Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda pada Perkebunan Teh 600-900 meter dari Tepi Hutan di Kebun PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA
PADA PERKEBUNAN TEH 600-900 METER DARI TEPI HUTAN
DI KEBUN PTPN VIII GUNUNG MAS,
BOGOR, JAWA BARAT

RIKARDO SEMBIRING

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini, saya mengatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan
Kelimpahan Arthropoda pada Perkebunan Teh 600-900 meter dari Tepi Hutan di
Kebun PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Rikardo Sembiring
NIM A34080026

ABSTRAK
RIKARDO SEMBIRING. Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda pada
Perkebunan Teh 600-900 meter dari Tepi Hutan di Kebun PTPN VIII Gunung
Mas, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
memiliki peran strategis bagi perekonomian Indonesia. Hampir setiap tahun
produksi teh mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh serangan hama. Hama
merupakan salah satu bagian dari Arthropoda herbivor. Keragaman dan
kelimpahan Arthropoda di kebun teh perlu diketahui karena beberapa Arthropoda
memiliki peran yang menguntungkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda pada perkebunan teh PTPN VIII
Gunung Mas,Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan tiga metode
pengambilan sampel, yaitu: jaring, branches beating dan pitfall trap. Identifikasi

Arthropoda dilakukan di Laboratorium Bioekologi Serangga, keanekaragaman
Arthropoda tertinggi berada pada kebun teh yang berjarak 600 meter sampai 700
meter dari tepi hutan dengan 49 famili. Proporsi peran Arthropoda yaitu predator
46%, parasitoid 6%, herbivor 41% dan detrivor 7%. Kerusakan tanaman teh
umumnya banyak disebabkan oleh hama Hyposidra talaca dan Helopeltis sp.
Arthropoda predator, parasitoid dan herbivor paling banyak ditemukan dengan
metode jaring sedangkan detrivor paling banyak dengan metode pitfall trap.
Kata kunci: teh, kelimpahan, keanekaragaman, Arthropoda, tepi hutan

ABSTRACT
RIKARDO SEMBIRING. Diversity and Abundance of Arthropods at Tea
Plantation 600-900 meter from forest Edge in Garden PTPN VIII Gunung Mas,
Bogor, West Java.
Tea (Camellia sinensis) is one of the plantation commodities that have a
strategic role for the Indonesian economy. Almost of every year tea production
has decreased, this is due to pest attack. Pest is one part of Arthropoda herbivore.
Diversity and abundance Arthopoda in tea gardens need to know because some
Arthropods have a beneficial role. The experiment was conducted to identify the
diversity and abundance Arthropoda at tea plantation PTPN VIII Gunung Mas,.
The research used three sampling methods, that is: net insect, Branches beating

and pitfall trap. Identification of Arthropods in the Laboratory Bioecology Insects,
Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural
University. Diversity Arthropoda 600 meter to 700 meters from forest edge has
highest number is 49 family. The Arthropod proportions as predator is 46%,
parasitoid 6%, herbivor 41% and detrivor 7%. Tea plants are generally much
damage caused by Helopeltis sp. and Hyposidra talaca. Arthropod predators,
parasitoids and herbivors most commonly found with nets and detrivor is most
widely with pitfall trap method.
Keywords: tea, diversity, abundance, Arthropods, forest edge.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA
PADA PERKEBUNAN TEH 600-900 METER DARI TEPI
HUTAN DI KEBUN PTPN VIII GUNUNG MAS,
BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda pada Perkebunan
Teh 600-900 meter dari Tepi Hutan di Kebun PTPN VIII Gunung
Mas, Bogor, Jawa Barat

Nama
: Rikardo Sembiring
NIM
: A34080026

Disetujui oleh

Dr Ir Dadan Hindayana
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus Tuhan dan Sang Juru

Selamat yang telah melimpahkan anugrah dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
2013 sampai Mei 2013, dengan judul Keanekaragaman dan Kelimpahan
Arthropoda pada Perkebunan Teh 600-900 meter dari Tepi Hutan di Kebun PTPN
VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dadan Hindayana
selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan
dan saran. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono,
MSc.Agr sebagai dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan dan arahan
nya dalam ujian seminar dan sidang tugas akhir. Selain itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Administratur PTPN VIII Gunung Mas, yang telah
mengijinkan penulis untuk melaksanakan pengamatan dan pengambilan sampel
Arthropoda. Ucapan rasa hormat penulis sampaikan kepada seluruh dosen
Departemen Proteksi Tanaman yang telah mengajar dan memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat luas.
Dengan rasa hormat dan sayang yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Bapak Pandai Sembiring, S.Pd. dan Ibu Mastianna
Simatupang, S.Pd. atas segala kasih sayang dan perjuangan, yang selalu
senantiasa mengajarkan segala pengalaman hidup yang luar biasa selama ini.
Bapak dan Ibu adalah inspirasi hidup dan motivasi terbesar sehingga penulis dapat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Terima kasih penulis sampaikan untuk
kakanda Monalisa Sembiring, Amd.SE.MM, adinda Falentino Sembiring Amd,
Fernando Sembiring dan Karolina Sembiring yang selalu memberikan semangat
dan mendoakan hingga terselesaikan nya penelitian ini, terima kasih penulis
sampaikan kepada tulang Rusman, nantulang, lae Anto, Natan, Riswan dan Andre
atas doanya kepada penulis. tidak lupa penulis sampaikan terima kasih untuk
Arini dan Nisa Rizki Poerwitasari sebagai teman tim penelitian yang telah banyak
membatu penulis. Terima kasih kepada Natalia novika, Bush, bang Jack, Adhika,
Fani, Efy, Gusto, Idho, Bima, Ceca, Rado, Yasin, Ridwan atas persahabatannya.
Terima kasih dan salam hangat saya sampaikan kepada kakak-kakak
mahasiswa PTN angkatan 43 dan 44, teman-teman terbaik sepanjang masa
mahasiswa PTN angkatan 45, juga adik-adik tercinta mahasiswa PTN angkatan
46, 47, dan 48 terima kasih atas dukungan, persahabatan, kasih sayang,
pengalaman, dan perjuangan yang menginspirasi penulis. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi
bagi semua pihak yang membutuhkan, terutama di bidang pertanian. Amin
Bogor, September 2013
Rikardo Sembiring


DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1
1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian


3
3

Alat dan Bahan

3

Metode

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan umum lokasi penelitian

5
5

Keragaman dan kelimpahan Arthropoda

6


Arthropoda Predator

7

Arthropoda Parasitoid

8

Arthropoda Herbivor

9

Arthropoda Detrivor

11

Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

11


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

13
13
13
14
15
20

DAFTAR TABEL
Rata-rata Rata-rata mikroklimat di PTPN VIII Gunung Mas di PTPN VIII
Gunung Mas
Proporsi peran Arthropoda secara keseluruhan

5
7

DAFTAR GAMBAR
Kategori lokasi penelitian
Plot sampling
Proporsi peran individu Arthropoda pada berbagai lokasi
Gulma yang banyak tumbuh di sekitar perkebunan teh (Phlox sp.)
Proporsi Famili Arthopoda Predator
Proporsi Famili Arthropoda Parasitoid
Proporsi Famili Arthopoda Herbivor
Fluktuasi serangan hama dan keberadaan predator di PTPN VIII
Gunung Mas
Proporsi Famili Arthopoda Detrivor
Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

3
3
6
7
8
9
9
10
11
15

DAFTAR LAMPIRAN
Famili Arthropoda yang di temukan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa
Barat
Perhitungan persentase serangan hama di PTPN VIII Gunung Mas
Peta kejadian hama dan penyakit PT Perkebunan Nusantara VIII
Kebun Gunung Mas, Bogor. afdeling 1
Beberapa gulma yang tumbuh di lokasi penelitian

16
17
18
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peran
strategis bagi perekonomian Indonesia. Komoditi ini berperan dalam penyediaan
bahan baku industri, penyumbang devisa bagi negara melalui ekspor ke luar
negeri dan sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Teh menjadi bahan baku
berbagai industri minuman di dalam dan luar negeri. Teh merupakan salah satu
minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Daerah penghasil teh terbesar
di indonesia adalah provinsi Jawa Barat, dengan produksi teh yang dihasilkan
sekitar 70% dari total produksi teh nasional. Selain Jawa Barat yang termasuk
dalam kategori 4 besar penghasil teh terbesar di Indonesia yaitu: Provinsi Sumatra
Utara, Jawa Tengah dan Sumatra Barat.
Menurut data Direktorat Jendral Perkebunan (2012) luas areal dan produksi
tanaman teh di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun. Luas areal
produktif pada tahun 2008 sebesar 127.712 ha dengan produksi 153.971 ton dan
produktivitas teh sebesar 1.447 kg/ha/tahun. Untuk tahun 2009 menurun menjadi
123.506 ha dengan total produksi 156.901 ton dan produktivitasnya sebesar 1.571
kg/ha/tahun. Pada tahun 2010 hanya 122.898 ha dengan total produksi 156.604
ton dan produktivitasnya sebesar 1.553 kg/ha/tahun. Pada tahun 2011 naik
menjadi 123.938 ha dengan total produksi 153,175 ton dan produktivitasnya
sebesar 1.477 kg/ha/tahun dan pada tahun 2012 naik menjadi 124.294 ha dengan
total produksi 150.949 ton dan produktivitasnya sebesar 1.472 kg/ha/tahun.
Budidaya teh selalu dipengaruhi dengan berbagai faktor terutama faktor
abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi kekurangan unsur hara, anomali iklim
dan lain–lain. sedangkan faktor biotik diantaranya serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Salah satu organisme penganggu yang menyerang
tanaman teh adalah hama.
Hama pada tanaman teh merupakan salah satu faktor penghambat dalam
peningkatan produktivitas tanaman teh. Beberapa jenis hama penting yang
menjadi masalah yaitu ulat jengkal (Lepidoptera: Geometridae) kepik penghisap
daun teh (Helopeltis sp.), ulat penggulung daun (Lepidoptera: Tortricidae), dan
ulat api (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006). Jenis hama lainnya yaitu Empoasca
flavescens, kutu daun Toxoptera aurantii, trips, dan hama penggerek batang
seperti Xyleborus fornicates. (Kartasapoetra 1993; Direktorat Perlindungan
Perkebunan 2004).
Berbagai cara pengendalian dilakukan untuk mengurangi kerugian pada
tanaman teh yang diakibatkan oleh hama. Umumnya pengendalian yang sering
digunakan adalah aplikasi pestisida. Namun demikian aplikasi pestisida yang
berlebihan dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan.
Dampak tersebut diantaranya pencemaran lingkungan, timbulnya resistensi hama,
dan resurjensi hama. Kematian organisme bukan sasaran. Untuk itu diperlukan
upaya pengendalian yang mengedepan kan pemanfaatan komponen alamiah.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi
atau tingkat serangan (OPT) dengan memadukan berbagai teknik pengendalian
yang dikembangkan dalam suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian
ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup, dan penggunaan pestisida merupakan

2
alternatif terakhir. PHT telah menjadi kebijakan utama pengendalian hama di
Indonesia yang tercantum dalam UU No. 12 tahun 1992.
Untuk dapat mengaplikasikan sistem PHT dengan optimal, maka keragaman
dan peran Arthropoda dalam suatu ekosistem perlu diketahui dengan seksama. Hal
ini sangat penting karena suatu gangguan yang terjadi pada jumlah suatu
komponen alam menyebabkan ketidakseimbangan. Informasi terkait keragaman
dan kelimpahan Arthropoda menjadi data dasar dalam mengidentifikasi timbulnya
gangguan. Atas dasar hal tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda pada tanaman teh.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman dan
kelimpahan Arthropoda pada perkebunan teh 600-900 meter dari tepi hutan di
kebun PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat
Manfaat penelitian
Dari penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
berbagai jenis Arthropoda yang berada pada pertanaman teh. Bagi PTPN VIII
Gunung Mas, hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk melakukan pengendalian
yang efektif baik secara biologi, kimia, maupun hayati

3

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan teh PTPN VIII Gunung Mas, Bogor,
Jawa Barat. Sampel penelitian diambil dari kebun teh 600 - 900 meter dari tepi
hutan. Identifikasi serangga di lakukan di Laboratorium Bioekologi Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pengamatan dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2013
Metode
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda dilakukan pada
pertanaman teh yang berjarak 600-900 meter dari tepi hutan berbatasan dengan
hutan (keanekaragaman tumbuhan tinggi). Kebun teh yang akan diamati seluas
9000 m2 dengan panjang kebun 300 m dan lebar (garis hutan) 30 m. lokasi
penelitian dibagi menjadi tiga kategori, yakni : G : 700 m, H : 800 m dan I : 900
m. Setiap kategori dibuat 12 kali pengamatan dengan jarak masing-masing
pengamatan 5 m sejajar dengan garis hutan. Titik sampel dipasang tanda berupa
bendera bertuliskan “Untuk Penelitian” yang dipasang di tengah sampel dengan
tiang tinggi. Tiap satu sample seluas 2m2 Denah lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1a dan 1b.
Pengamatan Lapangan
Pengambilan sampel Arthropoda dilakukan dengan 3 jenis metode, yaitu
pitfall trap, branches beating, dan penjaringan. Masing-masing metode ini
memiliki kekhususan Arthropoda yang diperoleh sehingga Arthropoda yang ada
di lapang diketahui secara menyeluruh. Selama pengamatan dicatat suhu dan
kelembaban lapangan. Untuk itu diperlukan termohigrometer.
Pengamatan lapang dilaksanakan selama 2 hari setiap minggunya. Hari
pertama dilakukan pemasangan pitfall trap, dan penjaringan. Hari kedua
dilakukan pengambilan pitfall trap dan dilanjutkan dengan metode branches
beating. Setiap minggunya dilakukan pengambilan sampel 1 kali tiap titik sampel.
Pengambilan sampel diawali dengan titik yang berbeda tiap minggu agar tiap
sampel mendapat waktu dan kekuatan pengambilan yang sama.

(a)
(b)
Gambar 1 Kategori lokasi penelitian (a) dan plot sampling (b)

4

Pitfall trap. Lubang perangkap (pitfall trap) termasuk salah satu perangkap
yang dipergunakan untuk mengamati Arthropoda permukaan tanah (Powel et al.
1996). Pengambilan sampel Arthropoda dengan pitfall trap memerlukan alat dan
bahan seperti gelas minuman bekas berbahan plastik yang bervolume 250 ml,
sekop, sabun sunlight yang sudah dicairkan dengan air, seng penutup, dan plastik.
Sepertiga volume gelas plastik diisi air sabun dan diletakkan di dalam lubang
yang sudah dibuat di dalam tanah. Air sabun digunakan agar tegangan permukaan
air menurun sehingga setiap individu yang terperangkap tidak keluar lagi dari
jebakan.. Seng penutup digunakan agar perangkap tidak terkena hujan saat
dipasang di lapangan (Nasution 2012). Tiap sampel akan diletakkan 1 pitfall trap
di antara pohon sampel. Arthropoda kemudian diambil dan dimasukkan dalam
plastik, kemudian dibawa untuk diidentifikasi di laboratorium.
Jaring. untuk menangkap Arthropoda yang aktif terbang seperti
Hymenoptera dan Odonata diperlukan perangkap jaring serangga. Penjaringan
serangga dilakukan 10 kali ayunan tunggal pada setiap titik sampel diatas
pertanaman teh. Arthropoda yang terperangkap diambil dan dimasukkan ke
plastic. kemudian dipindahkan ke dalam botol berisi alkohol 70% dan dibawa
untuk di identifikasi di Laboratorium.
Branches beating. Metode ini dilakukan dengan cara penggoyangan dahan
pohon untuk mendapatkan Arthropoda yang tinggal di pohon teh seperti
Coleoptera, Dermaptera dan laba-laba. Dahan teh digoyang ataupun dipukul
sebanyak 10 kali. Di bagian bawah, diberi alas kain yang berwarna putih
berukuran 1 x 1 m2 untuk menampung Arthropoda yang jatuh dari pohon teh.
Arthropoda yang ditemukan dimasukkan ke plastik, lalu dipindahkan dalam botol
koleksi berisi alkohol 70%.. Kemudian dibawa untuk diidentifikasi di
laboratorium.
Identifikasi Arthropoda
Arthropoda yang tertangkap di masukkan ke kantong plastik dan dibawa ke
Laboratorium Bioekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Spesimen diidentifikasi dengan mikroskop
cahaya yang dilapisi cawan petri yang berisi alkohol yang disinari oleh cahaya
lampu 50 Watt. Spesimen arthropoda di identifikasi hingga tingkat famili. Kunci
identifikasi Arthropoda mengacu pada Kalshoven (1981), Borror et al. (1992).

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan umum lokasi penelitian
Perkebunan teh PTPN VIII Gunung Mas, Bogor Jawa Barat terbagi dalam
tiga wilayah yaitu: Gunung Mas 1 (462.754 ha), Gunung Mas 2 (419.205 ha) dan
Cikopo (233.97 ha) (Pradana 2013). Lokasi penelitian mengenai keanekaragaman
dan kelimpahan Arthropoda terletak di wilayah Gunung Mas 1. Berdasarkan letak
Geografisnya Perkebunan Gunung Mas terletak pada 06o42 LS dan 106o58 BT,
memiliki ketinggian mencapai 800-1.200 m dpl dengan tofografi yang berbukit.
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993) tanaman teh pada ketinggian lebih dari
1.200 m dpl produksi baru dapat dicapai setelah tanaman berumur 10 tahun karena
pembentukan tunasnya yang lambat. Tanaman teh sangat tidak tahan terhadap
daerah panas dan kering, rata-rata curah hujan yang baik untuk tanaman teh
adalah 2.500-3.500 mm/tahun (Nazaruddin dan Paimin 1993). Di perkebunan
Gunung Mas rata-rata curah hujannya sudah cukup baik, selama sepuluh tahun
terakhir (2002-2011) sebesar 3018 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata
165 hari/tahun. Suhu rata-rata harian berkisar antara 23-25 oC dengan kelembaban
relatif berkisar antara 80-90% (Pradana 2013).
Iklim merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi
keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di perkebunan teh, terutama iklim
mikro. Iklim mikro meliputi; temperatur dan kelembaban udara serta curah hujan.
Data temperatur, kelembaban udara dan curah hujan di perkebunan PTPN VIII
Gunung Mas selama penelitian yaitu dari bulan Maret 2013 hingga bulan Mei
2013 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata mikroklimat di PTPN VIII Gunung mas
Maret
April

Mei

Temperatur (o C)

24, 57

25, 08

25, 69

Kelembapan (%)

87, 5

83, 75

84, 25

Curah hujan (mm/bulan)

12.82

9.97

15.66

Rataan mikroklimat di perkebunan PTPN VIII Gunung Mas terlihat
mengalami peningkatan pada setiap bulan selama penelitian. Rataan temperatur
pada bulan Maret, April dan Mei masing-masing sebesar 24.57, 25.05 dan 25.69
o
C. Rataan kelembaban mengalami penurunan, namun mengalami kenaikan
kembali pada bulan mei, masing-masing rataan kelembaban yaitu sebesar 87.5,
83.75 dan 84.25%, sedangkan untuk rataan curah hujan (CH) masing-masing
sebesar 12.82, 9.97 dan 15.66 mm/bulan, dengan jumlah hari hujan (HH) pada
bulan Maret, April dan Mei masing-masing sebanyak 23, 25 dan 20 hari/bulan.
Kondisi temperatur, kelembabab dan curah hujan yang demikian masih dapat
mendukung pertumbuhan tanaman teh dan juga keberadaan Arthropoda. Kondisi
temperatur yang rendah dan kelembaban serta curah hujan yang tinggi di
perkebunan teh sangat perlu, karena apabila kondisi temperatur yang tinggi dan

6
kelembaban serta curah hujan yang rendah di perkebunan teh dapat menyebabkan
tingginya hama yang dapat menyebabkan rendahnya produksi teh.

Peranan Arthropoda

Keragaman dan kelimpahan Arthropoda.
Komposisi keragaman dan kelimpahan Arthropoda pada teh selama 12 kali
pengamatan diperoleh sebanyak 4.411 individu yang terdiri dari 16 ordo, 49 famili
yakni sebanyak 1.526 individu di lokasi G, 1.304 di lokasi H dan 1.581 di lokasi I.
Dari kelimpahan yang di peroleh dari 3 titik penelitian bahwa di lokasi G dan H
lebih tinggi populasi individu nya dibandingkan lokasi I. Hal ini dikarenakan oleh
banyaknya pohon pelindung tanaman teh yang sangat rapat disekitar pertaman teh
dari pada I.
Dari hasil pengamatan dan identifikasi Athropoda terdapat beberapa peran
yaitu Arthropoda yang berperan sebagai herbivor, predator, parasitoid, dan
detrivor. Proporsi peranan Arthropoda yang ditemukan dilokasi penelitian
ditunjukkan pada Gambar 2.
Detrivor
Parasitoid
I
Predator

H
G

Herbivor
0

200

400
Jumlah individu

600

800

Gambar 2. Proporsi peran individu Arthropoda pada berbagai lokasi
Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan proporsi peran
Arthropoda pada perkebunan teh di PTPN VIII Gunung mas, Bogor, Jawa Barat
(Gambar 2). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 4.411 individu
Arthropoda, peran Arthropoda sebagai predator memiliki proporsi kelimpahan
yang paling tinggi diantara peran yang lain yaitu sebesar 46%, sedangkan
herbivor, detrivor dan parasitoid masing-masing sebesar 41%, 7% dan 6%. Dari
Gambar 2 terlihat bahwa Arthropoda yang ditemukan lebih banyak di lokasi G
yaitu Atrhropoda yang berperan sebagai detrivor, parasitoid dan predator
sedangkan herbivor lebih banyak ditemukan pada lokasi I. Hal ini dikarenakan di
sekitar lokasi G terdapat banyak pohon pelindung tanaman teh yang sangat rapat
dibandingkan dilokasi lainnya. Untuk parasitoid banyak ditemukan di lokasi G
karena dilokasi G selain banyak pohon pelindung juga banyak terdapat gulma
yang menjadi sumber makanan bagi serangga. Contoh gulma yang banyak
tumbuh di sekitar perkebunan teh disajikan pada Gambar 3.

7

Gambar 3 Gulma yang banyak tumbuh di sekitar perkebunan teh (Phlox sp.)

Tabel 2 Proporsi peran Arthropoda secara keseluruhan
Peran
Detrivor
Herbivor
Parasitoid
Predator
Total

Jumlah Individu
449
1639

Jumlah Famili
7
17

250

4

2073
4. 411

21
49

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari lokasi penelitian ditemukan 4 jenis
Arthropoda beserta jumlah familinya dengan peran yang berbeda-beda. Ada
Arthropoda yang berperan sebagai detrivor, herbivor, parasitoid dan predator, dari
hasil pengklasifikasian Arthropoda tersebut diperoleh sebanyak 449 individu
dengan 7 famili detrivor, 1639 dengan 17 famili herbivor, 250 individu dengan 4
famili parasitoid dan sebanyak 2073 individu dengan 21 famili predator. Dari
keempat jenis Arthropoda yang ditemukan memiliki peranan masing-masing.
Parasitoid dan predator memiliki peranan yang sama yaitu sebagai musuh alami di
perkebunan the, sedangkan dangan detrivor berperan sebagai pengurai yang
bermanfaat sebagai salah satu sumber makanan bagi predator dan herbivor
berperan sebagai hama yang dapat merugikan bagi perkebunan teh.
Arthropoda Predator
Predator adalah organisme yang pada umumnya berukuran lebih besar dari
mangsa, menangkap dan memangsa serangga hama (Sembel 2010). Di
perkebunan teh ditemukan Arthropoda predator. Jenis-jenis Arthropoda predator
terdiri dari; semut (Hymenoptera: Formicidae), lebah (Hymenoptera: Vespidae),
belalang sembah (Mantodea: Mantidae), lalat (Diptera: Dolichopodidae), (Diptera:
Syrphidae), (Neuroptera: Crysophidae), capung (Odonata: Libellulidae), kumbang
tanah (Coleoptera: Carabidae), (Hemiptera: Reduviidae), kepik perisai Andrallus
sp. (Hemiptera: Pentatomidae), (Coleoptera :Coccinellidae) dan cocopet
(Dermaptera). Jenis laba-laba predator terdiri dari; Salticidae, Licosidae,
Oxyopidae, Araneidae).

8
Hasil pengamatan (Tabel 2) menunjukkan bahwa proporsi tertinggi adalah
Atrhropoda predator yaitu sebesar 46% atau sebanyak 2073 individu dengan 21
famili.
Lycosidae
Oxyopidae
Salticidae
Tetragnathidae
Carabidae
Coccinellidae
Staphylionidae
Forficulidae
Asilidae
Syrpidae
Tipulidae
Pentatomidae
Reduviidae
Formicidae
Scoliidae
Sphecidae
Vespidae
Mantidae
Libellulidae
Phalangiidae
Tettigoniidae

Gambar 4 Proporsi Famili Arthropoda Predator
Dari hasil identifikasi (Gambar 4) Arthropoda predator di Laboratorium
yang paling banyak ditemukan di tiga lokasi (G, H, I) penelitian adalah
Arthropoda predator jenis semut (Hymenoptera: Formicidae) sebesar 43%.
Selanjutnya yang termasuk dalam 5 besar jumlah Arthopoda predator yang
ditemukan adalah (Araneae: Tetragnathidae), (Diptera: Syrpidae), Laba-laba
(Araneae: Salticidae), Laba-laba (Opiliones: Phalangiidae). Proporsi hasil
perhitungan berturut-turut sebesar 16%, 7%, 6%, dan 6 %. Sisanya adalah
predator dari berbagai Famili, yakni Lycosidae, Oxyopidae, Carabidae,
Coccinellidae, Staphylionidae, Forficulidae, Asilidae, Tipulidae, Pentatomidae,
Reduviidae, Scoliidae, Sphecidae, Vespidae, Mantidae, Libellulidae,
Tettigoniidae.
Semut (Formicidae) adalah serangga yang paling banyak ditemukan di
permukaan tanah dan lahan-lahan pertanian. Semut dikenal sebagai predator yang
memiliki koloni dan sarang yang teratur, terkadang terdiri dari ribuan semut per
koloni. Satu koloni dapat menguasai daerah secara luas untuk mendukung
kegiatan memangsa mereka. Semut di Indonesia pada umumnya tidak merusak
tanaman budidaya. Di kebun teh, semut merupakan musuh alami karena
menyerang ulat dan beberapa macam hama lain, contohnya Helopeltis sp.
(Direktorat Perlindungan perkebunan 2004).

Arthropoda Parasitoid
Arthropoda parasitoid adalah serangga yang hidup di dalam atau pada
tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna
sebagai musuh alami karena membunuh serangga hama dikebun teh. Beberapa
contoh parasitoid yang biasa ditemukan diperkebunan teh seperti Ichneumonidae

9
Braconidae dan lalat Tachinidae (Direktorat Perlindungan perkebunan 2004).
Arthropoda parasitoid yang ditemukan di tiga lokasi penelitian berjumlah 250
individu dengan 4 famili. Proporsi famili Arthropoda parasitoid hasil identifikasi
yang ditemukan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 5.

37%

Braconidae
Encyrtidae

54%

Evaniidae
7%
Ichneumonidae
2%

Gambar 5 Proporsi Famili Arthropoda Parasitoid
Dari hasil identifikasi pada Gambar 5 terlihat bahwa proporsi Arthropoda
parasitoid yang paling banyak ditemukan adalah famili Ichneumonidae yaitu
sebesar 54%. Selanjutnya adalah Braconidae sebesar 37%, kemudian Evaniidae
sebesar 7% dan Encyrtidae 2%.
Arthropoda Herbivor
Arthropoda herbivor adalah serangga yang memakan tanaman. Arthropoda
herbivor ada yang berperan sebagai hama karena merugikan secara ekonomi
Hama merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi
pucuk di kebun teh. Beberapa jenis hama penting yang menjadi masalah yaitu
Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae), ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat
penggulung pucuk, dan ulat api (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).
Pengendalian hama pada tanaman teh di sekitar lokasi penelitian di
perkebunan PTPN VIII Gunung Mas umumnya menggunakan pestisida. Hasil
pengamatan proporsi famili Arthropoda herbivor di perkebunan PTPN VIII
Gunung Mas disajikan pada Gambar 6
Chrysomelidae
Curculionidae
Agromyzidae
Alydidae
Culicidae
Cicadellidae
Coreidae
Flatidae
Membracidae
Miridae
Arctiidae
Geometridae
Hesperiidae
Nymphalidae
Acrididae
Gryllidae
Phasmatidae

Gambar 6 Proporsi Famili Arthopoda Herbivor

10

Persentase hama dan predator

Arthropoda herbivor berada di urutan kedua terbanyak setelah Arthopoda
predator yaitu sebesar 41% atau sebanyak 1639 individu dengan 17 famili.
Arthropoda herbivor ditemukan di lokasi penelitian antara lain ulat jengkal
(Lepidoptera Geometridae), jangkrik (Orthoptera: Gryllidae), kepik flatidae
(Hemiptera: Flatidae), Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae) yang termasuk dalam
jumlah yang banyak dibandingkan famili lainnya. Masing-masing proporsinya
sebesar 28%, 19%, 9%, 7%. Sisanya adalah dari famili Chrysomelidae,
Curculionidae, Agromyzidae, Culicidae, Cicadellidae, Membracidae, Arctiidae,
Hesperiidae, Nymphalidae, Acrididae, Phasmatidae. Dari famili Arthropoda
herbivor di atas yang tergolong sebagai hama utama tanaman teh adalah ulat
jengkal (Lepidoptera Geometridae) dan Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae).

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Helopeltis Sp
Hyposidra talaca
Predator

Maret

April

Mei

Bulan pengamatan

Gambar 7 Fluktuasi serangan hama dan keberadaan predator
di PTPN VIII Gunung Mas
Dari gambar di atas (Gambar 7) menunjukkan ada dua jenis hama utama
yang menyerang teh di perkebunan PTPN VIII Gunung mas yaitu hama
Helopeltis sp. dan Hyposidra talaca. Persentase data serangan hama di peroleh
dari perkebunan PTPN VIII Gunung Mas, sedangkan data jumlah predator di
peroleh dari hasil pengamatan pada bulan Maret 2013 hingga Mei 2013.
Persentase jumlah serangan terlihat mengalami peningkatan dari bulan Maret
hingga Mei 2013, sedangkan persentase jumlah predator mengalami penurunan
dari bulan Maret hingga Mei 2013. Masing-masing persentase jumlah hama
Helopeltis sp. pada bulan Maret hingga Mei 2013 yaitu 55.92, 63.40 dan 72.22 %,
dan untuk hama Hyposidra talaca yaitu 27.96, 33.28 dan 32%, sedangkan untuk
predator masing-masing yaitu sebesar 46, 45 dan 47 %. Meningkatnya jumlah
hama dikarenakan resistensi terhadap pemberian pestisida, turunnya jumlah
presentase predator dapat di sebabkan oleh bebarapa faktor yakni suhu,
kelembaban dan curah hujan. Selain hama utama ditemukan juga famili Alydidae
dan Coreidae di sekitar tanaman teh. Serangga ini ditemukan di gulma
Echinochloa crus-galli yang merupakan inang bagi serangga tersebut. Hama
utama seperti ulat jengkal menyerang daun. Apabila serangan berat terjadi,
serangga ini dapat menyebabkan daun berlubang dan pucuk daun teh tinggal
tulang daun saja. hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi. Upaya yang

11
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dilakukan pengendalian dengan
cara menjaga kebersihan kebun, dengan menggunakan musuh alami serangga.
Arthropoda Detrivor
Arthropoda detrivor merupakan Arthropoda yang sangat berguna dalam
proses jaring makanan yang ada. Arthropoda ini membantu menguraikan bahan
organik yang ada dipermukaan tanah, hasil uraiannya dimanfatkan oleh tanaman.
Arthropoda detrivor dapat juga ditemukan di perkebunan teh, yang berfungsi
sebagai pengurai dan sumber makanan bagi Arthropoda predator. Hasil
pengamatan Arthropoda detrivor di lokasi penelitian atau di perkebunan PTPN
VIII Gunung mas, ditemukan sebesar 7% atau sebanyak 449 individu dengan 7
famili. Hasil identifikasi proporsi masing-masing famili Arthropoda detrivor
disajikan pada Gambar 8.
Blattellidae
Entomobryidae

31%

32%

Isotomidae
Poridae
Glomeridae

12%

2%
4%

Polidesmidae

8% 11%

Gambar 8 Proporsi Famili Arthopoda Detrivor
Dari proporsi famili (Gambar 8) di atas terlihat bahwa kelimpahan famili
detrivor yang paling tinggi adalah Muscidae (32%), sedangkan yang lain adalah
Blattellidae (31%), Entomobryidae (12), Isotomidae (11%), Poridae (8%),
Glomeridae (4%) dan Polidesmidae (2%). Arthopoda detrivor banyak ditemukan
di permukaan tanah, karena sumber makanan utamanya adalah serasah yang ada
di permukaan tanah.
Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini ada 3
yaitu pengambilan sampel menggunakan pitfall trap, jaring, dan branches
beating. Data proporsi peran Arthropoda hasil penelitian disajikan pada Gambar
9.
Pitfall trap
Parasitoid
Predator

Branches beating

Herbivor
Detrivor

Jaring
0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Gambar 9 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

12
Hasil penelitian (Gambar 9) menunjukkan terjadi perbedaan proporsi
Arthropoda yang di peroleh dari masing-masing metode. Arthropoda parasitoid,
predator dan herbivor paling banyak di peroleh menggunakan metode jaring. Hal
ini karena ketiga jenis Arthropoda tersebut banyak terdapat di atas permukaan
tanaman teh. Sedangkan Arthropoda detrivor paling banyak di peroleh dengan
menggunakan metode pitfall trap, karena Arthropoda ini banyak terdapat
dipermukaan tanah. Arthropoda parasitoid dan predator yang paling banyak di
dapatkan adalah Ordo Hymenoptera, sedangkan Arthropoda herbivor yang paling
banyak adalah Ordo Lepidoptera (ulat jengkal) dan untuk Arthropoda detrivor
adalah Ordo Blattodea

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Keaneragaman Arthropoda tertinggi berada pada kebun teh yang berjarak
600 sampai 700 meter dari tepi hutan dengan 49 famili. Proporsi peran
Arthropoda yaitu predator 46 %, parasitoid 6%, herbivor 41% dan detrivor 7 %.
Arthropoda predator yang paling dominan ditemukan di perkebunan Gunung Mas
adalah famili Formicidae dan Tetragnathidae. Arthropoda parasitoid yang
dominan adalah famili Ichneumonidae. Arthropoda herbivor yang dominan adalah
dari famili Geometridae. Arthopoda detrivor yang paling dominan ditemukan
adalah famili Blattellidae.
.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hama dan penyakit utama pada tanaman teh. Perlu dilakukan observasi
mengenai potensi musuh alami dalam menekan intensitas serangan hama yang
dapat menyebabkan penurunan produksi teh.

14

DAFTAR PUSTAKA
Adisewojo RS. 1982. Bercocok Tanam Teh (Camellia theifera). Ed ke-3. Bandung
(ID): Sumur Bandung.
Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
Univ Pr. Terjemahan dari : An Introduktion to the Study of Insects.
Direktorat Jendral perkebunan Kementrian Pertanian. 2012. Peningkatan
Produksi. Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar.
Jakarta (ID): Kementrian Pertanian.
Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2004. Musuh Alami, Hama dan Penyakit
Tanaman Teh. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Eden T. 1976. Tea. 3rd ed. London (GB): Longmans.
Ghani MA. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hadi HM, Tarwotjo U, Rahadian R. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Icthiar Baru – van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie
Kartasapoetra AG. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.
Nasution AP. 2012. Kelimpahan Arthropoda predator permukaan tanah pada tiga
ekosistem pertanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nazarruddin, Paimin FB. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Powel W, Walton MP, Jervis MA. 1996. Population and communities. Di dalam:
Jervis M, Kidd N, editor. Insect Natural Enemies: Practical Approach to
Their Study and Evaluation. London (GB): Chapman & Hall.
Pradana R. 2013. Pengelolaan kebun dan upaya pengendalian hama ulat jengkal
(Hyposidra
talaca)
dengan
aplikasi
Hyposidra
talaca
nucleopoliihedrovirus pada tanaman teh di PT perkebunan Nusantara VIII
Gunung Mas Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Ed
ke-3. Bandung (ID): Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
Sembel DT. 2010. Pengendaliaan Hayati Hama-hama Serangga Tropis dan
Gulma. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Suwarto, Octavianty Y. 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

15

LAMPIRAN

16
Lampiran 1 Famili Arthropoda yang di temukan di PTPN VIII Gunung mas,
Bogor, Jawa Barat.
Ordo
Coleoptera
Diptera

Hemiptera

Lepidoptera

Orthoptera
Phasmatodea
Araneae

Coleoptera
Dermaptera
Diptera

Hemiptera
Hymenoptera

Mantodea
Odonata
Opiliones
Orthoptera
Hymenoptera

Blattodea
Colembola
Diptera
Glomerida
Polesmidae
Total Famili
Total Individu

Famili
Chrysomelidae
Curculionidae
Agromyzidae
Alydidae
Culicidae
Cicadellidae
Coreidae
Flatidae
Membracidae
Miridae
Artiidae
Geometridae
Hesperidae
Nymphalidae
Acrididae
Gryllidae
Phasmatidae
Lycosidae
Oxyopidae
Salticidae
Tetragnathidae
Carabidae
Coccinellidae
Staphylionidae
Forficulidae
Asilidae
Syrpidae
Tipulidae
Pentatomidae
Reduviidae
Formicidae
Scoliidae
Sphecidae
Vespidae
Mantidae
Libellulidae
Phalangiidae
Tettigoniidae
Braconidae
Encyrtidae
Evaniidae
Ichneumonidae
Blattellidae
Entomobryidae
Isotomidae
Poridae
Muscidae
Glomeridae
Polidesmidae

Peran
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Predator
Parasitoid
Parasitoid
Parasitoid
Parasitoid
Detrivor
Detrivor
Detrivor
Detrivor
Detrivor
Detrivor
Detrivor

G
40
2
17
7
9
13
12
42
12
27
2
143
6
8
34
97
2

21
23
31
112
4
2
3
44
4
42
35
9
4
342
11
10
11
7
5
55
9
53
2
5
29
49
35
22
19
46
6
3
49
1526

H
23
8
4
5
17
36
15
33
6
53
5
96
4
12
41
134
4
6
11
39
76
6
4
32
2
38
11
5
3
289
2
8
3
3
8
41
4
31
2
4
47
57
11
6
7
47
3
2
48
1304

I
27
3
23
45
32
37
10
71
7
41
7
218
3
29
32
85
17
6
52
147
2
9
4
39
7
61
16
20
2
261
7
9
5
1
3
23
7
9
1
9
58
32
8
19
10
52
9
6
48
1581

Total
90
13
44
57
58
145
86
146
75
121
25
457
13
49
107
316
6
44
40
122
335
12
15
7
115
13
141
62
34
9
892
20
27
19
11
16
119
20
93
5
18
134
138
54
47
36
145
18
11
49
4411

17

Lampiran 2 Perhitungan persentase serangan hama di PTPN VIII Gunung Mas

Contoh:

Berikut adalah perhitungan persentase serangan hama tiap bulan penelitian.
a. Maret
X 100 % = 55, 92 %
X 100 % = 27, 96
b. April 2013
X 100 % = 62, 40 %
x 100 % = 33, 28
c. Mei 2013
x 100 % = 72,22 %
x 100 % = 32, 62

18
Lampiran 3 Peta kejadian hama dan penyakit PT Perkebunan Nusantara VIII
Kebun Gunung Mas, Bogor afdeling 1

19
Lampiran 4 Beberapa gulma yang tumbuh di lokasi penelitian

Babadotan (Ageratum conyzoides)

Kirinyuh (Euphatorium pallescens)

Harendong (Clidemia hirta)

Eleuisine indica

Kutumpang (Borreria laevis)

Putri malu (Mimosa spp.)

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rikardo Sembiring dilahirkan pada 12 November 1989 di
Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatra Utara. Penulis adalah anak ke dua
dari lima bersaudara pasangan Bapak Pandai Sembiring dan Mastianna
Simatupang. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Barumun, Padang Lawas pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Barumun, Padang Lawas dan menyelesaikan
studi pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 1 Barumun, Padang Lawas pada tahun 2005 dan menyelesaikan studi pada
tahun 2008.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah penulis
aktif dalam berbagai kegiatan kampus, kepanitiaan, dan organisasi. Kegiatan
organisasi yang pernah di ikuti antara lain: IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo)
(2009-2010), Himasita (Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (2009-2010),
sebagai anggota divisi kewirausahaan, Kemaki (Keluarga Mahasiswa Katolik
IPB) (2009-2010), sebagai anggota divisi Pedang. Penulis juga menjadi anggota
Entomologi Club Departemen Proteksi tanaman pada tahun (2010-2012)
Selama menjalani perkuliahan di IPB, pada tahun 2008- 2012, penulis
aktif sebagai anggota di Unit Kegiatan Mahasiswa CUA (Chess Unity of
Agriculture). Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dilapangan seperti Go
Field di desa Delanggu, Klaten, Go field di desa Mekar Asih Cisarua, Magang di
Laboratorium Taksonomi serangga (Museum Serangga) Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Prestasi yang pernah diraih penulis selama menuntut ilmu di IPB adalah
mendapatkan juara 1 Catur Seri A 2010. Juara 2 Renang Seri A 2013, Juara 1
catur PORSITA berturut-turut dari tahun 2010-2012, juara 1 bola volli PORSITA
2010, juara 1 basket putra PORSITA 2010 dan 2012. Penulis juga aktif sebagai
Asisten dosen mata kuliah Agama Katolik IPB.