I Tin j a u a n Pe la k sa n a a n

BAB I I Tin j a u a n Pe la k sa n a a n

D e se n t r a lisa si Fisk a l di I n d on e sia 2 .1 . Se j a r a h Pe r k e m ba n ga n Pe la k sa n a a n D e se n t r a lisa si di I n don e sia Pelaksanaan pem erint ahan di I ndonesia, dalam sej arahnya diw ar nai oleh sist em sent r alisasi. Hal ini pada dasar ny a m erupakan w arisan pem erint ah kolonial Belanda sej ak t ahun 1800- an. Meskipun pada t ahun 1903 Pem er int ah Belanda m engeluarkan UU Desent ralisasi Unt uk Hindia Tim ur, yang dit andai dengan pem ilihan um um pert am a di t anah Jaw a, nam un pada pelak sanaannya t et ap m engedepank an k onsep dek onsent r asi, dim ana k ek uasaan pem er int ah pusat m asih dom inan. Dar i sisi keuangan, UU ini pada dasar nya m em punyai t uj uan unt uk m engurangi beban pem biayaan pada t ingkat pem er int ahan k olonial dengan m engalihkannya kepada pem er int ahan daer ah, nam un dem ikian k ew enangan pengelolaan m asih di baw ah kont r ol pem er int ah kolonial Belanda. Pelaksanaan pem erint ahan di I ndonesia, dalam sej arahnya diw ar nai oleh sist em sent ralisasi. Pada m asa aw al kem er dekaan Republik I ndonesia 1945 – 1959 , sit uasi di I ndonesia m asih sangat k ent al dengan w ar na t ransisi paska kem erdekaan, yait u perj uangan bersenj at a unt uk m em pert ahankan kem er dekaan Republik I ndonesia dan per j uangan polit ik unt uk m em persat ukan w ilay ah I ndonesia. Pada m asa ini t elah dikeluark an Undang- undang yang m engat ur pem er int ahan daer ah yang sifat ny a desent r alist is UU 22 1948 dan UU 1 1957 , bahk an pada er a inilah m ulai diper kenalkan ist ilah ot onom i yang seluas- luasnya. Nam un dem ikian, pelak sanaan ot onom i t idak berhasil dilaksanak an dengan baik karena berbagai fakt or, ant ara lain, ket idak st abilan pem er int ah, kurangnya sum ber daya m anusia yang m endukung, dan t er ut am a kar ena pem er int ah pusat t idak m em punyai dana yang cukup unt uk m endukung pelak sanaan ot onom i. Dalam t ahun 1945- 1959, dik eluar kan UU pem er int ahan daer ah yang sifat nya desent ralist is. Pada t ahun 1959, set elah dikeluar kannya Dekr it Pr esiden unt uk k em bali kepada UUD 1945, Pr esiden Soekarno m em perk enalkan konsep dem okrasi t er pim pin. Sej ak saat ini, konsep desent r alisasi t elah ber balik ar ah m enj adi sent ralist is. Pelaksanaan pem erint ahan di daerah lebih bany ak m enggunakan pendekat an dekonsent r asi, dim ana Kepala daer ah m er upakan w akil pem er int ah pusat di daer ah. Garis kom ando yang t egas dan sent ralist is dalam pelaksanaan pem er int ahan ini k em udian dit uangkan dalam UU No 18 1965. Pada m asa dem okrasi t erpim pin, pelak sanaan pem erint ahan di daer ah lebih bany ak m enggunakan pendekat an dekonsent rasi. Dar i sisi keuangan, pada m asa 1945 – 1965 pelaksanaan desent ralisasi keuangan cukup t er t inggal dibandingk an dengan adm inist rasi pem erint ahannya. Undang- undang Hubungan keuangan ant ara pusat dan daer ah diat ur dengan yang m engat ur m engenai desent ralisasi keuangan bar u keluar pada t ahun 1956, yait u m elalui UU No 32 1956. Dengan UU ini, pola hubungan keuangan ant ara pusat dan daerah dilak sanak an m elalui penyerahan sum ber pendapat an negar a kepada daerah, pem ber ian bagian t er t ent u dar i pener im aan ber bagai paj ak negara kepada daer ah, dan pem ber ian subsidi kepada Daer ah. Dalam kenyat aannya, k onsep UU 32 1956 t er nyat a sangat sulit unt uk diim plem ent asikan sam pai dengan dicabut nya UU t er sebut pada t ahun 1999 ber lakunya UU 25 Tahun 1999 . UU 32 1956. Pada aw al pem erint ahan orde baru 1968 , sebenarny a t elah t er dapat kom it m en yang kuat dar i Maj elis Perm usyawar at an Rakyat Sem ent ara MPRS unt uk m elaksanakan k onsep ot onom i yang seluas- luasny a. Nam un dem ikian, Maj elis Per m usyaw ar at an Rakyat MPR hasil Pem ilu 1971 m enet apkan konsep ot onom i y ang berbeda, yait u “ ot onom i yang nyat a dan ber t anggung j awab” . At as dasar ket et apan MPR inilah, pem er int ah m engeluarkan UU No 5 Tahun 1974 t ent ang Pem erint ahan Daerah. Dalam UU ini diat ur bahw a pem erint ahan daerah dibagi ke dalam 2 dua t ingkat an, yait u Pr ovinsi Tingk at I , dan Kabupat en Kot a Tingkat I I , dengan fokus ot onom i pada Daer ah Tingkat I I . Argum ent asi y ang m endasar i fokus ot onom i pada daerah t ingkat I I adalah k arena t erdapat k ekhaw at iran akan t er j adinya disint egr asi, m engingat Pr ovinsi Daer ah Tingkat I m em punyai kekuat an polit is dan finansial yang cuk up kuat unt uk m elakukan pem isahan diri. Nam un dem ikian, ot onom i di Daer ah t ingkat I I ini t idak dapat diim plem ent asikan dengan baik karena t idak ada perat uran pelaksanaanny a, hingga dikeluar kannya PP 45 1992 m engenai im plem ent asi ot onom i daerah pada Daer ah t ingkat I I 18 t ahun set elah keluarnya UU . I m plem ent asi ot onom i daerah pada era ini bany ak m engalam i kegagalan kar ena kur angny a kom it m en dari elit polit ik unt uk m elaksanakan ot onom i it u sendiri. Dalam kenyat aannya konsep desent ralisasi y ang seharusnya diim plem ent asikan j ust r u ber ubah m enj adi konsep dek onsent r asi yang kent al dengan nuansa sent ralisasi. UU No 5 Tahun 1974 m engat ur pem bagian pem er int ahan dalam 2 dua t ingkat an, dengan fokus ot onom i pada Daer ah Tingkat I I . Pada m asa pem er int ahan Orde Bar u 1968- 1998 t idak pernah dik eluarkan UU baru yang m engat ur HKPD, sehingga per at ur an y ang ber laku t et ap UU No 32 1956. Nam un dem ik ian, UU 32 1956 ini j uga t idak per nah diim plem ent asikan pada m asa pem er int ahan or de baru sehingga pengat ur an keuangan daer ah pada m asa ini sebenarnya t idak pernah m em punyai landasan hukum yang kuat . Sej ak t ahun 1965, pola pem bagian paj ak negara kepada daerah digant ikan dengan suat u pola kebij akan yang m em ber ik an subsidi kepada daer ah y ang didasar kan kepada per hit ungan besar nya j um lah pengeluaran unt uk gaj i pegaw ai daerah ot onom at au y ang selanj ut nya disebut sebagai Subsidi Daer ah Ot onom , UU 32 1956 t idak per nah diim plem ent asikan, sehingga pengat uran keuangan daer ah t idak per nah m em punyai landasan hukum yang kuat . sedangkan unt uk bant uan k euangan yang sifat nya unt uk pem bangunan dikeluar kan I npres. Pada dasar nya ham pir sem ua t ransfer ke daer ah pada m asa Or de Baru bersifat ear m ar k khusus sehingga t idak ada keleluasaan bagi daer ah unt uk m engelola keuangan daerahnya. Diawali dengan ber akhir nya kekuasaan Or de Baru pada t ahun 1998, m ak a t unt ut an dem okr asi dan pem ber dayaan daerah m enj adi sangat k uat , ut am anya dar i daer ah- daer ah yang m er asa m em ilik i k ekayaan sum ber daya alam sepert i Riau, Aceh, Kalim ant an Tim ur , dan Papua. Oleh k arena it u, pada m asa pem er int ahan Pr esiden Habibie 1999 dikeluarkan 2 dua undang- undang yang m engat ur m engenai pelaksanaan Ot onom i Daer ah, yait u UU 22 1999 t ent ang Pem er int ahan Daer ah dan UU 25 1999 t ent ang Per im bangan Keuangan ant ar a Pem er int ah Pusat dan Daerah. Dengan kedua UU ini t erdapat 4 em pat hal yang berubah cukup fundam ent al, y ait u: 1 konsep desent ralisasi lebih m engem uka dibandingkan dengan konsep dekonsent r asi, 2 per t anggungj aw aban lebih bersifat hor izont al dar ipada ver t ikal, 3 pengat uran y ang lebih j elas m engenai alokasi dana dar i pusat ke daer ah, dan 4 kew enangan pengelolaan keuangan diber ikan secara ut uh kepada daer ah. Dengan didasar kan kepada kedua UU t er sebut , dim ulailah pelaksanaan desent r alisasi secara nyat a di I ndonesia, yang dim ulai pada Januar i 2001. Pada t ahun 1999 dikeluarkan dua UU yang m engat ur pelak sanaan Ot onom i Daer ah. Dalam UU No. 22 1999 secara gar is besar diat ur penyer ahan kewenangan dar i Pusat ke Daer ah sehingga kew enangan Daer ah m enj adi sangat besar. Sebagai konsekuensi logis dari penyer ahan kew enangan ini m aka kant or pem erint ah pusat yang ada di daerah Kanw il dan Kandep sebagian besar diserahkan kepada daer ah, t erm asuk pegaw ai dan aset nya. Meskipun dem ikian, m asih t er dapat beber apa hal yang belum cukup j elas dalam penyer ahan k ew enangan ini, t erut am a m engenai sist em penyer ahan k ew enangan kepada Kabupat en Kot a y ang bersifat r esidual berdasar kan PP No. 25 2001 . Dengan sist em r esidual ini, m aka yang diat ur dalam per at uran per undangan hanyalah kew enangan Pusat dan Pr ovinsi, sedangkan kew enangan Kabupat en Kot a adalah sem ua kew enangan yang belum diat ur dalam perat uran perundangan. UU No. 22 1999 m engat ur peny er ahan kewenangan dari Pusat ke Daerah. Di sisi lain, UU No. 25 1999 m engat ur penyer ahan sum ber keuangan kepada daer ah, t er ut am a m elalui m ekanism e t r ansfer yang cukup besar kepada daer ah yang j uga dibar engi dengan keleluasaan pengelolaannya. UU ini lebih m enit ikber at kan pada pola per im bangan yang ber dasar kan pem bagian kekayaan sum ber day a alam dan m asih sangat sedikit yang ber basis pada perpaj akan. Sem ent ara it u, kew enangan daer ah dalam m em ungut pendapat an daerah yang ber sum ber dar i paj ak dan r et r ibusi t elah diat ur dengan UU t er sendir i yait u UU No. 34 2000 y ang UU No. 25 1999 m engat ur peny erahan sum ber keuangan kepada daer ah. m er upakan r evisi dar i UU No. 18 1997. Salah sat u kendala dalam pelaksanaan desent r alisasi pada saat ini adalah t idak adany a ukur an secar a kuant it at if unt uk m engukur besar an beban kew enangan yang diser ahkan ber dasar kan UU No. 22 1999 dengan besar an finansial yang dit ransfer dan at au diserahkan kepada daer ah ber dasar kan UU No. 25 1999 . Hal inilah y ang m enim bulkan ket idakpuasan daerah kar ena daer ah m er asa dana yang diper oleh t idak cukup unt uk m enyelenggar akan pem er int ahan dan pem bangunan. Di sam ping it u, t er dapat beberapa kendala dalam pelaksanaan desent ralisasi k arena kurangnya kej elasan dan k et egasan pengat urannya dalam UU, sepert i pelaksanaan dekonsent r asi dan t ugas pem bant uan, pelaksanaan pinj am an daer ah dar i luar negeri, dan pelaksanaan pengelolaan k euangan daerah. Ter dapat kendala dalam pelaksanaan desent ralisasi. Selain per m asalahan t ersebut di at as, secara polit is pelaksanaan ot onom i daer ah pada saat ini m engalam i uj ian berat dengan adanya t unt ut an m er deka dar i 2 dua daer ah, yait u Aceh dan Papua. Pada dasar nya per m asalahan yang t im bul di Aceh dan Papua m er upakan akum ulasi perm asalahan dari kur un w akt u yang cuk up lam a. Masyar akat di kedua daer ah t er sebut m er asa diperlakukan kurang adil dan bany ak t erj adi pelanggar an hak asasi m anusia. Sebagai respon at as perm asalahan ini dan j uga unt uk m em pert ahankan int egr it as NKRI , Pem er int ah bersam a DPR m engeluar kan UU y ang m engat ur ot onom i khusus bagi Nanggr oe Aceh Dar ussalam dan Papua. Dengan kedua UU yang m engat ur ot onom i khusus ini UU No. 18 2001 m engenai Ot onom i Khusus di Aceh dan UU No. 21 2001 m engenai Ot onom i Khusus di Papua , m aka kepada kedua Daer ah t ersebut diber ikan beberapa kew enangan khusus dan sum ber pendanaan yang lebih bany ak dibandingkan dengan daer ah lainnya on t op dar i Dana Per im bangan yang t elah diat ur dalam UU No. 25 1999 . Ot onom i k husus bagi NAD dan Papua diat ur dengan UU No. 18 2001 dan UU No. 21 2001. 2 .2 . H a l- h a l Pe n t in g Ya n g Be r k a it a n D e n ga n Pe la k sa n a a n D e se n t r a lisa si 2 .2 .1 . Ke w e n a n ga n Pe m e r in t a h Pu sa t da n Pe m e r in t a h D a e r a h Undang- undang Nom or 22 Tahun 1999 m encerm inkan pergeser an polit ik pem erint ah yang besar dalam desent ralisasi pem er int ahan. Pada dasarnya Pem er int ah Pusat hanya m em egang 5 lim a bidang kew enangan, yait u keuangan dan m onet er, luar negeri, peradilan, pert ahanan dan keam anan, agam a dan kew enangan bidang lain. Kew enangan bidang lain sebagaim ana t erm aksud pada Pasal 7 ay at 1 Undang- undang No.22 1999, m eliput i k ebij ak an t ent ang : 1. per encanaan nasional dan pengendalian pem bangunan nasional secara m ak ro, Pem erint ah Pusat hany a m em egang lim a bidang kewenangan. 2. dana per im bangan keuangan, 3. sist em adm inist r asi negar a dan lem baga per ekonom ian negara, 4. pem binaan dan pem berdayaan sum ber daya m anusia, 5. pendayagunaan sum ber daya alam sert a t eknologi t inggi yang st r at egis, 6. konser vasi dan st andar isasi nasional. Sem ent ara it u, kew enangan Pr ovinsi sebagai daer ah ot onom i sebagaim ana disebut kan dalam Pasal 2 ayat 3 Per at ur an Pem er int ah No. 25 2000 t ent ang Kew enangan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom , m eliput i kew enangan : 1. Per t anian 2. Kelaut an 3. Pert am bangan dan Ener gi 4. Kehut anan dan Perkebunan 5. Per indust rian dan Per dagangan 6. Per koper asian 7. Penanam an Modal 8. Kepariw isat aan 9. Ket enagakerj aan 10. Kesehat an 11. Pendidikan Nasional 12. Sosial 13. Penat aan Ruang 14. Per t anahan 15. Pem ukim an 16. Peker j aan Um um 17. Per hubungan 18. Lingk ungan Hidup 19. Polit ik Dalam Neger i dan Adm inist r asi Publik 20. Pengem bangan Ot onom i Daer ah 21. Perim bangan Keuangan 22. Kependudukan 23. Olah Raga 24. Huk um dan Perundang- undangan 25. Penerangan. Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom . Adapun kewenangan Kabupat en Kot a pada dasar nya sam a dengan kewenangan y ang dim ilik i oleh Pem er int ah Pr ovinsi. Dalam hal ini, bagi Kabupat en Kot a diw aj ibkan m elaksanakan sedikit ny a 11 bidang kew enangan, yait u: 1. Peker j aan Um um 2. Kesehat an 3. Pendidikan dan Kebudayaan 4. Per t anian 5. Per hubungan 6. Per indust rian dan Per dagangan 7. Penanam an Modal 8. Lingk ungan Hidup 9. Per t anahan 10. Koper asi 11. Tenaga Kerj a. Kabupat en Kot a diwaj ibkan m elaksanakan sedikit ny a 11 bidang kewenangan . Dik arenak an sebagian besar daerah t idak ber pengalam an m enangani kew enangan baru dan t er bat asnya sum ber pener im aan daer ah, m ak a dapat m engakibat kan pem er int ah daer ah t idak bisa m em berikan pelayanan kepada m asyarak at sesuai st andar . Unt uk m em ecahkan m asalah t er sebut , Pem er int ah Pusat har us t ur ut ser t a m em bant u m enj alank an kew enangan yang sebenarnya sudah dilim pahkan ke daer ah yang ber im plikasi pada beban yang har us dit anggung APBN. 2 .2 .2 . Pe m e k a r a n D a e r a h Pelaksanaan ot onom i daer ah m em ber ikan kew enangan y ang luas kepada daerah, sehingga ber im plikasi t er hadap sem akin t erbukanya peluang bagi daerah- daer ah t ert ent u unt uk m em bent uk at au m em ekar kan w ilayahnya sebagai daer ah ot onom bar u. Pada pr insipny a, dengan adany a pem bent ukan pem ekaran suat u daer ah m enj adi daerah ot onom bar u dihar apk an t er j adi peningkat an efisiensi dan efekt ifit as penyelenggar aan pem er int ahan dan pem bangunan di daer ah yang ber sangkut an, ser t a peningk at an kesej aht er aan m asyar akat . Pelaksanaan ot onom i daer ah ber im plikasi pada pem bent ukan pem ekaran daerah. Dalam k urun w akt u kurang lebih sat u set engah t ahun sej ak t ahun 1999, sudah t er bent uk 60 kabupat en kot a dan 6 provinsi baru. Di luar it u, m asih banyak calon kabupat en kot a dan pr ovinsi bar u yang m enunggu unt uk dipr oses oleh Dewan Pert im bangan Ot onom i Daerah DPOD dan DPR. I m plikasi dari adanya pem bent ukan unit pem er int ahan baru adalah dana yang har us disediak an unt uk daer ah baru dalam m engem bangkan unit adm inist r asinya. Masih belum j elas siapa yang m enanggung biaya pem bent ukan pem erint ahan baru t er sebut . Melihat kondisi sekar ang ini t am pakny a bant uan dari pem erint ah pusat yang ber asal dar i APBN m asih diharapkan. Dengan m asih sukarnya m engendalikan keinginan daer ah dalam m asa euphor ia ini, m ak a daer ah- daer ah har us siap m enerim a bagian “ kue” yang lebih kecil sebagai konsekuensi sem akin banyaknya daerah y ang har us m ener im a, padahal kebut uhan m asyar akat nya dim ungkink an t idak m enurun secar a propor sional. I m plikasi dari pem bent ukan unit pem erint ahan baru adalah dana yang har us disediak an unt uk daerah baru dalam m engem bangkan unit adm inist rasiny a. Mesk ipun pada dasar ny a pem bent ukan pem ekar an daerah m em punyai m aksud y ang baik, yait u unt uk m eningkat kan kualit as pelay anan kepada m asyar akat , nam un banyaknya pem bent ukan pem ekar an daerah baru belakangan ini dapat m em bebani APBN, diant aranya y ait u : a. Perlunya m em buk a kant or- kant or vert ikal unt uk urusan- urusan yang berkait an dengan w ew enang pem er int ah pusat , yait u per t ahanan, k eam anan, agam a, kehakim an, dan keuangan. Penyediaan sarana dan prasarana dalam rangka pem bukaan k ant or vert ik al t ersebut m em but uhkan dana APBN yang t idak sedikit , m isalnya penyediaan sar ana dan pr asarana penunj ang dalam bent uk gedung, peralat an m ebeuler , kom put er , kendaraan, dan ATK. Selain sarana dan pr asar ana t er sebut , pem bukaan kant or - kant or ver t ikal t ersebut m engakibat kan pula kebut uhan per sonil pem er int ah pusat di daer ah ot onom bar u, y ang ber akibat pada beban belanj a pegaw ai pusat . b. Pem ekar an daer ah j uga m em ber ikan beban kepada daer ah lain secara nasional, m eskipun beban t ersebut t idaklah t er lalu besar kar ena t ersebar secar a pr oporsional k epada selur uh daer ah di I ndonesia. Beban yang dim aksudkan adalah m elalui pengurangan secar a r iil por si DAU ut am anya DAU pada t ahun kedua set elah pem ekaran daer ah , karena bert am bahnya j um lah daerah fakt or pem bagi . Penur unan t er sebut pada gilir annya dapat m em bebani APBN, kar ena dibut uhk an dana t am bahan, sepert i yang t er j adi pada t ahun anggaran 2002 dengan dikeluarkannya dana penyeim bang. Saat ini m ekanism e pem bent uk an pem ekaran daerah diat ur m elalui UU No. 22 1999 t ent ang Pem erint ahan Daer ah y ang im plem ent asinya m elalui PP No. 129 2000 t ent ang Persyarat an Pem bent ukan dan Krit eria Pem ekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daer ah. Mengingat kelem ahan- kelem ahan yang t erdapat dalam PP No. 129 2000, Depdagri dan anggot a DPOD t elah m er ekom endasikan unt uk m erevisi PP t er sebut . Kelem ahan- kelem ahan dim aksud ant ara lain kurang ket at nya krit er ia- kr it er ia penilaian yang t erbagi dalam beberapa indikat or dan sub indik at or . Selain it u, aspek- aspek pelaksanaan pem er int ahan, pem binaan sum ber daya m anusia, eksploit asi sum ber daya alam , dan sum ber- sum ber pener im aan bagi pem biayaan pem bangunan daer ah t idak diper t im bangk an dalam sub- sub indikat or , sehingga m em icu keinginan m asyar akat unt uk m engusulkan pem bent ukan pem ekaran daer ah ot onom baru. Nam un dem ikian, pada um um nya daer ah cender ung m enggunakan m ekanism e Hak I nisiat if DPR RI dalam m engusulkan pem bent ukan pem ekaran daer ah ot onom baru, kar ena dianggap lebih cepat pr osesnya dan lebih berpeluang unt uk diset uj ui. Mekanism e pem bent ukan pem ekaran daerah diat ur m elalui UU No. 22 1999 dan PP No. 129 2000. Selanj ut nya, nam a- nam a daerah pem bent uk an pem ek aran dalam t ahun 2001 dapat dilihat pada La m pir a n 2 .1 ., sedangkan unt uk t ahun 2002 dapat dilihat pada La m pir a n 2 .2 . Sedangkan beberapa daerah yang m erupakan calon daer ah pem ekar an yang sudah m endapat kan r ekom endasi dari DPOD, ser t a calon daerah bar u yang akan diobser vasi dapat dilihat pada La m pir a n 2 .3 , dan La m pir a n 2 .4 . Dem ikian j uga pr ogr es pem bent ukan pem ekar an daerah baru sej ak sebelum t ahun 2000 sam pai dengan t ahun 2003 dapat diikut i pula pada La m pir a n 2 .5 . 2 .2 .3 . Pa j a k D a e r a h Salah sat u wuj ud dar i pelak sanaan desent r alisasi fiskal adalah pem berian sum ber - sum ber pener im aan bagi daerah yang dapat dipungut dan digunak an sendir i sesuai dengan pot ensinya m asing- m asing. Kew enangan daer ah unt uk m em ungut paj ak dan ret ribusi diat ur dengan UU No. 34 2000 y ang m erupakan penyem pur naan dar i UU No. 18 1997 dan dit indaklanj ut i per at ur an pelaksanaannya dengan PP No. 65 2001 t ent ang Paj ak Daerah, dan PP No. 66 2001 t ent ang Ret r ibusi Daer ah. Kewenangan daerah unt uk m em ungut paj ak dan ret ribusi diat ur dengan UU 34 2000,sert a PP 65 2001 dan PP 66 2001. Ber dasar kan UU dan PP t er sebut di at as, daer ah diber ik an kew enangan unt uk m em ungut 11 j enis paj ak dan 28 j enis r et r ibusi. Penet apan j enis paj ak dan r et r ibusi t er sebut didasar kan per t im bangan bahw a j enis paj ak dan r et r ibusi t er sebut secar a um um dipungut di ham pir sem ua daerah dan m er upakan j enis pungut an y ang secar a t eor it is dan prak t ek m er upakan j enis pungut an yang baik. Selain j enis paj ak dan r et r ibusi t er sebut , daer ah j uga diberikan kew enangan unt uk m em ungut j enis paj ak kecuali unt uk Provinsi dan ret ribusi lainnya sesuai kr it er ia- kr it er ia t er t ent u y ang dit et apkan dalam undang- undang. Walaupun k ew enangan m em ungut paj ak t elah diber ikan k epada daerah, nam un m elihat basis paj ak- paj ak yang besar t elah dik uasai oleh Pusat yang t ent unya dilakukan ber dasar kan per t im bangan- per t im bangan t er t ent u , pem ber ian k ewenangan t ersebut t idak ak an berdam pak besar t er hadap peningkat an PAD. Selam a ini, sum bangan PAD dalam pem biayaan kebut uhan daer ah di sebagian besar daer ah kabupat en kot a k ur ang dar i 10 persen dan sangat berv ariasi ant ar daerah dari 10 per sen hingga 50 per sen. Pem ber ian kewenangan pem ungut an paj ak belum ber dam pak besar t erhadap peningkat an PAD. Pem ber ian k ew enangan kepada daerah unt uk m engenakan pungut an bar u selain yang dit et apkan UU No. 34 2000 j o PP No. 65 2001 t ent ang Paj ak Daerah dan PP No. 66 2001 t ent ang Ret ribusi Daer ah, t elah bany ak m enim bulkan perm asalahan dalam pelaksanaannya. Dengan kew enangan t ersebut , banyak daer ah m enghidupkan kem bali pungut an- pungut an yang dulunya t elah dihapus dilar ang ber dasar kan UU No. 18 1997. Tindak an t er sebut sebenarnya t idak per lu t er j adi apabila daerah m em at uhi ket ent uan yang berlak u, dim ana t elah dit et apkan secar a t egas kr it eria dari paj ak dan r et r ibusi yang dapat dipungut oleh daer ah. Banyak perm asalahan y ang t im bul dalam pelak sanaan UU 34 2000. Pungut an r esm i yang berlebihan dan pungut an t idak resm i adalah dua hal y ang sekarang dit akut i invest or pada er a ot onom i daerah ini. Kondisi ini m endor ong pengusaha unt uk m enahan invest asinya baik berupa usaha bar u m aupun ekspansi. Lam bat nya perkem bangan akt ivit as per usahaan- per usahaan sw ast a di m asa depan akan berakibat pada t ar get pener im aan PPh badan dan Paj ak Per t am bahan Nilai PPN . 2 .2 .4 . Tr a n sfe r Pe m e r in t a h Pu sa t k e D a e r a h 2 .2 .4 .1 . Se be lu m Ta h u n 2 0 0 1 Sebelum ot onom i daer ah dan desent ralisasi fiskal dilaksanakan, secara um um t erdapat t iga j enis t r ansfer di I ndonesia, yait u : Ter dapat t iga j enis t r ansfer di I ndonesia, yait u SDO, Bant uan I npr es, dan DI P. 1. Subsidi Daer ah Ot onom SDO SDO bert uj uan unt uk m endukung anggar an r ut in pem erint ah daerah guna m em bant u m encipt akan per im bangan keuangan ant ar t ingkat pem er int ahan. Sebagian besar dana SDO digunakan unt uk m em biayai gaj i pegaw ai pem er int ah di daer ah sekit ar 95 persen dar i t ot al SDO . Sebagian kecil lainnya digunakan unt uk keper luan selain pegawai, yait u subsidi bagi pengeluaran rut in di bidang pendidikan dasar SBPP- SDN , ganj ar an bagi pegaw ai pedesaan TPAPD , subsidi unt uk penyelenggaraan r um ah sakit di daerah SBBO- RSUD , dan subsidi unt uk pem biayaan pelat ihan pegaw ai pem er int ah. SDO ber t uj uan unt uk m endukung anggar an rut in pem erint ah daer ah. Dua per t iga dari t ot al SDO diber ikan kepada pem er int ahan t ingkat pr ovinsi Dat i I , seper t iga sisanya m enj adi m ilik pem er int ahan t ingkat kabupat en kot a Dat i I I . Hal ini disebabkan k arena sebagian besar gaj i pegaw ai pem er int ah di daerah dibayar m elalui anggar an t ingkat pr ovinsi, t erm asuk selur uh gaj i gur u sekolah dasar . Jum lah t ot al SDO unt uk belanj a pegawai sering disebut dengan ist ilah Subsidi Per im bangan Keuangan dit ent ukan set iap t ahun berdasarkan nilai upah dan gaj i akt ual pegaw ai pem erint ah dar i seluruh t ingkat an dan eselon. Skala gaj i yang dibayar m elalui SDO dit et apkan oleh Pem er int ah Pusat ber dasar kan st r uk t ur gaj i t er padu. St r ukt ur gaj i t er sebut ber sifat ser agam dan t idak m em per hit ungkan per bedaan kem am puan finansial daer ah dalam m em biayai pegawainya. SDO dapat dikat egor ikan sebagai t r ansfer pusat yang ber sifat k husus specific grant , kar ena daer ah t idak m em iliki kew enangan dalam m enet apkan penggunaan SDO, dan kegunaan dari t r ansfer ini sudah dit et apkan Pem er int ah, yait u m em biayai belanj a pegaw ai di daer ah. Sifat SDO sebagai alokasi yang ber sifat khusus m akin nyat a lagi, m engingat bahwa st r ukt ur gaj i dan alokasi j um lah pegaw ai yang dit em pat k an di daerah dit ent ukan sepenuhny a oleh pusat . Dalam rangka m em per j elas anggaran yang dik elola pusat dan daer ah, dilakukan r eklasifikasi dar i penggunaan isit ilah. Sej ak t ahun anggar an 1999 2000 digunak an ist ilah Dana Rut in Daer ah DRD sebagai nam a penggant i dari SDO. Seluruh kom ponen dan m ekanism e yang ada dalam SDO sam a dengan y ang ada dalam DRD, yait u Belanj a Pegaw ai Daerah dan Belanj a Non Pegaw ai Daerah sepert i ganj aran, bant uan oper asional Sekolah Dasar Negeri, dan bant uan RSUD . Oleh kar ena pos SDO dalam APBN ada dalam Pengeluaran Rut in, m aka guna m em per t egas pem ilahan belanj a yang dikeluar kan unt uk Daer ah dan belanj a unt uk Pusat , nam a SDO digant i m enj adi DRD. 2. Bant uan I npr es Bant uan I npres bert uj uan unt uk m em ber ikan bant uan pem bangunan daer ah, baik yang bersifat um um m aupun khusus yang diberikan at as I nst ruksi Presiden. Dasar pem ber ian bant uan t er sebut adalah adanya penyer ahan sebagian ur usan kepada daerah dan t er bat asnya kem am puan keuangan pem er int ah daerah unt uk m em biay ai urusan- urusan t ersebut . Selain it u, t uj uan dar i Bant uan I npres adalah unt uk m encapai pem er at aan, t er ut am a dalam hal kesem pat an ker j a, ber usaha, part isipasi dalam pem bangunan, dan dist r ibusi hasil- hasil pem bangunan. Bant uan I npres ber t uj uan unt uk m em ber ikan bant uan pem bangunan daer ah. Pr ogr am Bant uan I npr es diber ikan set iap t ahun kepada daer ah, baik daerah t ingkat I , daer ah t ingkat I I , m aupun desa yang j um lahnya didasarkan at as krit er ia t ert ent u. Jum lah bant uan ini cenderung m eningkat dari t ahun ke t ahun sej alan dengan m eningkat nya kebut uhan pelayanan m asyar akat . Program Bant uan I npres Dat i I m erupakan bant uan pusat t erbesar y ang diberikan sej ak t ahun anggaran 1974 1975 k epada pem er int ah daer ah t ingkat I , nam un t et ap dalam bat as- bat as ar ahan yang diber ikan oleh pem er int ah pusat . Sist em alokasi pem berian Pr ogram Bant uan I npres Dat i I didasar kan pada j um lah penduduk, nam un bagi daer ah t ingkat I yang penduduknya m elebihi j um lah t ert ent u diberikan bant uan m inim um , sedangkan y ang penduduknya m elebihi j um lah t er t ent u diber ik an bant uan m ak sim um . Pem ber ian bant uan yang didasar kan at as j um lah penduduk ini t idak berubah sam pai dengan t ahun anggaran 1987 1988. Krit er ia alokasi pem ber ian dana bant uan ini t erus disem purnakan dan sej ak t ahun anggaran 1988 1989 dasar pem berian bant uan diubah sehingga set iap daer ah t ingkat I diberik an bant uan dalam j um lah y ang sam a. Kem udian dalam t ahun anggaran 1990 1991, krit er ia pem ber ian bant uan kem bali disem purnakan, yait u disam ping diber ikan bant uan dasar y ang j um lahnya sam a unt uk set iap daer ah t ingkat I , j uga diberik an bant uan t am bahan secar a pr oporsional y ang dihit ung berdasarkan luas w ilayah dar at an set iap daer ah t ingk at I . Unt uk m enunj ang perluasan ot onom i daerah, sert a m eningkat kan t anggung j aw ab daer ah t ingkat I dalam penanganan beberapa j enis kegiat an pem bangunan t ert ent u yang dilaksanakan di daerah, m aka dalam t ahun pert am a Repelit a VI at au t ahun anggaran 1994 1995 sist em alok asi pr ogr am I npr es Dat i I t elah disem purnakan lagi, ant ara lain dengan m engint egr asikan pr ogram bant uan reboisasi dan program bant uan peningkat an j alan pr ovinsi ke dalam pr ogr am I npres Dat i I . Dalam pada it u, unt uk lebih m eningkat kan t anggung j aw ab pem erint ah daerah t ingkat I dalam pengoperasian dan pem eliharaan j aringan irigasi yang t elah dibangun dan m enj adi t anggung j aw ab daer ah, sej ak t ahun anggaran 1995 1996 kepada daer ah t ingkat I diberikan bant uan operasi dan pem elihar aan j ar ingan ir igasi. Selain it u, dalam rangka m eningkat kan kem am puan perencanaan Bappeda t ingkat I dan m em perkuat fungsi pengaw asan inspekt orat w ilayah pr ovinsi I t w ilprop , dalam t ahun anggaran y ang sam a diber ikan bant uan bar u yait u bant uan peningkat an kelem bagaan perencanaan dan pengaw asan daer ah t ingk at I , sebagai pelengkap t erhadap bant uan yang selam a ini t elah diberikan. Pada Tahun Anggar an 1999 2000, anggaran pem bangunan diper t egas dengan pengelom pokan ant ar a anggar an yang dikelola oleh pusat dan anggaran yang dikelola daer ah. Anggar an yang dik elola oleh daer ah inilah yang kem udian dikenal dengan Dana Pem bangunan Daerah DPD sebagai nam a penggant i I npr es. Kom ponen dalam DPD m erupakan int egr asi dar i beber apa kom ponen I npr es yang sebelum nya t er dir i dar i 4 bagian yait u Dana Pem bangunan Desa, Dana Pem bangunan Kabupat en Kot a, Dana Pem bangunan Provinsi dan Dana JPS. 3. Daft ar I sian Pr oyek DI P Subsidi dan bant uan dapat dikat egor ikan sebagai bant uan ant ar t ingkat pem erint ahan int er - gover nm ent al grant s k arena m enj adi bagian dar i anggaran pem erint ah daer ah. Sem ent ar a DI P diklasifikasikan sebagai in- kind allocat ion, karena w alaupun dananya m engalir ke daerah, nam un t idak t er m asuk ke dalam anggaran pem er int ah daer ah. DI P diklasifikasikan sebagai in- kind allocat ion. 2 .2 .4 .2 . Se su da h Ta h u n 2 0 0 1 Sej ak t ahun 2001 t r ansfer dana dari APBN ke daerah dialokasikan dalam bent uk Dana Perim bangan, y ang dit uj ukan unt uk m em berikan kepast ian sum ber pendanaan bagi APBD dan unt uk m engur angi m em perkecil perbedaan kapasit as fiskal ant ar daer ah. Dana Perim bangan t er dir i dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Um um , dan Dana Alokasi Khusus. Selanj ut nya, sej ak t ahun 2002 j uga diberikan t ransfer dalam bent uk Dana Ot onom i Khusus dan Dana Penyeim bang. Sej ak t ahun 2001 Transfer k e daerah ber bent uk Dana Per im bangan, dan Dana Ot onom i Khusus dan Dana Penyeim bang. 2 .2 .5 . Pin j a m a n D a e r a h Unt uk m em biayai kebut uhan daer ah berkait an dengan penyediaan pr asar ana yang ber sifat cost recov ery, daerah j uga dapat m elakukan pinj am an baik dari dalam neger i m aupun dar i luar negeri m elalui Pem er int ah. Dar i sisi penggunaannya, pinj am an daerah dibagi m enj adi pinj am an j angka panj ang dan j angka pendek. Pinj am an j angka panj ang lebih dari 1 t ahun anggar an digunak an unt uk m em biayai pem bangunan pr asar ana y ang m er upakan aset daerah, y ang dapat m enghasilkan penerim aan unt uk pem bayaran pinj am an y ang ber sangkut an, ser t a m em ber ik an m anfaat bagi pelay anan um um . Sem ent ara it u, pinj am an j angka pendek kurang dari 1 t ahun anggar an hanya dapat dilakukan dalam r angka pengelolaan kas daer ah. Pinj am an daer ah dibagi m enj adi pinj am an j angka panj ang dan j angka pendek. UU No. 22 1999 dan UU No. 25 1999, m er upakan perangkat perat uran perundang- undangan yang m engat ur m engenai pem bagian kew enangan Pem erint ah Pusat dan Daer ah dalam m engelola pem erint ahan ser t a keuangan daer ah nam un t idak secara eksplisit m enj elaskan m engenai pinj am an daer ah yang ber sum ber langsung dar i luar negeri m elalui m ekanism e penerusan pinj am an on- lending . Ket ent uan dalam Pasal 13 ayat 5 PP No. 107 2000 t ent ang Pinj am an Daerah t elah m em ber i peluang bagi daer ah unt uk dapat m elakukan pinj am an langsung y ang bersum ber dar i luar neger i set elah m endapat per set uj uan Pem er int ah Pusat . Nam un dem ikian, per lu diper hat ikan kem am puan daerah dalam m engelola dan m engem balikan pinj am an ser t a kondisi per ekonom ian nasional y ang sedang m engalam i t ek anan ber at bagi keber lanj ut an pem bayar an. Meskipun t idak t ercant um dalam UU m aupun PP, t et ap ada kem ungkinan Pem er int ah Pusat har us ikut bert anggung j aw ab at as ket idak m am puan daer ah dalam m engem balikan pinj am an daerahnya. Dalam kondisi darur at seper t i ini, m aka langkah yang diam bil pem er int ah pusat adalah m enalangi ut ang t er sebut yang bisa diam bil langsung dari pos pengeluaran rut in at au dengan m ener bit kan obligasi seper t i dalam kasus r ekapit alisasi perbankan. Apapun car anya, hal ini akan m em ber at k an sisi pengeluaran APBN dan m em per besar defisit . Per t anyaannya sekar ang adalah ber apa lam a pem erint ah pusat dapat m elarang pem erint ah daer ah m elak ukan pinj am an. Desakan yang sem akin kuat dari pem erint ah daer ah, dan adanya landasan hukum yang kuat UU dan PP m em buat pem er int ah pusat akan ber ada dalam posisi sulit dalam j angka m enengah dan j angk a panj ang, apalagi kalau m em ang keadaan keuangan negar a belum m em baik. PP No. 107 2000 t ent ang Pinj am an Daer ah t elah m em ber i peluang bagi daer ah unt uk dapat m elakukan pinj am an langsung yang ber sum ber dar i luar negeri set elah m endapat per set uj uan Pem erint ah Pusat . Pelaksanaan pinj am an daerah sebelum dan sesudah diber lakukannya UU No. 22 1999 dan UU No. 25 1999 dapat dilihat pada Tabel 2.1. ber ikut ini. Ta be l 2 .1 . PI N JAM AN D AERAH , SEBELUM D AN SESUD AH TAH UN 2 0 0 1 Se be lu m t a h u n 2 0 0 1 Se su da h t a h u n 2 0 0 1 D a sa r H u k u m • UU No.5 1974 UU No.25 199 PP No.107 2000 KepMenKeu No.35 KMK.07 2003 D e pa r t e m e n Le m ba ga t e r k a it Ke bij a k a n Pin j a m a n Pe n e t a pa n da n Pe r se t u j u a n • Depar t em en Dalam Negeri: m enet apkan bat as m aksim um pinj am an dan m em ber ikan per set uj uan pinj am an • Depar t em en Keuangan: pengaw asan Rekening Pem bangunan Daerah RPD dan m em ber ik an per set uj uannya Pe n e t a p a n da n Pe r se t u j u a n • Depart em en Keuangan • DPRD Sy a r a t Pe n ga j u a n Pin j a m a n • 1982: Debt Serv ice Cov erage Rat io DSCR 15 • Ber dasark an KepMenDagr i No.96 1994: o Minim um DSCR = 1 Rat a- rat a DSCR 1.5 Sy a r a t Pe n ga j u a n Pin j a m a n • Jum lah k um ulat if pokok pinj am an daer ah y ang waj ib dibayar t idak m elebihi 75 dar i j um lah pener im aan APBD t ahun sebelum nya, set elah dikurangi DAK, Dana Dar urat , dana pinj am an lam a dan pener im aan lainnya yg penggunaannya dibat asi unt uk m em biayai pengeluaran t er t ent u • DSCR 2.5, selam a j angka w ak t u pinj am an proy ek • Mem enuhi k rit er ia usulan proy ek daer ah • Jum lah m ak sim um Pinj am an Jangka Pendek adalah 1 6 sat u per enam dar i j um lah belanj a APBD t ahun anggaran yang ber j alan. Su m be r Pin j a m a n • Pinj am an Luar Neger i • Rekening Dana I nvest asi RDI • Peny er t aan Modal Pem erint ah PMP • I npr es unt uk pem bangunan pasar • I uran Pem bangunan Daerah I peda • Perbankan dan sw ast a • Rekening Pem bangunan Daerah RPD • Sum ber Dalam Negeri: a. Pem er int ah Pusat ; b. Lem baga Keuangan Bank; c. Lem baga Keuangan Buk an Bank; d. Masy arakat ; e. Sum ber Lainny a. • Sum ber Luar Neger i: - Bilat eral - Mult ilat eral 2 .2 .6 . Pe lim pa h a n Pe ga w a i da n Ase t Sebelum t ahun 2001, pola pem erint ahan dan pem biayaan daer ah adalah sebagai ber ik ut : Sebelum t ahun 2001, pola pem er int ahan daer ah dit at a ber dasarkan kelem bagaan ganda. Sem ent ara pola pem biayaan ber t um pu pada PAD dan subsidi bant uan pusat . 1. Pem erint ahan di daer ah dit at a berdasarkan kelem bagaan ganda dual inst it ut ions , yait u: a Depart em en lem baga m em bagi selur uh w ilay ah I ndonesia dalam wilayah- w ilayah j abat an dan m em bent uk aparat ver t ikal, y ait u Kant or Wilay ah Kanw il di Provinsi dan Kant or Depert em en Kandep di kabupat en kot a sebagai apar at bawahanny a unt uk m elak sanak an t ugas dekonsent r asi; b Pem er int ah Daer ah m em bent uk aparat daerah ot onom , yait u dinas- dinas daerah ot onom . 2. Pem biayaan daerah selain ber t um pu pada Pendapat an Asli Daerah PAD , j uga ber t um pu pada subsidi bant uan pusat , yang penggunaannya sebagaian besar diar ahk an dit et apk an oleh pusat specific gr ant dan hanya sebagian kecil dit et apkan sendir i oleh pem erint ah daer ah sesuai kebij ak an m asing- m asing block gr ant . Set elah t ahun 2001, pola pem er int ahan dan pem biayaan daerah adalah sebagai berik ut : 1. Pem erint ahan di daerah dit at a k em bali ber dasarkan kelem bagaan t unggal single- inst it ut ions , yait u: a Aparat vert ikal, baik Kanw il m aupun Kandep, dihapuskan kecuali unt uk depar t em en lem baga yang m elaksanakan 5 lim a t ugas m ur ni pusat , yait u: - Urusan- ur usan luar negeri; - Per t ahanan Keam anan; - Monet er ; - Per adilan, dan - Agam a. b Pelaksanaan t ugas dekonsent rasi pada depar t em en lem baga di luar 5 lim a t ugas m urni pusat t er sebut di at as, dilim pahkan kepada Guber nur selaku wak il pem erint ah pusat di daer ah. Karena Guber nur selaku w akil pem er int ah di daerah t idak m em ilik i aparat dekonsent rasi, m ak a t ugas dekonsent r asi dilaksanakan oleh dinas- dinas daer ah ot onom . c Pem er int ah Daer ah m em bent uk aparat daerah ot onom , yait u dinas- dinas daer ah. 2. Pem biayaan daer ah y ang bert um pu pada PAD dan dana per im bangan dar i pusat , nam un penggunaan sebagian besar dana perim bangan ini m er upakan “ block grant ” , yait u Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Um um DAU ; dan sebagian kecil saj a yangm asih m er upakan “ specific gr ant ” , yait u Dana Alok asi Khusus DAK . Set elah t ahun 2001, pola pem er int ahan daer ah dit at a ber dasarkan kelem bagaan t unggal. Sem ent ara pola pem biayaan ber t um pu pada PAD dan dana per im bangan dar i pusat . Selanj ut nya, dengan adanya perubahan pola pem erint ahan dan pem biayaan daer ah t er sebut , m aka t er j adi per ubahan pula dalam pem biayaan belanj a pegaw ai daerah sebagai berikut : 1. Sem ula belanj a PNS daerah ot onom m erupakan beban APBN y ang disediakan dalam Subsidi Daer ah Ot onom SDO sebagai “ specific gr ant ” dengan k et ent uan: a Set iap t ahun belanj a pegaw ai dihit ung oleh pusat ber dasar kan dat a j um lah PNS daer ah ot onom pada set iap pr ovinsi kabupat en kot a; b Tam bahan PNS daer ah ot onom set iap t ahun dit et apkan sesuai for m asi yang dit et apkan oleh Ment er i Pendayagunaan Apar at ur Negar a Menpan ; c Pengangkat an, pem indahan, pem ber hent ian, dan kenaikan pangkat PNS daer ah ot onom dilak ukan oleh Pem erint ah Daerah m elalui Badan Kepegaw aian Negar a BKN ; d Pem bayar an gaj i PNS daer ah ot onom dilak ukan oleh KPKN kepada Bendaharaw an Gaj i PNS daerah ot onom . Sej ak 1 Apr il 2001, alokasi SDO t idak disediakan lagi, sehingga belanj a pegaw ai daer ah ot onom sepenuhnya m er upakan beban APBD yang dapat dibiay ai dengan dana per im bangan yang ber sifat “ block gr ant ” dan at au PAD. 2. Oleh k arena Kanwil dan Kandep dibubar kan, m aka t erj adi pelim pahan Pegaw ai, Per alat an, Pem biayaan, dan Dokum en Ar sip P3D Kanwil dan Kandep t er sebut dar i pusat kepada Daerah. Dengan pelim pahan pegaw ai Kanw il Kandep t ersebut , m aka posisi j um lah PNS y ang ber j um lah ± 4 j ut a or ang t er sebut dapat dilihat pada Ta be l 2 .2 ber ik ut ini. Ter j adi per ubahan dalam pem biayaan belanj a pegaw ai daer ah. Ta be l 2 .2 Ju m la h Pe ga w a i N e ge r i Sipil PN S Se be lu m da n Se su da h Pe lim pa h a n Se be lu m Pe lim pa h a n Se t e la h Pe lim pa h a n • 2,1 j ut a or ang PNS Pusat • 1,2 j ut a or ang PNS Pusat diperbant uk an kepada daerah t erut am a gur u • 0,7 j ut a or ang PNS Daerah Ot onom • 1,3 j ut a orang PNS Pusat • 2,7 j ut a orang PNS Daerah Ot onom yang berasal dar i 0,8 Jut a orang PNS Pusat , 1,2 Jut a PNS Pusat diper bant ukan kepada daerah, dan 0,7 j ut a PNS Daer ah Ot onom Pelim pahan kew enangan pem erint ahan dar i pem erint ah pusat ke pem er int ah daer ah, t er ut am a kabupat en kot a, m em punyai im plikasi adanya pengalihan pegawai pusat ke daer ah. Dar i sek it ar 4 j ut a PNS, t erj adi pelim pahan ± 2 j ut a orang PNS Pusat t er m asuk PNS Pusat diperbant uk an k epada Daer ah m enj adi PNS Daer ah Ot onom yang sepenuhnya m enj adi beban APBD. 3. Sej ak 1 Apr il 2001, belanj a PNS daerah ot onom m er upakan beban APBD yang dapat dibiay ai dengan dana perim bangan y ang ber sifat “ block gr ant ” Dana Bagi Hasil dan Dana Alok asi Um um dan at au PAD, dengan ket ent uan: a Set iap t ahun belanj a pegaw ai dihit ung oleh daerah ber dasar kan dat a j um lah PNS daer ah ot onom pada set iap pr ovinsi kabupat en kot a; b Tam bahan PNS Daerah Ot onom set iap t ahun dilakukan sesuai form asi, yang dit et apkan unt uk set iap t ahun anggaran oleh Kepala Daer ah m asing- m asing Pasal 3 ayat 2 PP No. 97 2000 t ent ang Form asi Pegaw ai Neger i Sipil ; c Pengangkat an, pem indahan, pem ber hent ian, dan kenaikan pangkat PNS daer ah ot onom dilak sanakan oleh Kepala Daer ah m asing- m asing selaku Pej abat Pem bina Kepegaw aian Daer ah Pasal 25 ay at 2 UU No. 43 1999 t ent ang Per ubahan at as UU No. 8 1974 t ent ang Pokok- pok ok Kepegaw aian j o. Pasal 3, Pasal 7, Pasal 21 dan Pasal 22 Per at uran Pem er int ah No. 96 2000 t ent ang Wew enang Pengangkat an, Pem indahan, dan Pem berhent ian Pegaw ai Neger i Sipil ; d Unt uk m elaksanakan m anaj em en PNS Daer ah Ot onom , Guber nur Bupat i Walikot a m em bent uk Badan Kepegaw aian Daer ah BKD sebagai per angkat daer ah Pasal 34A UU No. 43 1999 j o. Keppr es No. 159 2000 t ent ang Pedom an Pem bent ukan Badan Kepegaw aian Negar a; e Pem bayar an gaj i PNS daer ah ot onom dilakukan oleh Biro Bagian Keuangan m asing- m asing Pr ovinsi Kabupat en Kot a. Dengan dem ikian k ew enangan pelaksanaan m anaj em en kepegaw aian daer ah yang sem ula dilakukan oleh Pusat m elalui Badan Kepegaw aian Negar a BKN kem udian dialihkan kepada Kepala Daer ah c.q. Badan Kepegaw aian Daer ah BKD . Pengalihan P3D khususnya pegaw ai ek s kanw il kandep dar i depart em en lem baga kepada Pr ovinsi Kabupat en Kot a dilaksanakan sebagai berikut : 1. Selur uh pegaw ai eks kanw il kandep dialihkan kepada provinsi kabupat en kot a dim ana pegaw ai yang ber sangkut an saat it u ber ada. Sebagai konsekuensi dar i peny er ahan kewenangan, dilakukan pengalihan P3D k e daerah. 2. Realokasi pegaw ai ant ar pr ovinsi kabupat en kot a sesuai dengan kebut uhan for m asi m asing- m asing daer ah belum dapat dilakukan, kar ena pengalihan P3D har us seger a dilaksanakan. Hal ini dapat saj a m enyebabkan alok asi pegaw ai t er sebut t idak sesuai dengan kebut uhan m asing- m asing daerah. Ket im pangan alokasi pegaw ai ini diper par ah dengan kenyat aan: a Perm ohonan pegaw ai unt uk dipindahkan ke pr ovinsi favor it sebelum pengalihan pegaw ai dilakukan, um um nya diset uj ui oleh depar t em en lem baga yang bersangkut an. Hal ini pernah dikeluhkan ant ara lain oleh Provinsi Daer ah I st im ew a Yogyakar t a yang r elat if banyak m ener im a pegaw ai pindahan t er sebut ; b Sem ent ara prov insi yang baru dibent uk, y ang um um ny a m asih m engalam i kekurangan pegawai, lebih suka m erekr ut pegaw ai bar u sendir i dar ipada m ener im a lim pahan pegaw ai t er sebut . Hal sebagaim ana digam bar kan pada but ir a di at as, t er ny at a m enim bulkan beban belanj a pegaw ai y ang m em berat kan beberapa Provinsi Kabupat en Kot a, khususnya Provinsi Kabupat en Kot a yang m enerim a dana perim bangan t idak t er lalu besar . Beban ini diperber at dengan adany a: 1 Kebij akan unt uk m eningkat kan eseloner ing j abat an pada Pem erint ah Daerah yang m enyebabkan peningkat an t unj angan j abat an. 2 Kenaik an gaj i pok ok akibat int egr asi Tunj angan Per baikan Penghasilan TPP k e dalam gaj i pokok pada t ahun 2001 t idak diant isipasi diper hit ungkan dalam penyusunan APBD, w alaupun rencana ini t elah dum um kan dalam pidat o Presiden di m uka DPR pada saat m engant ar kan RAPBN Tahun 2001. Unt uk m engat asi m asalah t ersebut , pada t ahun anggar an 2001 pem erint ah m engalokasikan dana kont ij ensi unt uk m engurangi beban pem erint ah daerah t er sebut . 2 .2 .7 . Pe n ge lola a n Ke u a n ga n D a e r a h Ter wuj udny a pelaksanaan desent r alisasi fiskal secar a efekt if dan efisien, salah sat unya t ergant ung pada pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daer ah m erupakan salah sat u bagian yang m engalam i perubahan m endasar dengan dit et apkannya UU No. 22 1999 dan UU No. 25 1999. Kedua UU t er sebut t elah m em berikan kew enangan lebih luas kepada Pem er int ah Daer ah dalam m enat a sist em pengelolaan Keuangan Daerah. Kew enangan dim aksud diant aranya adalah keleluasaan dalam m obilisasi sum ber dana, m enent ukan Pengelolaan keuangan daer ah m erupakan salah sat u bagian yang m engalam i per ubahan m endasar dengan dit et apkannya UU No. 22 1999 dan UU No. 25 1999. ar ah, t uj uan dan t ar get penggunaan anggar an. Selanj ut nya pada t ahun 2003 t elah dit er bit kan sat u Undang- Undang y ang m engat ur pengelolaan keuangan negara yait u UU No. 17 2003 t ent ang Keuangan Negara. Salah sat u Undang- undang yang pent ing dalam pengelolaan keuangan di pem erint ah pusat m aupun pem erint ah daerah adalah Undang- undang t ent ang Per bendahar aan Negar a. Salah sat u bagian pent ing dalam pengelolaan keuangan daer ah adalah Sist em Akunt ansi Keuangan Daer ah SAKD . SAKD diper luk an unt uk m endukung akunt abilit as pengelolaan keuangan daer ah. Set iap penggunaan sum ber keuangan daerah har us dapat diper t anggungj aw abkan secar a t r anspar an baik dar i aspek penggunaan dana it u sendir i m aupun dar i aspek penanggung j aw ab penggunaan dana t ersebut . SAKD har us m engacu kepada St andar Ak unt ansi Pem er int ah Pasal 32 UU No. 17 2003 . Oleh kar ena it u, pem er int ah t elah berinisiat if unt uk m engeluar kan st andar akunt ansi pem er int ah m elalui Kom it e St andar Akunt ansi. Kom it e St andar Akunt ansi Pem erint ah Pusat dan Daer ah t elah dibent uk oleh Ment er i Keuangan dengan Surat Keput usan Nom or 181 KMK.012 2003 t anggal 9 Mei 2003. SAKD diperlukan unt uk m enduk ung akunt abilit as pengelolaan keuangan daer ah Dengan SAKD daerah dapat m enyusun laporan keuangan daer ah yang m eliput i Laporan Per hit ungan APBD, Lapor an Ar us Kas, Ner aca Daer ah, dan Cat at an at as Lapor an Keuangan. Selanj ut nya laporan keuangan daer ah t ersebut disam paik an k e pem erint ah pusat dalam ker angka Sist em I nfor m asi Keuangan Daer ah, sebagaim ana diat ur dalam PP No. 11 2001 t ent ang I nfor m asi Keuangan Daerah. 2 .3 . Ke bij a k a n Ek on om i M a k r o I n don e sia Dalam bagian ini akan diulas secara garis besar perkem bangan kebij akan ekonom i m akr o di I ndonesia, sehingga dapat m em ber ikan gam baran secara m enyeluruh m engenai pr akt ek fiskal secar a r egional m aupun secar a nasional. Hal ini m enj adi pent ing m engingat prakt ek fiskal secara regional sangat er at t er kait dengan ber bagai kebij akan yang ber sifat m akr o. Sebagaim ana diket ahui bahwa pelaksanaan desent r alisasi fisk al y ang dit andai dengan diber lakukannya UU No. 22 1999 dan UU No. 25 1999 ber sam aan w akt unya pada saat bangsa I ndonesia sedang ber usaha unt uk keluar dari kr isis ekonom i. Ber lakunya kedua UU di bidang ot onom i daerah t ersebut m em berikan per ubahan yang cuk up m endasar, baik dar i sisi kehidupan bernegara secara keseluruhan m aupun dari sisi k euangan negara. 2 .3 .1 . Ke b ij a k a n Pe m u lih a n Kr isis Ek on om i Kr isis ekonom i yang m elanda I ndonesia dan sebagian negara Asia Tenggara sej ak pert engahan t ahun 1997 t elah Kr isis ekonom i y ang m elanda I ndonesia m em baw a dam pak negat if yang cukup dalam pada ham pir selur uh sekt or dan pelaku ekonom i. Kr isis yang berm ula dari m elem ahnya nilai k ur s Rupiah t er sebut , t elah berkem bang m enj adi k risis m ult idim ensi, sebagai akibat dari adany a krisis k epercayaan m asyar akat t er hadap pem er int ah, dan t idak st abilnya sit uasi sosial polit ik dan keam anan, baik pada t ingkat r egional m aupun pada t ingkat nasional. Sebagai akibat dari sem uanya it u, perekonom ian I ndonesia t elah t er pur uk pada t it ik nadir yang paling rendah. dan sebagian negar a Asia Tenggara sej ak per t engahan 1997 m em baw a dam pak negat if pada ham pir seluruh sekt or dan pelak u ekonom i. Sebagai ilust r asi, laj u perekonom ian I ndonesia m enur un drast is dari 4,7 per sen pada 1997 m enj adi - 13,01 per sen pada t ahun 1998. I nflasi m elonj ak dar i 11,05 per sen pada t ahun 1997 m enj adi 77,63 persen pada t ahun 1998. Rupiah yang sem ula diam bangkan, sej ak 1998 akhir nya dibebaskan ke pasar, sehingga m em buat Rupiah sem akin berflukt uasi, dan m encapai t it ik t erendah pada Juni 1998 dim ana Rupiah t er depr esiasi m enj adi Rp14.950 US. Angka penganggur an pun m em bengkak m enj adi 7,5 persen. Kr isis t er sebut j uga t elah m enyebabkan m eningkat nya j um lah ut ang publik, t erm asuk m elonj akny a ut ang dalam neger i unt uk pr ogr am rest r ukt ur isasi perbankan, pengeluaran subsidi yang cukup besar unt uk m asyar akat , biaya r ehabilit asi yang cuk up besar akibat t erj adiny a kerusuhan- kerusuhan di daer ah- daerah, dan penangguhan ber bagai pengeluar an sek t or sosial dan prasarana. Perkem bangan nilai kurs dan inflasi dar i t ahun 1997 – 2003 dapat dilihat pada Gr a fik 2 .1 . Gr a fik 2 .1 . Gr a fik Pe r k e m ba n ga n Ku r s da n I n fla si 1 9 9 7 - 2 0 0 3 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 19971998 19981999 19992000 2000 2001 2002 2003 Tahun R upi a h 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 P er sen kurs inflasi Sum ber dat a : Not a Keuangan dan APBN Tahun 2004 Berm ula dar i kr isis m ult idim ensi it ulah t unt ut an r eform asi, dem okrat isasi, dan desent ralisasi m uncul ke per m ukaan. Unt uk m engat asi krisis ek onom i t er sebut , Pem er int ah m em ut uskan m em int a bant uan kepada I nt er nat ional Unt uk m engat asi kr isis ekonom i, Pem er int ah m em int a bant uan kepada I MF. Monet ary Fund I MF , sebab Pem er int ah m eyakini bahw a lew at I MF yang beranggot akan 183 negara, kepercayaan yang sudah m ulai m enurun dari m asyarak at kepada pem er int ah diyak ini dapat dir aih kem bali. Diaw ali sur at kesediaan I ndonesia yang dit andat angani oleh Ment er i Keuangan Mar’ie Muham m ad dan Gubem ur BI Soedr aj ad Dj iwandono pada t anggal 30 Okt ober 1997, dan diresm ikan dengan penandat anganan oleh Presiden Soehar t o dan Michael Cam dessus dar i I MF di Jak art a, sej ak 15 Januar i 1998, I ndonesia resm i m enj adi pasien I MF. Program perbaikan ekonom i I ndonesia at as r ekom endasi I MF m eliput i 7 progr am , yait u : ker angka ker j a m akr o ekonom i, APBN, fiskal, sek t or publik, kebij akan m onet er , rest rukt urisasi korporasi dan perbankan, ser t a r efor m asi t erhadap ham bat an st rukt ural. Selanj ut nya, dalam rangka m em percepat proses pem ulihan ekonom i, pada aw al t ahun 2000 Pem er int ah m encanangk an “ Sepuluh Pr ogr am Percepat an Pem ulihan Ekonom i” , yait u 1 m encipt akan st abilit as di sekt or finansial; 2 m em acu peningkat an ekspor; 3 m eningkat kan pr odukt ivit as dan kesej aht eraan pet ani dan nelayan; 4 per cepat an r est r ukt ur isasi perbankan dan dunia usaha; 5 m engut am akan pem ulihan ekonom i berdasar kan invest asi equit y based r ecover y ; 6 pr ivat isasi bernilai t am bah value cr eat ion privat izat ion ; 7 m elaksanakan desent r alisasi ekonom i; 8 m em anfaat kan kekayaan SDA secar a ber kelanj ut an; 9 m em acu pengem bangan usaha skala m ik ro, kecil, dan m enengah; dan 10 m eningkat kan kesej aht er aan r akyat di pedesaan unt uk m em perk uat st abilit as sosial- polit ik . Pr ogr am per baikan ekonom i dan per cepat an pem ulihan ekonom i I ndonesia. Seir ing r efor m asi di berbagai bidang dalam r angka m engat asi kr isis ekonom i y ang m elanda I ndonesia sej ak pert engahan 1997, pengelolaan k euangan negar a, khususnya APBN j uga ikut m engalam i perubahan y ang cuk up m endasar . Beberapa per ubahan yang cukup signifikan t er sebut ant ara lain i Per ubahan form at APBN dar i T- Account m enj adi I - Account , sej alan dengan perubahan pr insip APBN dari anggar an ber im bang dinam is m enj adi pem biayaan sur plus defisit ; ii Per ubahan t ahun anggaran dari 1 April – 31 Mar et t ahun ber ikut nya m enj adi 1 Januar i – 31 Desem ber at au m engikut i t ahun kalender ; iii Pener bit an obligasi pem er int ah dalam rangka m engat asi krisis di sekt or perbankan dan unt uk m enut up defisit anggar an, yang sebelum nya dit ut up hanya dengan pinj am an luar negeri; dan iv Diperkenalkannya Dana Per im bangan dalam APBN, y ang pada dasar nya m er upakan t r ansfer dana dar i pem erint ah pusat kepada daer ah. Pengelolaan keuangan negara m engalam i beber apa per ubahan yang cukup signifikan. Selanj ut nya, set elah lim a t ahun di baw ah I MF, Pem erint ah akhir nya m em ut uskan unt uk keluar dari program I MF t er hit ung sej ak t anggal 31 Desem ber 2003 dengan m engam bil opsi Post Progr am Monit or ing PPM . Opsi PPM ini dipilih karena I MF m asih diperlukan unt uk m engaw asi at au m engont r ol penggunaan dana APBN, yang di t ahun Sej ak t anggal 31 Desem ber 2003 I ndonesia keluar dar i pr ogr am I MF dengan m engam bil opsi PPM. 2004 akan sem akin berat , karena unt uk m em biayai per ang di Aceh, biay a Pem ilu, dan m em bayar ut ang yang t elah j at uh t em po. Selain it u, dengan opsi PPM diharapk an progr am ber akhir sesuai dengan rencana, t idak ada per cepat an, sehingga t idak akan t er j adi shock. Sebagai t indak lanj ut dar i keput usan unt uk keluar dar i progr am I MF, Pem er int ah har us m am pu m em buat progr am - pr ogram pem bangunan sendir i, dim ana I MF m asih t et ap bert indak sebagai pengaw as. Pr ogr am - progr am t ersebut dit am pung dan dilaksanakan dengan I npr es Progr am , yang dit andat angani Pr esiden Megaw at i pada t anggal 15 Sept em ber 2003. Progr am pem ulihan ekonom i I ndonesia pasca I MF t er sebut m eliput i 3 pr ogram , yait u i Program St abilit as Ekonom i Makro; ii Program Rest r uk t ur isasi dan Refor m asi Sekt or Keuangan; ser t a iii Pr ogr am Peningkat an I nv est asi, Ek spor dan Pencipt aan Lapangan Ker j a. Pem er int ah m em buat pr ogr am - progr am pem bangunan dalam I npres Program . 2 .3 .2 St a bilisa si Ek on om i M a k r o Kondisi perekonom ian I ndonesia dalam t iga t ahun t er akhir secara um um m enunj ukkan per kem bangan posit if, y ang dit andai dengan sem akin st abilny a kondisi m akr oekonom i. Dalam t ahun 2002 upaya kit a unt uk keluar dari kr isis ekonom i t elah m enunj ukkan hasil- hasil yang cuk up m enggem bir akan, m eskipun t idak ber langsung secepat yang kit a harapkan. Kebij akan fiskal dan m onet er y ang konsist en didukung oleh beberapa kem aj uan yang dicapai dalam rest rukt ur isasi ekonom i t elah m em bant u t er capainya k est abilan ekonom i dan m onet er. Dalam t iga t ahun t erakhir kondisi m akr o ekonom i sem akin st abil. Secara rat a- rat a dalam sat u t ahun, suku bunga SBI m engalam i penurunan yang sangat signifikan dar i 17,62 persen pada t ahun 2001 m enj adi 12,93 per sen pada t ahun 2002. Nilai t ukar m engalam i apr esiasi sebesar 10,10 persen, sehingga r at a- rat a m encapai Rp 9.316 per dolar Am er ika Serikat . Uang prim er t um buh sebesar 9,1 persen lebih rendah dar i sasar an indikat ifnya, sebesar 13 persen – 14 per sen dalam t ahun 2002. Kondisi m onet er yang st abil ini selanj ut ny a t elah m em bawa pengar uh posit if t er hadap t ingkat inflasi, y ang cender ung m enurun hingga m encapai 10,03 persen. Keberhasilan dalam m encapai ber bagai per baikan indikat or m akr o dan m onet er m asih dihadapk an pada perm asalahan st rukt ural, sehingga perekonom ian I ndonesia t idak t er lalu r esponsif t erhadap per baikan yang t elah dicapai sekt or m onet er t ersebut . Tingginya risiko di sekt or r iil y ang dit im bulkan oleh per m asalahan st r ukt ur al, seper t i ket idakpast ian hukum , ket idak past ian r egulasi invest asi akibat ot onom i daer ah, m asalah per bur uhan, dan fakt or keam anan m enyebabkan sum ber - sum ber per t um buhan ekonom i yang ber asal dar i invest asi dan ek spor m asih t erbat as. Perbaikan m akro dan m onet er m asih dihadapkan pada perm asalahan st rukt ural. Dengan adanya per m asalahan st r ukt ur al t er sebut , secar a keselur uhan selam a 2002 perekonom ian I ndonesia hany a m am pu t um buh sebesar 3,7 persen, m eningkat dari t ahun sebelum nya yang sebesar 3,4 per sen. Pert um buhan ini m asih bert um pu pada konsum si, sem ent ar a per anan invest asi dan ekspor dalam m endor ong per t um buhan m asih t erbat as. Di sisi ekst er nal, m asih lem ahnya perekonom ian global, m eningkat nya persaingan di Asia dalam m enar ik m inat inv est asi asing, dan m ulai m enurunnya daya saing I ndonesia m em perburuk kinerj a ekspor. Walaupun dem ikian, dengan keber hasilan rest rukt urisasi ut ang luar negeri sw ast a dan pem erint ah , secara um um ner aca pem bayar an I ndonesia m engalam i per baikan selam a t ahun 2002. Per kem bangan pert um buhan ekonom i dar i t ahun 1997 – 2003 dapat diikut i pada Gr a fik 2 .2 . Gr a fik 2 .2 . Gr a fik Pe r t u m bu h a n Ek on om i I n don e sia , 1 9 9 7 - 2 0 0 3 Sum ber dat a : Not a Keuangan dan APBN Tahun 2004 Di bidang fiskal, pelaksanaan k euangan pem erint ah dalam 3 t ahun t erakhir m asih m encerm ink an langkah- langk ah konsolidasi pem erint ah unt uk m enj am in kesinam bungan fisk al j angk a m enengah. Meskipun dem ikian, penurunan defisit anggar an pada t ahun 2002 lebih cepat dar i r encana sem ula, t erut am a k arena sangat r endahnya realisasi pengeluaran pem bangunan. Defisit keuangan pem erint ah t er cat at sebesar 1,7 per sen dar i PDB, lebih r endah dar i r encana sem ula sebesar 2,5 per sen dar i PDB. Di sisi pendapat an, t ax r at io m encapai 12,7 per sen dar i PDB, lebih rendah dari sasaran karena t idak t ercapainya t arget penerim aan PPh nonm igas dan PPN. Meskipun dem ikian, t ekanan dar i sisi per paj akan ini diim bangi dengan lebih t ingginya pener im aan negar a bukan paj ak PNBP , t er ut am a dar i sekt or m igas sej alan dengan kenaikan harga m inyak dunia. Pelaksanaan keuangan pem er int ah dalam 3 t ahun t er akhir m asih m encerm inkan langkah- langk ah konsolidasi unt uk m enj am in kesinam bungan fiskal j angka m enengah. -14.0 -11.0 -8.0 -5.0 -2.0 1.0 4.0 7.0 19971998 19981999 19992000 2000 2001 2002 2003 Tahun Pe rs e n Secara keseluruhan, pendapat an negara t ercat at 18,0 persen dar i PDB. Dalam per iode yang sam a, realisasi belanj a negar a t er cat at 19,7 persen dar i PDB, at au lebih r endah 4,7 per sen dar i t ar get sem ula. Lebih r endahnya r ealisasi belanj a negar a t er sebut t er ut am a ber kait an dengan rendahnya t ingkat penyer apan pinj am an luar negeri, khususnya pinj am an pr oy ek . Perkem bangan penerim aan negar a, belanj a negar a, dan sur plus defisit APBN t ahun 1997 – 2003 dapat dilihat pada Gr a fik 2 .3 . Gr a fik 2 .3 . Pe r k e m ba n ga n Pe n e r im a a n N e ga r a , Be la n j a N e ga r a , da n Su r plu s D e fisit APBN 1 9 9 7 - 2 0 0 3 - 50.0 - 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0 400.0 1997 1998 1998 1999 1999 2000 2000 2001 2002 2003 tahun tr il iun r upi a h penerimaan negara belanja negara surplusdefisit Sum ber dat a : Not a Keuangan dan APBN Tahun 2004 Kest abilan ek onom i m akro yang t ercerm in pada laj u inflasi yang rendah dan nilai t ukar rupiah yang st abil m erupakan prasyarat bagi kesinam bungan pert um buhan ekonom i ke depan. Di sam ping it u, k ondisi ner aca pem bayaran y ang kuat dan sust ainable j uga sangat diper lukan bagi peningk at an akt ivit as ekonom i nasional m elalui t er sedianya cadangan devisa yang cukup. Ber bagai langkah unt uk m encipt akan dan m em elihara kest abilan ekonom i m ak ro ini m enj adi sem akin pent ing set elah Pem er int ah m em ut uskan m engakhir i program kerj asam a dengan I MF. Sebagai bagian int egr al dar i pr ogram ekonom i I ndonesia pasca I MF, akan dilak sanak an Progr am St abilit as Ekonom i Makro, yang m eliput i i konsolidasi fiskal m enuj u keber lanj ut an fiskal; ii pengendalian laj u inflasi m enuj u 6 persen t ahun 2006; iii m enj aga per kem bangan nilai t ukar r upiah agar t idak ber gej olak; dan iv m enj aga sust ainabilit y neraca pem bayaran indonesia dengan m em pert ahankan kecukupan cadangan devisa. Sebagai bagian int egral dar i pr ogr am ekonom i pasca I MF, I ndonesia akan m elaksanakan Program St abilit as Ekonom i Makr o. 2 .3 .3 Koor din a si Ke bij a k a n Fisk a l da n M on e t e r St abilit as ek onom i m akro m ut lak per lu diper t ahankan dan diam ankan karena m enyangkut haj at hidup or ang bany ak, yait u t erpelihar anya harga- har ga, t er ut am a bahan- bahan kebut uhan m asyar akat luas secar a st abil. St abilit as m akr o j uga m enyangkut kinerj a dunia usaha dan sekt or riil, oleh kar ena dengan st abilit as ekonom i m akr o, pelaku ekonom i dapat lebih baik m erencanakan kegiat an usahanya dan invest asinya. Upaya pencipt aan st abilit as ekonom i m akr o m elibat kan berbagai pihak dan ber bagai kebij akan, har us dilaksanakan secara t er padu. Hal ini m engingat st abilit as ekonom i sangat er at kait annya dengan t ingkat kepercayaan m asy arakat dan pelaku pasar akan pr ospek ekonom i I ndonesia, yang ant ar a lain sangat dipengar uhi oleh kondisi polit ik dan keam anan, kepast ian hukum , dan ber bagai m acam per selisihan per bur uhan. Langkah- langkah m enj aga st abilit as ek onom i j uga t idak t erlepas dari kebij akan sekt or r iil, t erut am a dalam m enj aga t er sedianya pasokan dan kelancar an dist r ibusi barang dan j asa. Selain it u, st abilit as ekonom i j uga er at kait anny a dengan langkah- langk ah kebij akan m onet er, fiskal, dan ekst er nal y ang t erpadu, yang diarahkan unt uk m enj aga m om ent um kest abilan t ingkat har ga, nilai t ukar r upiah, suk u bunga, m aupun indeks har ga por t ofolio. Kunci dari st abilit as ekonom i m akr o adalah dilaksanakannya kebij akan fisk al yang sehat dan berkesinam bungan dan kebij akan m onet er yang berhat i- hat i. Kedua kebij ak an ini harus saling m enunj ang dan saling m elengkapi. Oleh kar ena it u, har us dilak sanakan at as dasar kerj asam a dan koor dinasi yang baik ant ara ot orit as fiskal dan ot orit as m onet er, y ait u ant ar a Pem erint ah dan Bank I ndonesia. Kunci dari st abilit as ekonom i m akr o adalah dilaksanakanny a kebij akan fiskal dan kebij akan m onet er yang har m onis. 2 .3 .3 .1 Ar a h Ke bij a k a n Fisk a l Dalam upaya m encipt akan kesehat an fiskal dim aksud, t er dapat dua langk ah st r at egis yang har us dipenuhi, yait u 1 m enurunkan secara bert ahap defisit APBN m enuj u seim bang at au sur plus, dan 2 m engusahakan penurunan j um lah st ock ut ang publik dan r asionya t er hadap produk dom est ik brut o PDB . Dalam kait an ini, rasio ut ang pem erint ah t erhadap PDB diperk irakan m enurun dar i sekit ar 68 per sen pada t ahun 2003 m enj adi sekit ar 60 persen pada t ahun 2004. Ter dapat dua langkah st rat egis unt uk m encipt akan kesehat an fisk al. St r at egi penur unan defisit anggar an pada dasar nya dapat dit em puh m elalui dua langkah pokok, yait u a peningkat an pener im aan negar a, t er ut am a y ang berasal dari sekt or perpaj akan, dan b pengendalian dan penaj am an pr ior it as alokasi belanj a negar a. Sem ent ar a it u, penur unan r asio ut ang publik t er hadap PDB dilakukan ant ar a lain m elalui st r at egi pengelolaan ut ang dan pem ilihan alt ernat if k ebij akan pem biay aan yang t epat , dalam r angka penur unan r asio ut ang dan m eningkat kan pendapat an nasional. Ter dapat dua langkah pokok unt uk m enurunkan defisit anggaran. Mem asuki t ahun 2004, t ant angan kebij akan fiskal ak an sem akin ber at . Hal ini m er upakan konsek uensi keluar nya I ndonesia dari pr ogram I MF, m aka dalam t ahun 2004 I ndonesia t idak akan lagi bisa m em per oleh fasilit as penundaan pem bayar an ut ang m elalui Par is Club. Ket er bat asan financing ini, di lain pihak diikut i dengan m em bengkak ny a belanj a negara berkait an dengan pelaksanaan Pem ilu 2004, pem bay aran bunga dan pokok ut ang yang sudah j at uh t em po, sert a biaya- biaya y ang t idak t er elakkan lainnya non- discr eat ionar y cost , t erm asuk penyediaan anggaran belanj a unt uk daer ah. Tant angan kebij akan fiskal 2004 akan sem akin berat . Sebagaim ana diket ahui, sej ak t ahun 2001 Pem erint ah secara efek t if m enerapkan desent ralisasi fiskal dan ot onom i daer ah. Sebagai salah sat u bent uk im plem ent asi dari k ebij ak an desent r alisasi fiskal t er sebut adalah disediakannya anggar an unt uk daer ah dar i APBN. Sebelum t ahun 2001, dana APBN yang dialokasikan k e daerah berupa SDO at au DRD, dan anggar an pem bangunan daer ah yang dibiayai dengan pr ogr am Bant uan I npr es dan dana bagi hasil pener im aan PBB dan BPHTB. Selanj ut nya pada t ahun 2001 sebagai t ahun pert am a pelaksanaan desent ralisasi fiskal, dana yang dialokasikan ke daerah diw uj udkan dalam bent uk dana per im bangan, yang t er dir i dari Dana Bagi Hasil DBH , Dana Alokasi Um um DAU , dan Dana Alokasi Khusus DAK . Selanj ut nya dalam t ahun 2002 dan 2003, dana yang dialokasikan ke daer ah t idak hany a dalam bent uk dana per im bangan, nam un j uga dana ot onom i khusus dan penyeim bang. Anggaran unt uk daer ah dar i APBN sebelum dan sesudah t ahun 2001. Sebagai konsekuensi dar i desent r alisasi fiskal, anggar an pem bangunan yang dikelola pem er int ah pusat diar ahk an unt uk m em enuhi dua kebut uhan: 1 sesuai dengan sem angat ot onom i daer ah, pengeluar an pem bangunan yang dikelola pem er int ah pusat digunakan unt uk m em biayai pelaksanaan t ugas yang m enj adi t anggung j aw ab dan w ew enang pem erint ah pusat ; dan 2 anggar an pem bangunan yang dikelola oleh Pem er int ah Pusat j uga digunak an unt uk pem er at aan pem bangunan ant ar daerah m elalui pelaksanaan dekonsent rasi dan t ugas pem bant uan yang secar a gr adual akan dit ingkat kan pr opor sinya, khususnya dalam penyediaan pelayanan k ebut uhan dasar m anusia. Dalam hal ini, alokasi dana yang dik elola pem er int ah pusat dit uj ukan unt uk m engisi kesenj angan berbagai proyek yang dilaksanak an di ber bagai daer ah, khususnya daerah yang pot ensi fiskalnya lebih rendah, supaya secar a ber t ahap dicapai k eserasian t ingkat kesej aht eraan ant ar w ilayah dalam w adah negar a kesat uan Republik I ndonesia. Arah anggar an pem bangunan yang dikelola pem er int ah pusat pasca desent ralisasi fiskal. Sebagai bagian int egr al dar i k ebij ak an pengelolaan keuangan negara, khususnya belanj a negara, m aka kebij akan per im bangan keuangan pusat dan daer ah j uga harus dilak sanakan sej alan dengan upay a m ew uj udkan ket ahanan fiskal berkelanj ut an. Sehubungan dengan it u, UU No. 17 2003 t ent ang Keuangan Negara ant ara lain m engat ur bat asan kum ulat if pinj am an Pem erint ah Pusat dan Daer ah. dit er bit kan UU No. 17 2003 t ent ang Keuangan Negar a ant ar a lain m engat ur bat asan k um ulat if pinj am an Pem er int ah Pusat dan Pem er int ah Daer ah. Ket ent uan ini diat ur lebih lanj ut dalam PP No. 23 2003 t ent ang Pengendalian Jum lah Kum ulat if Defisit Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negar a, dan Anggar an Pendapat an dan Belanj a Daerah, sert a Jum lah Kum ulat if Pinj am an Pem erint ah Pusat dan Pem erint ah Daer ah, y ang ant ar a lain m enet apkan bahwa j um lah kum ulat if defisit APBN dan APBD t idak m elebihi 3 per sen dar i PDB t ahun anggar an yang ber sangkut an, dan j um lah kum ulat if pinj am an Pem er int ah Pusat dan Daer ah t idak m elebihi 60 persen dar i PDB t ahun anggar an yang bersangkut an. Pedom an pelak sanaan dan m ek anism e pem ant auan ket ent uan ini dit et apkan dengan Keput usan Ment er i Keuangan. Pada akhir t ahun 2003, sebagaim ana dim aksud dalam PP No. 23 2003, j um lah kum ulat if pinj am an pem erint ah pusat dan pem er int ah daer ah diper kir akan sekit ar 68 persen dar i PDB, yang ber ar t i m elebihi ket ent uan per at ur an perundang- undangan t ersebut . Sehubungan dengan it u, dalam t ahun 2004, pem erint ah daerah belum diper bolehkan unt uk m engadakan pinj am an langsung, baik yang ber asal dar i dalam neger i m aupun dar i luar neger i, kecuali pinj am an yang m elalui m ekanism e penerusan pinj am an Subsidiary Loan Agr eem ent SLA dan pinj am an j angka pendek guna pengat ur an ar us kas yang har us dilunasi pada t ahun anggaran yang bersangkut an. Dalam t ahun 2004, pem erint ah daerah belum diperbolehkan unt uk m engadakan pinj am an langsung. 2 .3 .3 .2 Ar a h Ke bij a k a n M on e t e r I n don e sia Di sisi m onet er, pelaksanaan k ebij akan akan diar ahk an pada upaya pengendalian uang pr im er agar sesuai dengan kebut uhan r iil per ekonom ian, ser t a konsist en dengan sasar an inflasi. Unt uk t ahun 2004, per kem bangan uang pr im er akan diarahkan unt uk secar a ber t ahap m encapai pert um buhan r at a- r at a 9,9 per sen. Di t engah kondisi perbankan yang m engalam i kelebihan lik uidit as, pencapaian sasaran uang pr im er t ersebut diperkirakan m asih dapat m em bawa suku bunga inst r um en m onet er yang cender ung m enurun. Dengan m em per hat ikan sej um lah var iabel- var iabel infor m asi lainnya, sepert i m asih t ingginya r igidit as suku bunga k redit perbankan sert a adanya k ecender ungan m enurunnya inflasi int ernasional secara signifikan, t ekanan inflasi yang dapat dit im bulk an oleh penur unan suk u bunga diperkirakan belum t erlalu kuat . Penur unan suku bunga t er sebut dihar apkan t et ap dapat m em berikan sinyal posit if kepada par a pelaku usaha akan prospek pem ut ihan perekonom ian. Di sam ping m em pengaruhi suku bunga kredit perbankan, penurunan suk u bunga ini diharapkan dapat m endor ong sekt or kor por at unt uk m ener bit k an obligasi sebagal alt er nat if pem biayaan invest asinya. Kebij akan m onet er diarahkan pada upay a pengendalian uang prim er, ser t a konsist en dengan sasaran inflasi. Secar a oper asional, pengendalian m onet er akan dilakuk an dengan m engopt im alkan inst r um en- inst r um en m onet er, ut am anya m elalui Oper asi Pasar Ter buka OPT dengan lelang SBI . Kebij akan Fasilit as Sim panan Bank I ndonesia FASBI j uga akan diopt im alkan unt uk m em berik an arah kebij akan bagi pelaku ekonom i. Langkah- langkah t ersebut akan efekt if apabila j alur t ransm isi kebij akan m onet er berj alan dengan baik. Pengendalian m onet er dilakukan dengan m engopt im alkan inst rum en- inst r um en m onet er . Upay a lain y ang t elah dan t et ap akan dilakuk an adalah kebij akan st er ilisasi at au int ervensi valut a asing y ang t er ut am a dim ak sudkan unt uk m engur angi gej olak perkem bangan nilai t ukar r upiah y ang ber lebihan dan unt uk m endukung lik uidit as per bankan. Di sam ping opt im alisasi infrast r uk t ur SBI , dalam j angka panj ang penggunaan Sur at Per bendahar aan Negar a dan Obligasi Negar a t et ap per lu diper t im bangkan sebagai at t ernat if inst rum en m onet er. Nam un dem ikian, st rat egi ini t et ap harus m em per hat ikan t im ing dan m agnit ude yang t epat sesuai dengan k ondisi pasar . Penggunaan sur at pem erint ah sebagai inst rum en m onet er di pasar sekunder j uga m enunt ut adanya kesiapan infr ast rukt ur at uran- at uran m engenai sist em lelang baik out right m aupun r epo. Kesiapan infr ast r ukt ur dihar apkan dapat m enj am in kelancaran t ransaksi di pasar sekunder yang selanj ut nya dapat m eningkat kan efekt ivit as penggunaan surat ut ang pem er int ah sebagai alt er nat if inst r um en m onet er . Hal ini pent ing unt uk dilak ukan sebagai upaya m em bant u pengendalian inflasi. Ber kait an dengan it u, Bank I ndonesia, didukung oleh kebij akan pem er int ah di bidang fisk al dan sekt or r iil akan ber upay a unt uk m engur angi t ekanan t erhadap inflasi yang diperkirakan m eningkat pada t ahun 2004 oleh k arena nilai t uk ar rupiah y ang berflukt uasi k arena Pem ilu 2004 dan pot ensi t ekanan pada ner aca pem bayar an ber kait an dengan ber akhirnya pr ogr am ker j a sam a ek onom i dengan I MF. Pem ant apan sekt or keuangan sebagai salah sat u langk ah dalam r angk a pem ulihan ekonom i, m er upakan bagian y ang t ak t er pisahkan dar i upaya pencapaian st abilisasi perekonom ian. Tanpa sist em keuangan yang m ant ap, st abilit as ekonom i m akro t idak m ungkin dapat diper t ahank an. Tanpa adanya sist em keuangan y ang sehat dan m apan, k ebij akan m onet er t idak akan berj alan secar a efekt if, kegiat an usaha akan t et ap m enghadapi kesulit an pem biayaan, pert um buhan ekonom i akan t erhent i dan lapangan kerj a t idak akan t er buka. Fokus dar i upay a pem ant apan sek t or keuangan adalah peningk at an k inerj a dan ket ahanan sek t or per bank an, lem baga- lem baga keuangan nonbank sepert i asur ansi, lem baga pem biayaan, pasar m odal, penanganan t indak pidana pencucian uang, pem bent ukan j ar ing pengam an sekt or keuangan, ser t a pengem bangan profesi akunt an publik. Selanj ut nya, penyem purnaan t erhadap ket ent uan kehat i- hat ian, pengefekt ifan sist em pengaw asan, pener apan good cor por at e gover nance yang t elah dilak uk an dalam t ahun 2003 akan t er us dit ingkat kan dalam t ahun 2004. Pem ant apan sekt or keuangan m er upakan bagian yang t ak t erpisahkan dari upay a pencapaian st abilisasi per ekonom ian.

BAB I I I AN GGARAN PEN D APATAN D AN