Pengaruh Mekanisme, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012)

(1)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI

Periode 2010-2012)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

IMAH ASTINIA NIM. 109082000106

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI

Periode 2010-2012)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: IMAH ASTINIA NIM. 109082000106

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 11 April 2013 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Imah Astinia

2. Nim : 109082000106

3. Jurusan : Akuntansi/Audit

4. Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk memperoleh gelah Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SRIPSI

Hari ini Selasa, 23 Juli 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Imah Astinia

2. Nim : 109082000106

3. Jurusan : Akuntansi/Audit

4. Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelah Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Imah Astinia

No Induk Mahasiswa : 109082000106 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan melalui pembuktian yang saya dapat pertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama lengkap : Imah Astinia

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Juni 1991

3. Alamat : Jl. Malaka Jaya No. 3 RT.007/011 Rorotan, Jakarta-Utara 14140

4. Telepon : 08998279973

5. Email : imah.astinia@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD N Semper Timur 07 pagi Tahun 1997-2003

2. SMP N 30 Jakarta Tahun 2003-2006

3. SMA N 13 Jakarta Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis, periode 2010-2012.

2. Forum Angkatan Akuntansi (Forkast) BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah periode 2010-2011.

3. Program Pengenalan Studi Almamater (ProPeSA) oleh BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, sebagai humas, 17-18 Agustus 2010.

4. Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa UIN Syarif Hidayatullah 2010 5. HRD BEMJ Akutansi UIN Syarif Hidayatullah periode 2011-2012.


(7)

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.

2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara

Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei 2010.

3. Peserta Internal Accounting Competition dalam acara Accounting Fair

2011 oleh BEMJ Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta, 20–22 Desember 2010.

4. Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan” oleh Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jendral Pajak, 24 November 2011.

5. Tax Intercollegiate Forum 2011 “Revealing the Newest Regulation of Tax Holiday Policy” oleh SPA FEUI Universitas Indonesia, 30 November 2011.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Asriyadi

2. Tempat Tanggal Lahir : Langsa, 4 April 1960

3. Ibu : Partinah Rarasati

4. Tempat Tanggal Lahir : Comal, 1 Juli 1965

5. Alamat : Jl. Malaka Jaya No. 3 RT.007/011 Kel. Rorotan Jakarta-Utara 14140 6. Anak Ke dari : 1 dari 3 bersaudara


(8)

THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, AUDIT QUALITY AND COMPANY SIZE TOWARD THE INTEGRITY OF

FINANCIAL STATEMENTS By: Imah Astinia

ABSTRACK

This study aims to analyze and obtain empirical evidence about the effect of corporate governance mechanisms, audit quality and company size for the integrity of financial statements in financial companies in Indonesia. Independent variables used in this study is the corporate governance mechanisms are analyzed by institutional ownership, managerial ownership, audit committees, independent commissioners, tenure audit, audit firm size and company size. Dependent variable used in this study is integrity of financial statement was analyzed by conservatism.

Study’s sample was financial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) period among 2010-2012. Data was collected by purposive sampling method. Total 186 financial companies were taken as study’s sample. The method of analysis of this research used logistic regression.

The results of this research showed that managerial ownership, audit committees, independent commissioner, tenure audit and audit firm size did not significantly effect the integrity of financial statements. As for institutional ownership and company size significantly effect the integrity of the financial statements.

Keywords: Corporate Governance, Audit Quality, Company Size, Integrity Of Financial Statements


(9)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

Oleh : Imah Astinia ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan keuangan di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang dianalisis dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas audit yang dianalisis dengan tenur audit dan reputasi KAP serta ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan yang dianalisis oleh konservatisme.

Sampel dalam penelitian adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode antara 2010-2012. Data yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Total 186 perusahaan ditentukan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, tenur audit dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sementara itu, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Kata Kunci : Corporate Governance, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, Integritas Laporan Keuangan


(10)

KATA PENGANTAR Assalamua’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugrah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbig umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda terkasih, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda, semoga hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan ibunda. 2. Adik – adikku Sri Ayu Yuniarti dan Aldy Maulana yang selalu membantu

dan menemani saat susah dan gembira.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.

7. Ibu Yulianti, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan


(11)

pengarahan kepada penulis. Terimaksih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Sahabatku Siti Aliyah Nur Khalishah, Titus Puspita Sari, Dini Utami, Rosma Aliah, Arum Ganda Wijayanti, Ifta Aulia dan Anisa Kusuma, kami dipertemukan dalam ikatan silahturahmi yang indah, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah tercurahkan selama kita bergabung dalam kosan kuning atas.

10. Sahabatku Galih Ihsan, Adi Nugraha, Erick Darmawan dan Adis Alkhalifa, yang tergabung dalam V-gen Boy, terimakasih untuk semangat dan keceriaan selama ini.

11. Sahabat seperjuanganku, Taqiyatul Husna, Apriliana, Monic Ariestyawati, Indriana Nurul, Estherini H. Pratiwi, Ira Robiah, Nina Indriani, Frida Aurora dan Wulan Fauzyni, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

12. Sahabatku, Ratu Feblina, I Gusti Ayu Diva, Nidya Cut Mutia dan Farrah Hany Fauziah, terimakasih keceriaan yang kalian berikan sejak berada di bangku SMA hingga sekarang.

13. Seluruh Rekan Akuntansi C UIN 2009, terimakasih selama empat tahun kita bersama – sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.


(12)

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar pengesahan Skripsi ... ii

Lembar pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstrack ... viii

Abstrak ... ix

Kata pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori yang Relevan ... 12


(13)

1. Teori Agensi dan Informasi Asimetri ... 12

2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi ... 16

3. Mekanisme Corporate Governance ... 23

4. Kualitas Audit ... 41

5. Ukuran Perusahaan... 50

B. Penelitian Sebelumnya ... 53

C. Kerangka Berpikir ... 57

D. Hipotesis ... 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 67

B. Metode Penentuan Sampel ... 67

C. Metode Pengumpulan Data ... 68

D. Metode Analisis Data ... 69

1. Definisi Regresi Logistik ... 70

2. Tahapan Regresi Logistik ... 70

a. Statistik Deskriptif ... 70

b. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 71

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 75

1. Variabel dependen ... 75

2. Variabel independent ... 76


(14)

c. Ukuran Perusahaan... 79

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 81

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 81

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 82

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian... 84

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 85

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Implikasi ... 103

C. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(15)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Sebelumnya ... 54

3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 80

4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 82

4.2 Statistik Deskriptif ... 83

4.3 Menilai Keseluruhan Model ... 85

4.4 Koefisien Determinasi ... 86

4.5 Kelayakan Model Regresi ... 87

4.6 Matriks Korelasi ... 87

4.7 Matriks Klasifikasi ... 88

4.8 Koefisien Regresi Logistik ... 89


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 65


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Sampel ... 113

2 Hasil Statistik Deskriptif ... 116

3 Hasil Variabel Independen ... 122


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Informasi akuntansi didefinisikan sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan Belkaoui (2006:10).

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya (Jamaan, 2008:19).

Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya kepada pengguna laporan keuangan. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Mayangsari (2003:3) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.”


(19)

Menurut survey Pricewatehouse Coopers pada tahun 1999 terhadap investor-investor internasional menunjukan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terburuk dalam bidang standar-standar akuntansi, pertanggungjawaan terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan (FCGI, 2002:2). Untuk mengukur integritas informasi laporan keuangan, Standar Akuntansi Keuangan menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif informasi akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi dikatakan relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna laporan keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi tersebut. Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut terbebas dari pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi informasi. Integritas laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan keuangan mampu memberikan informasi yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut (Jamaan, 2008:16).

Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba (Mayangsari,


(20)

memverifikasi pengakuan good news daripada bad news sebagai keuntungan. Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.

Widya (2005:3) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.

Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Jatuhnya perusahaan raksasa dunia pada awal dekade 2000an akibat dari skandal kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan perusahaan besar karena melakukan tindakan earning management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui (Jamaan, 2008:16). Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing dan Worldcom maupun beberapa perusahaan di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:2).

Salah satu contohnya pada kasus Enron, dimana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta


(21)

Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Setelah dilakukan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data akuntansi ini melibatkan banyak pihak dan kebanyakan adalah pihak dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor. Terungkapnya kasus seperti ini akan membuat kepercayaan masyarakat akan menurun, khususnya masyarakat keuangan, yang ditandai dengan turunnya harga saham dari perusahaan tersebut. Ini sebuah kerugian yang besar bagi perusahaan, karena masyarakat keuangan menjadi ragu untuk ikut memiliki perusahaan tersebut (Susiana dan Herawaty, 2007:2).

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang melakukan manipulasi akuntansi adalah PT Waskita Karya terkait dengan kelebihan pencatatan laba bersih sebesar 500 milyar. Direksi PT Waskita Karya merekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu (Liputan6.com: mobile, 2009).

Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal manipulasi keuangan merupakan kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Hal ini menyebabkan timbulnya banyak pertanyaan bagi masyarakat luas terhadap berbagai pihak terutama terhadap


(22)

memberitahukan kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance

yang baik belum diterapkan pada perusahaan tersebut. Belum diterapkannya mekanisme good corporate governance yang baik pada perusahaan ini dapat menjadi penyebab perusahaan atau pihak manajemen untuk memberikan informasi-informasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu untuk menghindari terpuruknya harga saham (Susiana dan Herawaty, 2007:2).

Perbaikan dalam praktik corporate governance yang berkontribusi terhadap pengungkapan yang lebih baik dalam pelaporan bisnis, nantinya dapat memberikan fasilitas market liquidity dan capital formation yang lebih besar di pasar negara berkembang. Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik internal (berdasarkan organisasi) maupun eksternal (berdasarkan pasar) diwajibkan. Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Disisi lain kepemilikan pihak luar, monitoring debtholder, peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan (Astria dan Ardiyanto, 2011:7). Perusahaan yang memiliki struktur GCG yang baik dapat mempengaruhi prestasi perusahaan dan mengurangi kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi.


(23)

Menurut Susiana dan Herawaty (2007:2) dalam kasus manipulasi data akuntansi ini sebenarnya tidak hanya pihak dari dalam perusahaan saja yang bertanggung jawab, tetapi pihak dari luar juga sangat berpengaruh. Seperti eksternal auditor juga harus ikut bertanggung jawab terhadap banyaknya kasus-kasus manipulasi data akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik yang dianggap sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan juga mulai banyak dipertanyakan, apalagi setelah terbukti bahwa semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Sedangkan profesi akuntan sendiri mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang dapat diandalkan bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, serta bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Tenur audit dan reputasi KAP dapat menjadi tolok ukur kualitas jasa yang diberikan. Meningkatnya nilai audit atau kualitas audit ditentukan oleh seberapa berguna dan berharganya jasa yang diberikan oleh KAP, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:3).

Faktor lain yang memegaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan juga menanggung peranan penting dalam perusahaan yang melakukan manipulasi data akuntansi. Ukuran perusahaan


(24)

biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputsan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak dan perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007:10). Berbeda dengan perusahaan kecil yang cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010) serta Hardiningsih (2010). Penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010) menguji pengaruh variabel corporate governance terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian Hardiningsih (2010) menguji pengaruh variabel independensi, corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali variabel mekanisme corporate governance yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan variabel independen tenur audit dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan berasal dari sektor keuangan. Sektor keuangan dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan keuangan kebanyakan penelitian sebelumnya mengenai integritas


(25)

laporan keuangan masih terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak disektor manufaktur. Selain itu tahun pengamatan juga berbeda yaitu dari tiga tahun terakhir dimulai dari 2010 hingga 2012 serta kondisi ekonomi di Indonesia lebih stabil dan cenderung mengalami kenaikan. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh kualitas audit (tenur audit dan reputasi KAP) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia?


(26)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menganalisis adanya pengaruh antara mekanisme corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia.

b. Menganalisis adanya pengaruh antara kualitas audit (tenur audit dan reputasi KAP) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia.

c. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis 1) Ilmu Pengetahuan

Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan penelitian pada bidang akuntansi, terutama untuk peneliti yang ingin


(27)

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan keuangan.

2) Masyarakat

Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan.

3) Peneliti

Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana srata 1.

b. Kontribusi Praktis

1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme

corporate governance dalam operasional perusahaan guna meningkatkan integritas laporan keuangan.

2) Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor sebagai suatu tinjauan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Relevan

1. Teori Agensi dan Informasi Asimetri

Teori agensi (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Menurut Jensen dan Meckling (1976:309) teori Agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut pemilik (principal) yang menyewa pihak lain disebut agen (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang.

Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik sebagai pemilik dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan. Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu bagi pemilik serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan. Keberadaan perbedaan kepentingan antara agen dan pemilik inilah yang menyebabkan terjadinya konflik keagenan (Belkaouli, 2006:13).


(29)

Pihak agen memiliki keunggulan berupa informasi keuangan daripada pihak pemilik, sedangkan dari pihak pemilik boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi (self interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan. Ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan earnings manajement dalam rangka mengelabui pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik saham, maka manajerakan cenderung melakukan kecurang dengan melakukan praktik manajemen laba untuk meningkatkan keuntungannya sendiri (Oktadella dan Zulaikha, 2011:4). Bagi pemilik dalam hal ini pemilik modal atau investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi.

Untuk mengatasi atau meminimalisasi konflik keagenan tersebut akan menimbulkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi (agency cost) adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Dihubungkan dengan konflik keagenan, konflik antara


(30)

ekuitas. Biaya agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976:310) sebagai berikut:

a. Monitoring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku manajer. Dalam hal ini, termasuk biaya audit, rencana kompensasi eksekutif dan biaya untuk memberhentikan manajer.

b. Bonding Cost adalah biaya pengikatan agen agar agen bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik perusahaan. Para agen akan diberi kompensasi yang wajar dan bila mereka tidak bertindak sesuai dengan keinginan pemilik kompensasi tersebut tidak akan diberikan.

c. Residual Loss, meskipun sudah ada monitoring dan bonding, kadang kepentingan shareholders dan agen masih sulit diselaraskan karena itu muncul agency losses dari perbedaan kepentingan tersebut dan ini disebut residual loss. Residual loss menunjukkan tradeoff antara membatasi manajer dan memaksakan mekanisme kontrak yang didesain untuk mengurangi agency problems. Secara umum tidak ada perusahaan yang tidak memiliki biaya keagenan kecuali bagi perusahaan yang dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh seorang manajer.

2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen


(31)

dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2002) dalam PSAK NO.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna. Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif informasi akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi dikatakan

relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna laporan keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi tersebut. Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut terbebas dari pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi informasi. Integritas laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan keuangan mampu memberikan informasi yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut (Jamaan, 2008:16).


(32)

tersebut. Mulyadi (2004) dalam Jamaan (2008:33) mendefinisikan integritas sebagai berikut: “Integritas adalah prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Pada penelitian Mayangsari (2003:3) integritas laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.”

Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003:3) laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management

karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak

overstate supaya tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.

Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Menurut Widya (2005:3) konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian,


(33)

karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh ketidakpastian. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang mereka lakukan dari laporan keuangan yang memuat ketidakpastian dan risiko perusahaan.

Selain itu menurut Ahmed dan Duellman (2007:2) konservatisme juga akan membatasi kerugian yang muncul dari keputusan investasi yang berkinerja buruk, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya.

Kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang konservatif belum juga mendapatkan jalan tengahnya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat. Tetapi ada juga pandapat yang menentangnya dan beranggapan bahwa konservatisme akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias (Anggraini dan Trisnawati, 2008:26).


(34)

Konservatisme dianggap sebagai suatu sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh pengertian mengenai konservatisme itu sendiri dimana akuntansi yang mengakui kerugian lebih cepat daripada pendapatan dan keuntungan, serta menilai aktiva dengan nilai terendah dan kewajiban dengan nilai tertinggi.

Terdapat dua aspek yang menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas laporan keuangan terutama masalah relevansi. Pertama, konservatisme melaporkan terlalu rendah baik laba maupun aset. Hal ini akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan khususnya netralitas karena ingin mempertahankan reliabilitas, kadang perusahaan mengabaikan relevansi informasi atau sebaliknya. Konservatisme mendorong adanya penyimpangan karena sikap pesimistik, walaupun hal ini memang diharapkan oleh kreditor, namun akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme merupakan hasil dari penundaan pengakuan secara selektif terhadap berita baik, sementara dengan segera mengakui berita buruk. Hal ini dapat mengakibatkan understatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode saat ini, tetapi overstatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode yang akan datang.

b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat

Akuntansi konservatif tetap disarankan untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dalam aturan-aturan yang ada dalam standar akuntansi yang ada di Indonesia (PSAK). Akuntansi konservatif akan


(35)

menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam perusahaan maupu luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba (manajemen laba) serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para pemegang saham (agency conflict). Apabila laba konservatif yang disusun menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan sehingga laba yang disusun dengan metoda yang konservatif tidak merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya, sehingga dapat dianggap sebagai laba yang berkualitas.

Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003 dalam Widya 2004:19):

a. Net asset measure

Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understatement

dan kewajiban yang overstatement. Proksi pengukuran ini menggunakan rasio market to book value of equity yang mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.


(36)

b. Earning/stock relation measure

Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset-stock return tetap berusaha untuk melaporkannya sesuai dengan waktunya. Pengembalian saham dan

earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings.

c. Earning/accrual measure

Pada model akrual terdapat asimetri karena kerugian cenderung diakui pada waktu terjadinya (non-cash basis) yang kemudian akan menyebabkan turunnya laba. Adanya keuntungan ekonomi biasanya diakui saat keuntungan sudah benar-benar terjadi sehingga keuntungan diakui atau dihitung berdasarkan cash basis. Adanya kebijakan akrual dalam mengakui kerugian (kebijakan konservatisme) menyebabkan arus kas menurun. Konservatisme diukur dengan menghitung selisih antara laba bersih dengan arus kas. Semakin kecil ukuran akrual suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif.

Pada penelitian ini pengukuran konservatisme yang digunakan adalah

discresionary accrual. Discresionary accrual (akrual diskerseioner) adalah suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen (Dechow et al., 1995:194). Untuk menghitung akrual


(37)

diskresioner dengan menggunakan modified jones model (Dechow et al., 1995:198). Persamaannya adalah sebagai berikut:

TA = NDA + DA Dimana:

TAit/Ait-1= α1 (1/Ait-1) + α2(∆REVit)/Ait-1+ α3 (PPEit/Ait-1) + ℮it NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit - ∆RECit)/Ait-1 + α3 (PPEit/Ait-1) Dan untuk memperoleh discretionery accrual adalah:

DAit = TA it/Ait-1 - NDAit

3. Mekanisme Corporate Governance

Teori agensi menyatakan bahwa konfik kepentingan, asimetri informasi dan biaya agensi yang muncul dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan berbagai pihak di perusahaan. Mekanisme pengawasan yang dimaksud dalam teori agensi dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme

corporate governance.

Shleiver dan Vishny (1997:738) mendefinisikan Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal. Sedangkan


(38)

melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.

Herawaty (2008:3) menyatakan bahwa prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkankan memberikan manfaat diantaranya yaitu:

a. Meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara pemilik dengan agen;

b. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal;

c. Meningkatkan citra perusahaan;

d. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital

yang rendah;

e. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik;

Corporate governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Penerapan

corporate governance juga dapat memberikan kepercayaan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik, sehingga dapat meminimalkan konflik kepentingan dan biaya keagenan. Good corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen sudah selaras dengan kepentingan pemegang saham (Susiana dan Herawaty, 2007:2).


(39)

Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) memaparkan prinsip GCG sebagai berikut :

a. Transparansi

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholder. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholder lainnya.

b. Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

stakeholder lain. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

c. Responsibity

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan


(40)

d. Independensi

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Selanjutnya menurut Siswanto dan Aldridge (2005:27) Badan Pengelola Pasar Modal di banyak negara menyatakan penerapan corporate governance di perusahaan-perusahaan publik secara sehat, telah berhasil mencegah praktek pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada pemegang saham, investor dan pihak lain yang berkepentingan secara tidak transparan. Sehingga perusahaan dengan corporate governance yang berkualitas akan dapat melakukan tugas dan wewenang dengan semestinya dan menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham sehingga akan dapat membantu meminimalkan agency conflict yang akhirnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Good corporate governance dapat membantu Board of Directors mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pemiliknya.


(41)

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisarid independen. Masing-masing mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepemilikan Institusional

Susiana dan Herawaty (2007:8) menyatakan persentase saham institusi adalah penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain) baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Dengan kepemilikan instutisional mendorong munculnya pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer.

Jensen dan Meckling (1976:337) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.


(42)

sumber kekuasaan yang mampu digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kedudukan manajemen. Jadi kepemilikan saham atas perusahaan mencerminkan hak atas kepemilikan perusahaan, sehingga semakin tinggi kepemilikan yang dimiliki pihak institusional maka kontrol perusahaan akan semakin tinggi pula.

Adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang menurun. Hal ini karena peranan utang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh kepemilikan institusional. Tindakan monitoring oleh pihak investor institusional dapat mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer sehingga manajer dapat lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2011:7).

Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional memiliki kelebihan yaitu memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi serta memiliki motivasi yang kuat untuk


(43)

melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

b. Kepemilikan Manajemen

Oktadella dan Zulaikha (2010:15) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi. Kepemilikan manajemen merupakan salah satu mekanisme yang dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk memberi kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham, sehingga kedudukan manajer sejajar dengan pemilik perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976:315) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi dengan memberikan saham kepada manajer maka manajer sekaligus merupakan pemilik perusahaan. Sehingga manajer akan bertindak demi kepentingan perusahaan, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari pemilik perusahaan. Manajer


(44)

menyatukan kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan dan menjadi salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

Dua aspek penting dari struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan dan komposisi kepemilikan. Komposisi kepemilikan berkaitan dengan siapakah pemegang saham dan yang lebih penting adalah siapa diantara pemegang saham ke dalam kelompok pengendali. Kepemilikan saham manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Gunarsih, 2004 dalam Astria dan Ardiyanto, 2011:13).

Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri. Kepemilikan perusahaan juga terkait dengan pengendalian operasional perusahaan. Dengan semakin besarnya kepemilikan manajer, maka manajer dapat lebih leluasa dalam mengatur pemilihan metode akuntansi, serta kebijakan-kebijakan akuntansi penting terkait dengan masa depan perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2011:8).

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer akan cenderung


(45)

bertindak dalam kepentingan pemegang saham karena mereka juga merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan tidak memanipulasi informasi yang ada dalam laporan keuangan (Putra dan Muid, 2012:2).

c. Komite Audit

Berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia melalui Keputusan Direksi BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.

Adapun persyaratan keanggotaan komite audit sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004 adalah sebagai berikut:

1) Independen dan dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, karena individu yang independen cenderung lebih adil dan tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu permasalahan

2) Memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite


(46)

4) Bukan merupakan orang dari kantor akuntan publik, kantor konsultan hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non-audit, atau jasa konsultasi lain kepada perusahaan dalam enam bulan terakhir.

5) Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan perusahaan dalam waktu enam bulan terakhir.

6) Tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan.

7) Tidak memiliki hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal dengan komisaris, direksi atau pemegang saham utama perusahaan.

8) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.

Struktur komite audit di Indonesia diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Peraturan Nomor IX.1.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah sebagai berikut:

1) Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham (RUPS).


(47)

2) Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal ini komisaris independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit.

Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004, sekurang-kurangnya komite audit terdiri dari tiga anggota dan sekurang-kurangnya ada satu orang yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan (financial expert). Kriteria “financial expert” dengan memperhatikan beberapa

hal berikut:

1) Pengalaman sebelumnya sebagai akuntan publik atau auditor, CFO, controller, chief accounting officer, atau posisi yang sejenis.

2) Pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan dan laporan keuangan.

3) Pengalaman dalam audit atas laporan keuangan perusahaan. 4) Pengalaman dalam pengendalian internal.

5) Pemahaman atas akuntansi untuk penaksiran (estimates),

accruals, dan cadangan (reserves)

Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit menurut dalam Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif adalah :


(48)

1) Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang serta sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum.

2) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3) Pengawasan perusahaan (Corporate Control)

Komite audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Tugas dan tanggung jawab komite audit juga dipertegas melalui Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-41/PM/2003 yang menyebutkan bahwa komite audit mempunyai tugas sebagai berikut:


(49)

1) Membantu dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan

2) Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan

3) Meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal audit

4) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris/dewan pengawas.

5) Memungkinkan anggota non-eksekutif menyumbangkan suatu penilaian independen dan memainkan suatu peranan yang positif. 6) Membantu direktur keuangan dengan memberikan suatu

kesempatan di mana pokok-pokok persoalan yang penting yang sulit dilaksanakan dapat dikemukakan

7) Memperkuat posisi auditor eksternal dengan memberikan suatu saluran komunikasi terhadap pokok-pokok persoalan yang memprihatinkan dengan efektif

8) Memperkuat posisi auditor internal dengan memperkuat independensinya dari manajemen

9) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan objektifitas laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan


(50)

10) Memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris.

Keberadaan komite audit pada perusahaan publik di Indonesia secara resmi dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan keluarnya Keputusan Direksi BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada bagian ini dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki komisaris independen, komite audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan dan standar laporan keuangan per sektor. Selain itu, terdapat berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit telah dibuat diantaranya:

a) Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit;

b) KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit;

c) KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit; dan

d) KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit;


(51)

e) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP-29/PM/2004 tgl. 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. d. Komisaris Independen

Menurut Wardhani (2006:2), salah satu permasalahan dalam penerapan corporate governance adalah adanya CEO yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris, Padahal fungsi dari dewan komisaris adalah untuk mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Oleh karena itu diperlukannya komisaris independen (independent commissioner) yang berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang (controveiling power).

Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Emirzon dalam Oktadella dan Zulaikha, 2010:8). Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (FCGI, 2003).


(52)

terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi untuk mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen perusahaan, menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen, sehingga komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance

dan menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:9).

Komisaris independen memikul tanggung jawab untuk mendorong secara proakti agar komisaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas dan penasehat direksi dapat memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif (termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut), memastikan perusahaan memiliki eksekutif dan manajer yang profesional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya, memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik serta memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good


(53)

Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik (FCGI, 2003).

Kriteria Dewan Komisaris Independen adalah sebagai berikut : 1) Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen; 2) Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham

mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan;

3) Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu;

4) Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut;

5) Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;


(54)

6) Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut;

7) Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan. Sebagai seorang profesional, komisaris independen pun harus memiliki kompetensi pribadi, yaitu: memiliki integritas dan kejujuran yang tidak pernah diragukan, memahami seluk beluk pengelolaan bisnis dan keuangan perusahaan, memahami dan mampu membaca laporan keuangan perusahaan dan implikasinya terhadap strategi bisnis, memahami seluk beluk industri yang digeluti perusahaan, memiliki kepekaan terhadap perkembangan lingkungan yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan, memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir strategis, memiliki karakter sebagai pemimpin yang profesional, memiliki kemampuan berkomunikasi serta kemampuan untuk mempengaruhi dan bekerja sama dengan orang lain, memiliki komitmen dan konsisten dalam melakukan profesinya sebagai komisaris independen, serta memiliki kemampuan untuk berpikir objektif dan independen secara professional.


(55)

Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur dalam Surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/BEJ/06-2000 perihal Peraturan No I-A, tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat pada butir mengenai Ketentuan tentang Komisaris Independen. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang tercatat di BEJ wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proporsionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.

4. Kualitas Audit

Pihak ketiga yang independen dibutuhkan sebagai mediator diantara agen dan pemilik. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku agen apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan pemilik. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak pemilik dengan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan (Rudyawan dan Badera, 2008 dalam Sari dan Rahardja, 2011:7).


(56)

keputusan. Audit dilakukan oleh pihak independen yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan oleh manajemen.

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran kualitas audit adalah:

1) Tenur Audit

Tenur audit adalah masa perikatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit kepada kliennya. Tenur audit dikaitkan dengan dua konstruk yakni keahlian auditor dan insentif ekonomi. Auditor dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis klien dan risiko. Selain itu tenur audit terkait dengan kewaspadaan terhadap keakraban auditor dengan klien. Semakin tinggi kualitas auditor maka perikatan akan diperpanjang. Kedua, tenur audit dapat menciptakan insentif ekonomi bagi auditor sehingga menjadi kurang mandiri. Adanya hubungan antara auditor dan klien dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan akan menimbulkan hilangnya independensi auditor (Sari dan Raharja, 2011:7).


(57)

Di Indonesia, rotasi KAP bersifat mandatory dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik dan direvisi dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21 Agustus 2003 yang mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga tahun. Selanjutnya, peraturan ini direvisi menjadi Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Dalam bab 2, pasal 3, ayat 1, peraturan tersebut membatasi masa penugasan KAP selama enam tahun dan akuntan publik selama tiga tahun. KAP dan akuntan hanya dapat menerima penugasan audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut tidak melakukan pemberian jasa audit atas laporan keuangan pada klien tersebut.

Alasan teoritis yang mendasari penerapan rotasi wajib yaitu bagi auditor dan KAP diharapkan akan meningkatkan independensi auditor baik secara tampilan maupun secara fakta. Ketika tenur audit dibatasi dan kontrak audit dihentikan, kegagalan audit yang disebabkan karena berkurangnya independensi berkurang dari waktu ke waktu. KAP harus bisa mempertahankan independensinya sebagai seorang auditor, sehingga kualitas audit bisa dipertahankan.


(58)

argumen berbagai kalangan yang mendukung dan menolak adanya ketentuan rotasi wajib:

a) Argumen Pendukung Ketentuan Rotasi Wajib

Dua dasar argumentasi rotasi yang bersifat mandatory umumnya dikelompokan menjadi dua hal: (1) kualitas dan kompetensi pekerjaan audit cenderung menurun secara signifikan dari waktu kewaktu, (2) independensi auditor dapat rusak oleh panjangnya hubungan dengan manajemen.

Argumen pertama yang mendukung rotasi wajib adalah bahwa ketentuan ini akan mendorong peningkatan kualitas audit. Regulator menunjukkan adanya hubungan antara tenur auditor dan pengurangan dalam kualitas laba dan menyinggung rotasi auditor wajib sebagai solusi yang paling memungkinkan untuk hal ini. Alasan mereka adalah sebagai berikut: 1) Pendekatan baru akan dibawa masuk oleh KAP baru setiap lima tahun sekali. Auditor yang mengaudit perusahaan yang sama dari tahun ke tahun akan kurang kreatif merancang prosedur audit; 2) Peningkatan kompetisi antara KAP akan didasarkan pada kualitas jasa audit; 3) Auditor tidak akan tergantung secara ekonomi (economic independence) kepada klien, dan 4) Rotasi auditor akan memampukan KAP untuk saling mengawasi satu dengan yang lain.


(59)

Argumen yang mendukung pendukung rotasi wajib umumnya khawatir bahwa independensi auditor dan dengan demikian kualitas audit akan menurun dengan meningkatnya tenur auditor. Hubungan dalam waktu yang lama dengan manager perusahaan merupakan alasan utama yang mengancam dan merusak independensi auditor. Ada dua masalah praktis yang dapat mengancam kemampuan aktual auditor untuk mempertahankan sikap independensi selama melaksanakan tugas audit, yaitu: 1) auditor harus memperhatikan rekomendasi manajemen untuk melanjutkan tugas audit dari tahun ke tahun, dan 2) keberlanjutan tugas audit menyebabkan anggota KAP menjadi semakin dekat dengan manajemen secara personal. Hubungan yang semakin dekat dengan manajemen menyebabkan auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen daripada dengan kepentingan publik.

b) Argumen Penolak Ketentuan Rotasi Wajib

Pernyataan bahwa rotasi mandatori dapat memperbaiki kualitas audit mempertimbangkan beberapa hal berikut. Pertama, kompleksitas kelompok perusahaan besar dan kompleksitas seputar pelaporan keuangan yang meningkat mensugestikan bahwa KAP baru memerlukan beberapa tahun untuk secara penuh


(60)

Kedua, pertimbangan di atas didasarkan pada argumen bahwa auditor dengan tenur pendek memiliki kekurangan dalam pengetahuan khusus klien yang diperlukan untuk melakukan audit yang berkualitas tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat profesi akuntansi yang berpendapat bahwa tenur singkat mungkin melibatkan risiko kegagalan audit yang tinggi, karena auditor yang masuk dengan cukup pengetahuan khusus klien harus lebih berat mengandalkan pada perkiraa dan pernyataan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan klien.

Pertimbangan-pertimbangan di atas kemudian memunculkan pertimbangan akhir yaitu tenur yang singkat menimbulkan tambahan biaya audit bagi klien, dan juga bagi publik. Selain itu, rotasi mandatori memunculkan masalah penyimpangan audit dan risiko litigasi. Pernyataan yang memperkuat argumen di atas adalah rotasi auditor merupakan langkah drastis sederhana, namun belum teruji manfaatnya dan justru akan menambah biaya audit.

2) Reputasi KAP

Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pengguna laporan keuangan, setiap perusahaan diminta untuk menggunakan jasa KAP. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan tersebut, perusahaan biasanya menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik.


(61)

Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (big four).

Oktadella dan Zulaikha (2010:9) menyatakan dalam hal memberikan jasa audit suatu KAP akan menerima kerugian yang cukup besar melalui reputasi yang rusak apabila tidak memberikan kualitas audit yang sesuai dengan standar. KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya.

Beberapa alasan perusahaan dalam menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik Big Four, antara lain (Tuanakotta dalam Oktadella dan Zulaikha, 2010:9):

a) Para pemegang saham menginginkan Big Four firm;

b) Perusahaan ingin mendapatkan kepercayaan dari para investor atau dukungan dari pasar modal;

c) The Big Four firm mempunyai sumber daya keuangan yang kuat untuk mempertahankan pekerjaan mereka;


(62)

KAP, banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, luasnya cakupan geografis termasuk adanya afiliasi international dan banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.

Menurut Lee (1993) dalam Hamid (2013:7) jika auditor dan klien sama-sama memiliki ukuran yang relatif kecil, maka ada probabilitas yang besar bahwa penghasilan auditor akan tergantung pada fee audit

yang dibayarkan kliennya. Oleh karena itu, auditor kecil ini cenderung tidak independen terhadap kliennya. Sebaliknya, jika auditor berukuran besar, maka ia cenderung lebih independen terhadap kliennya, baik ketika kliennya berukuran besar maupun kecil.

KAP big four juga cenderung untuk lebih memilih berhubungan dengan klien yang memiliki nilai yang baik dalam komunitas bisnis. Oleh karena itu, KAP big four akan mempengaruhi klien untuk bertindak sesuai dengan praktek terbaik. KAP yang tergolong big four

dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang lebih tinggi kepada kliennya dibandingkan dengan KAP non-big four. Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

 Tahun 2010

a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.


(63)

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia

Purwantono, Suherman & Surja.

 Tahun 2011

a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia

Purwantono, Suherman & Surja.

 Tahun 2012

a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Eny.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia


(1)

PERUSAHAAN

2010

2010

2010

Ten Rep

2011

Ten Rep

2012

Ten Rep

MCOR

Moore Stephens Moore Stephens Moore Stephens

1

0

Moore Stephens

1

0

EY

0

1

MEGA

EY

KPMG

KPMG

0

1

KPMG

1

1

EY

0

1

MFIN

BWP

BWP

BWP

1

0

Geneva Gr Intl

0

0

BWP

0

0

MREI

RSM

RSM

RSM

1

0

RSM

1

0

RSM

1

0

MTFN

ISS

ISS

ISS

1

0

McMilanWoods

0

0

McMilanWoods

0

0

NISP

PWC

PWC

PWC

1

1

PWC

1

1

PWC

1

1

OCAP

S. Arsyad

Moore Stephens

0

0

Moore Stephens

0

0

Moore Stephens

1

0

PANS

BDO

BDO

BDO

1

0

BDO

1

0

BDO

1

0

PEGE

ARH&R

DBSD

DBSD

0

0

DBSD

1

0

DBSD

1

0

PNBN

DELLOITE

DELLOITE

DELLOITE

1

1

DELLOITE

1

1

DELLOITE

1

1

PNIN

CAS&Asc

AGN Intl

0

0

DFK Intl

0

0

DFK Intl

0

0

PNLF

Eddy Kaslim

AGN Intl

0

0

DFK Intl

0

0

DFK Intl

0

0

SMMA

Moore Stephens Moore Stephens Moore Stephens

1

0

Moore Stephens

1

0

Moore Stephens

1

0

TRIM

RSM

DELLOITE

0

1

DELLOITE

0

1

BDO

0

0

TRUS

AJA&R

HLB

HLB

0

0

HLB

1

0

HLB

1

0

VRNA

EY

DELLOITE

DELLOITE

0

1

DELLOITE

1

1

DELLOITE

1

1

WOMF

EY

EY

EY

1

1

EY

1

1

EY

1

1


(2)

HASIL OUTPUT SPSS

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in Analysis 186 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 186 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 186 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original

Value Internal Value

0 0

1 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant Step 0 1 246.360 -.495

2 246.356 -.505 3 246.356 -.505 a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 246,356

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

KSVT

Percentage Correct

0 1

Step 0 KSVT 0 116 0 100.0


(3)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant -.505 .151 11.138 1 .001 .603

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables INST 4.999 1 .025

MNJ 3.020 1 .082

KOMAUD 1.519 1 .218

KOMIND .250 1 .617

TEN 2.082 1 .149

REP .001 1 .974

SIZE 8.123 1 .004

Overall Statistics 19.168 7 .008

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant INST MNJ KOMAUD KOMIND TEN REP SIZE Step

1

1 226.872 -.711 .011 .024 -.168 .806 .349 .377 -.833 2 226.376 -.870 .014 .027 -.200 .950 .409 .462 -.929 3 226.375 -.879 .014 .027 -.202 .958 .412 .467 -.934 4 226.375 -.879 .014 .027 -.202 .958 .412 .467 -.934 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 246,356

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 19.981 7 .006

Block 19.981 7 .006 Model 19.981 7 .006


(4)

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 226.375a .102 .139

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.782 8 .214

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

KSVT = 0 KSVT = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 14 16.298 5 2.702 19

2 15 14.982 4 4.018 19

3 16 14.135 3 4.865 19

4 11 13.160 8 5.840 19

5 14 12.389 5 6.611 19

6 12 11.614 7 7.386 19

7 15 10.814 4 8.186 19

8 9 10.390 11 9.610 20

9 8 8.051 11 10.949 19

10 2 4.167 12 9.833 14

Classification Tablea

Observed

Predicted

KSVT

Percentage Correct

0 1

Step 1 KSVT 0 103 13 88.8

1 46 24 34.3

Overall Percentage 68.3


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a INST .014 .006 5.902 1 .015 1.014

MNJ .027 .019 1.990 1 .158 1.028 KOMAUD -.202 .161 1.571 1 .210 .817 KOMIND .958 .924 1.076 1 .300 2.607 TEN .412 .348 1.402 1 .236 1.510 REP .467 .388 1.445 1 .229 1.595 SIZE -.934 .426 4.799 1 .028 .393 Constant -.879 .792 1.233 1 .267 .415 a. Variable(s) entered on step 1: INST, MNJ, KOMAUD, KOMIND, TEN, REP, SIZE.

Correlation Matrix

Constant INST MNJ KOMAUD KOMIND TEN REP SIZE Step 1 Constant 1.000 -.525 -.293 -.484 -.465 -.211 .173 -.318 INST -.525 1.000 .250 -.034 .184 .015 -.045 .073 MNJ -.293 .250 1.000 .077 -.067 .021 .057 .233 KOMAUD -.484 -.034 .077 1.000 -.152 -.109 -.265 -.035 KOMIND -.465 .184 -.067 -.152 1.000 -.042 .028 -.076 TEN -.211 .015 .021 -.109 -.042 1.000 -.164 .112 REP .173 -.045 .057 -.265 .028 -.164 1.000 -.417 SIZE -.318 .073 .233 -.035 -.076 .112 -.417 1.000


(6)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

16 + + | | | | F | | R 12 + + E | | Q | | U | 1 | E 8 + 1 + N | 1 1 1 1 1 | C | 1 0 0 1 1 1 1 0 1 | Y | 0 101 01 0 110 1 1 0 1 1 1 | 4 + 0 0 1 000 00 1 0 0001 0101 0111 1 1 1 1 1 + | 10 0 0 1000 00 1 0 0000 0100 0001 0 1 1 1 1 1 1 | | 00 0 00 000010010 0 00001000000000 0 110 1 0 110 11 1 1 | | 1 00 00 00100000000000 0000000000000010100000 01 1000 1 00 1 11 1 | Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+--- Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is ,50 Symbols: 0 - 0

1 - 1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

1 30 99

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

2 17 146

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Kantor Akuntan Publik dan Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)

1 8 123

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PEUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

0 7 83

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN KAP DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

2 27 37

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

1 6 22

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS KAP, AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012.

2 14 27

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

0 0 50

PENGARUH INDEPENDENSI, CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode 2012-2014)

0 9 14

Skripsi Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 13