Pengaruh Lingkungan Sekolah, Kecerdasan Sosial, Dan Self-Esteem Terhadap Prestasi Akademik Remaja Di Wilayah Perdesaan.

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH, KECERDASAN
SOSIAL, DAN SELF-ESTEEM TERHADAP PRESTASI
AKADEMIK REMAJA DI WILAYAH PERDESAAN

MIRANTI RAHMATIKA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

1

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Lingkungan
Sekolah, Kecerdasan Sosial, dan Self-esteem terhadap Prestasi Akademik Siswa
SMA di Wilayah Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Miranti Rahmatika
NIM I24110050

1

1
ABSTRAK
MIRANTI RAHMATIKA. Pengaruh Lingkungan Sekolah, Kecerdasan Sosial,
dan Self-Esteem terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan.
Dibimbing oleh NETI HERNAWATI.
Pencapaian remaja untuk meraih prestasi akademik merupakan hasil dari
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga,
lingkungan sekolah, kecerdasan sosial dan self-esteem terhadap prestasi akademik
remaja di wilayah perdesaan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional
study. Responden dalam penelitian ini berjumlah 150 siswa SMA di wilayah

Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dan
penarikan contoh dilakukan dengan cara proportional random sampling. Hasil uji
regresi menunjukan bahwa kecerdasan sosial dan self-esteem tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Jenis kelamin dan
lingkungan sekolah ditemukan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
prestasi akademik. Sebalikmya, pendapatan per kapita keluarga mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik remaja perdesaan.
Kata kunci: lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, self-esteem, prestasi akademik,
remaja, perdesaan.
ABSTRACT
MIRANTI RAHMATIKA. The Influence of School Environment, Social
Intellegence, and Self-Esteem toward Academic Achievement of Rural School
Student. Supervised by NETI HERNAWATI.
Academic achievement affected by several factors. This study aimed to
analyzed the effect of adolescent and family characteristics, school environment,
social intellegence, and self-esteem toward academic achievment. This study used
a cross-sectional study design. The purposive method was used in selection the
research location. Data was collected from two senior high school students in
Bogor District (n=150) that were chosen by proportional random sampling. The
result showed that gender and school environment has significant positive effect

on academic achievement. Meanwhile, family characteristic such as family
income, has negatif effect on academic achievement of rural school student.
Keywords: school environment, social intellegence, self-esteem, academic
achievement, adolescent, rural area.

1

1

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH, KECERDASAN
SOSIAL, DAN SELF-ESTEEM TERHADAP PRESTASI
AKADEMIK REMAJA DI WILAYAH PERDESAAN

MIRANTI RAHMATIKA

Skripsi
sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

1

2

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga
usulan penelitian yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah, Kecerdasan
Sosial, dan Self-Esteem, terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah
Perdesaan” dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, yakni:
1. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Prof Dr. Ir. Ujang
Sumarwan, M.Sc.
2. Neti Hernawati, S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah

membimbing, membantu, memberikan saran dan kritik kepada penulis selama
pembuatan skripsi ini.
3. Alfiasari, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan kemudahan dalam proses bimbingan akademik selama penulis
belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen.
4. Ir. Retnaningsih M.Si. dan Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Sc. selaku dosen pemandu
seminar dan dosen penguji sidang atas saran, arahan, dan ilmu pengetahuan
yang diberikan kepada penulis selama pelaksanaan sidang skripsi.
5. Pihak Sekolah Menengah Atas yang telah memperkenankan para siswa
menjadi responden dalam penelitian ini.
6. Yuana Zahra, Mega Citrandini, dan Trisya Novyanis selaku rekan
sebimbingan dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan kepada
penulis selama penelitian ini berlangsung.
7. Bapak Miharja dan Ibu Tri Mahasiswanti selaku orang tua penulis yang telah
memberikan dukungan, kasih sayang serta doa kepada penulis selama
penulisan skripsi ini.
8. Nurul Amalina Ramadhanti dan Muhammad Farhan Aufar selaku adik
penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penulisan
skripsi ini.
9. Teuku Ghaisa Aufa, Satrah, Elsa Yuliana, Afromalika, Sifna Audia, Sita Putri,

Putri Eksanika, Resturesky Rachmanya, Tiara Aprillia, Nindya Dewinta,
Adella Diningtyas, Citra Swietenia, Fikra Sufi, Sheilla Norsyabani, Mega
Silviana, Ais Puspa, Safira Widanti, Nurjanah Purnama, Nunky Ajeng dan
teman-teman IKK 48 atas dukungan semangat selama penulisan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah
memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak, sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di Indonesia.

Bogor, Agustus 2015
Miranti Rahmatika
NIM I24110050

4

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA BERPIKIR
METODE PENELITIAN
Desain, Waktu, dan Tempat
Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Remaja
Karakteristik Keluarga
Lingkungan Sekolah
Kecerdasan Sosial
Self-Esteem
Prestasi Akademik

Hubungan Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Lingkungan
Sekolah, Kecerdasan Sosial, Self-esteem, dan Prestasi Akademik
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Lingkungan Sekolah, Kecerdasan
Sosial, dan Self-Esteem tehadap Prestasi Akademik
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

v
v
1
1
3
5
6
6
9

9
9
10
11
12
14
14
14
14
15
17
18
19
20
20
22
23
27
27
27

28
32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Sebaran contoh menurut usia dan jenis kelamin
Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia ayah dan ibu
Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga
Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkungan sekolah
Sebaran contoh berdasarkan kategori kecerdasan sosial
Sebaran contoh berdasarkan kategori self-esteem
Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik
Koefisiensi korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan
lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, self-esteem dan prestasi
akademik.
12 Koefisiensi korelasi antara lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, selfesteem dan prestasi akademik.
13 Pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan
sekolah, kecerdasan sosial, dan self-esteem tehadap prestasi akademik

14
15
15
16
16
17
17
18
19
20

21
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kerangka Berpikir Pengaruh Lingkungan Sekolah, Kecerdasan Sosial,
dan Self-Esteem terhadap Prestasi Akademik
8
Kerangka pengambilan sampling
10

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan suatu bangsa. Sektor pendidikan diharapkan dapat mengembangkan
generasi penerus bangsa sehingga menghasilkan sumberdaya manusia (SDM)
yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Di Indonesia sendiri, kualitas SDM
termasuk dalam peringkat yang terbilang rendah. Menurut hasil penelitian United
Nation Development Programe (UNDP) tahun 2014 tentang Indeks
Pengembangan Manusia menunjukan bahwa Indonesia menduduki peringkat 108
dari 187 negara di dunia yang diteliti. Peringkat Indonesia yang rendah dalam
kualitas sumber daya manusia merupakan cerminan dari kualitas pendidikan
Indonesia yang masih rendah.
Fenomena kesenjangan kualitas pendidikan antara desa-kota menjadi salah
satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Menurut Wahyono
(2010) ketimpangan kualitas pendidikan secara sosio-antropologis dapat dilihat
dari aspek struktural dan kultural. Kemunculan fenomena tersebut secara
struktural disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mendasarkan diri pada
pandangan dikotomi desa-kota dalam melihat berbagai persoalan sosial, termasuk
persoalan pendidikan. Secara kultural, ketidakberhasilan pendidikan di daerah
perdesaan dalam melakukan transformasi budaya ke arah nilai-nilai masyarakat
kota menyebabkan kesenjangan kualitas pendidikan antara desa-kota tetap terjadi.
Kesenjangan kualitas pendidikan dapat disebabkan oleh ketersediaan guru
profesional yang belum merata, ketimpangan sarana prasarana sekolah, hingga
ketimpangan status sosial ekonomi masyarakat Indonesia sendiri yang kian
melebar.
Pendidikan nasional yang bermutu salah satunya dapat dilihat dari
keluarannya (output) yang bermutu. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia salah satunya melalui perbaikan
sistem evaluasi. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk memantau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan dalam kurun waktu
tertentu. Kemudian dari hasil berlajar siswa dapat diketahui prestasi akademik
yang dicapai siswa.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa mempunyai peranan yang
diharapkan dapat menjadi sosok yang berkualitas dalam segi perkembangan
spiritual, karakter, sosial, emosi, dan akademiknya sehingga mampu menjadi
pemimpin masa depan. Menurut Franky dan Chamundeswari (2014) pencapaian
prestasi akademik merupakan salah satu faktor penentu karir seseorang.
Pencapaian prestasi akademik merupakan salah satu kebutuhan penting bagi
remaja, terutama bagi tahapan usia remaja akhir yaitu pada tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Tahap ini remaja berada dalam tahap pembentukan
aktualisasi diri yang lebih baik dari tahapan sebelumnya. Pencapaian aktualisasi
diri tersebut merupakan bekal bagi remaja untuk memasuki tahapan usia
berikutnya yaitu usia dewasa. Menurut Erikson dalam Santrock (2003) usia
remaja sedang berada di tahap identity vs identity confusion, dimana pada tahap
ini remaja ingin menonjolkan identitas yang sebenarnya ada di diri mereka.
1

2
Remaja yang berhasil memahami dirinya akan menemukan jati diri dan memiliki
kepribadian yang sehat. Sebaliknya, jika dia gagal maka dia akan mengalami
kebingungan atau kekacauan. Remaja yang mengalami kebingungan akan
cenderung kurang dapat menyesuaikan diri terhadap diri sendiri maupun orang
lain (Yusuf 2012).
Prestasi dalam bidang akademik merupakan salah satu cara remaja
membentuk identitas dirinya. Pembentukan identitas diri seorang remaja dilandasi
oleh rasa tanggung jawab untuk menghadapi kehidupan yang mulai disadarinya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar remaja secara umum ada
dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor
objektif atau lingkungan yang mempengaruhi remaja untuk mencapai prestasi
akademik seperti persepsi terhadap lingkungan sekolah. Faktor internal
merupakan faktor subjektif atau yang berasal dari dalam diri remaja, seperti
kecerdasan sosial dan self-esteem.
Sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan kapasitas
intelektual yang dimiliki oleh remaja. Remaja menghabiskan sebagian besar
waktunya di sekolah, sehingga sekolah diharapkan dapat menyediakan lingkungan
pembelajaran yang layak dan memadai bagi siswanya (Lawrence & Vimala 2012).
Namun kesenjangan kondisi sekolah Indonesia antara desa dan kota masih jelas
terlihat. Kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai kendala baik keterbatasan dana,
kendala geografis (akses), sarana belum memadai dan kualitas tenaga pengajar
yang masih rendah dibandingkan dengan sekolah yang ada di kota. Rendahnya
kualitas pengajar sekolah di wilayah perdesaan akan berimbas pada metode
pembelajaran, aktivitas belajar-mengajar, hingga berdampak pada prestasi
akademik siswanya. Guru dan teman sebaya yang mendukung, peraturan di
sekolah yang adil, serta hubungan antara sekolah dan orang tua yang baik akan
membentuk persepsi positif siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Persepsi
siswa yang positif terhadap lingkungan pembelajarannya tersebut akan memacu
semangat siswa untuk mengapai prestasi akademiknya.
Pencapaian prestasi pada remaja merupakan suatu hal yang ditumbuhkan,
dikembangkan, dan hasil dari mempelajari melalui interaksi dengan lingkungan
(Gunarsa & Gunarsa 2000). Interaksi remaja dengan lingkungannya di sekolah
terjadi secara berulang. Hal tersebut memungkinkan remaja untuk menghadapi
masalah terkait dengan atmosfer sekolah, teman sebaya, pengaruh grup dan lain
sebagainya. Lingkungan yang tidak sehat dapat menyebabkan perilaku sosial
remaja menyimpang, sehingga remaja dituntut untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya. Kemampuan remaja untuk beradaptasi dengan lingkungan
sosial merupakan salah satu elemen untuk mencapai kecerdasan sosialnya. Hasil
penelitian Shah dan Sharma (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
kemampuan siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya dengan kecerdasan
sosial. Siswa yang peduli dengan prioritasnya untuk memenuhi harapan orangtua
dan harapan sosialnya adalah siswa yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
sekolah dengan baik.
Kecerdasan sosial merupakan faktor internal yang berpengaruh pada
pencapaian prestasi akademik remaja (Singh & Thukral 2010). Kemampuan
remaja dalam berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial akan
membuat remaja percaya diri dan termotivasi untuk berprestasi. Menurut Hurlock
(1999) keberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian sosial harus

3
dievaluasi berdasarkan pola-pola budaya setempat, nilai-nilai kelas sosial, dan
berdasarkan nilai-nilai peran jenis. Perbedaan nilai, kondisi sosial dan demografi
antara desa dan kota akan menimbulkan pengaruh tertentu terhadap keadaan
penduduknya, termasuk remajanya. Remaja di pedesaan dan perkotaan
mempunyai beberapa perbedaan karena pengaruh lingkungannya. Menurut
Soekanto dalam Untari (2012), masyarakat kota lebih mementingkan individu
sedangkan masyarakat desa lebih mementingkan kelompok atau keluarga. Hal ini
mengindikasikan bahwa remaja perdesaan memiliki rasa kepekaan sosial yang
lebih baik dari remaja di perkotaan.
Pembentukan dan pemeliharaan hubungan sosial yang efektif merupakan
salah satu dimensi dari kecerdasan sosial remaja. Dalam hal tersebut, self-esteem
turut menentukan perilaku dan keberhasilan remaja dalam membina suatu
hubungan sosial. Self-esteem adalah keseluruhan cara yang dipergunakan
seseorang untuk mengevaluasi dirinya (Santrock 2003). Menurut Cohen dalam
Hapsari (2005) remaja yang memiliki self esteem yang tinggi cenderung lebih
percaya diri dibandingkan orang yang mempunyai self esteem yang rendah. Setiap
remaja memiliki tingkatan self-esteem yang berbeda yang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan. Menurut Dubois et al. (2002) lingkungan memiliki peran penting
dalam menentukan self-esteem remaja. Hasil penelitian Markstrom, Marshall, dan
Tyron (2000) menemukan bahwa remaja perdesaan lebih cenderung terisolasi dan
lebih sedikit fasilitas pendidikan, rekreasi, dan pelayanan kesehatan. Hal ini
mengindikasi bahwa remaja di wilayah perdesaan lebih memiliki self-esteem yang
lebih rendah. Self-esteem yang berada didalam diri remaja akan menciptakan suatu
motivasi yang baik yang dapat meningkatkan pencapaian prestasi akademiknya.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka jelas lingkungan sekolah,
kecerdasan sosial, dan self-esteem berperan dalam menunjang prestasi akademik
anak. Mengingat pentingnya prestasi akademik bagi perkembangan kepribadian
anak, maka penting untuk meneliti pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
prestasi akademik remaja.

Perumusan Masalah
Rendahnya kualitas pendidikan suatu negara merupakan hasil kinerja
sektor pendidikan yang meliputi akses terhadap pendidikan. Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global. Namun kenyataanya ketimpangan kualitas pendidikan antara
desa dengan kota masih menjadi persoalan panjang yang belum terselesaikan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, angka partisipasi sekolah
kelompok usia 16-18 tahun di perkotaan cenderung lebih tinggi yaitu sebesar
66.46 persen, sedangkan di wilayah perdesaan hanya 54.87 persen. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa penduduk perdesaan kurang memiliki kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dibandingkan mereka yang tinggal di daerah

4
perkotaan. Hal tersebut tidak lain karena pelaksanaan sistem pendidikan masingmasing wilayah di Indonesia yang masih belum merata.
Kabupaten Bogor merupakan kabupaten yang berbatasan dengan ibukota
negara, yang turut merasakan dampak positif dan negatif pembangunan yang ada
di DKI Jakarta. Kabupaten Bogor merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk
terbesar di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 5 111 768 jiwa (Pusdalisbang
2013). Jumlah penduduk yang banyak akan meningkatkan jumlah penduduk yang
membutuhkan pendidikan. Namun, angka partisipasi sekolah pada jenjang sekolah
menengah Kabupaten Bogor masih rendah yaitu 57.18 persen berada dibawah
angka nasional 63.84 persen (BPS 2013). Rendahnya kualitas pendidikan di
Kabupaten Bogor juga terlihat dari nilai rata-rata hasil Ujian Nasional (UN)
Kabupaten Bogor yaitu 58.46, berada dibawah nilai rata-rata UN Kota Bogor
yaitu sebesar 70.25 (Kemendiknas 2015). Hal tersebut diperkuat dengan hasil
penelitian Mongi (2014) yang menunjukan bahwa Kabupaten Bogor merupakan
kabupaten dengan nilai rata-rata UN mata pelajaran IPA terendah di Provinsi Jawa
Barat yaitu sebesar 77.55. Hasil penelitian yang sama menunjukan bahwa
Kabupaten Bogor mempunyai nilai akreditasi yang rendah dalam hal isi (89.01),
proses (84.22), kompetensi kelulusan (76.50), tenaga pendidikan (78.36), sarana
dan prasarana (71.09), pengelolaan (86.52), pembiayaan (87.41), dan penilaian
(83.59). Fakta-fakta tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik pada
remaja di Kabupaten Bogor.
Pencapaian prestasi akademik pada remaja adalah salah satu aspek yang
penting untuk diperhatikan oleh suatu bangsa. Remaja yang memiliki keinginan
untuk berprestasi merupakan modal suatu bangsa untuk menghasilkan
sumberdaya yang berkualitas. Pencapaian remaja untuk meraih prestasi akademik
merupakan hasil dari interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) dan faktor
yang berasal dari diri sendiri (internal).
Faktor eksternal yang diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar remaja
adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang efektif perlu didukung oleh
kualitas para guru, baik karakteristik pribadi maupun kompetensinya. Namun
melihat fenomena kesenjangan antara sekolah di desa-kota, menyebabkan remaja
di perdesaan kemungkinan mendapatkan suasana lingkungan sekolah yang
berbeda. Roscigno & Crowley diacu dalam Joshi dan Srivastava (2009)
menyatakan bahwa peforma akademik remaja perdesaan lebih tertinggal
dibandingan dengan remaja seusianya yang tinggal di daerah kota, yang
disebabkan oleh perbedaan struktur dan kesempatan lokal. Selain itu, pemerintah
pusat seringkali yang lebih menaruh perhatian pada pendidikan di perkotaan
sehingga membuat kualitas pendidikan di perkotaan dan di pedesaan menjadi
timpang. Salah satu contohnya adalah dalam masalah kesejahteraan guru yang
berakibat pada kualitas guru dan proses pembelajaran yang diterima oleh siswa di
wilayah perdesaan. Menurut Yusuf (2012) karakteristik pribadi dan kompetensi
guru ini sangat berpengaruh terhadap kualitas iklim kelas, proses pembelajaran di
kelas, serta hubungan guru-siswa di kelas. Relasi guru dan siswa yang baik, akan
membuat siswa merasa senang dan terdorong untuk belajar dan mencapai nilai
yang sebaik-baiknya (Gunarsa & Gunarsa 2000).

5
Di sekolah siswa dapat terpacu untuk meningkatkan prestasi akademiknya,
atau juga dapat menurunkan prestasi akademiknya. Hal tersebut bergantung pada
persepsi siswa terhadap lingkungan sekolahnya. Siswa yang tidak menyukai
lingkungan sekolah akan cenderung jatuh secara akademik, meniru perilaku yang
menyimpang, dan mengalami penurunan kualitas hidup (Samdal et al. 1998).
Hasil penelitian penelitian Bhatti dan Qazi (2011) menunjukan bahwa hubungan
antara guru dan murid serta lingkungan sekolah yang kondusif memiliki pengaruh
terhadap prestasi akademik siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Angus, Prater,
dan Busch (2009) menunjukan bahwa siswa mencapai nilai yang lebih tinggi
dalam ujian dikarenakan lingkungan pembelajaran sekolah yang sehat.
Kecerdasan sosial memiliki peranan penting bagi remaja untuk dapat
berhasil dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis (Mengawangi 2007). Remaja yang telah mencapai kecerdasan
sosialnya adalah remaja yang mampu berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial.
Remaja yang tidak berhasil mencapai kecerdasan sosialnya akan sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak bahagia, tidak menyukai diri sendiri.
Hal ini mengindikasikan bahwa remaja yang tidak berhasil mencapai kecerdasan
sosialnya akan cenderung memiliki sikap penghargaan diri (self-esteem) yang
rendah. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Wulandari (2009) dan Nurhayati
(2011) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara
kecerdasan sosial dengan self-esteem.
Self-esteem turut menentukan perilaku dan keberhasilan remaja dalam
bidang akademik. Remaja yang memiliki self-esteem yang rendah akan sulit untuk
menyesuaikan diri dan cenderung menarik diri dalam pergaulan serta mudah
dipengaruhi oleh orang lain. Hal tersebut yang dapat menyebabkan remaja
kesulitan untuk berprestasi dalam bidang akademik.
Beberapa penelitian kontemporer mengenai remaja dan kegiatan belajar
cenderung menunjukan hasil yang bervariasi. Hal ini menarik bagi peneliti untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh lingkungan sekolah, kecerdasan sosial,
dan self-esteem terhadap prestasi akademik siswa SMA, khususnya di wilayah
perdesaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan,
yaitu: (1) bagaimana karakteristik remaja dan keluarga remaja? (2) bagaimana
hubungan lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, dan self-esteem dengan
pencapaian prestasi akademik siswa SMA? (3) bagaimana pengaruh karakteristik
remaja, karakteristik keluarga, lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, dan selfesteem terhadap prestasi akademik siswa SMA apabila diteliti secara bersamasama?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh
lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi akademik
siswa SMA.

6
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik remaja dan keluarga, lingkungan sekolah,
kecerdasan sosial, self-esteem dan prestasi akademik siswa.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga,
lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, self-esteem dengan prestasi
akademik siswa.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga,
lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi
akademik siswa.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharap dapat berguna untuk memberikan informasi tentang
pengaruh lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, dan self-esteem terhadap prestasi
akademik anak. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi orang tua dalam melakukan praktek pengasuhan dan
pengarahan dalam hal akademik. Bagi pemerintah hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan landasan untuk membuat kebijakan. Bagi penelitian selanjutnya
diharapkan penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu di bidang ilmu
perkembangan anak dan keluarga.

KERANGKA BERPIKIR
Prestasi akademik dan kegiatan belajar mengajar adalah dua hal yang
saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan belajar mengajar adalah proses,
sedangkan prestasi akademik merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar.
Prestasi akademik dapat diartikan sebagai penguasaan siswa terhadap suatu
pengetahuan atau keterampilan tertentu. Prestasi akademik yang dicapai antar
siswa berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang melatar
belakanginya untuk mencapai prestasi akademik tersebut. Secara garis besar
faktor-faktor prestasi akademik siswa dibagi kedalam dua faktor yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
Pencapaian prestasi akademik remaja merupakan hasil interaksi remaja
dengan lingkungan disekitarnya. Model perkembangan lingkungan yang
dikemukakan oleh seorang pakar ekologi keluarga Bronfenbrenner
menggambarkan bahwa perkembangan remaja merupakan hasil interaksi dengan
lingkungan mikrosistem, mesosistem, eksosistem dan makrosistem disekitarnya
(Cobb 2001). Lingkungan mikrosistem remaja merupakan tempat dimana remaja
menghabiskan banyak waktunya dan berinteraksi langsung, seperti keluarga,
teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Keterkaitan antar lingkungan mikrosistem
disebut dengan mesosistem, seperti hubungan antara keluarga dengan sekolah.
Eksosistem adalah lingkungan yang tidak memiliki pengaruh langsung kepada
remaja tetapi mempengaruhi lingkungan disekitarnya, seperti suasana tempat kerja
orangtua yang dapat mempengaruhi hubungan orangtua dengan anaknya.

7
Makrosistem meliputi kebudayaan dimana remaja hidup, seperti pola perilaku,
keyakinan, dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan masyarakat.
Sekolah merupakan institusi pendidikan formal dengan program yang
sistemik untuk melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada siswa
agar berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Menurut Santrock
(2003) sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan remaja, baik dalam
cara berfikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Hal ini dikarenakan sekolah
berfungsi sebagai pengganti peran keluarga dan guru sebagai pengganti peran
orangtua. Havighurst dalam Yusuf (2012) berpendapat bahwa sekolah juga
memiliki peranan penting dalam membantu remaja untuk mencapai tugas
perkembangannya. Sehubungan dengan hal tersebut, sekolah diharapkan dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif yang dapat memfasilitasi siswa
untuk mencapai perkembangannya. Siswa yang merasa puas dengan lingkungan
pembelajarannya di sekolah akan menghasilkan persepsi yang positif mengenai
sekolah. Siswa yang berpandangan positif mengenai sekolah akan lebih
termotivasi dengan baik dalam menerima ilmu sehingga diduga prestasi
belajarnya pun lebih baik.
Tugas perkembangan remaja salah satunya menyangkut aspek kecerdasan
dalam berinteraksi sosial. Keseluruhan sekolah sebagai sistem sosial khusus bisa
menjadi faktor positif bagi perkembangan sosial remaja (Gunarsa & Gunarsa
2000). Kecerdasan sosial berhubungan erat dengan usia dan sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
(Goleman 2007). Sekolah berperan penting dalam perkembangan remaja karena
mereka menghabiskan banyak waktunya disekolah. Sekolah merupakan institusi
yang berkontribusi dalam memberikan pendidikan dan sosialisasi untuk dapat
mengembangkan kepribadian remaja. Penyesuaian diri yang optimal terhadap
lingkungan pembelajaran dapat menjadi pelopor untuk memaksimalkan
pencapaian akademik siswa (Shah & Sharma 2012).
Keadaan sosial ekonomi keluarga turut menentukan kemampuan orang tua
dalam menunjang perkembangan sosial anak. Perkembangan sosial sangat
dipengaruhi oleh proses perlakuan keluarga dalam mengenalkan berbagai aspek
kehidupan sosial (Yusuf 2012). Hasil penelitian Anand, Kunwar, dan Kumar
(2014) menemukan bahwa kecerdasan sosial remaja dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, pekerjaan ayah, dan besar keluarga.
Remaja yang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah akan
cenderung memiliki rasa percaya diri. Menurut Lindenfield (2004) untuk dapat
mengembangkan rasa percaya diri, seseorang perlu menjalin hubungan dengan
orang lain. Self-esteem dapat dibentuk dan dibina yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya lingkungan keluarga dan jenis kelamin (Monks 2004).
Perbedaan jenis kelamin mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam pola pikir,
cara berpikir, dan bertindak antara laki-laki dan perempuan.
Self-esteem berkaitan kepercayaan atau perasaan tentang diri atau persepsi
terhadap diri sendiri. Hasil penelitian Vishalakshi dan Yeshodhara (2012)
menyatakan bahwa self-esteem berhubungan positif dengan prestasi akademik
siswa. Siswa yang memiliki self-esteem yang tinggi akan melakukan berbagai
aktivitas dengan kepercayaan diri yang tinggi yang didasari oleh alasan-alasan
yang rasional. Sebaliknya, siswa memiliki self-esteem yang rendah maka akan

8
sulit untuk menyesuaikan diri dan cendrung menarik diri dalam pergaulan serta
kesulitan untuk berprestasi.
Karakteristik remaja yakni usia dan jenis kelamin juga menjadi variabel
yang diuji dalam penelitian ini. Perbedaan jenis kelamin dapat menyebabkan
perbedaan fisiologi dan mempengaruhi perbedaan psikologis dalam belajar. Hasil
penelitian Salami (2013) menunjukan bahwa perempuan lebih rajin bertanya
kepada pengajar jika mengalami kesulitan terkait pelajarannya dibandingkan lakilaki. Hal tersebut yang memungkinkan perempuan lebih memahami pelajaran dan
memiliki nilai akademik yang lebih baik dari laki-laki. Selain itu, karakteristik
keluarga seperti pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua,
dan besar keluarga diduga dapat mempengaruhi prestasi akademik remaja.
Keluarga bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anak.
Bila kebutuhannya tidak terpenuhi maka akan menjadi penghambat bagi anak
dalam pembelajaran, yang berimbas pada prestasi akademiknya. Kerangka
pemikiran operasional pengaruh lingkungan sekolah, kecerdasan sosial, dan selfesteem terhadap prestasi akademik tersaji pada Gambar 1.

Karakteristik Keluarga:
Usia Orang Tua
Lama Pendidikan Orang
tua
Pekerjaan Orang Tua
Pendapatan Keluarga

Karakteristik
Remaja:
Usia
Jenis
Kelamin

Lingkungan
Sekolah

Besar Keluarga

Kematangan
Sosial

Selfesteem

Prestasi Akademik

Gambar 1 Kerangka Berpikir Pengaruh Lingkungan Sekolah, Kecerdasan
Sosial dan Self-Esteem terhadap Prestasi Akademik
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Pengaruh antarvariabel

9

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi dan Waktu
Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik penelitian
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Remaja di Wilayah
Perdesaan” dengan menggunakan desain penelitian cross sectional study. Lokasi
penelitian ini adalah dua Sekolah Menengah Akhir (SMA) yang berada di
Kabupaten Bogor bagian barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan cara memilih dua SMA
dari sepuluh SMA Negeri dengan jumlah siswa terbanyak menurut data dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Bogor tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2015.

Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di wilayah Kabupaten
Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA X dan SMA Y.
Penarikan contoh didasarkan atas pertimbangan bahwa kelas XI telah memiliki
pengalaman belajar di SMA lebih lama dibandingkan siswa kelas X, namun tidak
disibukan dengan Ujian Akhir Nasional seperti kelas XII. Selain itu, siswa kelas
XI sudah terbagi berdasarkan jurusan bidang IPA dan IPS.
Penarikan contoh dilakukan dengan cara memilih secara proportional
random sampling seluruh siswa kelas XI IPA dan IPS pada masing-masing lokasi
penelitian. Jumlah total siswa SMA X kelas XI sebanyak 333 siswa terdiri dari
190 siswa jurusan IPA dan 143 siswa jurusan IPS. Jumlah total siswa SMA Y
kelas XI sebanyak 304 siswa terdiri dari 163 siswa jurusan IPA dan 141 siswa
jurusan IPS. Jumlah keseluruhan siswa yang terpilih menjadi responden sebanyak
150 orang, yakni SMA X sebanyak 79 siswa (45 siswa jurusan IPA dan 34
jurusan IPS) dan SMA Y sebanyak 71 siswa (38 siswa jurusan IPA dan 33 siswa
jurusan IPS). Setelah proses pengambilan data, siswa yang dapat dijadikan
responden dalam penelitian ini sebanyak 132 orang. Pengurangan jumlah
responden dikarenakan ketidakhadiran responden pada saat proses pengambilan
data dan kelengkapan pengisian data kuesioner. Adapun kerangka penarikan
contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

9

10
Kabupaten
Bogor

Purposive

SMA Y
N=304

SMA X
N=333

Kelas XI
IPA N=190

45
siswa

Kelas XI
IPS N=143

Kelas XI
IPA N=163

34
siswa

38
siswa

Purposive

Kelas XI
IPS N=141

33
siswa

Proportional
Random
Sampling

n = 150 siswa
Gambar 2 Kerangka pengambilan sampling

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang
diisi oleh remaja setelah mendapat penjelasan dan panduan dari peneliti. Data
primer meliputi karakteristik remaja (jenis kelamin dan usia), karakteristik
keluarga (usia orangtua, lama pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua,
pendapatan keluarga, besar keluarga), lingkungan nonfisik sekolah, kecerdasan
sosial, dan self-esteem. Data sekunder terdiri atas prestasi akademik yang
diperoleh dari pihak sekolah dalam bentuk nilai rapor siswa satu semester
terakhir.
Variabel persepsi siswa terhadap lingkungan sekolah dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan instrumen lingkungan sekolah yang dikembangkan
oleh Utami (2014) mengacu beberapa teori yakni konsep Berns dan Erickson
(2001) terkait metode pembelajaran, konsep Clark (1998) faktor-faktor
lingkungan nonfisik sekolah, konsep Wubbles dan Levy terkait interaksi guru
kepada siswa, konsep Evertson dan Emmer dalam Santrock (2011) tentang aturan
yang berlaku di sekolah, yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Pengukuran
variabel ini terdiri dari 64 butir pernyataan dengan 41 pernyataan untuk dimensi
proses pembelajaran di sekolah, 10 pernyataan untuk dimensi interaksi sekolah
dengan orang tua, dan 13 pernyataan untuk dimensi peraturan dan sanksi di
sekolah. Pertanyaan dijawab dengan menggunakan skala yang meliputi SS =

10

11
Sangat Sesuai; S = Sesuai; TS = Tidak Sesuai; dan STS = Sangat Tidak Sesuai.
Reliabilitas dari instrumen lingkungan sekolah adalah sebesar 0,872.
Kecerdasan sosial diukur dengan menggunakan alat ukur yang
dimodifikasi dari instrumen pengukuran kecerdasan sosial Wulandari (2009) yang
diadopsi dari teori kecerdasan sosial Goleman (2007) yang terdiri dari 20 item
pernyataan yang termasuk ke dalam dimensi kesadaran sosial dan 23 item
pernyataan yang termasuk ke dalam dimensi keterampilan sosial. Pertanyaan
dijawab dengan menggunakan skala SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS= Tidak
Setuju, dan STS = Sangat Tidak Setuju. Hasil reabilitas instrumen kecerdasan
sosial ini sebesar 0,835.
Self-esteem siswa diukur menggunakan kuesioner hasil adaptasi dari
Novariandhini (2011) yang mengacu pada Rosenberg (1967) Texas Social
Behavior Inventory-Form. Variabel ini terdiri atas 14 pertanyaan dengan skala 1-4
dengan STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, S = Setuju, dan SS =
Sangat Setuju. Reabilitas instrumen ini adalah sebesar 0,867.
Variabel prestasi akademik dilihat dari rata-rata nilai rapor dari seluruh
mata pelajaran pada semester terakhir. Skala penilaian prestasi akademik siswa
menggunakan rentang angka dan huruf yaitu 4,00 – 1.00. Prestasi akademik siswa
dikategorikan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
81A tahun 2013 yaitu sangat baik (3.51-4.00), baik (3.00-3.49), cukup (2.50-2.99),
dan kurang (≤ 2.49).

Pengolahan dan Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengambilan data
untuk pengujian kuesioner, pengambilan data primer, cleaning data, scoring data,
entry data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan
melalui program software Microsoft Excel dan SPSS for Windows. Data
dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensia.
Data karakteristik remaja yang dikumpulkan terdiri atas usia dan jenis
kelamin. Data karakteristik keluarga terdiri atas usia orangtua, lama pendidikan
orangtua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga.
Pendapatan keluarga dikonversikan menjadi pendapatan per kapita yang
kemudian dikategorikan menggunakan indikator garis kemiskinan Jawa Barat
tahun 2014. Sistem skoring yang dilakukan untuk persepsi lingkungan sekolah,
kecerdasan sosial dan self-esteem menggunakan rumus:

Keterangan:
Indeks = skor anak yang sudah di indeks
Skor anak = skor yang diperoleh anak berdasarkan pengukuran
Skor maksimal = skor maksimal pada instrumen
Skor minimal = skor minimal pada instrumen

12
Pengategorian variabel lingkungan sekolah menggunakan skor indeks
dengan cut off point baik (>80), cukup (60-80), dan kurang (80), cukup
matang (60-80), dan kurang matang (80), sedang
(60-80), dan rendah (65)
Almarhum
Total
Rata – rata ± Std
Min – Max

Ayah

Ibu

n
%
22
16.7
106
80.3
1
0.7
3
2.3
132
100.0
47.6 ± 6.8
32–69

n
%
61
46.3
70
53.0
0
0.0
1
0.7
132
100.0
42.7 ± 6.9
29-59

Pendapatan keluarga pada penelitian ini dikonversikan kedalam
pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan jumlah pendapatan ayah, ibu,
dan anggota keluarga lain yang sudah bekerja per bulan dibagi jumlah anggota
keluarga. Pendapatan per kapita tersebut kemudian dimasukan kedalam kategori
kemiskinan yang diambil berdasarkan garis kemiskinan Jawa Barat tahun 2014
yaitu sebesar Rp 285 706. Tabel 3 memperlihatkan bahwa rata-rata pendapatan
per kapita per bulan keluarga contoh berada pada kisaran Rp 548 206. Sebanyak
62.9 persen contoh pada penelitian ini berasal dari keluarga tidak miskin atau
berada di atas garis kemiskinan, sisanya sebanyak 31.7 persen termasuk dalam
kategori miskin.
Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan per kapita
Pendapatan (Rp/kap/bl)
Miskin
Tidak miskin
Total
Rata-rata ± std
Min-Maks

n

%

49
83

37.1
62.9

132
100.0
548206 ± 512359.06
7142.85-2500000

16
Lama pendidikan orangtua akan mempengaruhi cara orang tua
menanamkan sikap, nilai hidup, minat, serta kepribadian anak. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara umum ayah menempuh pendidikan formal yang lebih
lama dibandingkan ibu. rata-rata lama pendidikan ayah contoh adalah 9.17 tahun
(std= 3.679), sementara ibu lebih rendah yaitu 8.44 tahun (std= 3.653). Lebih dari
separuh ayah (55%) dan ibu (59%) menempuh pendidikan selama 6 tahun.
Pendidikan terendah ayah dan ibu adalah tidak bersekolah yang mana jumlah ayah
sebanyak 1 orang dan jumlah ibu sebanyak 5 orang. Lama pendidikan tertinggi
yang dicapai ayah ibu contoh adalah perguruan tinggi yaitu 12.2 persen pada ayah
dan 7.6 persen pada ibu. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan orang tua
Lama Pendidikan
0 tahun
≤6 tahun
7-9 tahun
9-12 tahun
>12 tahun
Total
Rata-rata ± std
Min-maks

Ayah
n

Ibu
%

1
0.7
55
41.7
24
18.2
36
27.3
16
12.1
132
100.0
9.17±3.679
0-18

n

%

5
3.8
59
44.7
23
17.4
35
26.5
10
7.6
132
100.0
8.44±3.653
0-16

Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan ayah contoh memperlihatkan
bahwa terdapat 4 orang ayah berstatus tidak bekerja. Proporsi terbesar pekerjaan
ayah adalah wiraswasta (31.1%), diikuti profesi ayah sebagai buruh (28.0%), dan
pedagang (12.1%). Sementara itu, lebih dari separuh ibu dari contoh (78.8%)
adalah ibu rumah tangga/ tidak bekerja. Profesi lain ibu sebesar 9.1 persen sebagai
pedagang, 6.1 persen sebagai wiraswasta, dan 3.8 persen bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil serta profesi lainnya. Tabel 5 memperlihatkan lebih jelas sebaran
ayah dan ibu berdasarkan jenis pekerjaan.
Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua
Jenis Pekerjaan
Petani
Wiraswasta
Pegawai swasta
PNS
Pedagang
Buruh
Tidak bekerja
Lainnya
Total

Ayah
n
5
41
9
15
16
37
4
5
132

Ibu
%
3.8
31.1
6.8
11.4
12.1
28.0
3.0
3.8
100.0

n
0
8
0
5
12
0
104
3
132

%
0.0
6.1
0.0
3.8
9.1
0.0
78.8
2.3
100.0

Besar keluarga dalam penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah
anggota kelurga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya

17
yang tinggal dalam satu rumah. Menurut kategori Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (1998) kategori keluarga kecil berjumlah
kurang atau sama dengan 4 orang, kategori keluarga sedang bejumlah 5-7 orang,
dan kategori keluarga besar berjumlah lebih dari 7 orang. Sebagian besar (60.6%)
contoh termasuk ke dalam tipe keluarga sedang. Rata-rata besar keluarga pada
penelitian ini adalah 5.705 dengan jumlah anggota terkecil yaitu 2 orang hingga
terbesar yaitu 11 orang. Data selengkapnya tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar Keluaga
Kecil (≤4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (>7 orang)
Total
Rata-rata±std
Min-maks

n

%

34
80
18

25.8
60.6
13.6

132

100.0
5.705 1.84
2-11

Lingkungan Sekolah
Upaya sekolah dalam memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa akan
berjalan dengan baik jika sekolah tersebut dapat menciptakan iklim atau suasana
pembelajaran yang sehat, efektif dan kondusif. Siswa yang merasa nyaman
dengan lingkungan sekolah akan memiliki persepsi yang positif mengenai sekolah.
Persepsi positif terhadap lingkungan sekolahnya akan membantu siswa
memahami materi pelajaran dengan baik sehingga prestasi belajarnya pun lebih
baik. Hasil uji deskriptif pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh
remaja (68.9%) mempersepsikan lingkungan sekolah termasuk dalam kategori
cukup dengan nilai rata-rata indeks lingkungan sekolah secara keseluruhan adalah
64.42. Secara keseluruhan persepsi remaja pada capaian kualitas lingkungan
sekolah penelitian ini tidak terlalu tinggi.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkungan sekolah
Kategori

Proses
pembelajaran

Interaksi sekolah
dengan orang tua

Total

Peraturan dan
sanksi sekolah

n

%

n

%

n

%

n

%

Kurang (80)

20
10