Kualitas Audit, Independensi dan Integritas Laporan Keuangan
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan
Kedua, menambahkan faktor lain yang diduga mempengaruhi tinggi rendahnya integritas laporan keuangan perusahaan publik dan selama ini
belum masuk dalam penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu mekanisme corporate governance.
2. Tinjauan Teori dan Pengembangan Hipotesa 2. 1. Integritas Laporan Keuangan
Integritas laporan keuangan adalah sejauhmana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Ukuran
integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme
serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa auditor lebih menyukai pelaporan yang konservatif Basu 1997 dan DeFond serta Subramanyam
1998. Penelitian yang berkaitan dengan tuntutan hukum terhadap auditor juga menunjukkan bahwa pelaporan aset dan pendapatan yang
overstatement serta pelaporan nilai utang serta kos yang understatement secara signifikan merupakan faktor yang mempengaruhi tuntutan hukum
terhadap auditor St.Pierre dan Andersen 1984, Carcello dan Palmrose 1994. Kellog 1979 menunjukkan bahwa pengadilan banyak menuntut
pelaporan earnings dan aset yang overstatement.
Dengan mengacu pada kasus-kasus perusahaan publik di Indonesia yang terkena tindakan penegakan hukum, secara intuitif dapat disimpulkan
bahwa rendahnya integritas laporan keuangan menjadi salah satu penyebab perusahaan publik mendapatkan sangsi hukum. Simpulan ini diperoleh dari
amatan bahwa sebagian besar tindakan penegakan hukum disebabkan pelanggaran yang bersumber dari laporan keuangan, seperti terlambat
menyampaikan laporan keuangan, tidak menyampaikan informasi keuangan sesungguhnya serta opini disclaimer dari auditor.Spesialisasi Industri Auditor
dan Kualitas Audit
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi
permintaan klien terhadap kualitas audit Watts dan Zimmerman 1986. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan
pembedaan big 5 dan non-big 5. Teoh dan Wong 1993 berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur
dengan earnings response coefficient ERC. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara kualitas audit, yang
diproksikan dengan brand name big 8 vs non-big eight, dengan ERC.
2. 2. Kualitas Audit, Independensi dan Integritas Laporan Keuangan
Sebagaimana di Amerika Serikat, munculnya kasus manipulasi akuntansi memicu terbitnya peraturan Bapepam nomor Kep-20PM2002 per
tanggal 12 November 2002 serta SK Menteri Keuangan no. 423KMK-062002. Pada lampiran Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep-20PM2002 terdapat
Peraturan nomor VIII.A.2 yang berisikan tentang independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal. Peraturan tersebut diantaranya
membatasi hubungan auditee dan auditor selama jangka waktu tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan tiap 5 tahun dan tiap 3 tahun
untuk auditor. Selain itu pemberian jasa nonaudit tertentu, seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen disamping pemberian jasa audit pada
234
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan
seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu independensi auditor.
Palmrose 1988 menunjukkan bahwa auditor yang berasal dari kantor akuntan non-Big Eight lebih sering berhadapan dengan risiko litigasi
dibandingkan auditor yang berasal dari kantor akuntan Big Eight. Disisi lain Lennox 1999 menyatakan bahwa auditor dari kantor akuntan Big Eight
lebih akurat dibandingkan auditor dari kantor akuntan non-Big Eight. Walaupun demikian realitas yang tampak akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
ternyata kasus-kasus manipulasi akuntansi justru melibatkan kantor-kantor akuntan besar Big-Eight.
Beberapa kasus skandal akuntansi menyebutkan bahwa lamanya hubungan klien dan auditor menjadi penyebab kegagalan audit. Knapp
1991 menunjukkan bahwa lamanya hubungan antara auditee dan auditor dapat mengganggu independensi serta keakuratan auditor untuk
menjalankan tugas pengauditan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa auditor yang memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun serta kurang dari 5
tahun tidak dapat menemukan kesalahan pelaporan yang material.
St. Pierre dan Anderson 1984 menemukan bahwa kegagalan audit tampaknya sering terjadi pada auditor yang memiliki masa penugasan
kurang dari 3 tahun. Metcalf Committee US.Senate 1977 menyatakan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan klien dapat merusak kualitas
profesionalisme kantor akuntan.
Dugaan rusaknya independensi auditor akibat yang disebabkan masa kerja auditor dan klien menyebabkan pada beberapa negara, termasuk
Indonesia, mengeluarkan kebijakan untuk melakukan rotasi yang sifatnya mandatory. Berbeda dengan maksud dilakukannnya rotasi tersebut, ternyata
beberapa hasil penelitian justru menunjukkan bahwa pergantian auditor yang sifatnya mandatory memberikan hasil yang negatif Lennox 2001.
Dengan demikikan hipotesa yang diajukan: H1: Lamanya hubungan auditee-auditor bepengaruh negatif pada integritas
laporan Keuangan
H2: Adanya jasa selain audit berpengaruh negatif pada integritas laporan keuangan