Analisis Penyerapan Tenaga keija di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012)

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI
INDONESIA MENGHADAPI MEA 2015 (PERIODE 2008-2012)

ARTI ILHAMI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penyerapan
Tenaga kerja di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012) adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Arti Ilhami
NIM H14100031

ABSTRAK
ARTI ILHAMI. Analisis Penyerapan Tenaga kerja di Indonesia Menghadapi
MEA 2015 (Periode 2008-2012) . Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI
Liberalisasi perdagangan di wilayah ASEAN mulai diterapkan dengan
dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pada saat era liberalisasi
yang semakin kuat seperti itu, faktor produksi seperti tenaga kerja dituntut untuk
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan lebih berkualitas sehingga
mampu bersaing dengan faktor produksi yang lain seperti modal dan teknologi.
Keberadaan pekerja paruh waktu dapat memberikan efek positif bagi penyerapan
tenaga kerja karena jumlahnya yang terus bertambah, tetapi juga dapat menjadi
efek negatif karena produktivitasnya yang dianggap kurang maksimal. Faktor
produktivitas tenaga kerja memiliki hubungan yang negatif dengan penyerapan
tenaga kerja jika penambahan tenaga kerja mengakibatkan pengurangan
penambahan output, dan hal ini sesuai dengan teori yang berlaku. PMA dan
PMDN sendiri memiliki hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja,

karena tingginya tingkat investasi butuh diimbangi dengan penyerapan tenaga
kerja yang tinggi pula. Strategi untuk menghadapi pasar tenaga kerja yang liberal
pada saat MEA perlu dipersiapkan lebih lanjut, sehingga dalam penelitian ini
digunakan analisis SWOT untuk menganalisis strategi yang tepat dalam
menghadapi MEA 2015 nanti.
Kata kunci: pekerja paruh waktu, penyerapan tenaga kerja, PMA, PMDN,
produktivitas, SWOT
ABSTRACT
ARTI ILHAMI. Analysis of Employment in Indonesia in an effort to deal with
AEC 2015 (Period 2008-2012). Supervised by TANTI NOVIANTI
Trade liberalization in ASEAN region begins to be applied with the
establishment of ASEAN Economic Community (AEC) in 2015. During the
increasingly powerful liberalization, production factors such a workforce are
required to manage higher productivity and better quality in order to be able to
compete with the other production factors like capital and technology. The
existence of part time workers can have positive effects for employment because
of their growing number, but it can also be a negative effect because its
productivity is considered less than prevailing theory. Foreign Direct Investment
(FDI) and Domestic Investement (DI) itself have a positive relationship with
employment because the high level of Investement needs to be offset by high

employment rate. Strategies to deal with liberal workforce market at the time of
AEC need to be prepared more. Therefore, this study uses SWOT analysis to
analyze the right strategies to deal with the forthcoming AEC in 2015.
Keywords: Part-time Workers, Employment, FDI, DI, SWOT

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI
INDONESIA MENGHADAPI MEA 2015 (PERIODE 2008-2012)

ARTI ILHAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi: Analisis Penyerapan Tenaga keja di Indonesia Menghadapi MEA
2015 (Periode 2008-2012)
Nama

: Arti Ilhami

NIM

: H14100031

Disetujui oleh

Dosen pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:


1 1 JUL 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
mengenai penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor ekonomi di Indonesia
sebagai upaya dalam menghadapi MEA 2015 dengan periode penelitian 2008
sampai 2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si selaku
pembimbing, kepada ayah, ibu, almarhum kakak tersayang Aji Muchamad Huda,
dan adik saya Achsan Jembar Mulyana, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman
terbaik saya dari SMA yaitu Rizki Ardinsyah, Yunita, Fathimah, Adisti, dan
Miranti. Teman-teman asrama saya yaitu Ai, Anggun, dan Fifi. Teman TPB saya
Aisatul, Ochi, Puspa, Dita. Teman-teman hip hip yaitu Dian Pertiwi, Chika, Heni,
Pupu, Uke, Fida, Amalia, Fazri, Alfin, Erlangga, Dwiki, Rizki, serta teman-teman
saya lainnya yang tidak dapat saya sebut satu per satu dalam tulisan ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juli 2014
Arti Ilhami

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

2


Latar Belakang

2

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

6


TINJAUAN PUSTAKA

6

Ketenaga kerjaan

6

Produktivitas tenaga kerja

7

Investasi

8

Teori Permintaan tenaga kerja

9


Teori penawaran tenaga kerja

10

Hubungan antarvariabel

10

Penelitian terdahulu

12

Kerangka pemikiran

14

METODE ANALISIS

17


Jenis dan Sumber data

17

Metode analisis

17

Perumusan model

21

Hipotesis penelitian

22

Uji hipotesis

22


Uji pelanggaran asumsi

24

Analisis SWOT

26

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum penyerapan tenaga kerja di Indonesia

26
26

Faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor
ekonomi di Indonesia
28
Strategi Untuk Meningkatkan Penyerapan Tenaga kerja di Indonesia dalam
upaya menghadapi MEA 2015
32
SIMPULAN DAN SARAN

40

Simpulan

40

Saran

40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

41

DAFTAR TABEL
1. Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi
yang ditamatkan (juta orang)
3
2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010-2012
(Juta orang)
4
3. Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya
24
4. Angkatan kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan
27
5. Jumlah pekerja paruh waktu berdasarkan lapangan usaha periode
29
6. Tingkat pekerja paruh waktu di Indonesia (%)
29
7. Produktivitas tenaga kerja berdasarkan sektor ekonomi (miliar rupiah per
jiwa)
30
8. Hasil estimasi model Data Panel dengan menggunakan Fixed Effect
32
9. Matriks SWOT
35

DAFTAR GAMBAR
1. Grafik jumlah pekerja paruh waktu di Indonesia periode 2008-2012
2. Kerangka pemikiran

2
16

DAFTAR LAMPIRAN
1. Realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN)
45
2. Hasil Uji Chow pada model Fixed EffectsModel dan Uji Hausman pada
Random Effects Model
46
3. Hasil Uji Asumsi Klasik (Uji Multikolinearitas dan uji Normalitas)
47

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Liberalisasi perdagangan di ASEAN merupakan salah satu bentuk
implementasi dari tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
berimplikasi pada terintegrasinya ASEAN secara ekonomi pada tahun 2015
dengan mencapai pasar tunggal. Selain itu tujuan dari pembentukan MEA ini
adalah untuk menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang
kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global,
lebih banyak menarik Foreign Direct Investment (FDI), dan meningkatkan
perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade) (Kemenkeu RI,
2014). Bentuk liberalisasi ini dapat terlihat dari upaya penghapusan hambatan tarif
dan non tarif bagi negara-negara di wilayah ASEAN baik untuk perdagangan
barang maupun jasa.
Selain dalam bentuk perdagangan barang dan jasa, upaya penghapusan
hambatan ini juga dilakukan untuk faktor-faktor produksi di negara-negara
ASEAN terutama tenaga kerja dan investasi (modal). Dengan penghapusan
hambatan untuk faktor-faktor produksi ini maka tenaga kerja dan investor dari
negara-negara ASEAN bebas untuk keluar-masuk di wilayah ASEAN itu sendiri,
sehingga setiap negara harus segera mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar
investor asing yang masuk ke negaranya tidak sampai memonopoli kegiatan
ekonomi di negaranya pada saat MEA 2015 nanti. Selain harus mengawasi para
investor asing, tiap negara ASEAN juga harus mulai memperhatikan kualitas dan
kuantitas dari sumber daya manusianya sebagai tenaga kerja sehingga
masyarakatnya mampu memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi pasar
tenaga kerja pada saat MEA 2015.
Apabila MEA 2015 terwujud pada tahun 2015, maka dipastikan akan
terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN. Para warga
negara dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain dan mendapatkan
pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju. Negara-negara ASEAN
memiliki pedoman untuk mencapai MEA 2015 yaitu AEC blueprint, dimana
masing-masing negara berkewajiban untuk melaksankan komitmen dalam
blueprint tersebut. Pembahasan tenaga kerja dalam AEC blueprint tersebut
dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja terampil (skilled labour) dan tidak
terdapat pembahasan menegnai tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour).
Walaupun definisi skilled labour tidak terdapat secara jelas pada AEC
blueprint, namun secara umum skilled labour dapat diartikan sebagai pekerja
yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan, atau kemampuan di
bidangnya yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi, atau
sekolah teknik ataupun pengalaman kerja (Kemendag RI, 2013). Melihat acuan
dari MEA 2015 tersebut, maka penting bagi Indonesia untuk menyiapkan
angkatan kerjanya agar mampu bersaing dengan angkatan kerja asing lainnya,

2
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan mampu menekan angka
pengangguran di Indonesia.
Setiap negara berupaya untuk mengendalikan angka pengangguran di
negaranya, karena tingginya angka pengangguran akan berimplikasi pada banyak
hal. Pengangguran dapat mengakibatkan pendapatan nasional yang dicapai lebih
rendah dari pendapatan nasional potensial, pendapatan pajak pemerintah
berkurang, masyarakat banyak yang kehilangan mata pencarian dan pendapatan,
dan pengangguran juga dapat mengakibatkan ketidakstabilan sosial dan politik
(Sulistianingsih 2006).
Tingginya jumlah angkatan kerja di Indonesia saat ini sangat berfluktuatif.
Persaingan dalam angkatan kerja juga terus terjadi karena tidak seimbangnya
jumlah permintaan dan penawaran kerja di Indonesia sehingga rentan
menimbulkan pengangguran. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di tiap sektor juga
berbeda-beda, dan berdasarkan data yang telah diperoleh, sektor pertanian
merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi di Indonesia. Di
Indonesia, salah satu alternatif untuk menghindari pengangguran adalah dengan
menjadi pekerja paruh waktu. Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja di
bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari
pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (Pustadinaker 2014).
Pekerjaan ini dapat membantu kalangan menengah kebawah yang membutuhkan
penghasilan namun memiliki alasan tersendiri untuk bekerja dibawah jam kerja
normal. Selain dari kalangan bawah, kalangan atas juga memiliki kemungkinan
untuk memiliki status pekerjaan ini seperti para tenaga ahli. Berdasarkan data
yang diperoleh, maka terlihat bahwa jumlah pekerja paruh waktu di Indonesia
terus meningkat. Peningkatan jumlah pekerja paruh waktu dan persentase
pertumbuhannya di Indonesia dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
.

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah)

Gambar 1. Grafik jumlah pekerja paruh waktu di Indonesia periode 2008-2012

3
Pekerja paruh waktu ini memiliki dampak positif bagi peningkatkan
penyerapan tenaga kerja di Indonesia, selain itu memiliki fleksibilitas yang tinggi
dimana jam kerja yang lebih sedikit dari jam kerja biasanya tetap mampu
memberikan penghasilan yang membuat pekerjanya tidak mencari atau menerima
kesempatan kerja lainnya. Dampak negatif dari pekerja paruh waktu adalah
produktivitasnya yang masih kurang karena jam kerjanya yang kurang optimal
sehingga kontribusinya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan yang dan juga keterampilan pekerja paruh waktu.
Jumlah pekerja di Indonesia saat ini memiliki tingkat pendidikan yang
sangat rendah. Padahal tingkat pendidikan dan keterampilan (tingkat keahlian)
dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas pekerjanya
(Eddy 2007). Seperti dalam kutipan dari laporan dan riset resmi yang bertajuk The
Global Talent Competitiveness Index 2013, Indonesia menempati peringkat ke 50
dari 148 negara dimana indeks ini dapat menggambarkan mengenai penyediaan
pekerja berbakat dan terampil. Indeks tersebut mengukur kemampuan suatu
negara untuk menghasilkan, menarik dan mempertahankan tenaga kerja berbakat.
Tingkat pendidikan para pekerja di Indonesia sendiri dapat terlihat seperti pada
Tabel 1 ini
Tabel 1 Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan (juta orang)
No Pendidikan Tertinggi yang
Tahun
ditamatkan
2008 2009 2010 2011 2012
1

SD kebawah

55,33

55,21

54,51

54,18

53,88

2

sekolah menengah pertama

19,04

19,39

20,63

20,70

20,22

3

sekolah menengah atas

14,39

14,58

15,92

17,11

17,25

4

sekolah menengah kejuruan

6,76

8,24

8,88

8,86

9,50

5

Diploma I/II/III

2,87

2,79

3,02

3,17

2,98

6

Universitas

4,15

4,66

5,25

5,65

6,98

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah)

Seperti yang terlihat pada Tabel 1, terlihat bahwa tingkat pendidikan
tertinggi yang diselesaikan oleh para pekerja di Indonesia selama periode 20082012 didominasi oleh para pekerja lulusan SD kebawah yang merupakan salah
satu tingkat pendidikan terendah. Dengan minimnya tingkat pendidikan di
Indonesia, tentu akan memengaruhi produktivitas dari para pekerjanya. Padahal
produktivitas tenaga kerja itu sendiri merupakan salah satu komponen yang
memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Selain dipengaruhi oleh tingkat keahlian dari para pekerjanya,
produktivitas pekerja di Indonesia sendiri dipengaruhi oleh investasi yang masuk
ke dalam sektor pekerjaan para pekerja. Selain memengaruhi produktivitas,
tingkat investasi juga sangat memengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja di

4
Indonesia. Investasi merupakan salah satu faktor penting yang turut berperan
dalam kelangsungan suatu usaha dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
sistem ketenaga kerjaan dalam usaha tersebut terutama dalam penyerapan tenaga
kerjanya. Investasi yang terdiri dari PMA dan PMDN di Indonesia masih perlu
untuk ditingkatkan mengingat pentingnya peran investasi domestik dan asing
untuk membantu permasalahan ketenaga kerjaan ini. Adanya pengaruh dari
pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA, serta PMDN terhadap
penyerapan tenaga kerja inilah yang perlu untuk dikaji lebih lanjut.

Perumusan Masalah
Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih perlu diperhatikan
mengingat jumlah angkatan kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja yang
berfluktuatif. Meskipun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya, jumlah angkatan kerja tidak selalu meningkat tetapi cenderung
berfluktuatif seperti terlihat dari Tabel 2. Dalam tabel tersebut terlihat juga bahwa
angka pengangguran di Indonesia masih tinggi meskipun jumlahnya terus
menurun hingga tahun 2012. Dilihat dari pekerja tidak penuh dapat dilihat bahwa
keberadaan paruh waktu selalu lebih besar daripada jumlah setengah penganggur.
Artinya jumlah pekerja yang bekerja dibawah jam kerja optimal dan tidak mencari
pekerjaan atau tidak menerima pekerjaan lagi jauh lebih besar dibandingkan
dengan setengah pengangguran, yaitu pekerja yang bekerja dibawah jam kerja
normal tetapi sedang mencari atau menerima pekejaan lain.
Tabel 2

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama,
2010-2012 (Juta orang)

Jenis kegiatan Utama

2010

2011

2012

Februari

Agustus

Februari

Agustus

Februari

1. Angkatan kerja

116,00

116,53

119,40

117,37

120,41

a. Bekerja

107,41

106,21

111,28

109,67

112,60

b. Penganggur

8,59

8,32

8,12

7,70

7,61

2.Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja (%)

67,83

67,72

69,96

68,34

69,66

3.Tingkat
Pengangguran
Terbuka (%)

7,41

7,14

6,80

6,56

6,32

4. Pekerja Tidak Penuh

32,80

33,27

34,19

34,59

35,55

a. Setengah
Penganggur

15,27

15,26

15,73

13,52

14,87

b. Paruh Waktu

17,53

18,01

18,46

21,06

20,68

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah)

5
Jumlah pekerja paruh waktu yang lebih tinggi dibandinggkan setengah
penganggur ini (penganggur terselubung) harus diteliti lebih lanjut peranannya
terhadap penyerapan tenaga kerja, karena pekerja paruh waktu ini termasuk
golongan tenaga kerja yang bekerja dengan jumlah jam kerja yang tidak optimal
sehingga menghasilkan produktivitas yang tidak maksimal.
Tingkat produktivitas merupakan hubungan antara output dan jumlah
pekerja per satuan waktu dan secara rumusan kuantitatif memiliki hubungan
negatif dengan penyerapan tenaga kerja. Ketika tingkat produktivitas tinggi, maka
jumlah penyerapan tenaga kerja biasanya berkurang. Namun hal tersebut akan
terjadi dalam jangka panjang ketika jumlah penambahan pekerja secara terus
menerus mengakibatkan pengurangan hasil output. Dalam jangka pendek hingga
menengah, penambahan tenaga kerja biasanya diiringi dengan penambahan
produktivitas (ceteris paribus) sehingga produktivitas yang tinggi masih
memberikan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Berbeda dengan produktivitas tenaga kerja, investasi memiliki korelasi positif
dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan penyerapan tenaga kerja
baik itu investasi dalam negeri (PMDN) atau investasi asing (PMA). Investasi
yang masuk kedalam suatu sektor usaha merupakan salah satu bentuk modal
dalam usaha tersebut yang mampu merangsang perkembangan dari usaha sektor
tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja,
PMA, dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor
ekonomi di Indonesia?
2. Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga
kerja di Indonesia saat ini dalam upaya menghadapi MEA 2015?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis pengaruh pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja,
PMA, dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor
utama di Indonesia.
2. Merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga
kerja di Indonesia dalam upaya persiapan menghadapi MEA 2015

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan sistem
ketenaga kerjaan di indonesia terutama mengenai keberadaan pekerja
paruh waktu, produktivitas tenaga kerja dan investasi (PMA dan PMDN).

6
2. Memberikan informasi kepada pihak terkait untuk menyusun strategi
dalam upaya peningkatan kesejahteraan bagi semua pihak (pemerintah,
swasta, dan tenaga kerja)
3. Sebagai info tambahan untuk masyarakat dan dapat digunakan sebagai
rujukan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini menganalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Penelitian ini meneliti variabel
pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA, dan PMDN.
2. Cakupan MEA 2015 dalam penelitian ini tidak dimasukan ke dalam model
penelitian tetapi dijelaskan secara deskriptif dan dengan menggunakan
analisis SWOT.
3. Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Kementerian Ketenaga kerjaan dan Transmigrasi, dan
publikasi-publikasi terkait lainnya.
4. Data yang diolah adalah data dari tahun 2008 hingga tahun 2012 dengan
menggunakan 9 sektor utama di Indonesia.
5. Metode analisis data menggunakan data panel dan analisis SWOT singkat
tanpa menggunakan pembobotan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ketenaga kerjaan
Pengertian dari tenaga kerja sendiri menurut UU no.13 tahun 2003 Bab 1
pasal 1 ayat 2 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa untuk pemenuhan kebutuhan hidup sendiri maupun
masyarakat (Handoyo 2013). Menurut Badan Pusat Statistik, yang tergolong
sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur dalam batas usia kerja.
Batasan usia kerja berbeda-beda antar negara yang satu dengan yang lain. Di
Indonesia sendiri penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
keatas. Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenaga
kerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labour Force Concept yang
disarankan oleh The International Labour Organization (ILO). Konsep ini
membagi penduduk menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia kerja dan
penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan menjadi
dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya, kelompok
tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
1. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15-64
tahun) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran.

7
2. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja (15-64 tahun) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
3. Bekerja adalah kegiatan kegiatan ekonomi yang dilakukan yang bertujuan
untuk memperoleh atau membantu untuk memperoleh pendapatan atau
keuntungan paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
4. Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak
memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam
empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,
1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 1994). Pengangguran
dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal
ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah
tenaga kerja yang diminta.
1) Pekerja Tidak Penuh
Pekerja tidak penuh adalah bagian dari angkatan kerja yang bekerja di
bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) (Pusdatinaker 2014).
Pada negara-negara berkembang, migrasi dari desa ke kota terjadi sangat pesat.
Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh
pekerjaan dengan mudah. Sebagian terpaksa menjadi penganggur, dan ada juga
yang tidak menganggur tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja
mereka berada dibawah jam kerja normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu
hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja
yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai
pekerja tidak penuh (underemployed). Pekerja tidak penuh dibagi menjadi dua
kelompok :
 Setengah Penganggur, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal
dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
 Paruh Waktu, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi
tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain,
misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
Produktivitas Tenaga kerja
Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input).
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986). Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan pekerja
dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan. Seorang pekerja
dapat dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai
dengan waktu yang diharapkan atau dalam waktu yang singkat atau tepat. Untuk
mencapai produktivitas yang tinggi selain bahan baku diperlukan juga tenaga
kerja yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, keterampilan, sikap dan etika

8
kerja, tingkat penghasilan, jaminan sosial, motivasi, gizi dan kesehatan, hubungan
individu, teknologi, dan produksi (Ravianto, 1985).
Pengukuran produktivitas kerja adalah sebagai sarana untuk menganalisa
dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target
dan kegunaan, atau sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. Ada dua
macam alat pengukuran produktivitas, yaitu:
a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran
(size), panjang, berat, banyaknya unit, dan waktu tenaga kerja.
b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang
yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya. (Ravianto 1986)
Peningkatan produktivitas tenaga kerja seringkali dianggap bersifat
mereduksi kesempatan kerja, namun temuan Nordhaus (2005) dan Siregar
(2006), menunjukkan bahwa peningkatan teknologi pada sektor padat karya
(seperti pertanian dan industri agro) justru meningkatkan penyerapan tenaga
kerja. Logikanya adalah bahwa kenaikan produktivitas dan daya saing produk
sektor tersebut akan menyebabkan harga jual yang lebih kompetitif, sehingga
meningkatkan permintaan terhadap produk itu. Kenaikan permintaan ini pada
gilirannya meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Menurut Muchdarsyah
Sinungan dalam Robert Eddy S (2007), faktor- faktor yang memengaruhi
produktivitas tenaga kerja adalah:
a. Kuantitas atau jumlah tanaga kerja yang digunakan dalam suatu proyek.
b. Tingkat keahlian tenaga kerja.
c. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan termasuk pengaruh faktor
lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenaga
kerja.
d. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalam
lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut.
e. Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya
f. Struktur pekerjaan, keahlian dan umur (kadang-kadang jenis kelamin).
Investasi
Investasi adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan
ekonomi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah.
Pada dasarnya investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk
penyelenggaraan kegiatannya, yaitu menghasilkan barang dan jasa. Pengeluaran
tersebut dapat berupa pengeluaran untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik,
pembelian mesin untuk produksi, dan bentuk pengeluaran lainnya (Suparmono
2004).
Menurut Sukirno (2005), teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan
produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang
modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan
jasa. Ketika pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan
produksi tersebut diperkirakan akan mendatangkan keuntungan berupa hasil
penjualan yang lebih besar dari pengeluaran untuk investasi, maka investor akan
memutuskan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

9
Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain adalah
untuk :
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
b) Menciptakan lapangan kerja.
c) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
d) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.
e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri
h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan
disempurnakan, dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan
dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN
disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970.

Penanaman Modal Asing (PMA)
Menurut UU no.1 Th. 1967 dan UU no.11 Th. 1970 tentang PMA, yang
dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan
di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko
dari penanaman modal tersebut (Eko 2011). Pengertian modal asing antara lain:
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan pembiayaan
perusahaan di Indonesia.
2. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan
bahan-bahan yang dimasukan dari luar negeri kedalam wilayah Indonesia
selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan
di Indonesia.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Dalam Undang-Undang no.6 tahun 1968 dan undang-undang no.12 tahun
1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu
definisi modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-undang ini dengan “modal dalam negeri” adalah: bagian dari
kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik
yang dimiliki negara maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia
yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang

10
modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU no.12 tahun
1970 tentang penanaman modal asing.
2. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal
ini dapat terdiri atas perorangan dan atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam pasal 2 disebutkan
bahwa, yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan “Penanaman εodal
Dalam Negeri” ialah penggunaaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam
pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha
menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.
Teori Permintaan Tenaga kerja
Permintaan adalah suatu hubungan antar harga dan kuantitas. Permintaan
terhadap suatu komoditi adalah hubungan antar harga dan kuantitas dari komoditi
dimana para pembeli bersedia untuk membelinya. Jika dihubungkan dengan
tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas
tenaga kerja yang diharapkan oleh pemberi kerja untuk dipekerjakan. Secara
khusus, suatu kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum yang
diinginkan oleh seorang pembeli untuk membelinya pada setiap kemungkinan
harga dalam jangka waktu tertentu (Bellante, 1990). Terdapat dua jenis
permintaan tenaga kerja berdasarkan jangka waktunya, yaitu:
a) Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek.
Fungsi produk memperlihatkan hubungan yang terjadi antara berbagai
input faktor produksi dan output perusahaan. Dengan teknologi tertentu, semakin
banyak input pekerja dan modal yang digunakan semakin besar output yang
dihasilkan (Ananta, 1990).
b) Permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang.
Perbedaan antara permintaan terhadap pekerja dalam jangka pendek dan
jangka panjang adalah bahwa dalam jangka panjang semua input produksi dapat
berubah. Dalam jangka pendek, yang bisa berubah hanya input yang menjadi
fokus pembahasan.
Teori Penawaran Tenaga kerja
Penawaran terhadap suatu barang merupakan hubungan antara harga dan
jumlah barang yang disetujui oleh penyedia barang untuk ditawarkan. Penawaran
terhadap pekerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja
yang disetujui oleh penyedia jasa kerja untuk ditawarkan (Ananta, 1990).
Penawaran tenaga kerja berdasarka jangka waktu dibedakan menjadi:
a) Penawaran tenaga kerja dalam jangka pendek.
Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu perekonomian
tergantung pada besarnya jumlah penduduk, persentase penduduk yang memilih
berada dalam angkatan kerja, dan jam kerja yang ditawarkan oleh peserta
angkatan kerja. Jadi dari ketiga komponen tersebut jumlah tenaga kerja
keseluruhan yang ditawarkan tergantung pada upah pasar. (Afrida, 2003). Jangka
pendek dimaksudkan sebagai periode waktu dimana tidak mungkin dilakukan
penyesuaian ataupun perubahan keadaan. Penyesuaian jam kerja dan penyesuaian

11
angkatan kerja yang akan dibahas adalah dari individu-individu dalam rumah
tangga yang ada dengan ukuran jumlah tertentu.
b) Penawaran tenaga kerja dalam jangka panjang
Dalam jangka pendek individu diasumsikan tidak dapat mengubah modal
manusianya. Individu hanya dapat menyesuaikan jam kerjanya dan tidak bisa
meningkatkan keahliannya. Dalam jangka panjang, individu dapat mengubah
modal manusianya dan usaha ini disebut investasi dalam modal manusia. Investasi
ini berwujud pengorbanan penggunaan waktu pasar untuk meningkatkan keahlian
individu tersebut. Pengorbanan penggunaan waktu pasar berarti kesediaan
mengalami penurunan jumlah komoditi pasar yang digunakan dalam proses rumah
tangganya. Dengan kata lain, investasi dalam modal manusia dapat mengurangi
kepuasan di masa kini, walaupun diharapkan dapat meningkatkan kepuasan di
masa yang akan datang (Ananta, 1990).
Hubungan Antarvariabel
1. Hubungan antara pekerja paruh waktu dengan penyerapan tenaga kerja.
Pekerja paruh waktu merupakan bagian dari salah satu jenis pekerja tidak
penuh. Pekerja paruh waktu ini masih tergolong ke dalam angkatan kerja yang
bekerja karena meskipun jam kerjanya dibawah jam kerja normal tetapi tetap
bekerja karena paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu
digolongkan menjadi kegiatan bekerja. Golongan pekerja paruh waktu ini
memberikan kontribusi terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja di Indonesia
karena jumlahnya yang cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja
paruh waktu ini memiliki hubungan atau korelasi yang positif dengan penyerapan
tenaga kerja di sembilan sektor di Indonesia
2. Hubungan antara produktivitas tenaga kerja dengan penyerapan tenaga
kerja.
Sinungan (1992) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah
konsep bersifat universal bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan
jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang
semakin sedikit dengan produk perusahaan sehingga dikaitkan dengan skill
pekerja. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan kuantitatif
teknis operasional. Secara filosofis-kualitatif, produktivitas mengandung
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan
mutu kehidupan. Secara filosofis-kuantitatif, produktivitas merupakan
perbandingan hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya
(masukan) yang dipergunakan per satuan waktu (Simanjuntak, 1998).
Produktivitas tenaga kerja dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan
antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan dalam waktu tertentu (Sudarsono, 1998). Satuan ukurannya adalah
angka yang menunjukkan ratio antara input dan output. Kenaikan produktivitas
tenaga kerja berarti pekerja dapat menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu
yang sama, atau tingkat produksi tertentu dapat menghasilkan dalam waktu yang
singkat. Menurut Sudarsono (1998) produktivitas tenaga kerja dapat dirumuskan
sebagai berikut :
PRtk =
....................................... (2.1)

12
PRTk
Q
TK

: produktivitas tenaga kerja
: volume produksi yang dihasilkan akibat dari penggunaan output
: banyaknya tenaga kerja yang digunakan

Menurut Simanjuntak (1998), peningkatan produktivitas tenaga kerja
dapat terwujud dalam empat bentuk :
a. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit.
b. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya
yang kurang.
c. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya
yang sama.
d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan penambahan sumber
daya yang relative lebih kecil.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan semakin
tingginya produktivitas tenaga kerja, maka tenaga kerja yang terserap akan
rendah. Seiring dengan penurunan biaya tenaga kerja ini, maka dapat dilakukan
penambahan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan usaha. Sehingga produktivitas
tenaga kerja ini juga memengaruhi penyerapan tenaga kerja.
3. Hubungan Investasi dengan penyerapan tenaga kerja
Modal dalam proses ekonomi di negara berkembang adalah salah satu
faktor yang menjadi penghambat negara tersebut untuk maju. Kekurangan modal
ini disebabkan oleh rendahnya investasi. Selain kekurangan modal juga terjadi
tekanan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya. Peningkatan jumlah
serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tesebut diiringi dengan
belum seimbangnya kegiatan ekonomi khususnya kesempatan kerja yang tersedia
sehingga menciptakan permasalahan sosial ekonomi yang serius yaitu
pengangguran. Melihat kondisi tersebut, maka peningkatan modal atau investasi
sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karenanya
pemerintah berupaya meningkatkan perekonomian melalui penghimpunan dana
atau investasi baik dari pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada kegiatan
ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot penanaman modal, baik penanaman
modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) (Sukirno,
2000).
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno, 2000). Adanya investasiinvestasi akan mendorong terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap
faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja
yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran
(Prasojo, 2009).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Harrod-Domar (Mulyadi, 2000),
hubungan antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja adalah investasi tidak
hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.
Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan
ditingkatkan penggunaanya. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi

13
rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan.
Maka setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan
investasi untuk membantu membuka lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan
penyerapan tenaga kerja (Dumairy, 1997).
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan Bienvenido (2010) yang menganalisis mengenai pekerja
kontrak dan produktivitas tenaga kerja di beberapa sektor di Spanyol menunjukan,
bahwa pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh pekerja
kontrak di Spanyol selama periode 1987-2000 berdampak secara sektoral.
Penelitian ini menggunakan variabel-variabel PDB Spanyol, jumlah angkatan
kerja, jumlah akumulasi modal fisik, dan human capital (proyeksi dari rata-rata
pekerja yang bersekolah) yang diolah dengan menggunakan metode data panel
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa di Spanyol, pertumbuhan
produktivitas telah melambat karena adanya pekerja kontrak pada bidang-bidang
pekerjaan umum . akan tetapi, efek ini baru terdeteksi di sektor manufaktur dan
energi, namun belum terdeteksi secara tepat di sektor yang memiliki tingkat
teknologi yang rendah dan kualitas sumber daya manusia yang rendah seperti di
sektor konstruksi dan perhotelan.
Akmal (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia menyimpulkan bahwa
terdapat beberapa faktor penting yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di
Indonesia seperti PDRB riil, UMP riil, dan investasi riil. Penelitian ini dilakukan
dalam periode 2003 sampai 2007 dengan 20 provinsi yang ada di Indonesia dan
dianalisis dengan menggunakan metode regresi data panel. Dalam penelitian ini
digambarkan mengenai situasi ketenaga kerjaan di Indonesia yang menunjukan
bahwa penyerapan tenaga kerja selama periode tersebut cenderung berfluktuatif.
Pada tahun 2005 jumlah penyerapan tenaga kerja di beberapa provinsi
cenderung menurun, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) pada saat itu yang memengaruhi jumlah biaya produksi perusahaanperusahaan. Jumlah penyerapan tenaga kerja kembali membaik pada saat tahun
2006 hingga awal 2007. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif yang didapatkan,
disimpulkan bahwa PDRB riil, UMP riil, dan investasi riil berpengaruh signifikan
dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Saputri (2011) juga melakukan penelitian mengenai analisis penyerapan
tenaga kerja di kota Salatiga. Penelitian ini menganalisis pengaruh dari
produktivitas tenaga kerja dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja
di kota Salatiga dengan periode penelitian dimulai dari tahu 1990 hingga 2009.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data seunder yang berasal
dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas ketenaga kerjaan dan transmigrasi
kota Salatiga. Untuk data primer diperoleh dari wawancara kepada wakil serikat
pekerja di kota Salatiga. Metode analisis yang digunakan merupakan metode
Ordinary Least Square (OLS) dan analisis SWOT . Berdasarkan hasil analisis
maka diketahui bahwa upah dan produktivitas berpengaruh secara signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Salatiga.
Secara parsial, upah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Salatiga dan produktivitas tenaga kerja memiliki

14
pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota
Salatiga. Besarnya pengaruh upah dan produktivitas tenaga kerja terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Salatiga sebesar 95,16 persen sedangkan sisanya
4,84 persen diterangkan oleh faktor lain.
Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Ahiriani (2013) tentang
pengaruh investasi dan upah terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri
manufaktur di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
secara langsung terhadap tenaga kerja dan tidak langsung melalui pertumbuhan
ekonomi pada sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan. Dalam penelitian
ini variabel yang digunakan adalah PMA, PMDN, upah, pertumbuhan ekonomi,
dan penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Selatan dengan data sekunder selama
periode 1997 hingga 2011. Metode yang digunkan dalam analisis ini merupakan
Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara
langsung PMDN dan upah tidak memiliki pengaruh yang sigifikan, sedangkan
PMA signifikan tetapi negatif terhadap peneyerapan tenaga kerja. Secara tidak
langsung PMDN signifikan sedangkan PMA tidak, dan pertumbuhan ekonomi
serta upah berpengaruh signifikan meskipun negatif terhadap peneyerapan tenaga
kerja pada sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Penelitan yang dilakukan oleh
Bienvenido (2010) menggambarkan mengenai pekerja kontrak dan produktivitas
tenaga kerja di beberapa sektor di Spanyol yang menunjukan bahwa pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh pekerja kontrak di Spanyol
selama periode 1987-2000 berdampak secara sektoral. Penelitian ini
menggunakan variabel-variabel seperti PDB Spanyol, jumlah angkatan kerja,
jumlah akumulasi modal fisik, dan human capital. Dalam penelitian ini, bertujuan
untuk mencari tahu pengaruh dari pekerja paruh waktu terhadap penyerapan
tenaga kerja di Indonesia dan mencari tahu strategi yang tepat untuk
mempersiapkan angkatan kerjanya termasuk pekerja paruh waktu agar siap
memasuki MEA 2015.
Dalam penelitian Akmal (2010) menganalisis mengenai pengaruh PDRB
riil, upah riil dan investasi riil terhadap penyerapan tenaga kerja di 20 provinsi di
Indonesia, sedangkan dalam penelitian ini investasi riil dibagi menjadi PMA dan
PMDN dan akan menganalisis pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja di
Indonesia. Untuk penelitian yang dilakukan Saputri (2011) menganalisis
mengenai pengaruh produktivitas tenaga kerja dan upah riil terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kota Salatiga, sedangkan penelitian ini hanya menganalisis
pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja tanpa
menganalisis tingkat upah. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahiriani
(2013) menganalisis mengenai pengaruh langsung dan tidak langsung antara upah,
investasi riil dan pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja,
sedangkan penelitian ini hanya membahas pengaruh pekerja paruh waktu,
produktivitas tenaga kerja, PMA, dan PMDN secara umum terhadap penyerapan
tenaga kerja di sembilan sektor utama di Indonesia.

15
Kerangka Pemikiran
Dasar awal dalam pemikiran ini adalah adanya pencetusan pembentukan
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Era globalisasi menuntut setiap negara
ASEAN untuk siap menghadapi persaingan global terutama dalam persaingan
faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada saat MEA 2015, akan terjadi liberalisasi
ketenaga kerjaan pada negara-negara ASEAN yang pada akhirnya akan
memengaruhi penyerapan tenaga kerja di tiap negaranya. Tenaga kerja merupakan
faktor produksi yang sangat perlu untuk diperhatikan karena menyangkut
kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Adanya era globalisasi ini
menuntut tenaga kerja memiliki kemampuan dan kualitas tinggi sehingga bagi
angkatan kerja yang tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai
akan melakukan pekerjaan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk menjadi pekerja paruh waktu.
Sebagian besar yang menyandang pekerja paruh waktu memang
merupakan masyarakat golongan kebawah, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bagi masyarakat yang mampu untuk melakukan pekerjaan ini
karena keahliannya, contohnya seperti tenaga ahli. Sehingga perlu untuk
dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui peranan pekerja paruh waktu
bagi penyerapan tenaga kerja
Pekerja paruh waktu memiliki jam kerja yang berada dibawah jam kerja
optimal dan produktivitas yang dihasilkan biasanya tidak maksimal dalam
menghasilkan output. Tingkat produktivitas sendiri merupakan salah satu faktor
yang dapat memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Tingginya tingkat
produktivitas dapat disebabkan oleh kuatnya modal yang terserap dalam suatu
sektor usaha, kemajuan teknologi, dan dapat juga disebabkan oleh alokasi tenaga
kerja yang tepat pada keahlian tenaga kerjanya. Hal tersebut mampu merangsang
produktivitas karena produktivitas merupakan ukuran dari ouput per satuan tenaga
kerja.
Produktivitas tenaga kerja yang tinggi biasanya dikarenakan oleh
tingginya investasi yang terserap ke dalam suatu sektor, baik itu berupa PMA
maupun PMDN sehingga dapat dikatakan bahwa PMA dan PMDN memiliki
pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor di Indonesia.
Mengingat adanya keterkaitan dari pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga
kerja, PMA dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja, maka akan dilakukan
analisis untuk mengetahui pengaruh dari keempat variabel tersebut terhadap
penyerapan tenaga kerja di Indonesia dan sebagai salah satu cara untuk menyusun
strategi yang tepat dalam menghadapi MEA 2015.
Dengan berbagai kesempatan dan ancaman yang ada, maka diperlukan
strategi khusus untuk menghadapi pasar bebas tenaga kerja pada saat MEA 2015.
Strategi tersebut akan disusun dengan memanfaatkan analisis SWOT untuk
mengetahui strategi yang tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada
di Indonesia pada saat MEA 2015. Kerangka pemikiran yang digunakan disajikan
dalam Gambar 2.

16

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

17

METODE ANALISIS

Jenis dan Sumber Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu
metode yang menggabungkan metode time series dan cross section Data time
series yang digunakan adalah data tahunan selama lima tahun yaitu tahun 20082012, sedangkan data cross section sebanyak sembilan yang menunjukan sektor
perekonomian utama di Indonesia. Sembilan sektor tersebut adalah pertanian
(termasuk perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan); pertambangan dan
penggalian; industri; listrik, gas, dan air; konstruksi; perdagangan, rumah makan,
dan jasa akomodasi; transportasi, pergudangan dan komunikasi; lembaga
keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan; jasa kemasyarakatan,
sosial, dan perorangan. Adapun variabel-variabel ekonomi yang digunakan adalah
tenaga kerja yang bekerja, jumlah pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja,
serta investasi yang terdiri dari PMA dan PMDN.
Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait
berdasarkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan
media yang dimaksud adalah BPS, PUSTADINAKER , serta studi kepustakaan
berupa literatur dan buku-buku yang didapat dari perpustakaan IPB dan juga
website lainnya.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan
kuantitatif. Adapun metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis
pengaruh pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, serta PMA dan PMDN
terhadap penyerapan tenaga kerja adalah analisis dengan menggunakan regresi
panel data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft
Excel dan E-views 6. Untuk analsis deskriptif adalah dengan menggunakan
analisis SWOT. Hasil pengolahan data dan penjelasan analisisnya dipaparkan
dalam bab pembahasan.
1. Regresi Panel Data
Untuk dapat menget