KEMANFAATAN HUTAN TANAMAN CAMPURAN

pengikat nitrogen supaya berhasil dalam campuran. Pola pertama menggunakan model fine-grained mixture, dengan pola pelapisan tajuk dimana lapisan kedua dengan jenis pengikat nitrogen dan lapisan atas, lapisan intoleran, dengan proporsi sesuai sisa ruang setelah dikurangi jenis pertama. Pola kedua menggunakan model coarse-grained mixture dengan jenis pengikat nitrogen yang mempunyai sifat persaingan intra spesifik yang tinggi dapat ditanam dalam blok-blok atau baris. Selanjutnya pola yang ke 3 adalah coarse-grained mixture tetapi dengan penundaan penanaman tanaman pengikat nitrogen sampai beberapa tahun setelah jenis lainnya ditanam. Perlu dicatat interaksi fasilitasi seperti di atas tidak berlaku pada tanaman dengan nitrogen yang tinggi. Teknik lain untuk menggunakan interaksi fasilitasi dapat juga digunakan terhadap jenis-jenis yang tidak sebagai penambat nitrogen, tetapi antara jenis daun lebar yang mudah lapuk dengan jenis yang sukar lapuk seperti Picea spp. daun sulit lapuk dengan jenis daun yang mudah lapuk seperti Betula spp. atau F. sylvatica Matthews, 1989.

III. KEMANFAATAN HUTAN TANAMAN CAMPURAN

Beberapa keuntungan lain pada hutan tanaman campuran adalah memperbaiki kualitas pohon atau batang, menghasilkan berbagai produk dalam rotasi yang berbeda, mengurangi resiko bahaya hama dan penyakit, merehabilitasi lahan secara lebih cepat dan sebagai penyerap karbon yang lebih baik dibandingkan dengan jika jenis-jenis yang dicampur ditanam secara murni monokultur. 1. Perbaikan kualitas pohon Hasil penelitian De Bell et al. 1997 menunjukkan bahwa tanaman campuran antara Eucalyptus saligan dengan Falcataria moluccana; Eculayptus globulus dengan Acacia mearnensii Foresters, et al. 2004 dan Pinus menziesii Brinkley, 2003 mempunyai tajuk dan diameter yang lebih besar pada hutan tanaman campuran dibandingkan dengan pada hutan tanaman monokultur. Tanaman campuran Acacia melanoxylon mempunyai banyak cabang jika dicampur dengan tanaman setempat dengan jenis Pomadermus apelata di Australia mempunyai percabangan yang lebih sedikit dan batang utama yang lebih lurus. Tetapi perlu berhati- hati dengan jenis naungan yang mempunyai pertumbuhan tajuk yang besar yang pada akhirnya dapat menekan pertumbuhan di bawah naungan yang lebih kecil karena jenis yang dinaungi juga membutuhkan cahaya untuk pertumbuhan berikutnya. Dengan demikian pemilihan tanaman penaung menjadi faktor kunci. 2. Memanen berbagai produk pada berbagai rotasi Berbagai produk pada berbagai rotasi menjadi penting karena dapat mengurangi resiko perubahan pasar serta memberikan hasil antara yang lebih menarik bagi pengusaha atau investor. Namun demikian diversifikasi produk tidak selalu memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi. Contoh kasus dari hasil penelitian Tham 1994 dan Bergqvit 1999 yang menyebutkan bahwa tanaman campuran Picea abis dan Betula spp. di Skandinavia dengan Picea abis ditanam dengan kerapatan umumnya 2000-3000 per hektar dan betula yang selanjutnya dapat berkembang secara alam perlu dikurangi kerapatannya sampai 300-1200 per hektar pada tahap sapling, selanjutnya tajuknya akan cepat berkembang dan menjadi kanopi. Setelah 20-30 tahun betula pada kanopi dapat dipanen dan selanjutnya Picea abis dapat tumbuh maksimum sampai pada umur 80 tahun. Pada beberapa tanaman campuran pertumbuhan ukuran jenis tertentu tidak berbeda, sebagai contoh tanaman sengon yang ditanam pada lapisan kedua dengan Eucalyptus pada lapisan atas, pada waktu tertentu sengon dapat dipanen untuk pulp atau kayu pertukangan sedangkan Eucalyptus akan tumbuh lebih baik karena telah ada penambahan nitrogen. Contoh lain dari penelitian Nichols, et al. 2006 di Costa Rica, pencampuran kayu pertukangan Terminalia amazonia dengan pengikat nitrogen Inga edulis menghasilkan pertumbuhan tinggi terminalia yang lebih tinggi sampai menjadi kanopi sehingga kegiatan weeding akan berkurang. Pada umur 3 tahun I. edulis memberikan biomas untuk kayu bakar dan buah yang dapat dimakan, tetapi kadang-kadang perhitungan ekonomisnya sulit dihitung. 4 Tekno Hutan Tanaman Vol. No. , 2 1 April 2009, 1 - 7 3. Mengurangi resiko bahaya hama dan penyakit Penelitian hama dan penyakit pada tanaman campuran masih sangat kurang. Namun secara prinsip tanaman campuran akan mengurangi tanaman inang hama dan penyakit, menambah tanaman inang untuk musuh alami dan tingkat kerusakan akibat serangan hama penyakit pada tanaman campuran lebih mudah diatasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran 2 sampai 3 jenis lebih baik. Hal ini sesuai dengan kaidah ekologi yang menyatakan bahwa semakin heterogen komponen suatu komunitas, maka komunitas tersebut akan menjadi lebih stabil. Stabilitas ini akan meningkatkan resistensi komunitas terhadap gangguan yang merugikan Widyastuti, 2006 4. Rehabilitasi lahan-lahan rusak Usaha rehabilitasi lahan rusak dengan penanaman campuran dari berbagai jenis akan lebih baik. Tahap pertama adalah dengan menanam tanaman pionir atau disebut nurse species dengan eksotik atau non-native yang dapat tumbuh pada tanah yang sangat masam, rendah nutrien seperti pada bekas tambang. Jenis ini akan menekan pertumbuhan rumput-rumput atau bekas tanaman yang tidak diinginkan gulma sehingga dapat tercipta habitat untuk jenis fauna yang dapat membawa biji-biji dari tempat lain. Contohnya adalah penanaman daerah bekas tambang bauksit di Para, Brazil Parrotta dan Knowless, 1999 menggunakan 5 jenis Eucalyptus spp. dengan Acacia mangium dan jenis asli Scelorobium panniculata. Contoh lain di Jerman pada tanah bekas tambang batu bara dengan lapisan tanah baru yang diangkat dari lapisan bawah yang mempunyai tingkat kesuburan fisik rendah, pada tanah lembab ditanami jenis Acer spp. dan pada tempat kering ditanam jenis Quercus dan Poplar sp. sebagai nurse species. Selanjutnya sebagai taman pelindung tanah ditanam jenis Lupina spp. dan jenis ini setelah 10-20 tahun ditebang untuk memberikan kesempatan tumbuh dari 2 jenis terdahulu. Ashtom et al. 2001 mengemukakan, dalam berbagai penelitian pada bekas perladanganpertanian yang ditinggal di Srilanka; pada tahun pertama tanam dengan jarak tanam lebar jenis-jenis yang mempunyai pertumbuhan rendah, tanaman penutup tanah sebagai penaung, penahan kelembaban dan penambah nitrogen. Pada tahun kedua ditanam jenis yang mempunyai rotasi lebih panjang tetapi lebih tahan naungan. Dengan demikian pada prinsip dalam rehabilitasi hutan harus berpegang pada pola sequestrila yang terkait dengan pola floristik untuk model suksesi. 5. Sebagai penyerap karbon Hasil penelitian Forresters et al. 2006 menunjukkan bahwa kandungan karbon pada hutan tanaman campuran Eucalyptus globulus dengan Acacia mearnsii mempunyai biomas diatas tanah yang lebih tinggi 2 kali dengan komposisi 50:50 dibanding jika ditanam secara murni untuk masing-masing jenis. Perlu dicermati lebih dalam bahwa yang dimaksud dengan penyerapan karbon bukan hanya di permukaan tetapi juga di bawah permukaan tanah. Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengetahui neraca karbon baik pada hutan campuran maupun hutan tanaman murni jumlah karbon yang di atas tanah dapat didekati dengan perhitungan biomass yang dikalikan 50 . Sedangkan perhitungan jumlah karbon bersih di bawah tanah merupakan total karbon dari permukaan tanah dalam bentuk CO , karbon hasil erosi atau leaching atau CH 2 4 kurang, carbon dalan jatuhan daun tambah karbon dalam tanah dan karbon dalam akar dan karbon dalam lantai hutan. Hasil-hasil perhitungan karbon pada pada permukaan dan di bawah permukaan menjadi dasar perhitungan untuk penelitian Forresters di atas.

IV. PELUANG DAN TANTANGAN