Peraturan Daerah Provinsi Peraturan Perundang-undangan Daerah
45 45
45 45
45
Pendidikan Kewarganegaraan 5 Pendidikan Kewarganegaraan 5
Pendidikan Kewarganegaraan 5 Pendidikan Kewarganegaraan 5
Pendidikan Kewarganegaraan 5 untuk SDMI Kelas V
Peraturan perundang-undangan pusat dan daerah memiliki hubungan dalam pembuatan dan pelaksanaannya. Dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan, ada dua prinsip yang berlaku. Kedua prinsip itu adalah sebagai berikut.
a.
Peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih rendah harus bersumber atau memiliki dasar hukum dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
b. Materi atau isi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dengan demikian peraturan perundang-undangan daerah perda
dalam pembuatannya memiliki hubungan dengan peraturan perundang-undangan pusat. Hal ini karena perda daerah
kedudukannya lebih rendah dari peraturan perundang-undangan pusat. Untuk itu semua perda yang akan dibuat harus berpedoman
dan atau merupakan kepanjangan dari peraturan perundang- undangan pusat. Isi perda pun merupakan pelaksanaan dari isi yang
diperintahkan dalam perundang-undangan pusat. Untuk itu setiap pelaksanaan perda merupakan tugas yang telah diberikan oleh
peraturan perundang-undangan pusat.
Apakah kamu sudah paham? Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut ini. Salah satu peraturan
perundang-undangan pusat yaitu UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Melalui undang-undang inilah setiap daerah
menetapkan perda untuk mengatur dan mengurus wilayah pemerintahan di daerahnya. Tanpa atau sebelum adanya UU yang
mengatur pemerintah daerah, tiap daerah tidak bisa dan tidak boleh mengeluarkan atau menetapkan perda untuk mengatur wilayah
pemerintahan di daerahnya.
Bisakah masyakat ikut dalam merumuskan peraturan perundang- undangan?
Seiring dengan perkembangan zaman, dalam pembuatan peraturan perundang-undangan rakyat pun sangat diharapkan turut
aktif memberikan masukan dalam proses penyusunan perundang- undangan, baik melalui lisan maupun secara tulisan kepada pihak-
pihak yang berwenang. Begitu juga pihak-pihak yang berwenang merumuskan perundang-undangan, seperti DPR atau DPRD sudah
seharusnya mendengarkan pendapat kelompok-kelompok masyarakat, seperti tokoh agama, para praktisi, pengusaha, dan lain-
lain. Hal ini dilakukan agar perundang-undangan yang dibuat berpihak pada kepentingan rakyat. Jika rakyat tidak dilibatkan dalam
merumuskan perundang-undangan maka perundang-undangan