BAB II PEMBAHASAN
A. PENATALAKSANAAN PASIEN SYOK AKIBAT TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI Kasus
Seorang wanita berusia 24 tahun datang ke rumah sakit gigi dan mulut prof.dr.Soedomo dengan kondisi gigi karies. Dalam pemeriksaan klinis diketahui bahwa kondisi gigi tersebut
sudah karies terlalu luas dan dalam, dimana tidak memungkinkan untuk dilakukannya restorasi, hingga pada akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan pencabutan pada gigi
tersebut. Ketika dianamnesis pasien tidak memberitahukan bahwa dia memiliki alergi obat- obatan tetentu khususnya obat anastesi. Tetapi pada saat dokter gigi memberikan obat anastesi
untuk mengurangi nyeri pada saat pencabutan, beberapa saat kemudian pasien terlihat pucat, kesadaran menurun, dan sesak nafas.
Penanganan Penatalaksanaan secara umum
Kegawatdaruratan medis pada umumnya selalu terkait dengan kesadaran penderita, dimana keadaan umum yang turun drastis bila tidak segera ditolong akan mengakibatkan hal
yang fatal bahkan terjadi kematian. Pertolongan terhadap pasien segera dilakukan dengan tahap bantuan hidup dasar yaitu ; P-ABC-D-R
Bila terjadi kegawatdaruratan pasien segera hentikan semua kegiatan kedokteran gigi, kemudian lakukan :
Position : Penderita diposisikan sedemikian rupa, untuk memudahkan dalam memberikan
pertolongan maupun perbaikan keadaan umum. Penderita diposisikan trendelenberg supine, dengan posisi kaki lebih tinggi dibandingkan kepala.
Pada serangan astma, posisi penderita duduk tegak dengan kepala lurus ke depan.
Air Way : Pembebasan saluran nafas dari Slem, lendir, liur, darah, fragmen gigi, gigi palsu,
tulang, benda asing lainnya yang kemungkinan sebagai penyumbat dari rongga mulut orofaring, nasofaring dan faring.
Breathing : Setiap manusia harus bernafas, karena itu bila penderita tidak bisa bernafas segera diberikan pernafasan buatan. Sehingga oksigen yang dibutuhkan cukup
memberi suplai ke paru-paru, otak, jantung dan jaringan lainnya. Circulation : Henti jantung menyebabkan berhentinya sirkulasi darah yang menyebabkan
menurunnya oksigenasi dan nutrisi jaringan terutama ke otak, yang ditandai dengan hentinya detak jantung. Segera dilakkukan resusitasi jantung pulmoner.
Drug : Pemberian obat-obatan untuk segera menolong dan memperbaiki keadaan umum
kesadaran penderita, antara lain : pemberian oksigen, adrenalin, dan atau antihitamn, dan obat-obatan lainnya sesuai kebutuhan.
Reffere : Apabila keadaan umum kesadaran pendarita tidak dapat diatasi atau tidak
terjadi perbaikan segera dirujuk ke rumah sakit terdekat, atau segera menghubung ambulance 118 911 gawat darurat
1. Penderita mulai gelisah, sesak napas, timbul urtikaria, semakin pucat, mual-mual. Dan kesadaran menurun, tensi dibawah 90mmHg, nadi tidak teraba penderita masuk stadium
syok 2. Suntik adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,3 ml IM, setiap 7menit sambil observasi tensis dan
nadi. 3. Kesadaran penelita membaik, napas lega, muka mulai memerah, dan sudah ada
komunikasi, penderita dapat diberi minum. 4. Penderita jangan dipulangkan dulu, dan selalu diobservasi sampai kesadaran penuh.
5. Bila penderita berhenti napas dan nadi tidak teraba sama sekali, buat napas buatan dan resusitasi jantung pulmoner, empat kali pijatan jantung dan satu kali napas buatan
dilanjutkan berulang-ulang 15 x resusitasi jantung dan 2 x napas buatan bila dikerjakan sendiri.
6. Pasang infus beri cairan eletrolit RLdengan tetesan diguyur. 7. Menghubungi 118 atau segera dirujuk ke rumah sakit.
8. Sambil menunggu bantuan datang, bila penderita tidak ada respon, suntik adrenalin 0,3 ML intracardial + resusitasi dilanjutkan, bila penderita sianosis kebiruan maka dilakukan
injeksi natrium bicarbonas meylon, intravena. 9. Bila napas spontan terjadi maka napas buatan dan resusitasi dihentikan, berikan oksigen 5
Lmenit. 10. Penderita jangan dipulangkan, observasi sampai keadaan stabil sadar penuh.
Hananto Seno, RM Sri., 2007
B. Aspek Legal dan Etika Keperawatan Gawat Darurat