Anton Tri Wijayanto 419
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional
termasuk pula percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan pemberantasan kemiskinan yang absolut Todaro, 2000.
Pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan adalah isu-isu yang selalu menarik untuk dipelajari. Para ahli mencurahkan perhatian yang cukup besar terhadap haliniLin,
2003; Bourguignon, 2004; Ravalion, 2005; danWarr, 2000, 2006. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memperbesar kapasitas ekonomiProduk Domestik Bruto-PDB. Diharapkan dengan
PDB yang tinggi maka akan tercipta trickle down effect sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Isu tentang pertumbuhan ekonomi, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan telah
lama menjadi fokus utama pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional. Analisa hubungan segitiga antara ketiga hal tersebut telah menjadi bahan perdebatan yang
panjang dan sangat menarik terutama pada pemilihan strategi pembangunan ekonomi dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pertama,apakah lebih mendahulukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dengan mengesampingkanpembagian distribusi pendapatan. Kedua, apakahlebih mengutamakan distribusi pendapatan yang lebih merata tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, adanya permasalahan kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan juga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Selain itu, kemiskinandan ketidakmerataan
pendapatan juga akan memberikan dampak instabilita sosial, ketidakpastian, dan tragedi
kemanusiaan seperti kelaparan, tingkat kesehatan yang rendah dan gizi buruk. Bila keadaan tersebut terus berlanjut pada akhirnya akan mengganggu stabilitas ekonomi makro dan
kelangsungan pemerintahan yang ada. Menurut Arsyad 1999 dalam Hajiji 2010 tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah
kemiskinan, masih banyak penduduk yang memiliki pendapatan dibawah standar kebutuhan hidupnya. Pertumbuhan ekonomi gagal untuk mengurangi bahkan menghilangkan besarnya
kemiskinan absolut.Jadi pertumbuhan PDB yang cepat tidak secara otomatis meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Dengan kata lain bahwa apa yang disebut dengan “Trickle Down Effects”
atau efek cucuran kebawah dari manfaatpertumbuhan ekonomibagi penduduk miskin tidak terjadi seperti apa yang diharapkan bahkan berjalan cenderung sangat lambat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan.
2.
Menganalisis sektor-sektor PDRB yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pengentasan kemiskinan.
3.
Menganalisis tingkat pro poor pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara.
Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan Ekonomi
Nafziger 2006 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi suatu negara atau pendapatan per kapita. Produksi tersebut dihitung dengan GNP Gross National
Product – Produk Nasional Bruto atau GNI Gross National Income – Pendapatan Nasional
Anton Tri Wijayanto 420
Bruto yang merupakan total output dari negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti juga peningkatan kapasitas perekonomian suatu wilayah dalam suatu waktu tertentu. Konsep PDB
digunakan pada tingkat nasional, sedangkan untuk tingkat provinsi dan kabupatenkota digunakan konsep PDRB. PDB atau PDRB dapat diukur dengan 3 macam pendekatan, yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran Tambunan, 2003. Pendekatan produksi dan pendekatan pendapatan adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat Aggregate
Supply - AS sedangkan pendekatan pengeluaran adalah pendekatan dari sisi permintaan agregat Aggregate Demand - AD.
Ketimpangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan adalah suatu kondisi dimana distribusi pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan ditentukan oleh tingkat pembangunan, heterogenitas etnis,
ketimpangan juga berkaitan dengan kediktatoran dan pemerintah yang gagal menghargai property rights Glaeser, 2006. Alesina dan Rodrik 1994 menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan
akan menghambat pertumbuhan. Hal ini karena ketimpangan menyebabkan kebijakan redistribusi pendapatan yang tentunya akan mahal. Todaro dan Smith 2006 menyatakan bahwa ketimpangan
pendapatan akan menyebabkan beberapa hal, antara lain:
1. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim akan menyebabkan inefisiensi ekonomi. 2. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim akan melemahkan stabilitas sosal dan solidaritas.
3. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim umumnya dianggap tidak adil.
Kemiskinan
Kemiskinan tidak hanya berkenaan dengan tingkat pendapatan, tetapi juga dari aspek sosial, lingkungan bahkan keberdayaan dan tingkat partisipasinya, sebagaimana digambarkan oleh
World bank 2000 dalam Harniati 2007 mendefinisikan kemiskinan sebagai berikut: “Poverty is hunger. Poverty is lack of shelter. Poverty is being sick and not being able to go to school and
not knowing to know how to read. Poverty is not having a job, poverty is fear for the future, living one day at a time. Poverty is powerlessness, lack of representation and freedom “. Menurut Badan
Pusat Statistik BPS penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum dikategorikan sebagai penduduk miskin. Nilai garis kemiskinan yang digunakan mengacu pada
kebutuhan minimum 2.100 kkal per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi kebutuhan dasar untuk
papan, sandang, sekolah, transportasi, serta kebutuhan rumahtangga dan individu yang mendasar lainnya. Besarnya nilai pengeluaran dalam rupiah untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum
makanan dan non makanan tersebut disebut garis kemiskinan BPS, 2007.
Pro Poor Growth Index PPGI
Kakwani dan Pernia 2000 menyatakan bahwa konsep pro poor growth pertama kali diperkenalkan pada era 1950 an dan kemudian dipertegas oleh Chenery 1974. Konsep pro poor growth juga secara
implisit dijelaskan dalam World Development Report 1990 World Bank, 1990. Pro poor growth index adalah suatu ukuran untuk melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi bisa disebut pro poor.
Indeks ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Data yang diperlukan tidak terlalu sulit, sehingga mudah dihitung. 2. Indeks ini dapat digunakan untuk memformulasikan kebijakan-kebijakan pro poor pada
tingkat makro dan mikro. 3. Indeks ini bisa dihitung menurut sektor ekonomi ataupun wilayah
Anton Tri Wijayanto 421
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: Tinjauan pustaka, 2016
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Pertumbuhan ekonomi akan menurunkan kemiskinan tetapi juga akan meningkatkan
ketimpangan pendapatan. 2. Pertumbuhan ekonomi pada sektor ekonomi sektor PDRB tertentu akan berdampak
signifikan dalam pengentasan kemiskinan. 3. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara Pro Poor.
2. METODE PENELITIAN