem........................................

49

21 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik. ........................................

51

22 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik individu dan kecerdasan emosi

52

23 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik individu dan kematangan sosial

53

24 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik individu dan self-esteem ..........

54

25 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik keluarga dan kecerdasan
emosional ..................................................................................................

55

26 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik keluarga dan kematangan
sosial ..........................................................................................................

56

27 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik keluaraga dan self-esteem ........

57

28 Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan emosional dan self-esteem .........

58

xix

29 Hasil uji korelasi Spearman kecerdasan emosional dan self-esteem ..........

59

30 Sebaran contoh berdasarkan kematangan sosial dan self-esteem ...............

60

31 Hasil uji korelasi Spearman kematangan sosial dan self-esteem ................

61

32 Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan emosional dan prestasi
akademik .....................................................................................................

62

33 Hasil uji korelas Spearman kecerdasan emosional dan prestasi akademik

62

34 Sebaran contoh berdasarkan kematangan sosial dan prestasi akademik ....

63

35 Hasil uji korelasi Spearman kematangan sosial dan prestasi akademik .....

64

36 Hubungan antara self-esteem dan prestasi akademik .................................

65

37 Analisis uji Collinearity Statistics ...................................................................

66

38 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa PBSB ..

67

39 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa non
PBSB ..........................................................................................................

68

xx

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Pengaruh faktor karakteristik individu, karakteristik keluarga, kecerdasan
emosional, kematangan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi akademik .........

21

2 Cara pemilihan contoh .................................................................................................

24

xxi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil uji reliabilitas kuesioner kecerdasan emosional, kematangan sosial,
dan Self-esteem .........................................................................................................
2 Hasil uji korelasi Spearman pada berbagai variabel di kelompok PBSB .........

79
81

3 Hasil uji korelasi Spearman pada berbagai variabel di kelompok non PBSB ...

87

4 Hasil uji beda T-test..................................................................................................

93

5 Hasil uji beda Mann Whitney ..................................................................................

95

6 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada berbagai variabel .................................

97

7 Hasil uji regresi linier ...............................................................................................

99

xxiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam
strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu
dan berkesetaraan gender, 2) perluasan dan pemerataan akses pendidikan dasar
universal bermutu dan berkesetaraan gender, 3) perluasan dan pemerataan akses
pendidikan menengah bermutu, berkesetaraan gender, dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat, 4) perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi
bermutu, berdaya saing internasional, berkesetaraan gender dan relevan dengan
kebutuhan bangsa dan negara, 5) perluasan dan pemerataan akses pendidikan
orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan gender dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat, serta 6) penguatan tata kelola, sistem pengendalian
manajemen, dan sistem pengawasan intern (Kemendiknas 2010).
Perhatian pemerintah pada perluasan dan pemerataan akses pendidikan,
mengisyaratkan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan angka partisipasi
masyarakat dalam dunia pendidikan. Kebijakan tentang peningkatan mutu dan tata
kelola juga merupakan upaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia yang diselenggarakan oleh setiap satuan pendidikan sehingga berjalan
sesuai dengan rel tujuan yang dirumuskan. Demikian pentingnya masalah yang
berkenaan dengan pendidikan ini, maka diperlukan suatu aturan baku mengenai
pendidikan yang dipayungi dalam sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan
nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan nasional (Daulay 2004).
Upaya agar tujuan pendidikan nasional tercapai dirumuskan dalam
Undang-Undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menjelaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

2
 

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Soedijarto 2008). Hal tersebut sudah berlaku
dan diimplementasikan di lembaga pendidikan di Indonesia salah satunya yaitu di
pesantren, yang terangkum dalam Tridharma Pondok Pesantren: 1) pembinaan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, 2) pengembangan keilmuan dan
keahlian yang bermanfaat, serta 3) pengabdian pada agama, masyarakat, dan
negara (Fatah et al 2005).
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua yang ada di
Indonesia. Dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan mata rantai
pendidikan yang sangat penting. Hal ini tidak hanya karena sejarah
kemunculannya yang relatif lama, tetapi juga karena pesantren telah secara
signifikan ikut andil dalam upaya mencerdaskan bangsa. Dalam sejarahnya,
pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat (Fatah et al
2005). Menurut Azra (2002), pendidikan berbasis masyarakat sebenarnya telah
lama diselenggarakan kaum muslimin Indonesia, bahkan bisa dikatakan setua
sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara. Selain itu, pesantren dianggap
berada dalam posisi yang sangat strategis, khususnya di tingkat perluasan akses.
Sejarah membuktikan bagaimana kebijakan pemerintah yang menuntut partisipasi
yang bersifat masal berhasil dilakukan melalui gagasan “partisipasi” pesantren.
Keberhasilan partisipasi ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa pesantren
mempunyai posisi strategis dalam konteks pengembangan masyarakat (Kemenag
2009).
Kendati pun pesantren merupakan kenyataan yang sudah lama ada dalam
masyarakat Indonesia, namun perhatian dan intervensi dari pemerintah untuk
pengembangan dan pemberdayaan pesantren (madrasah) belum signifikan.
Kebijakan

pemerintah

dalam

upaya

perluasan

pemberian

kesempatan

mendapatkan pendidikan masih terpusat pada sekolah/madrasah negeri, sementara
pada sekolah/madrasah swasta masih sangat kurang. Data Kementrian Agama RI
pada tahun 2000 menyebutkan bahwa pada tingkat Sekolah Dasar, jumlah
Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta mencapai 95.2 persen sementara MI Negeri 14.8
persen. Keadaan ini terbalik dengan SD Negeri yang berjumlah 93.1 persen,
sementara SD swasta 6.9 persen. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama,

3
 

jumlah Madarasah Tsanawiyah (MTs) adalah 75.7 persen, sedangkan MTsN
adalah 24.3 persen. Adapun SLTPN berjumlah 44.9 persen dan SLTP swasta 55.9
persen. Pada tingkat selanjutnya, terdapat 70 persen Madrasah Aliyah (MA)
swasta dan 30 persen MAN. Sementara SMUN berjumlah 30.5 persen dan SMU
swasta sebanyak 69.4 persen (Azra 2002). Sumber lain menyebutkan bahwa ada
perbedaan kualitas antara madrasah dibanding sekolah umum, karena sebagian
besar madrasah dikelola swasta, yakni 91.5 persen dan hanya 8.5 persen yang
dikelola negeri (Anonim 2009).
Rendahnya perhatian dan intervensi dari pemerintah terhadap pesantren
menjadikan pesantren tumbuh dengan kemampuan sendiri yang pada akhirnya
menumbuhkan varian yang sangat besar, karena sangat tergantung pada
kemampuan masyarakat itu sendiri (Fatah et al 2005). Kondisi tersebut
mendorong Kementrian Agama RI untuk mulai menata kembali manajerial
pesantren agar lebih terarah pada tujuan yang diharapkan. Kementrian Agama RI
juga mengupayakan pemberian beasiswa bagi santri Madrasah Aliyah (MA) di
pondok pesantren yang memiliki kemampuan akademik, kematangan pribadi,
kemampuan penalaran, dan potensi untuk dapat mengikuti program pendidikan
tinggi dalam rangka meningkatkan akses pendidikan tinggi bagi santri berprestasi
dan meningkatkan kualitas pendidikan Islam (Kemenag 2009).
Pendidikan formal sampai ke perguruan tinggi merupakan salah satu
upaya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia
yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan suatu
negara. Bangsa yang memiliki sumberdaya manusia yang bermutu tinggi akan
lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Megawangi (2008)
menyatakan bahwa kualitas sumberdaya manusia yang berkarakter, mempunyai
spirit kerja tinggi, dan mandiri, adalah bekal yang membawa kejayaan bangsa di
masa depan.
Mahasiswa sebagai aset bangsa yang memiliki potensi sebagai agent of
change and social control dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan
lebih dari masyarakat biasa dengan kapasitas keilmuan yang dimilikinya.
Megawangi (2008) mengklasifikasikan aspek potensi-potensi manusia yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, di antaranya aspek emosi, sosial dan

4
 

akademik.

Aspek

emosi

menyangkut

aspek

kesehatan

jiwa;

mampu

mengendalikan stress, mengontrol diri (self-discipline) dari perbuatan negatif,
percaya diri, berani mengambil resiko, dan empati. Aspek sosial tergambar dari
perilaku untuk belajar menyenangi pekerjaan, bekerja dalam tim, pandai bergaul,
peduli terhadap masalah sosial dan berjiwa sosial, bertanggung jawab,
menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan budaya dan kebiasaan orang
lain, serta mematuhi segala peraturan yang berlaku. Aspek lain yang perlu
dikembangkan adalah aspek akademik yang tercermin dari kemampuan untuk
berpikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik, serta dapat mengemukakan
pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi yang diketahui.
Kemampuan pada aspek emosi dapat mengarahkan seseorang khususnya
remaja dalam membangun potensi diri. Berbeda dengan kemampuan akademik
yang lebih ditentukan oleh faktor keturunan, kemampuan pada aspek emosi atau
kecerdasan emosional lebih mungkin untuk dikembangkan kapan saja dan siapa
saja yang memiliki keinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Goleman
(2004) beranggapan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, sebagian besar
ditentukan oleh kecerdasan emosi (80%) dan hanya 20 persen ditentukan oleh
faktor kecerdasan kognitif. Hasil penelitian George Borggs (Jefferson Center 1997
dalam Megawangi 2008), juga menunjukkan bahwa ada 13 indikator penunjang
keberhasilan seseorang di dunia kerja, dimana 10 diantaranya adalah kualitas
karakter seseorang, sementara hanya tiga indikator saja yang berkaitan dengan
faktor kecerdasan (IQ).
Selain itu, manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari interaksinya
dengan lingkungan, terutama lingkungan sosial. Kemampuan sosial menjadi
modal dalam bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sosial agar dapat
diterima di dalam lingkungan tersebut. Hal lain mengenai pandangan seseorang
terhadap dirinya, yang sering dikenal dengan self-esteem, turut menentukan
perilaku dan keberhasilannya dalam membina suatu hubungan sosial. Self-esteem
menunjuk pada sejauh mana seseorang memiliki penghargaan diri dan
mempunyai pandangan yang positif mengenai dirinya (Johnson & Swidley 1999).
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) mengenai persepsi gaya
pengasuhan orangtua, keterampilan sosial, prestasi akademik, dan self-esteem

5
 

mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor
menunjukkan bahwa keterampilan sosial memiliki hubungan yang nyata dan
positif dengan self-esteem. Hubungan yang nyata dan positif juga terdapat pada
hubungan antara gaya pengasuhan authoritative dengan self-esteem dan
keterampilan sosial remaja. Menurut Fatimah (2006), perkembangan sosial di
pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keluarga, status sosial ekonomi
keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental, terutama emosi dan
inteligensi.
Megawangi (2007) menegaskan beberapa aspek emosi-sosial yang
menentukan keberhasilan anak di sekolah adalah rasa percaya diri, rasa ingin tahu,
motivasi, kemampuan kontrol diri, kemampuan bekerjasama, mudah bergaul
dengan sesamanya, mampu berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan
berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam pencapaian prestasi. Berdasarkan pemikiran yang
dipaparkan, maka penting untuk dilakukan analisis kecerdasan emosional,
kematangan sosial, self-esteem dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima
program beasiswa santri berprestasi (PBSB).
Perumusan Masalah
Pemberian beasiswa kepada santri berprestasi dari pondok pesantren di
berbagai provinsi, yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui
Kementrian Agama RI, bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia melalui peningkatan kualitas dan perluasan akses pendidikan.
Kementrian Agama RI memberikan beasiswa kuliah hingga lulus kepada santri
yang telah melalui beberapa tahapan seleksi, dan sebagai konsekuensinya setelah
lulus dan menjadi sarjana dengan berbagai kompetensi keilmuannya, mereka
wajib kembali ke daerah untuk mengabdikan ilmu dan keterampilan yang didapat
demi mengembangkan pesantren dan membina masyarakat sekitarnya.
Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional di mana para siswanya, yang biasa disebut santri, tinggal bersamasama dan belajar di bawah bimbingan seorang kyai. Seorang santri, dengan latar
belakang pendidikan religius yang kuat, diharapkan dapat menjadi aset penting
bagi pembangunan di segala bidang. Namun interaksi santri dengan dunia yang

6
 

terus melaju pesat, tidak mampu hanya dihadapi dengan pola pengajaran
keagamaan semata, tetapi juga penting dibekali dengan ilmu-ilmu keahlian yang
dapat mendukung kehidupan mereka.
Menurut Megawangi (2007), bekal yang paling penting bagi seseorang
adalah kematangan emosi-sosialnya, karena dengan kematangan emosi dan sosial
tersebut seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Aspek kecerdasan
emosi seseorang dapat membantu di dalam mengembangkan potensi-potensi
lainnya secara lebih optimal. Kecerdasan emosi juga dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, memberikan motivasi seseorang untuk belajar dan mencapai
kesuksesan dalam bidang akademik, begitu pun kematangan seseorang di
lingkungan sosialnya dan penghargaan diri (self-esteem) yang dimilikinya turut
andil dalam pencapaian prestasi.
Di masa depan, sumberdaya yang handal sangat membantu pengembangan
pesantren agar senantiasa bisa bertahan di era global tanpa harus meninggalkan
nilai-nilai tradisi baik yang telah dimiliki. Program beasiswa santri berprestasi
diharapkan mampu mencetak generasi-generasi yang tidak hanya memiliki
kecerdasan spiritual, namun juga memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kematangan sosial, dan self-esteem yang tinggi sehingga pada
akhirnya mereka mampu untuk terjun ke masyarakat dengan baik dan optimal.
Program beasiswa santri berprestasi (PBSB) di Institut Pertanian Bogor
(IPB) yang selama ini dilakukan, memberikan kesempatan bagi santri untuk dapat
mengembangkan keilmuan tidak hanya pada bidang keagamaan saja, tetapi juga
keilmuan lain. Akan tetapi dalam perjalanannya, terdapat beberapa santri
(mahasiswa penerima PBSB) yang tidak dapat bertahan (drop out) pada saat
mengikuti pendidikan di IPB. Sebagai contoh, dari 25 mahasiswa angkatan 42
(tahun 2005) penerima program beasiswa santri berprestasi di IPB, 6 orang (24%)
di antaranya mengalami drop out, begitu pun pada angkatan-angkatan berikutnya,
walaupun jumlah mahasiswa yang mengalami drop out tidak sama. Hal ini diduga
disebabkan oleh rendahnya prestasi akademik mahasiswa PBSB, akibat perbedaan
sistem dan metode pembelajaran di IPB dengan sistem pembelajaran sebelumnya
di pesantren.

7
 

Latar belakang pendidikan yang bukan dari sekolah umum, diduga
menyebabkan kemampuan dasar yang dimiliki mahasiswa PBSB pada mata
kuliah umum, terutama bidang eksakta, berbeda dengan mahasiswa regular
lainnya. Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya
mahasiswa PBSB mengikuti pendidikan di IPB, yang berdampak pada rendahnya
prestasi akademik yang diperoleh. Selain itu, beberapa literatur menyebutkan
bahwa prestasi akademik berkaitan dengan tingkat kecerdasan emosional,
kematangan sosial, dan self-esteem. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah benar
prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa PBSB lebih rendah dibandingkan
dengan mahasiswa non PBSB pada umumnya, dan apakah prestasi akademik
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan self-esteem yang
dimiliki seseorang. Berdasarkan pemaparan di atas, maka pertanyaan utama dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah karakteristik individu dan karakteristik keluarga pada
mahasiswa PBSB dan non PBSB?
2. Bagaimanakah kecerdasan emosional, kematangan sosial, self-esteem dan
prestasi akademik pada mahasiswa PBSB dan non PBSB?
3. Bagimanakah hubungan antara kecerdasan emosional, kematangan sosial, selfesteem dan prestasi akademik pada mahasiswa PBSB dan non PBSB?
4. Bagaimanakah pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga,
kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi
akademik pada mahasiswa PBSB dan non PBSB?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kecerdasan
emosional, kematangan sosial, self esteem, dan prestasi akademik pada mahasiswa
penerima program beasiswa santri berprestasi (PBSB).
Tujuan Khusus
1. Menganalisis perbedaan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, urutan
anak, kegiatan kemahasiswaan) dan karakteristik keluarga (tingkat pendidikan

8
 

orangtua, pekerjaan orangtua, tingkat pendapatan orangtua, besar keluarga)
pada mahasiswa kelompok PBSB dan non PBSB.
2. Menganalisis perbedaan tingkat kecerdasan emosional, kematangan sosial,
self-esteem dan prestasi akademik pada mahasiswa kelompok PBSB dan non
PBSB.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan keluarga dengan
kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan self-esteem mahasiswa
kelompok PBSB dan non PBSB.
4. Menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional dan kematangan sosial
dengan self-esteem mahasiswa kelompok PBSB dan non PBSB.
5. Menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan
self-esteem dengan prestasi akademik mahasiswa kelompok PBSB dan non
PBSB.
6. Menganalisis

pengaruh

karakteristik

individu,

karakteristik

keluarga,

kecerdasan emosional, kematangan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi
akademik mahasiswa kelompok PBSB dan non PBSB.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam rangka mengembangkan
kompetensi

diri

dan

memperluas

pengetahuan

serta

wawasan

tentang

perkembangan remaja. Bagi mahasiswa penerima program beasiswa santri
berprestasi, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kecerdasan
emosional, kematangan sosial, self-esteem, dan prestasi akademik yang diperoleh
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi. Bagi pihak penyelenggara
beasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kecerdasan emosional, kematangan sosial, self-esteem, dan prestasi akademik
mahasiswa peserta program beasiswa santri berprestasi di Institut Pertanian
Bogor. Selanjutnya dapat menjadi bahan masukan bagi pihak penyelenggara
beasiswa tersebut dalam merumuskan dan menyusun kebijakan yang terkait
dengan penerima program beasiswa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan menjadi landasan bagi
pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.

 
 

TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti
tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang umumnya dimulai pada usia dua belas
atau tiga belas tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian
perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan
masa dewasa sudah dicapai. Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada
rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara
berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia, Olds & Feldman 2008).
Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2008), peralihan dari anak-anak
menuju dewasa meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan
perkembangan kepribadian dan sosial. Tugas utama seorang remaja adalah
pencarian identitas atau jati diri yang meliputi kepribadian seksual dan pekerjaan.
Secara umum masa remaja ditandai dengan fase pubertas, yaitu suatu proses saat
seseorang mencapai kematangan seksual dan memiliki kemampuan untuk
bereproduksi. Matangnya sistem reproduksi pada remaja laki-laki ditandai dengan
mimpi basah (noctoral emissions) dan pada remaja perempuan mengalami
menstruasi pertama (menarche). Perubahan ini biasanya terjadi tiga tahun lebih
cepat pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki.
Masa awal remaja ialah suatu periode ketika konflik dengan orangtua
meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu perubahan biologis, pubertas, perubahan kognitif yang
meliputi peningkatan idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang
berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan dan harapanharapan pada orangtua (Santrock 2007).
Papalia, Olds dan Feldman (2008) mengemukakan bahwa masa remaja
merupakan masa peluang sekaligus resiko. Para remaja berada di pertigaan antara
kehidupan cinta, pekerjaan, dan partisispasi dalam masyarakat dewasa. Tugas

10
 

penting yang dihadapi para remaja ialah mengembangkan persepsi identitas diri
(sense of individual identity). Mencari identitas diri mencakup hal memutuskan
apa yang penting dan patut dikerjakan serta memformulasikan standar tindakan
dalam mengevaluasi perilaku dirinya dan juga perilaku orang lain. Hal ini
mencakup juga perasaan harga diri dan kompetensi diri (Atkinson et al 1983).
Atkinson juga mengemukakan suatu studi yang menemukan bahwa sebagian
besar mahasiswa perguruan tinggi tahun pertama masih berjuang dengan masalah
pembentukan identitas, tetapi dalam tahun terakhir banyak masalah yang dapat
diatasi.
Kecerdasan Emosional
Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi (Goleman 2004). Menurut Goleman (2004), emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, atau emosi sedih yang mendorong seseorang untuk berperilaku menangis.
Shapiro (1998) menyatakan bahwa istilah kecerdasan emosional pertama
kali dilontarkan Salovey (1990) untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas ini antara lain adalah
empati, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan
masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.
Menurut Salovey dan Mayer (1990) dalam Shapiro (1998), kecerdasan emosional
adalah kemampuan memantau dan mengendalikan emosi sendiri dan orang lain,
serta menggunakan emosi tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional dimiliki oleh seseorang sejak lahir. Perkembangan
kecerdasan emosional dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya seperti keluarga,
lingkungan bermain, sekolah, dan sebagainya.
Menurut Goleman (2004), kecerdasan emosional merupakan kemampuan
yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi

11
 

kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan
jiwa. Lebih lanjut Goleman (2004) menjelaskan, dengan kecerdasan emosional
yang dimiliki seseorang ia harus mampu menempatkan emosinya pada porsi yang
tepat, memilah kepuasan, mengatur suasana hati, mengatur kehidupan emosi
dengan inteligensi, serta menjaga keselarasan emosi dengan pengungkapannya.
Selanjutnya Goleman (2004) membagi kecerdasan emosional ke dalam lima
kemampuan utama, yaitu kesadaran emosi diri, pengelolaan emosi diri,
kemampuan memotivasi diri, kemampuan empati, dan seni membina hubungan.
Kesadaran Emosi Diri
Kesadaran emosi diri adalah kesadaran diri dalam mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan
emosional. Kesadaran diri merupakan kemampuan mengenali perasaan dan
menyusun kosakata untuk perasaan itu dan melihat kaitan antara gagasan,
perasaan dan reaksi, mengetahui kapan pikiran atau perasaan menguasai
keputusan, melihat akibat pilihan alternatif dan menerapkan pemahaman ini pada
keputusan tentang suatu masalah. Kesadaran diri juga dapat berupa kemampuan
mengenali kekuatan serta kelemahan dan melihat diri sendiri dalam sisi yang
positif tetapi realistis (Goleman 2004).
Pengelolaan Emosi Diri
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, dimana hal ini sangat
bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur

diri

sendiri,

melepaskan

kecemasan,

kemurungan

atau

ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk
bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. Pengelolaan emosi ini juga berarti
kemampuan menahan diri terhadap kepuasan berlebihan dan dapat mengendalikan
dorongan hati (Goleman 2004).
Kemampuan Memotivasi Diri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri serta untuk
berkreasi. Seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam

12
 

menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya, menggunakan hasrat yang
paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu
mengambil inisiatif, dan bertindak secara efektif apabila memiliki kemampuan
untuk memotivasi diri. Individu yang memiliki kemampuan memotivasi tinggi
akan memiliki daya juang atau semangat yang lebih tinggi dalam mencapai citacita dan tidak mudah putus asa serta memiliki kepercayaan yang tinggi dalam
menghadapi dan memecahkan masalah (Goleman 2004).
Kemampuan Empati
Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengenali emosi orang
lain. Menurut Goleman (2004), kemampuan seseorang untuk mengenali orang
lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Empati dibangun
berdasarkan kesadaran diri, semakin terbuka kepada emosi diri sendiri semakin
terampil membaca perasaan. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih
mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan
apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain. Goleman (2004) menyatakan, berempati lebih dari
sekedar bersimpati pada orang lain, berempati adalah menempatkan diri pada
posisi orang lain secara emosional. Empati juga digunakan sebagai salah satu
syarat untuk membangun hubungan dengan orang lain.
Seni Membina Hubungan
Kemampuan

dalam

membina

hubungan

merupakan

keterampilan

mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini menunjang popularitas,
kepemimpinan,

dan

keberhasilan

antar

pribadi.

Kemampuan

sosial

memungkinkan seseorang memben