BAB I PEN D AH ULUAN
Desent ralisasi m erupakan salah sat u inst rum en unt uk m em berikan pelayanan publik yang lebih baik dan
m encipt akan pr oses pengam bilan keput usan publik y ang lebih dem ok rat is. Desent r alisasi diwuj udk an m elalui
i pelim pahan kew enangan dar i pem erint ahan yang lebih t inggi kepada pem erint ahan dibaw ahnya unt uk m elakukan
pem belanj aan, pem ungut an paj ak t ax ing power , pem bent ukan Dew an yang dipilih oleh r akyat , pem ilihan
Kepala Daer ah oleh DPRD, dan ii pem ber ian bant uan dalam bent uk t r ansfer dar i Pem er int ah Pusat .
Desent ralisasi m erupakan
pelim pahan kewenangan dan
pem berian bant uan dar i pem er int ahan
yang lebih t inggi kepada pem er int ahan
dibaw ahnya.
Desent r alisasi yang t er j adi di ber bagai negar a di dunia, t er ut am a di negar a- negar a berkem bang, dipengaruhi oleh
beberapa fakt or ant ar a lain adalah lat ar belak ang at au pengalam an suat u negar a, peranannya dalam globalisasi
dunia, kem unduran dalam pem bangunan ekonom i, t unt ut an t erhadap perubahan, t ingkat pelay anan
m asyar akat , t anda- t anda adanya disint egr asi di beber apa negara, dan respon t erhadap banyaknya kegagalan y ang
dialam i oleh sist em pem erint ahan sent ralist ik dalam m em berikan pelayanan m asyarak at secar a lebih efekt if.
Desent ralisasi dipengaruhi oleh
beberapa fakt or.
Di I ndonesia, dor ongan desent r alisasi yang begit u kuat t elah m elahirkan dua Undang- undang UU , yait u UU
Nom or 22 Tahun 1999 t ent ang Pem er int ahan Daer ah dan UU Nom or 25 Tahun 1999 t ent ang Per im bangan Keuangan
Ant ara Pem erint ah Pusat dan Daerah. Kedua UU ini m em uat berbagai perubahan yang sangat m endasar
m engenai pengat ur an hubungan ant ara Pem erint ah Pusat dan Daerah, khususnya dalam bidang adm inist r asi
pem erint ahan dan hubungan k euangan ant ara Pem erint ah Pusat dan Daer ah. Selain it u kedua UU dim aksud
m er upakan r espon at as ber bagai aspirasi daerah di I ndonesia yang sebenar nya t elah cukup lam a
m engingink an peran dan kem andirian dalam m engelola kew enangan dan t anggung j aw abnya unt uk m em ber ikan
pelayanan kepada m asyar akat dan pem bangunan daer ah. Hal ini m engandung pengert ian bahw a dalam kerangka
Negar a Kesat uan Republik I ndonesia NKRI , kepada daerah diberikan keleluasaan unt uk m enyelenggarakan
kew enangan yang secara nyat a ada dan diperlukan, t erm asuk segala k ew aj iban yang ada di dalam nya.
Dor ongan desent ralisasi
m elahirkan UU 22 1999 dan UU
25 1999.
Unt uk it u, kepada daer ah diberikan k ewenangan unt uk m enyelenggar akan selur uh fungsi pem erint ahan, kecuali
kew enangan pem er int ahan dalam bidang per t ahanan dan
Daer ah diber ik an
kewenangan y ang lebih luas unt uk
m enyelenggar akan
keam anan, polit ik luar negeri, fiskal dan m onet er, peradilan, agam a, dan adm inist rasi pem er int ahan yang
ber sifat st r at egis. Dengan pem bagian kew enangan fungsi t er sebut , pelaksanaan pem erint ahan di daerah
diselenggar akan at as asas desent r alisasi, asas dekonsent r asi dan t ugas pem bant uan.
fungsi pem er int ahan.
Selanj ut nya, im plikasi langsung dari kew enangan fungsi yang diserahkan kepada daer ah adalah kebut uhan dana
yang cukup besar . Unt uk it u, per lu diat ur hubungan keuangan ant ar a Pem er int ah Pusat dan Daerah y ang
dim aksudkan unt uk m em biayai pelak sanaan fungsi y ang m enj adi kew enangannya. Hal ini berart i bahw a hubungan
keuangan ant ar a pem erint ah pusat dan daer ah per lu diber ikan pengat ur an sedem ikan rupa, sehingga kebut uhan
pengeluaran yang akan m enj adi t anggung j aw ab daerah dapat dibiayai dar i sum ber - sum ber pener im aan yang ada.
I m plikasi langsung dari kewenangan fungsi
yang diser ahkan kepada daer ah adalah
kebut uhan dana yang cukup besar .
Alokasi anggaran belanj a unt uk daer ah pada dasar nya m erupakan pencerm inan dar i k ebij ak an perim bangan
keuangan pusat dan daer ah dalam m endukung pelaksanaan ot onom i daerah dan desent ralisasi fisk al.
Kebij aksanaan per im bangan keuangan pusat dan daerah t er sebut dilakukan dengan m engik ut i pem bagian
kew enangan m oney follow funct ions .
Kebij aksanaan per im bangan
keuangan pusat dan daer ah dilakuk an
dengan m engikut i pem bagian
kewenangan m oney follow funct ions .
Dalam kont eks kebij akan fiskal secar a nasional, t er dapat perbedaan pandangan dalam pelak sanaan desent r alisasi
fisk al t erut am a dalam pengelolaan belanj a oleh Pem erint ah Pusat dan Daer ah. Di sat u sisi, sem akin besar nya dana
yang didaer ahkan diik ut i dengan k enyat aan bahw a daerah m em punyai keleluasaan diskresi dalam pem anfaat an
sum ber- sum ber pem biayaannya. Di sisi lain, sem akin berk ur angnya por si dana yang dikelola oleh Pem er int ah
Pusat m em baw a konsekuensi logis pada sem akin sem pit nya r uang ger ak yang dipunyai unt uk m engelola
belanj a Pem er int ah Pusat kar ena sebagian besar dar i belanj a t ersebut ber sifat t idak dapat dihindar kan non-
discret ionar y .
Dalam beber apa t ahun t er akhir , t r ansfer dana dar i Pem er int ah Pusat kepada Pem erint ah Daerah t elah
m em berikan sum bangan t er besar dalam pendapat an daer ah. Hal ini m engandung konsekuensi bahwa w alaupun
daer ah m em punyai k eleluasaan penuh dalam pengelolaan belanj anya, nam un harus t et ap sej alan dengan pr ior it as
kebij akan fiskal secar a nasional. Pr ior it as k ebij ak an fisk al t er sebut diant arany a adalah m engger akkan kem bali sekt or
riil, m enj aga ket ahanan fiskal yang berk elanj ut an fiscal sust ainabilit y , m em elihar a anggar an ber im bang dengan
m engurangi pengeluaran- pengeluaran yang t idak efisien dan m em per kuat basis paj ak, ser t a m em ant apkan
Dalam beberapa t ahun t erak hir , t ransfer dana
dar i Pem er int ah Pusat kepada Pem erint ah
Daer ah t elah m em ber ikan
sum bangan t er besar dalam pendapat an
daer ah.
pelaksanaan desent r alisasi fiskal. Seiring dengan pelaksanaan ot onom i daerah dan
desent ralisasi fiskal, pelaksanaan hubungan perim bangan keuangan ant ara Pem erint ah Pusat dan Daer ah HKPD
hingga t ahun ket iga t elah m em baw a banyak perubahan yang m endasar dalam im plem ent asi kebij akan fiskal di
I ndonesia. Per kem bangan HKPD t ersebut sangat m enarik unt uk dicer m at i, sehingga buku m engenai t inj auan HKPD
per lu disusun. Penyusunan buku ini t idak saj a m engulas m engenai pelaksanaan HKPD secar a m akr o, akan t et api
j uga secara m ikr o.
Secara lebih rinci, t uj uan dari penyusunan buk u ini adalah i m em ber ikan gam bar an secar a lebih j elas m engenai
pelaksanaan HKPD, ii m engulas pelaksanaan HKPD, baik dari sisi perencanaan k ebij akan m aupun pelaksanaannya
iii m engident ifikasi per m asalahan yang m uncul dalam pelaksanaan HKPD, ser t a
iv m enj adikan hasil review sebagai salah sat u r eferensi bagi penyem pur naan
kebij akan. Hal ini nam pak pent ing j ika dilihat dar i belum adanya sebuah buk u y ang m engulas t ent ang pelaksanaan
HKPD secara m enyelur uh.
Tuj uan peny usunan buku t inj auan
pelaksanaan HKPD.
Buku Tinj auan Mengenai Pelaksanaan HKPD 2003 t er dir i dari 4 em pat bab. Diawali dengan Pendahuluan pada Bab
I . Selanj ut nya, gam baran um um pelaksanaan desent ralisasi di I ndonesia dengan segala aspek y ang
m elat arbelakanginya akan diur aikan dalam Bab I I . Di dalam Bab ini j uga diur aikan m engenai berbagai k et ent uan
perundangan yang berkait an erat dengan pelaksanaan desent ralisasi ser t a isu- isu ut am a, y ait u i kew enangan
Pem er int ah Pusat dan Daer ah, ii pem ekar an daer ah, iii paj ak daer ah, iv t r ansfer Pem er int ah Pusat ke
Daer ah, v pinj am an daer ah, vi pelim pahan pegaw ai dan aset , sert a vii pengelolaan keuangan daerah. Selain
it u, akan dij elaskan j uga m engenai k ondisi APBN di I ndonesia sehingga akan diket ahui sej auh m ana
ket er kait an t ransfer daerah dalam APBN dan sit uasi m akr o yang m endasari penyusunan APBN.
Bab I I ber isi gam baran um um pelaksanaan
desen- t ralisasi di I ndonesia.
Bab I I I m enj elaskan m engenai Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daer ah APBD , m eliput i pendapat an daer ah,
t r ansfer ke daer ah, belanj a daer ah, ser t a pem biayaan daer ah. Pendapat an daer ah m enggam bar kan m engenai
sum ber - sum ber pendapat an asli daerah PAD baik Pr ovinsi m aupun Kabupat en Kot a, sert a ber bagai
perat uran yang m endasarinya. Tr ansfer dana ke Daerah m encakup Dana Bagi Hasil DBH baik y ang bersum ber
dari penerim aan paj ak m aupun sum ber daya alam , Dana Alokasi Um um DAU , ser t a Dana Alokasi Khusus DAK . Di
sam ping it u dalam bab ini j uga ak an dibicar ak an m engenai
Bab I I I m enj elaskan Anggar an Pendapat an
dan Belanj a Daerah APBD .
belanj a daer ah yang akan difokusk an pada belanj a r ut in m eliput i gaj i dan upah, ser t a belanj a pem bangunan unt uk
sekt or pendidik an, sekt or kesehat an, dan sekt or apar at ur . Selanj ut nya akan dibahas pula m engenai Pem biayaan
Daer ah y ang ber sum ber dar i Pinj am an.
Bab I V m enj elaskan m engenai penganggar an, perbendahar aan, ser t a pelaporan keuangan daer ah. Di
dalam penganggar an ak an dij abark an m engenai pelaksanaan penyusunan dan penet apan anggaran,
pengint egr asian sist em akunt abilit as kiner j a sist em penganggaran, peny em pur naan klasifikasi anggar an,
peny at uan anggaran, dan penggunaan k erangka pengeluar an j angka m enengah dalam penyusunan
anggar an. Sem ent ar a it u, di dalam perbendaharaan ak an dij elaskan m engenai pelaksanaan at uran y ang m enj adi
dasar dalam pelaksanaan sist em dan fungsi perbendahar aan di pem er int ah daer ah. Selanj ut nya, di
dalam pelapor an keuangan daerah akan dibahas m engenai pelaksanaan sist em akunt ansi keuangan daer ah dalam
m endukung pengelolaan akunt abilit as pengelolaan keuangan daer ah.
Bab I V m enj elaskan m engenai
penganggar an, perbendaharaan, sert a
pelapor an keuangan daer ah.
BAB I I Tin j a u a n Pe la k sa n a a n