Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat

 
 

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU
DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA
BARAT

Yolla Hadiyati
A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

 
 

RINGKASAN
YOLLA HADIYATI A44050270. Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan
Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing Oleh Dr. Ir. BAMBANG

SULISTYANTARA, M. Agr)
Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota
yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota
berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana
transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota
yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi
pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur
kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.
Permasalahan sebagian besar jalan di Kota Bogor terutama pada daerah
sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah
dipadati kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi tersebut
berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena
jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang
melintasinya.
Studi mengenai perencanaan pedestrian hijau di jalan lingkar luar Kota
Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang
memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna
jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta
meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini dilakukan mengikuti

tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam arsitektur
lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis,
sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan serta pemeliharaan.
Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Teknik survei lapang,
wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi dan teknik. Keinginan dan persepsi
pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masingmasing 20 orang pengguna jalan dan 10 orang pegawai instansi terkait.
Lingkup perencanaan yaitu sepanjang ± 8 km, daerah milik jalan (damija)
yang direncanakan adalah 32-35 m. kondisi topografi tapak relatif datar, landai
dan curam. Kawasan sekitar jalan telah cukup padat dengan pertokoan dan
permukiman. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi
kedalam 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Pedestrian
direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman,
teduh dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penambahan fasilitas jalan
dan lingkungan sekitar yang asri.
Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi, ruang
penyangga, ruang pelayanan dan ruang identitas. Ruang sirkulasi adalah ruang
bagi pergerakan kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang
pengamannya. Ruang penyangga adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga
kawasan sekitar dari dampak aktivitas kendaraan dan mempertahankan

keberadaan sungai. Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan dan area sekitar

 
 

perairan. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk
mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat seperti berjalan kaki,
bersepeda, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang
identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberi kesan atau ciri khas
yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang
direncanakan berupa stop area, gerbang kawasan, tugu dan penataan vegetasi
yang berada di sepanjang segmen jalan.
Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan dapat memberi
perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah
erosi dan memiliki nilai estetika. Tanaman disusun secara masal dan kontinu di
sepanjang jalan dengan desain linear, menggunakan kombinasi pohon,
semak/perdu, penutup tanah dan rumput. Pada tempat-tempat tertentu
menggunakan tanaman khusus penanda. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki
kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan
pemeliharaan, mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan, tidak mudah

terserang hama dan penyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok
dan sebagainya. Pada jalur hijau dipilih tamanan jenis pohon yaitu Mahoni
(Swietenia mahogany) untuk segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) untuk
segmen tengah dan selatan. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis Pinus (Pinus
merkusii) dan Glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Pada median dipilih jenis
pohon yaitu Cemara kipas (Thuja orientalis) untuk segmen utara, Palm Raja
(Roystonea regia) untuk segmen tengah dan Kayu manis (Cinnamomun burmanii)
untuk segmen selatan. Diantara pohon ditanam semak/perdu yaitu Bunga Mentega
(Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora
javanica). Tanaman penutup tanah digunakan Kacang-kacangan (Arachis pintoi)
dan Rumput Gajah (Cynodon dactylon).
Untuk hardscape berupa pedestrian (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2
m), saluran drainase (lebar 1 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang
jalan yaitu tempat duduk (64 buah), tempat sampah (188 buah), fire hydrant (24
unit), lampu jalan (269 buah), lampu pedestrian (1.233 buah), halte (49 buah),
papan orientasi (14 buah) dan jembatan pedestrian (12 buah). Papan reklame yang
direncanakan menyatu dengan lampu penerangan jalan dan pedestrian.
Dengan dilakukannya pelebaran damija menjadi 32-35 m, penataan
tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan kelancaran
berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna jalan. Rencana

lanskap ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelaksana dan
pengembangan pada kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh
Iskandar. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana
lanskap yang telah dibuat.

 
 

@ Hak Cipta milik IPB tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

 
 


LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERENCAAN
PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR,
JAWA BARAT adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Yolla Hadiyati
NIM. A44050270

 
 

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU
DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Yolla Hadiyati
A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

 
 

LEMBAR PENGESAHAN
Judul


: Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar
Kota Bogor, Jawa Barat

Nama

: Yolla Hadiyati

NRP

: A44050270

Departemen

: Arsitektur Lanskap

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr.

NIP. 19601022 198601 1 001

Mengetahui
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus

:

 
 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 1987 di Pekanbaru,
Riau. Penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan
Bapak Yon Reflizar dan Ibu Nelawaty Bakwar.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Pekanbaru, Riau.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Negeri 001 Kec.
Sail. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP
Negeri 13 Pekanbaru. Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2005 di
SMU Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi
Riau. Satu tahun kemudian melalui program mayor-minor dari IPB penulis
diterima di Departemen Arsitektur Lanskap dengan mayor Arsitektur Lanskap dan
memilih supporting course.

 
 

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas kehendaknyalah sehingga
skripsi yang berjudul Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota
Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan
kepada :
1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara sebagai Pembimbing Skripsi dan
Pembimbing Akademik atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan
skripsi.

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr,Sc dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT
sebagai Dosen Penguji atas arahan, masukan dan koreksinya selama
sidang.
3. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang
sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
4. Seluruh staf Komisi Pendidikan Arsitektur Lanskap atas semua
pelayanannya.
5. Keluargaku tercinta (Ibuk, Bapak, Kiki dan Fiqri) untuk doa, kasih sayang
dan motivasinya selama ini.
6. Untuk Datok dan Nenek untuk doa dan kasih sayangnya.
7. Suami dan putriku tersayang Heru Rahmatullah dan Hanamoza Permata
Rahmatullah (momo) untuk doa, semangat dan bantuannya selama
penyusunan skripsi.
8. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 42 untuk
kebersamaannya selama ini.
9. Teman-teman 363 (oci, nita dila, lesti dan yoan) atas kebersamaan yang
indah selama di asrama TPB

 
 

10. Bapak Rudi (BAPEDA Bogor) dan Ibu Yanti (Dinas Tata Ruang Kota
Bogor) atas datanya.
11. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
namun tidak dapat disebutkan satu per satu.
Tak ada gading yang tak retak. Tiada sulaman yang paling sempurna.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan manusia adalah
muara kekhilafan dan kesalahan belaka. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna,
namun

semoga

dapat

memberikan

manfaat

kepada

pihak-pihak

yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012

Penulis

 
 

DAFTAR ISI
Hal
Teks
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………............. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………............. xvii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang………………………………………………………...
2
Tujuan…………………………………………………………………
3
Manfaat………………………………………………………………..
TINJAUAN PUSTAKA
4
Lanskap……………………………………………………………….
4
Lanskap Jalan…………………………………………………………
6
Jalur Hijau Jalan………………………………………………………
7
Penanaman Jalur Hijau Jalan…………………………………………
8
Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)……………………………………….
Sistem Pedestrian……………………………………………………... 11
Jenis Pedestrian……………………………………………………….. 12
Persyaratan Pedestrian………………………………………………… 13
Bahan Permukaan Pedestrian…………………………………………. 15
17
Street Furniture (Perabot Jalan)………………………………………
Perencanaan……………...…………………………………………..... 18
METODOLOGI
20
Lokasi dan Waktu……………………………………………………..
21
Metode Studi………………………………………………………….
Pengambilan Data…………………………………………………….. 24
HASIL INVENTARISASI
25
Kondisi Umum………………………………………………………..
Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan……… 25
29
Kebijakan Pengembangan Kota Bogor…………………………
32
Aspek Fisik dan Biofisik……………………………………………...
32
Iklim…………………………………………………………….
33
Geologi dan Tanah……………………………………………..
Pembagian Segmen……………………………………………... 33
35
Topografi, Hidrologi dan Drainase……………………………..
37
Vegetasi dan Satwa……………………………………………..
39
Utilitas…………………………………………………………..
39
Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan…………………………..
Dimensi Jalan…………………………………………………… 41
Kondisi Visual Tapak…………………………………………... 45
48
Jalur Pejalan Kaki………………………………………………

 
 

Tata Guna Lahan………………………………………………..
Aspek Sosial…………………………………………………………..
Pengguna Potensial……………………………………………..
Kebiasaan Masyarakat………………………………………….
Persepsi Masyarakat…………………………………………….
Keinginan Masyarakat………………………………………….
Aspek Teknik………………………………………………………….
Pemeliharaan Lanskap Jalan……………………………………
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Sejarah dan Konsep Pengembangan…………………………………..
Lokasi dan Orientasi Tapak…………………………………………...
Struktur Kegiatan……………………………………………………...
Aspek Fisik dan Biofisik……………………………………………...
Iklim…………………………………………………………….
Bentukan Lahan ………………………………………………..
Vegetasi Jalan…………………………………………………..
Sarana dan Prasarana Jalan……………………………………..
Pedestrian………………………………………………………..
Aspek Sosial…………………………………………………………..
Karakter Pengguna……………………………………………...
Rangkuman Analisis…...……………………………………………...
SINTESIS
Rencana Program Ruang………………………………………………
Hubungan Antar Ruang………………………………………………..
KONSEP
Konsep Dasar………………………………………………………….
Konsep Pengembangan………………………………………………..
Konsep Ruang (Zonasi)…………………………………………
Konsep Sirkulasi………………………………………………..
Konsep Fasilitas Jalan…………………………………………...
Konsep Tata Hijau………………………………………………
PERENCANAAN LANSKAP
Rencana Ruang Sirkulasi……………………………………………...
Rencana Ruang Pelayanan…………………………………………….
Rencana Ruang Identitas………………………………………………
Rencana Tata Hijau……………………………………………...........
Rencana Fasilitas Jalan………………………………………………...
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan…………………………………………………………….
Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................

49
50
50
52
53
54
54
54
56
57
58
60
60
62
63
64
65
66
66
67
69
72
74
74
74
76
76
78
81
85
86
87
92
116
117
118
120

 
 

DAFTAR TABEL
Teks

Hal

1.

Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki………………………...

9

2.

Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi………………………………………...

10

3.

Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki………………................

10

4.

Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas……….............

12

5.

Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data……………………………...

24

6.

Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor………………..

35

7.

Vegetasi di Area Studi…………………………………………………...

37

8.

Satwa di Area Studi……………………………………………………...

38

9.

Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan…………………………………...

40

10.

Dimensi Jalan Pada Setiap Segmen………………………………………

41

11.

Analisis Kegiatan di Setiap segmen………………………...................

59

12.

Analisis Pedestrian di Setiap Segmen…………………………………..

65

13.

Analisis Berbagai Unsur Lanskap………………………………………...

67

14.

Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas…………………………………..

71

15.

Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan………….

72

16.

Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan……………………………………..

79

17.

Rencana Sirkulasi Setiap Segmen………………………………………...

85

18.

Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen……………………….

88

19.

Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen…………………

92

20.

Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah………………………………………

94

21.

Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen……………………………

99

22.

Rencana Penempatan Fasilitas Jalan……………………………………....

104

 
 

DAFTAR GAMBAR
Teks

Hal

1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian…………………………………………....

14

2. Lokasi Penelitian………………………………………………………..............

20

3. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lankap..

23

4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig. Jend. H. Sapta Adjie Hadiprawira…………..

26

5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor……………………………………………..

27

6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar……………………………...

27

7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh…………………….

28

8. Pembagian Segmen………………………………………………………………

34

9. Kondisi Drainase……………………………………………………..................

36

10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi………………………………………………..

36

11. Vegetasi di Area Studi…………………………………………………………...

38

12. Gardu Saluran Listrik……………………………………………………………

39

13. Sarana Utilitas……………………………………………………………….......

39

14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan…………………………………………......

40

15. Peta Dasar Lokasi Studi………………………………………………………….

41

16. Potongan A………………………………………………………………………

42

17. Potongan B………………………………………………………………………

43

18. Potongan C………………………………………………………………………

44

19. Bad View (Tumpukan Sampah)………………………………………...............

45

20. Good View (Keindahan Sungai)…………………………………………………

45

21. Peta Kondisi Visual……………………………………………………………...

46

22. Pertokoan………………………………………………………………………...

47

23. Tanaman yang Tidak Terawat…………………………………………………...

47

 
 

24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh………………………………….

48

25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar……………………………………………

48

26. Penggunaan Pedestrian yang Salah……………………………………………...

49

27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)…………………………………………...

49

28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)……………………………………………………

49

29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)………………………………................

50

30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)……………..............

50

31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian………………………………………….

51

32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan…………………………………….....

51

33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima……………………………………………….....

52

34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat………………………................

53

35. Block Plan……………………………………………………………………......

73

36. Konsep Sirkulasi…………………………………………………………………

77

37. Konsep Tata Hijau……………………………………………………………….

80

38. Potongan Rencana A…………………………………………………………….

82

39. Potongan Rencana B……………………………………………………………..

83

40. Potongan Rencana C……………………………………………………………..

84

41. Rencana Jembatan Pedestrian……………………………………………………

85

42. Rencana Ruang Pelayanan……………………………………………………….

86

43. Rencana Gerbang Kawasan……………………………………………………...

86

44. Vegetasi yang Digunakan……………………………………………………......

89

45. Detail Penanaman Pohon………………………………………………………...

90

46. Detail Penanaman Semak dan Ground Cover…………………………………...

91

47. Detail Tempat Duduk……………………………………………………………

93

48. Rencana Tempat Sampah………………………………………………………..

94

 
 

49. Detail Tempat Sampah…………………………………………………………..

95

50. Detail Saluran Drainase………………………………………………………….

97

51. Rencana Fire Hydrant…………………………………………………………...

98

52. Rencana Papan Orientasi………………………………………………………...

98

53. Rencana Lampu pada Median Jalan……………………………………………..

99

54. Detail Lampu Pedestrian………………………………………………………… 100
55. Detail Pedestrian Walk………………………………………………………......

102

56. Rencana Halte……………………………………………………………………

103

57. Site Plan (Bagian 1)……………………………………………………………... 105
58. Site Plan (Bagian 2)……………………………………………………………... 106
59. Site Plan (Bagian 3)……………………………………………………………... 107
60. Site Plan (Bagian 4)……………………………………………………………... 108
61. Site Plan (Bagian 5)……………………………………………………………... 109
62. Site Plan (Bagian 6)……………………………………………………………... 110
63. Site Plan (Bagian 7)……………………………………………………………... 111
64. Site Plan (Bagian 8)……………………………………………………………... 112
65. Site Plan (Bagian 9)……………………………………………………………... 113
66. Site Plan (Bagian 10)…………………………………………………….……… 114
67. Site Plan (Bagian 11)……………………………………………………………. 115

 
 

DAFTAR LAMPIRAN
Teks

Hal

1. Form Kuisioner Penelitian……………………………………………...

121

2. Tabel Jenis Tanaman…………………………………………………...

124

3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner…………………………...

125

4. Perspektif Stop Area………………………………………………….

128

5. Kondisi Eksisting Tapak………………………………………………..

129

1
 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota
yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota
berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana
transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota
yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi
pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur
kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.
Menurut Simonds (1983) lanskap kehidupan manusia tercakup dalam dua
hal yaitu jalan dan tempat. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan
kendaraan sebagai pusat tempat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar,
beribadah dan santai. Lanskap jalan memerlukan penataan fisik ruang luar (open
space) guna mewujudkan hubungan atau keterkaitan yang aman, nyaman dan
selaras antara manusia dan alam lingkungannya, semua ini dipelajari dalam ilmu
Arsitektur Lanskap. Sebagian besar jalan Kota Bogor

terutama pada daerah

sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar setiap
hari dipadati oleh kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi
tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan
karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang
melintasinya, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas.
Penataan lanskap jalan yang ideal adalah lanskap jalan yang ditata secara
fungsional, estetika dan aman bagi seluruh pengguna jalan. Sehingga untuk
memenuhi segala faktor yang dapat menjadikan lanskap jalan yang ideal, maka
jalan terdiri dari jalan untuk kendaraan dan jalan untuk pejalan kaki. Pedestrian
merupakan sarana transportasi yang digunakan bagi pejalan kaki agar dapat
berpindah dari area satu ke area yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bowersox dalam Setijowarno & Frazila (2003) bahwa transportasi adalah
perpindahan barang atau orang dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan produk

2
 

yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang dibutuhkan atau yang
diinginkan, sehingga pedestrian harus ditata sesuai kebutuhan sebagai sirkulasi
pejalan kaki dan memiliki lanskap sekitar yang estetik sehingga pejalan kaki dapat
merasakan keindahan, kenyamanan dan keselamatan selama berjalan di
pedestrian, serta pedestrian yang dibangun dengan menggunakan bahan yang
ramah lingkungan agar tidak merusak lingkungan yang ada disekitarnya.
Pedestrian yang seperti ini disebut “Pedestrian Hijau”.
Pedestrian hijau dapat diterapkan disetiap pedestrian yang ada, karena
pedestrian hijau menciptakan kondisi pedestrian yang nyaman, menarik dan lebih
ramah lingkungan. Pedestrian hijau akan diterapkan di Jalan KH. Rd. Abdullah
bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar, hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut
merupakan salah satu jalan yang memiliki kapasitas padat baik untuk kendaraan
bermotor maupun untuk pejalan kaki. Penerapan pedestrian hijau pada Jalan KH.
Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dimaksudkan untuk membuat
kondisi pengguna pedestrian menjadi lebih nyaman dan aman selama berada di
jalan, serta dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan agar dapat lebih asri
dan estetik.

Tujuan
Perencanaan pedestrian hijau ini bertujuan membuat rencana lanskap jalan
terutama lanskap pedestrian yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang
aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, pedestrian tersebut dapat membantu kelancaran dan keamanan
lalu lintas pejalan kaki dan mendapatkan pengetahuan mengenai kondisi
pedestrian yang ada di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh
Iskandar, baik secara fisik pedestrian dan secara estetika di daerah sekitar
pedestrian.

3
 

Manfaat
Hasil dari studi ini berupa perencanaan lanskap pedestrian hijau yang
diharapkan dapat berguna sebagai informasi mengenai desain lanskap jalan dalam
rangka membuat pedestrian hijau serta menjadi masukan atau bahan pertimbangan
bagi pihak Pemarintah Kota Bogor, Dinas Tata Kota dan segenap instansi yang
terkait agar dapat membuat pedestrian hijau di seluruh lanskap jalan di Kota
Bogor yang lebih baik dari sebelumnya, serta diperuntukkan untuk semua
kalangan yang membutuhkan informasi.
 
 

4
 

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap
Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan
karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan
karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan
kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, buatan maupun
kombinasi dari keduanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup
manusia beserta makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera
dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, demikianlah
lanskap dapat didefinisikan.
Lanskap Jalan
Menurut Simonds (1983) jalan merupakan suatu kesatuan yang harus
lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi dan interaksi yang baik serta
mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan, sedangkan yang
dimaksud lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah
karakter dari areal lahan. Diterangkan lebih lanjut oleh Direktorat Jendral Bina
Marga (1996) bahwa lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak
yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap
alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun
yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan
kondisi lahannya. Lanskap ini mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan
dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan
pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah,
nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.
Selain itu, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Jalan merupakan
suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusatpusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya

5
 

dalam satu hubungan hirarki. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
38 Tahun 2004 Bab III Bagian Kedua Pasal 8 mengenai pengelompokkan jalan
menurut peranannya yaitu :
1.

Jalan Arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masih dibatasi secara berdaya guna.

2.

Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

3.

Jalan Lokal merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi

4.

Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.
Berdasarkan

tata

cara

perencanaan

teknik

lanskap

jalan

No.

033/TBM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, jalan
memiliki bagian-bagian jalan yaitu sebagai berikut :
1.

Daerah Manfaat Jalan (Damaja) merupakan ruas sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang
ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.
Damaja terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.
Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan
bahu jalan. Ambang pengaman terletak di bagaian paling luar dari Damaja
dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

2.

Daerah Milik Jalan (Damija) merupakan ruas jalan yang dibatasi oleh lebar
dan tinggi jalan tertentu dan dikelola oleh pembina jalan. Bagian ini
dimanfaatkan untuk Daerah Manfaat Jalan (Damaja), pelebaran jalan maupun
menambah jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk
pengaman jalan.

6
 

3.

Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruas sepanjang jalan di luar
Daerah Milik Jalan (Damija) yang penggunaannya diawasi oleh pembina
jalan dengan tujuan agar tidak mengganggu pemandangan pengemudi dan
konstruksi bangunan jalan.

4.

Median Jalan merupakan pemisah antara dua jalur yang berlawanan biasanya
pada bagian median jalan ini umumnya diletakkan bak-bak tanaman, lampu
penerangan jalan dan tiang-tiang reklame.

5.

Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap
lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) atau di Daerah
Pengawasan Jalan (Dawasja). Jalur tanaman sering disebut jalur hijau karena
didomonasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna
hijau.

6.

Bahu Jalan merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki,
tempat kendaraan berhenti untuk sementara akibat keadaan tertentu apabila
tidak ada rambu larangan berhenti dan untuk tempat menghindar bagi
kendaraan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan. Bahu
jalan tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.
Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berupa

jalur untuk menempatkan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di
dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja).
Karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya
bewarna hijau maka disebut area jalur hijau. Dengan adanya jalur hijau maka
dapat mengurangi kemonotonan kekakuan aspal dan beton (Ecbo, 1964). Selain
itu, dengan penempatan pohon di sepanjang jalan menurut Carpenter et al (1975)
dapat memberikan suatu naungan, memberikan kesan, mengarahkan pada suatu
objek, menyediakan aset visual dan menciptakan sense of unity and stability.
Jalur hijau ditujukan untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur kendaraan
bagi keselamatan pejalan kaki (Lynch, 1981). Selain itu dimanfaatkan pula untuk

7
 

memberikan informasi jalur jalan, memberi ruang bagi utulitas, memberi ruang
untuk pemasangan perlangkapan jalan dan vegetasi jalan. Terdapat beberapa
persyaratan khusus yang dikeluarkan pada tipe jalur hijau yaitu :
1.

Jalur hijau tepi jalan, sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, diantara
jalur lintasan kendaraan dan jalur pejalan kaki.

2.

Jalur hijau median, jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar
minimum 0,8 meter dengan lebar ideal 4-6 meter.
Daerah tepi jalan merupakan daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan

kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan
penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi
bentuk jalan. Median jalan merupakan jalur yang memisahkan dua jalan yang
berlawanan dan dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara,
peletakan rambu-rambu lalu lintas ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan
tertentu.
Penanaman Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat
yaitu jalur tanaman tepi, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan
(Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Letak penanaman yang diizinkan menurut
Departemen Pekerjaan Umum 1996 adalah sebagai berikut :
1.

Tanaman jenis pohon di jalan perkotaan harus memiliki jarak tanam ke tepi
perkerasan jalan, trotoar maupun drainase minimal 1 meter agar tidak rusak
oleh perakarannya.

2.

Penanaman tidak menutupi daerah bebas pandang minimum 10 meter/60o dari
bukaan jalan (U-turn).

3.

Tanaman tidak menutupi darerah bebas pandang minimum 45o.
Menurut Grey dan Dekene (1978) penanaman tanaman pada jalur hijau

jalan tidak hanya sekedar memperindah lingkungan tetapi juga berfungsi untuk
memperbaiki kualitas lingkungan, seperti :

8
 

1.

Perbaikan iklim mikro
Terdapat beberapa manfaat penggunaan tanaman salah satunya adalah
guna memperbaiki iklim mikro. Dalam memperbaiki iklim mikro tanaman
mampu mengubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi
matahari melalui proses evapotranspirasinya. Tanaman atau kumpulan
tanaman ini juga dapat berperan sebagai penahan angin dan pengatur
kelembapan.

2.

Peredam kebisingan
Tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang
suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif
untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun
yang rindang, dengan penanaman jenis tanaman berbagai strata yang cukup
rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan yang sumbernya berasal
dari bawah.

3.

Pengontrol polusi udara
Polusi udara dapat berupa debu dan gas. Polutan yang berbentuk
partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara
efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang
dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap
polutan gas adalah :
a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat
b. Tumbuh sepanjang tahun
c. Percabangan dan daun yang padat
d. Daun yang berambut
Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)
Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk memberikan

pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran,
keamanan dan kenyaman pejalan kaki tersebut (Direktorat Jendral Bina Marga,

9
 

1995). Sepanjang jalur pedestrian tersebut prioritas utama diberikan kepada
pejalan kaki dan melarang kendaraan bermotor masuk kedalamnya.
Menurut Simonds (1983) karakteristik pedestrian dapat diumpamakan
sebagai aliran sungai dimana dalam pergerakannya akan mencari hambatan yang
terkecil. Jalur yang diambil adalah jalur-jalur terpendek dari satu titik ke titik
lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya.
Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi
pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan
secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik.
Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan
dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang
menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan
pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan
kualitas visual yang menarik.
Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan
tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian diantaranya adalah :
1. Kriteria dimensional
Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat terlihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki
Jarak
1,8 m
2,8 – 3,6 m
4,6 – 5,5 m
>10,6 m

Lokasi
Tempat umum
Tempat belanja
Berjalan normal
Jalan santai

2. Kriteria pergerakan
Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki
meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga.

10
 

3. Kriteria visual
Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi
mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada
pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan ramburambu lalu lintas).
Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan, trotoar adalah jalur
pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.
Persyaratan ukuran lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki
menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 dapat dilihat
pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi
No
1
2
3

4

Lokasi trotoar
Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah
Perkantoran utama
Daerah industri
a. Jalan primer
b. Jalan akses
Di wilayah pemukiman
a. Jalan primer
b. Jalan akses

Lebar minimum
4 meter
3 meter
3 meter
4 meter
2,75 meter
2 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993
Tabel 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki
No
1
2
3
4

Jumlah pejalan kaki/detik/meter
6 orang
3 orang
2 orang
1 orang

Lebar trotoar
2,3-5 meter
1,5-2,3 meter
0,9-1,5 meter
0,6-0,9 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993
Penambahan lebar trotoar juga dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas
pelengkap yang akan diakomodasikan dalam sistem pedestrian. Hal ini untuk
memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pejalan kaki, sehingga tidak
terganggu apabila ada perbaikan terhadap fasilitas tersebut.

11
 

Sistem Pedestrian
Menurut Harris dan Dines (1988), secara umum sistem sirkulasi dibagi
menjadi dua kategori, yaitu suatu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan
sistem yang tidak ada sistem sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada,
proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi
yang telah dilengkapi berbagai amenity, peningkatan kualitas pemandangan, kesan
yang ditimbulkan, kenyamanan dan kesenangan. Untuk sistem yang baru pertama
kali ada harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan,
serta memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas
pejalan kaki terutama pada puncak penggunaan. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan syarat kemiringan lahan (%) untuk struktur dan fasilitas dari sistem
pedestrian yang akan di buat (Tabel 4).
Aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya
mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki
yang mempunyai kepentingan lain atau ingin sekedar berekreasi. Untuk pejalan
kaki yang aktivitas pergerakannya hanya dari satu titik asal ke satu titik tujuan ada
dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor orientasi dan faktor negosiasi.
Pada faktor orientasi wujud landmark, formalitas dan material perkerasan
memberi keuntungan bagi pejalam kaki untuk menemukan dan mengenali
lingkungan dalam konteks yang lebih besar terutama dalam lingkungan yang
kompleks. Faktor kedua yaitu negosiasi yang berhubungan dengan kenyamanan
relatif dalam pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi konflik
dari pejalan kaki dan gangguan fisik dari peletakan fasilitas/perlengkapan jalan,
genangan air dan sampah serta hembusan angin yang tidak nyaman.

12
 

Tabel 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas
Struktur dan Fasilitas

1.

2.
3.

4.
5.

6.
7.

Permukaan berpaving
• Badan Pedestrian
• Tempat Parkir
Jalur Hijau
Ruang Terbuka
• Sitting area
• Pedestrian pocket
• Playground
Sistem Drainase
Bangunan Permanen
• Kios pedagang
• Halte bis
• Shelther
Telepon umum
Advertising, Informasi

Kemiringan (%)
Maksimum

Minimum

Optimum

10
3

0
0,05

1
1

25

-

2-3

2-3
2-3
2-3

0,05
0,05
0,05

1
1
1

15

0

10-12

20-25
20-25
20-25

0
0
0

2
2
2

10
10

0,5
0,5

2-3
2-3

*Sumber : Landscape Planning Environmental Applications (Marsh, 1991)
Jenis Pedestrian
Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis yaitu :
1. Pedestrianisasi penuh (full pedestrianitation)
Dengan menghilangkan atau melarang semua kendaraan bermotor untuk
sepanjang

waktu,

terkecuali

untuk

pemeliharaan

tapak,

full

pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan
dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur
permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat
sebagai akses terdekat jalur bus/ angkutan umum. Dengan ditiadakannya
kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat
baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus memberi kesan yang
jelas bahwa kendaraan akan memberi gangguan terhadap lingkungan
pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang
biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan
berbelanja.

13
 

2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)
Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan
pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur
pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil
maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk
terkecuali angkutan umum, taksi dam bus. Laju kendaraan dibatas
kecepatan tertentu.
3. Pedestrian distrik
Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah
perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural,
komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan
jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.
Persyaratan Pedestrian
Pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan.
Adapun persyaratan pedestrian menurut Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No
486 tahun 1998 adalah sebagai berikut :
1. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, berstruktur halus tetapi
tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun
terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari1,25 cm. Apabila
menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang
permanen.
2. Kemiringan
Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan
terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
3. Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat
dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.

14
 

4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
5. Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm,
mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.
6. Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searahdan 160
cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang ramburambu, lubang drainase/gorong-gorong danbenda-benda lainnya yang
menghalangi.
7. Tepi pengaman/kanstin/low curb
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah
area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum10 cm dan
lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
8. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
Perencanaan pedestrian juga harus memperhatikan ukuran dan detail
penerapan standar agar persyaratan pedestrian dapat berfungsi optimal. Berikut
disajikan gambar prinsip perencanaan pedestrian.

*Sumber : http://www.google.co.id
Gambar 1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian

15
 

Bahan Permukaan Pedestrian
Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel
(1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu bata, cetakan beton dan batu kerikil.
Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu
situasi.
Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk
perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena
salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis sediman seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur.
Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan
dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan
cuaca karena karakternya yang berpori.
2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih kasar, kuat,
mudah dipahat dan diasah dan sangat sering digunakan karena pola dan
keindahannya.
3. Bentuk metamorfik dari batu tulis adalah tipis, keras dan merupakan batu
yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam
disamping beberapa jenis yang bewarna merah.
4. Bentuk batu karang api adalah granit yang keras dan jelas sangat kuat.
Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan
beberapa jenis memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat
dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan
terhadap goresan dan cuaca.
5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam
penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak
praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya
untuk kulit.

16
 

6. Batu jenis kecil, jenis batu keras seperti trap rock. Batuan ini mudah
dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar
perkerasan, alas untuk kandang dan sebagainya.
Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur.
Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung bewarna coklat,
permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua yang
berbunyi apabila saling berbenturan biasanya lebih kuat, merupakan unit yang
terbakar dengan baik d