Kasus Program P2KP

Universitas Indonesia

3.5. Kasus Program P2KP

P2KP sudah melakukan program yang namanya Perkim, dengan anggaran dana sebesar Rp. 300.000.000,00; per desa. Ada sekitar 89 desa yang harus ditangani P2KP wilayah Banda Aceh. Setelah program Perkim itu selesai, dilakukan program yang diberi nama Tridaya yang besarnya juga sama yakni Rp. 300.000.000,00. Program Perkim berupa sarana lingkungan, seperti pengerasan jalan, rehabilitasi selokan, dan bangunan fisik lainnya. Sayangnya, pada pelaksanaan di lapangan sering terjadi overlap dengan NGO lainnya karena tidak terkoordinasi secara baik di tingkat lapangan. Perkim ini mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama 1 tahun. Program Tridaya mempunyai jangka waktu selama 3 tahun yang meliputi program Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, umumnya program lebih banyak untuk kelompok perempuan, di samping itu ada juga pelatihan untuk perbengkelan. Proses yang diperlukan untuk mencapai program Tridaya dilakukan melalui diskusi dengan pendekatan FGD. Dari proses diskusi akan melahirkan Perencanaan Jangka Menengah PJM untuk suatu desa. Di desa Lampulo sudah ada PJM sehingga untuk jangka menengah sudah mempunyai perencanaan pembangunan desa yang dibuat bersama melalui diskusi tersebut. Jika dilihat di lapangan, ada program PJM yang kurang sesuai karena ada lembaga-lembaga lain yang juga merencanakan program yang sama. Pernah terjadi P2KP meminta kembali pendanaan program yang sudah ditetapkannya kepada BRR karena BRR mempunyai program yang sudah dikerjakan oleh P2KP. Hasilnya memang dana tersebut diberikan oleh BRR sebagai pengganti hasil kerja P2KP yang lalu. Akan tetapi yang dirasakan sulit saat ini adalah program PJM yang sudah dibuat tetapi belum dilaksanakan, akan mengalami penyesuaian kembali karena ada NGO lain yang sudah menjalankan program yang ada di dalam PJM tersebut. Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia Gambar 3.8. Rumah yang dibangun P2KP di lr. satu Pada saat pertama kali datang, P2KP ditolak oleh masyarakat, karena ia merupakan program pemerintah. Selain itu juga ada ketakutan dan ketidak- setujuan masyarakat. Anggapan bahwa jika P2KP masuk, maka lembaga lain tidak bisa lagi membantu masyarakat. Secara perlahan, melalui fasilitatornya, P2KP membangun kepercayaan masyarakat sehingga lama kelamaan masyarakat mulai mengerti dan bersedia untuk berdiskusi untuk menata kembali kehidupannya. Hasilnya cukup baik karena secara perlahan-lahan program pembangunan desa, melalui pendekatan dan strategi partisipatif, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat

3.6. Kasus Program Kata Hati