Analisis Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kota Medan

(1)

LAMPIRAN I

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS KESIAPAN TENAGA KERJA DALAM MENGHADAPI ERA MEA DI KOTA MEDAN

1. KATA PENGANTAR

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU), maka saya melakukan penelitian dengan judul ANALISIS KESIAPAN TENAGA KERJA DALAM MENGHADAPI ERA MEA DI KOTA MEDAN.

Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan saudara/I sekalian untuk mengisi kuesioner ini sebagai data yang akan dipergunakan dalam penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(2)

II. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :

2. Alamat :

3.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 4. Umur :

5. Pendidikan Terakhir :

III. PERTANYAAN

A. Pengetahuan tentang MEA:

1. Apakah anda mengetahui apa itu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ? a. Ya tahu

b. Tidak

Jika Ya coba anda sebutkan singkat apa itu MEA:

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 2. Apakah anda mengetahui bahwa MEA telah diberlakukan sejak desember2015?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda mengetahui tentang Negara-negara anggota ASEAN ? a. Ya tahu

b. Tidak

Jika Ya coba anda sebutkan berapa jumlah negara anggota ASEAN dan negara ASEAN dan negara apa saja itu:

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________


(3)

4. Dari mana anda tahu informasi tentang MEA ? a. Televisi

b. Internet

c. Koran/media cetak d. Radio

5. Apakah anda setuju terhadap pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN di Indonesia?

a. Setuju Alasannya:

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ b. Tidak setuju

Alasannya:

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 6. Apakah menurut anda dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN di

Indonesia ini akan meningkatkan angka pengangguran serta semakin sulit mencari lapangan kerja?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah menurut anda dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN di Indonesia ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi?

a. Ya b. Tidak

8. Menurut anda Negara ASEAN mana yang paling cocok di jadikan tempat bekerja?

a. Negara tersebut memiliki gaji yang lebih tinggi di banding Negara lain. b. Perekonomian Negara tersebut lebih maju dan stabil dari Indonesia.


(4)

9. Bagaimana menurut anda kompetensi tenaga kerja Indonesia apakah mampu bersaing dengan tenaga kerja asing?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah anda memiliki harapan positif untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN? a. Ya

Alasannya:

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ b. Tidak

B. KOMPETENSI TENAGA KERJA 1. Hard Skill

11. Apakah anda sudah menyiapkan diri dalam menghadapi era MEA ini ? a. Siap

b. Tidak siap

12. Apakah anda memiliki jiwa kepemimpinan? a. Ya

b. Tidak

13. Apakah anda mendahulukan pengetahuan daripada keterampilan? a. Ya

b. Tidak

14. Apakah anda mendahulukan keterampilan daripada pengetahuan? a. Ya


(5)

15. Mampukah anda bekerja dalam tekanan? a. Mampu

b. Tidak Mampu

16. Manakah yang terpenting bagi anda dalam kerja? a. Manajemen waktu

b. Problem solving

17. apakah anda mengerti akan integritas? a. Ya

jika mengerti coba jelaskan:

b. Tidak

18. Apakah anda menguasai bahasa asing? a. Ya

Jika ya bahasa apa saja:

_______________________________________________________________ b.Tidak

2. Soft Skill

19. Manakah menurut anda yang paling penting? a. Kemampuan beradabtasi

b. Kemampuan Numerical (berhitung)

20. Apa saja keterampilan komunikasi yang anda kuasai a. penguasaan komputer

b. persentasi c. jaringan internet d. email


(6)

21. Apakah anda mampu mengoperasikan komputer? Pilih mana saja yang anda kuasai:

a. Internet ( browsing,blogging,web developing) b. Microsoft office

c. Social media

22. Apakah anda mampu menyusun sebuah rencana kerja a. Ya

b. Tidak

23. apakah anda seorang yang memiliki jiwa kreatif? a. Ya

b. Tidak

24. Apakah anda paham dengan komunikasi tertulis? a. Paham

b. Tidak

25. Apakah diperlukan etos kerja dalam menghadapi MEA a. Ya


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Bhakti, Ikhrar Nusa,dkk. 2008. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2016. Medan dalam Angka. Dewi, Wuryandani. 2014. Peluang dan Tantangan SDM Indonesia Menyongsong

Era Masyarakat EKonomi ASEAN. Info SIngkat EKonomi dan Kebijakan Publik Volume VI Nomor 17/P#DI/September 2014

Pratiwi, Nindi Erliz dan Rifa Atun Mahmudah. 2013. Peningkatan Daya Saing Tenaga Keja Indonesia melalui Korelasi Input Penunjang Tenaga Kerja dalam Menghada[I MEA 2015.Economics Development Analysis Journal Volume 2 Nomor 2 Tahun 2013.

Rustariuni, Surya Dewi. 2015. Kesiapan Tenaga Kerja di Kabupaten Badung dalam Menghadapi MEA 2015. Prosiding Seminar Nasional FISIP Universitas Terbuka. UTTC, 26 Agustus 2015

Sholeh.2013. Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community).

Sinarwati Ni Kadek, 2014, Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Mampu Meningkatkan Soft Skills dan Hard Skillsmahasiswa?, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Jinah Volume 3 Nomor 2 Singaraja tahun 2014. Sugiyono. 2003. MetodePenelitianAdministrasi. Bandung :Alfabeta.

Sumarsono, Sonny. 2003.Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia danKetenaga kerjaan.Jogyakarta : Graha Ilmu.

Suliswanto, Muhammad Sri Wahyudi. 2013. Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Diskusi Akhir Tahun 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

Utomo, Pudjo. 2014. Kesiapan Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja) Bidang Konstruksi Di Indoneisa Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang

Wangke, Humphrey. 2009. Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Vol. VI. No. 10/II/P3DI/MEI/2014.


(8)

Sumber Internet:

( Diakses tanggal 10-06-2016 jam 10:35)

10-06-2016. jam 11:20)

Indonesia ( Diakses tanggal 10-06-2016 jam 11:40)

MEA( Diakses tanggal 10 Juni 2016 Jam 10.00)

(Diakses tanggal 13 Juni 2016 Jam 11.00)

(Diakses tanggal 10 Juni 2016 jam 12.02)

http://waspada.co.id/warta/pemberlakuan -mea-belum-menggeliat-di-sumut/ (Diakses tanggal 10 Juni 2016 Jam 11.00)

Sumber Riset:


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian

Penelitian tentang Analisis Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Era MEA di Kota Medan ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatifadalah penelitian tentang riset yang bersifat subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif(Arikunto, 1996).

3.2 LokasiPenelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di Kota Medan. 3.3 Definisi OperasionalVaribel

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah wujud kerjasama antar negara ASEAN yang setiap negara harusmeleburkan batas teritorial untuk mewujudkan satu pasar tunggal di kawasan ASEAN yang diharapkan akan menjadi tulang punggung di kawasan ASIA setelah Cina.

2. Pengetahuan tentang MEA adalah ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang di dukung dengan elemen aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan arus modal. Indikatornya seperti pengetahuan tentang Negara anggota ASEAN, Pengetahuan tentang MEA, sumber informasi MEA, dan pro kontra terhadap pemberlakuan MEA.

3. Tenaga Kerja adalahpenduduk dalam usia kerja ( working-age population). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-undang


(10)

No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan /atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. kompetensi tenaga kerja adalah kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, kompetensi pendukung, yaitu kemampuan seeorang yang dapat mendukung kompetensi utama, kompetensi lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan pendukung namun membantu di dalam meningkatkan kualitas hidup.

a. Hard Skill

Adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Hardskill merupakan keterampilan teknis yang melekat atau dibutuhkan untuk profesi tertentu

b. Soft Skill

Adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, atribut soft skillstersebut meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap.


(11)

3.4 Metode Pemilihan Populasi dan Sampel 3.4.1Populasi

Populasiadalahwilayahgenerelisasi yang terdiridariatasobjek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono, 2011:90) Populasidata penelitian ini adalah tenaga kerja di Kota Medan yang belum bekerja dan termasuk sedang mencari kerja dengan jumlah angakatan kerja 100.568 orang.

3.4.2Sampel

Sampel merupakanbagianatauwakildaripopulasi yang akanditeliti (Arikunto, 1999). Sampel dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang sesungguhnya dari kesimpulan data yang diperoleh.

Dalam menentukan sampel dan populasi dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Slovin dikutip oleh Husein Umar (2005 : 108), yaitu sebagai berikut:

Rumus:

Keterangan:

N = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi, yaitu jumlah total pengusaha yang melakukan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Satu Atap.

E = Nilai kritis atau persen ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel.


(12)

Dalam penelitian ini jumlah populasi pelanggan dengan batas kesalahan yang diinginkan adalah 10 %, diketahui jumlah total angkatan kerja di Kota Medan, yaitu sebanyak 100.568 orang, maka N = 100.568 orang. Dengan mengikuti perhitungan di atas hasilnya adalah : 99,90. Maka jumlah responden yang akan diambil adalah digenapkanmenjadi 100 orang responden.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, diperoleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada masyarakat tenaga kerja Kota Medan melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.8

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, literatur, media internet serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui

berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat di peroleh dari buku buku, internet dan lainnya.

2. Kuisioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian Kota Medan. Jawaban atas pertanyaan ini digunakan sebagai data dalam penelitian.


(13)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitia aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.Metode penelitian inimenggunakan teknik wawancara secara mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara mendalam pada responden yang representatif. Dalam penelitian ini akan menekankan pada aspek kompetensi tenaga kerja dan kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi MEA. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan atau wawasan tenaga kerja dalam menghadapi MEA, bagaimana kompetensi tenaga kerja dalam menghadapi MEA, dan bagaimana kesiapan tenaga kerjadalam pasar tenaga kerja dalam menghadapi MEA.


(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba.

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa yang pertama mengunjungi Deli pada tahun 1833menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah keMedan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.


(15)

besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

4.1.2 Keadaan Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:


(16)

Tabel 4.1

Batas Wilayah Kota Medan Utara Selat Malaka Selatan Kabupaten Deli Serdang

Barat Kabupaten Deli Serdang Timur Kabupaten Deli Serdang

Sumber : Badan Pusat Statistik

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang


(17)

terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, yakni:

Tabel 4.2

Kecamatan dan Kelurahan Kota Medan

Medan Tuntungan 9 Kelurahan

Medan Johor 6 Kelurahan

Medan Amplas 8 Kelurahan

Medan Denai 5 Kelurahan

Medan Area 12 Kelurahan

Medan Kota 12 Kelurahan

Medan Maimun 6 Kelurahan

Medan Polonia 5 Kelurahan

Medan Baru 6 Kelurahan

Medan Selayang 6 Kelurahan

Medan Sunggal 6 Kelurahan

Medan Helvetia 7 Kelurahan

Medan Petisah 7 Kelurahan

Medan Barat 6 Kelurahan

Medan Timur 11 Kelurahan

Medan Perjuangan 9 Kelurahan

Medan Tembung 7 Kelurahan

Medan Deli 6 Kelurahan

Medan Labuhan 7 Kelurahan

Medan Marelan 4 Kelurahan

Medan Belawan 6 Kelurahan


(18)

4.1.3 Lambang Kota Medan

17 biji padi berarti tanggal 17 dari hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 8 bunga kapas berati bulan 8 dari tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 4 tiang dan 5 bahagian dari perisai berarti tahun 45 dari Proklamasi Indonesia. Satu bambu runcing yang terletak dibelakang perisai adalah lambang perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, dan lima bahan-bahan pokok yang terpenting dihadapan bambu runcing berarti Kemakmuran serta Keadilan Sosial yang merata ada dihadapan kita.

Bintang yang bersinar lima adalah Bintang Nasional yang berarti bahwa hidup penduduk Kota Medan khususnya dan Indonesia umumnya akan bersinar-sinar bahagia dan lepas dari kemiskinan dan kemelaratan.

Lima sinar bintang berarti lima bahan pokok terpenting yang diekspor dari Kota Medan dan lima bahagian perisasi berarti Pancasila yang menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.

4.2 Karakteristik Responden


(19)

kelamin, umur dan juga pendidikan terakhir, yang keseluruhan dari responden ini dicari secara acak serta tidak memiliki kerja apapun atau dikatakan “menganggur”. Responden yang dijadikan sampel dicari secara random, dimana sampel ini tersebar dari beberapa tempat seperti kampus, rumah makan, café dan juga rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden pria lebih banyak dibanding dengan jumlah responden wanita. Jenjang pendidikan para responden terdiri dari SMP hingga Sarjana, serta umur para responden termasuk umur yang rata rata relatif muda dan kebanyakan dari para responden adalah orang orang yang baru menyelesaikan pendidikan, baik itu SMA/Sederajat mapun perguruan tinggi.

4.2.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin para responden yang dicari secara acak didominasi oleh para pria, dapat dikatakan dari 100 sampel acak yang diteliti penulis, kebanyakan yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan adalah kaum pria.

Tabel 4.3

Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah

Orang (%)

1 Pria 58 58%

2 Wanita 42 42%

Total 100 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan hasil penelitian yang ditampilkan pada table 4.3 diatas, sampel yang dijadikan responden didominasi oleh para pria (58%) dan sisanya


(20)

adalah kaum wanita (42%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengangguran sebagai calon tenaga kerja antara pria dan wanita hanya berbeda 16 angka. Hal ini berarti jumlah pengangguran yang ada di kota medan memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda.

4.2.2 Umur Responden

Karakteristik usia responden yang saat ini tengah mengangur dikota medan sangat beraneka ragam. Usia-usia tersebut termasuk usia yang dikatakan muda sebagai tenaga kerja, meskipun sebagian dari para responden sudah memiliki umur yang relatif dapat dikatakan dewasa. Untuk mengetahui jumlah karakteristik responden berdasarkan usia, dapat dilihat pada table 4.4, berikut:

Tabel 4.4 Umur Responden

No Usia Jumlah

Orang (%)

1 17 – 20 13 13%

2 21 – 23 59 59%

3 24 – 26 21 21%

4 > 26 7 7%

Total 100 100%

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan table 4.4 dapat dilihat dari 100 orang responden diperoleh frekwensi responden berdasarkan usia diantara 17 – 20 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase sebanyak 13%. Pada usia diantara 21-23 tahun, frekwensi respondennya adalah sebanyak 59 orang dengan persentase 59%. Frekwensi responden yang berusia diantara 24 – 26 tahun sebanya-k 21 orang dengan persentase 21% serta frekwensi responden yang berusia diatas 26 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 7%. Umur para responden yang menganggur dikota


(21)

medan mayoritas adalah umur orang-orang yang baru menyelesaikan pendidikan pada taraf perguruan tinggi.

4.2.3 Pendidikan Terakhir Responden

Jika dilihat dari jenjang pendidikan, para responden yang diambil secara acak di kota Medan adalah responden yang sudah mengecap wajib belajar 12 tahun. Masing masing dari responden memiliki jenjang karir yang berbeda dimulai dari SMP, SMA/Sederajat, Diploma dan Sarjana. Untuk mengetahui jumlah karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakir, dapat dilihat pada table 4.5, berikut:

Tabel 4.5

Pendidikan Terakhir Responden

No Pendidikan Terakir Jumlah

Orang (%)

1 SMP 1 1%

2 SMA/Sederajat 49 49%

3 D3 9 9%

4 S1 41 41%

Total 100 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat dari 100 orang sampel yang menjadi responden frekwensi responden berdasarkan pendidikan terakir SMP sebanyak 1 orang dengan persentase 1%. Frekwensi responden dengan pendidikan terakir SMA/Sederajat sebanyak 49 orang dengan persentase 49%. Frekwensi responden dengan pendidikan terakir Diploma senayak 9 orang dengan persentase 9 %, dan frekwensi responden dengan pendidikan terakir Sarjana sebanyak 41 orang dengan persentase 41%.


(22)

orang-orang dengan tamatan SMA dan juga Sarjana dengan selisih hanya 8 orang-orang saja. Hal ini membuktikan bahwa lulusan baru atau yang sering dikenal saat lamaran kerja dengan istilah fresh graduate lebih banyak meganggur atau yang masih belum memiliki pekerjaan. Dengan kata lain setiap tahunnya calon tenaga kerja akan terus bertambah dengan harapan dapat bekerja untuk mengurangi tingkat penganguran.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengetahuan Tentang MEA

Dari 100 orang responden, 69 orang mengaku mengetahui MEA namun ketika responden ditanyak perihal aspek utama MEA diberadakan di Indonesia pada akhir Desember 2015, sebagian besar responden (57%) mengetahui diadakannya MEA dipenghujung tahun 2015. Dari persentase 57% dengan frekwensi responden sebanyak 57 orang, sebanyak 31 orang yang mengetahui diberlakukannya MEA di Indonesia dengan pendidikan terakir Sarjana (54,38%). Sebanyak 22 orang dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat (38,59%) dan sebanyak 4 orang dengan pendidikan terakir Diploma (0,070%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6, berikut:

Tabel 4.6

Mengetahui Berjalannya MEA di Indonesia Desember 2015

Pendidikan Terakhir Frekwensi Persetase

Sarjana 31 54,38%

SMA/Sederajat 22 38,59%

Diploma 4 0,070%

Total 57 100%


(23)

4.3.2 Pengetahuan Tentang Negara Anggota ASEAN

Responden yang mengetahui tentang Negara anggota ASEAN sebanyak 65 orang (65%), dan diantara 100 responden memiliki jawaban yang mengetahui tentang Negara anggota MEA namun salah menjawabnya dengan frekwensi responden sebanyak 3orang (3%). Dan sebanyak 32 orang (32%) tidak mengetahui negara Anggota ASEAN.

Tabel 4.7

Pengetahuan Tentang Angota ASEAN Pengetahuan Anggota

ASEAN Frekwensi Persentase

Tahu 65 65%

Tahu tapi salah 3 3%

Tidak Tahu 32 32%

Total 100 100%

Sumber : Data Diolah 2016

4.3.3 Diberlakukannya MEA di Indonesia

Responden yang setuju diadakannya MEA di Indonesia sebanyak 45 orang (45%). Dan dari 100 responden yang diberikan pertanyaan bertambahnya penganguran dan sulit mencari lapangan kerja, sebanyak 67 orang 67% mengatakan demikian. Dan dari 100 reponden yang juga ditanyakan jika MEA menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sebanyak 41 0rang (41%) mengatakan bahwa MEA akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(24)

Tabel 4.8

Diberlakukannya MEA di Indonesia

Keterangan Frekwensi Persentase

Setuju 45 45%

MEA meningkatkan Pengangguran 67 67%

MEA memerlambat pertumbuhan ekonomi 41 41%

Sumber : Data Diolah 2016

4.3.4 Sumber Informasi MEA

Responden yang mendapatkan informasi tentang MEA hanya melalui televisi sebanyak 11 orang (11%), 29 0rang (29%) mengetahui informasi MEA melalui internet, sebanyak 10 orang (10%) responden memiliki informasi seputar MEA melalui media cetak. Diantara responden sumber informasi juga didapatkan melalui dua sumber sekaligus, sebanyak 12 orang (12%) responden mendapatkan informasi melalui televisi dan internet, 3 orang (3%) mendapatkan berita dari internet dan radio. 7 orang (7%) responden mendapatkan berita mengenai MEA dengan 3 media sekaligus yakni televisi internet dan radio. 4 orang (4%) responden mendapatkan berita dari keselurhan media serta 24 orang (24%) tidak pernah mendapatkan berita mengenai MEA dari media apapun.


(25)

Tabel 4.9

Informasi Tentang MEA

Informasi MEA Frekwensi Persentase Televisi (1) 11 11% Internet (2) 29 29% Media Cetak (3) 10 10

Radio (4) 0 0%

1,2 12 12%

1,2,4 7 7%

1,2,3,4 4 4%

2,3 3 3%

Tidak menjawab 24 24%

Total 100 100%

Sumber : Data Diolah 2016

4.3.5 Tipe Negara ASEAN yang paling cocok dijadikan tujuan tempat bekerja

Responden yang memilih perekonomian Negara lain lebih maju dari Negara Indonesia sebanyak 75 orang (75%), dan tipe Negara yang dijadikan tujuan tempat bekerja berdasarkan gaji yang lebih tinggi sebanyak, 21 orang (21%). Responden yang menjawab keduanya sebanyak 1 orang (1%) dan responden yang tidak menjawab sebanyak 3 orang (3%). Dominasi pilihan para tenaga kerja maupun calon tenaga kerja yang berada di Indonesia masih terpengaruh akan perekonomian yang stabil dari Negara Indonesia.

4.3.6 Tenaga Kerja yang Bersaing

Responden yang yakin akan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang dapat bersaing di luar negeri sebanyak 54 orang responden (54%) dan 52 orang responden (52%) dari 100 responden memiliki harapan positif untuk meningkatkan kemampuan agar mampu bersaing di MEA.


(26)

4.4.1 Hard Skill

1. Kesiapan Diri menghadapi MEA

Responden yang mengaku siap menghadapi Era MEA ini sebanyak 71 orang (71%) dimana dari ke 71 orang tersebut jika dilihat dari status pendidikan terakir, jenis kelamin maka hasil kesiapan diri terhadap MEA, maka 32 orang wanita sudah mengaku siap menghadapi MEA serta 39 orang pria mengaku siap menghadapi MEA. Untuk status jenjang pendidikan 36 orang dengan status pendidikan terakhir Sarjana mengaku siap menghadapi era MEA, 5 orang responden dengan latar belakang Diploma, 29 orang dari SMA/Sederajat dan 1 orang yang mengatakan siap menghadapi MEA meski hanya memiliki tamatan terkahir yaitu SMP.

Responden yang menyatakan belum siap menghadapi era MEA sebanyak 29 orang (29%) dimana dari jumlah tersebut jika dilihat dari status pendidikan terakhirnya, sebanyak 5 orang berlatar pendidikan sarjana, 4 orang berpendidikan diploma dan 20 orang berpendidikan SMA tidak siap menghadapi MEA. Hal ini membuktikan bahwa angkatan kerja di kota medan yang berlatar belakang pendidikan sarjana dan diploma juga belum siap menghadapi MEA dimana MEA sendiri sudah diberlakukan saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10, berikut:


(27)

Tabel 4.10

Kesiapan Diri Menghadapi MEA

Siap Persentase Tidak siap Persentase

SMP 1 1% 0 0%

SMA/Sederajat 29 29% 20 20%

Diploma 5 5% 4 4%

Sarjana 36 36% 5 5%

Total 71 71% 29 29%

Sumber : Data Diolah 2016

2. Jiwa Kepemimpinan

Dari 100 responden yang diajukan pertanyaan, sebanyak 73 orang (73%) mengaku memiliki jiwa kepemimpinan, dari jumlah tersebut 30 orang diantaranya berlatar belakang pendidikan sarjana. 8 orang memiliki latar belakang pendidikan diploma, dan 35 diantaranya dengan pendidikan SMA. Hal ini membuktikan bahwa 73% angkatan kerja dikota Medan memiliki jiwa kepemimpinan. Dalam menghadapi MEA indikator keterampilan dengan jiwa kepemimpinan tergolong kepada Hard Skill. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 73% angkatan kerja di kota Medan mampu menghadapi era MEA jika dilandaskan pada jiwa kepemimpinan. Untuk melihat lebih jelasnya mengenai jumlah angkatan kerja yang memiliki jiwa kepemimpinan dapat dilihat pada tabel 4.11, berikut:


(28)

Tabel 4.11

Jiwa Kepemimpinan Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir Frekwensi Persentase

SMP 0 0%

SMA/Sederajat 35 35%

Diploma 8 8%

Sajana 30 30%

Total 73 73%

Sumber : Data Diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa calon tenaga kerja yang memiliki jiwa kepemimpian sebanyak 73% dimana 35% diantaranya adalah tamatan SMA hanya berselisih 5 poin dengan calon tenaga kerja yang latar belakang pendidikannya adalah Sarjana. Dimana dalam hal ini calon tenaga kerja di kota Medan sudah mampu menghadapi era MEA jika indikator yang dikatakan mampu adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yaitu sebanyak 73%.

3. Mendahulukan Pengetahuan daripada Keterampilan

Sebanyak 100 sampel yang dijadikan responden, mereka yang memilih mendahulukan pengetahuan dibanding dengan keterampilan dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12

Mendahulukan Pengetahuan Frekwensi Persentase

Ya 51 51%

Tidak 49 49%


(29)

4. Mendahulukan Keterampilan Dari pada Pengetahuan

Responden yang memilih mendahulukan keterampilan jika dilihat dari jumlah responden sebanyak 100 orang sebanyak 48 orang (48%) menjawab “ya: dan sisanya 52 orang (52%) mengatakan tidak.

Jika dilihat dari kedua masalah ini, perbandingan antara keterampilan dan juga pengetahuan memiliki nilai yang hampir sebanding. Hal ini mengartikan bahwa setaip calon tenaga kerja banyak mempersiapkan diri dengan pengetahuan dalam menyongsong era MEA dan juga tidak melupakan keterampilan. Kedua hal ini dibutuhkan oleh calon tenaga kerja karena pada era MEA ini setiap calon tenaga kerja akan tertinggal dengan calon tenaga kerja yang lain jika ia tidak memiliki banyak pengetahuan, begitu juga sebaliknya. Jika keterampilan tidak dimiliki oleh calon tenaga kerja, maka dapat dikatakan calon tenaga kerja belum siap menghadapi era MEA yang telah berlangsung saat ini.

5. Bekerja Dalam Tekanan

Responden yang mengatakan mampu bekerja dalam tekanan sebanyak 73 orang (73%) dan hanya 27 orang (27%) yang menyatakan tidak mampu bekerja dalam tekanan. Hal ini membuktikan bahwa calon tenaga kerja jika dilihat dari kemampuan menghadapi tekanan telah dikatakan siap dalam menghadapi era MEA yang sudah berlangsung saat ini. Terlihat dari 73% calon tenaga kerja mengatakan mampu bekerja dalam tekanan.

Dalam MEA sendiri calon tenaga kerja akan dituntut dengan tekanan dalam bekerja dimana saat ini keseluruhannya dituntut serba cepat untuk hasil yang maksimal. Calon tenaga kerja yang tidak mampu bekerja dalam tekanan


(30)

akan tertinggal jauh pada era MEA yang tengah berlangsung saat ini. Jika dilihat dari total 73% calon tenaga kerja yang mampu bekerja dibawah tekanan, pendidikan terakir mereka dapat dilihat pada tabel 4.13, berikut:

Tabel 4.13

Calon Tenaga Kerja yang Bekerja Dalam Tekanan Sesuai Pendidikan Pendidikan Terakhir Frekwensi Persentase

SMP 1 1%

SMA/Sederajat 30 30%

Diploma 6 6%

Sajana 36 36%

Total 73 73%

Sumber : Data Diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mereka yang berlatar belakang sarjana lebih mampu bertahan dalam tekanan saat bekerja. Hal ini membuktikan bahwa tamatan sarjana dikota Medan mampu menghadapi era MEA yang tengah berlangsung jika indikator kesiapannya adalah mampu bekerja dalam tekanan sebanyak 36% dari total 73 orang yang mampu bekerja dalam tekanan.

Tidak berbeda jauh dengan mereka yang berlatar belakang sarjana, tamatan SMA/Sederajat dikota medan juga mampu bekerja dalam tekanan. Hal ini dapat terlihat dari 30% dari jumlah orang yang mampu bekerja dalam tekanan yaitu orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/Sederajat. Maka dapat dikatakan jika indikator menghdapi MEA yang saat ini sedang berlangsung adalah bekerja dalam tekanan, maka calon tenaga kerja yang memiliki pendidikan SMA sudah siap dalam menghadapi era MEA di Kota Medan.


(31)

Dari 100 orang sampel yang dijadikan responden, sebanyak 57 orang (57%) memilih mendahulukan manajemen waktu daripada problem solving, dimana jumlah responden yang mengutamakan problem solving sebanyak 43 orang (43%).

Dalam era MEA keduanya sangat diperlukan mengingat saat ini para calon tenaga kerja dituntut dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin saat melakukan pekerjaanya namun tidak melupakan bagaiman cara menyelesaikan masalah yang baik saat bekerja. Dilihat dari jumlahnya, para responden memiliki jumlah yang seimbang jika diberikan pilihan antara manajemen waktu dan juga problem solving.

7. Integritas

Dari 100 responden yang diajukan pertanyaan mengenai “integritas” hanya 37 orang (37%) yang dapat menjelaskan apa itu integritas. Dan sebanyak 63 orang (63%) calon tenaga kerja tidak mengetahui apa itu integritas. Namun pada era MEA yang berlangsung saat ini, calon tenaga kerja dituntut akan integritas saat melakukan pekerjaannya. Jika indikator menghadapi MEA dilihat dari integritas calon pekerja, maka dapat dikatakan calon tenaga kerja yang ada dikota Medan belum siap menghadapi era MEA dengan 63% para calon tenaga kerja tidak megerti apa itu “integritas”.

8. Bahasa Asing

Responden yang memiliki kompetensi bahasa asing sebanyak 57 orang (57%) dan sisanya tidak mengetahui bahasa asing. Hal ini membuktikan bahwa jika tuntutan kesiapan menghadapi era MEA adalah memiliki kemampuan


(32)

berbahasa asing maka calon pekerja di kota medan sudah siap Menghadapi era MEA yang saat ini tengah berlangsung, dilihat dengan total 57% calon tenaga kerja siap menghadapi MEA.

Jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, calon tenaga kerja yang memiliki kemampuan berbahasa asing dapat disajikan pada tabel 4.14 berikut ini:

Tabel 4.14

Kemampuan Bahasa Asing dari Latar Belakang Pedidikan Pendidikan Terakhir Frekwensi Persentase

SMP 0 0%

SMA/Sederajat 23 40,35%

Diploma 4 7,017%

Sajana 30 52,63%

Total 57 100%

Sumber : Data Diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menguasai bahasa asing jika dilihat dari latar belakang pendidikannya sebanyak 30 orang responden memiliki memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1) dengan persentase 52,63% dari total 57 orang responden yang menguasai bahasa asing. Sebanyak 23 orang mereka yang meguasai bahasa asing berasal dari latar belakang pendidikan SMA dengan persentase 40,35%. Dan 4 orang responden yang memiliki kemampuan bahasa asing berlatar belakang pendidikan Diploma. Dengan total 57 responden yang memiliki kemampuan berbahasa asing, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tenaga kerja di kota Medan saat ini siap menhadapi MEA jika tolak ukurnya adalah mampu berbahasa asing.


(33)

4.4.2 Soft Skill

1. Kemampuan Beradabtasi dan Kemampuan Numerical (berhitung)

Responden yang diberikan pertanyaan melalui kuiseoner yang dibagikan memilih mengutamakan kemampuan beradabtasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah yang sangat tinggi yaitu 91 orang (91%) memilih beradabtasi ketimbang berhitung. Hasil penelitian menunjukkan hanya 9 orang (9%) yang memilih kemampuan berhitung dibanding dengan kemampuan beradabtasi. Jika dilihat dari total 91% mereka yang memilih lebih dahulu beradabtasi dibanding kemampuan berhitung, sebanyak 51 orang yang memilih beradabtasi dipilih oleh mereka yang berjenis kelamin laki laki dan sisanya sebanyak 40 orang adalah wanita. Dapat dikatakan bahwa calon tenaga kerja dikota Medan memiliki kemampuan beradabtasi yang hampir seimbang meskipun dalam penelitian didominasi oleh mereka yang berjenis kelamin laki-laki.

2. Keterampilan Komunikasi

Dari 100 sampel yang dijadikan responden penelitian, dalam hal keterampilan komunikasi dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini


(34)

Tabel 4.15

Keterampilan Komunikasi

Keterampilan Frekwensi Persentase Penguasaan Komputer (A) 11 11%

Persentasi (B) 12 12%

Jaringan Internet (C) 29 29%

Email (D) 8 8%

ABC 1 1%

ABCD 17 17%

ABD 4 4%

AC 3 3%

ACD 10 10%

AD 3 3%

BC 1 1%

BCD 1 1%

Total 100 100%

Sumber : Data Diolah 2016

Dari banyaknya responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang dimiliki oleh calon pekerja di kota medan didominasi oleh jaringan internet sebanyak 29%. Namun total keseluruhan dengan masing masing responden yang juga memilih kemampuan jaringan internet adalah 62 orang (62%). Hal ini dikarenakan sebagian responden lain juga memilih jaringan internet sebagai keterampilan komunikasi yang saat ini dimiliki oleh masing masing responden.

3. Pengoperasian Komputer

Responden yang mampu mengoperasikan komputer diberikan 3 pilihan yaitu internet, office, dan juga sosil media. Hasil dari jawaban responden adalah sebagai berikut:


(35)

Tabel 4.16

TipePengoperasian Komputer

Tipe pengoperasian komputer Frekwensi Persentase

Internet (A) 13 13%

Office I (B) 9 9%

Sosial Media (C) 21 21%

AB 6 6%

ABC 38 38%

AC 3 3%

BC 10 10%

Total 100 100%

Sumber : Data Diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah yang mendominasi pengoperasian komputer adalah sosial media sebanyak 21 orang (21%). Namun jika responden yang memilih lebih dari satu maka hasil akhirnya adalah 72 orang yang memilih social media. Artinya 72% calon pekerja dikota Medan sangat aktif dengan keadaan sosial media. Dan jika tolak ukur kesiapan di era MEA adalah aktif di sosial media, maka calon pekerja dikota Medan sudah siap menghadapi era MEA yang terlangsung dilihat dari 72% calon pekerja menguasai sosial media.

4. Rencana Kerja

Responden yang mampu menyusun rencana kerja menurut data hasil penelitian sebanyak 77 orang (77%). Dan sisanya sebanyak 23 orang (23%) belum mampu menyusun sebuah rencana kerja. Jika tolak ukur di era MEA saat ini adalah mampu menyusun sebuah rencana kerja, maka dapat dikatakan calon pekerja dikota Medan sudah siap menghadapi keadaan MEA yang saat ini tengah berlangsung, terbukti dengan 77% calon pekerja di kota Medan mampu menyusun rencana kerja. Dari 77 orang tersebut didapat bahwa 32 orang yang mampu menyusun rencana kerja adalah mereka yang berlatar belakang pendidikan


(36)

sarjana, 8 orang diantaranya berpendidikan diploma dan 37 orang berlatar belakang pendidikan SMA/Sederajat.

5. Jiwa Kreatif

Responden yang mengaku bahwa dirinya memiliki jiwa yang kreatif dari data hasil penelitian didapat jumlah yang cukup banyak yakni 77 orang dari 100 orang memiliki jiwa kreatif dengan persentase 77%. Jika tolak ukur era MEA adalah memiliki jiwa yang kreatif maka calon pekerja di kota Medan sudah dapat disimpulkan mampu menghadapi era MEA yang saat ini tengah berlangsung. Hasil jawaban responden perihal jiwa yang kreatif dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini:

Tabel 4.17 Jiwa kreatif

Indikator Frekwensi Persentase

Kreatif 77 77%

Tidak Kreatif 23 23%

Total 100 100%

Sumber : Data Diolah 2016

6. Komunikasi Tertulis

Dari 100 sampel yang dijadikan responden, sebanyak 71 orang (71%) menguasai komunikasi tertulis dan sisanya sebanyak 29 orang (29%) belum menguasai kemampuan tertulis. Komunikasi tertulis tidak lepas dari unsur jenjang pendidikan seseorang. Dari data 71% responden yang mampu menguasai komunikasi tertulis, berikut hasil penelitian komunkasi tertulis berdasarkan jenjang pendidikan disajikan dalam tabel 4.18 sebagai berikut:


(37)

Tabel 4.18

Jenjang Pendidikan Terhadap Kemampuan Komunikasi Tertulis Jenjang pendidikan Frekwensi Persentase

SMA/Sederajat 32 32%

Diploma 8 8%

Sarjana 31 31%

Sumber : Data Diolah 2016

7. Etos Kerja

Dari hasil penelitian mengenai perlunya etos kerja dalam menghadapi MEA, responden yang menjawab diperlukannya etos kerja sebanyak 88 orang (88%). Dan 12 orang (12%) mengatakan tidak. Jika etos kerja diperlukan dalam menghadapi MEA, maka dapat dikatakan bahwa calon pekerja di kota Medan mampu menghadapi era MEA yang saat ini tengah berlagsung di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.19 dibawah ini:

Tabel 4.19 Etos Kerja

Etos Kerja Frekwensi Persentase

Perlu 88 88%

Tidak perlu 12 12%

Total 100 100%


(38)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengetahuan tentang MEA. Dari 100 orang responden, 69 orang (69%) mengakumengetahui MEA, sebagianbesarresponden (57%) mengetahuidiadakannya MEA dipenghujungtahun 2015. Responden yang setujudiadakannya MEA di Indonesia sebanyak 45 orang (45%). Responden yang mendapatkaninformasitentang MEA dari televisi sebanyak 11 orang (11%), internet 29 0rang (29%) , Media cetak 10 orang (10%) . 12 orang (12%) daritelevisi dan internet. 7 orang (7%) daritelevisi internet dan radio. 4 orang (4%) darikeselurhan media serta 24 orang (24%) tidakpernahmendapatkanberitamengenai MEA dari media apapun.75 orang (75%), dantipe Negara yang dijadikantujuantempatbekerjaberdasarkangaji yang lebihtinggisebanyak, 21 orang (21%). Responden yang menjawabkeduanyasebanyak 1 orang (1%) danresponden yang tidakmenjawabsebanyak 3 orang (3%). Responden yang yakinakankompetensitenagakerja Indonesia yang dapatbersaing di luarnegerisebanyak 54 orang responden (54%) dan 52 orang responden (52%) dari 100 respondenmemilikiharapanpositifuntukmeningkatkankemampuan agar mampubersaing di MEA. Dari data pengetahuan tentang MEA, dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja dikota Medan sudah siap menghadapi MEA.


(39)

Hal ini dapat dilihat dari jumlah jawaban responden yang mengetahui MEA lebih dari 50%.

2. Kriteria kesiapan tenaga kerja di Kota Medan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dapat dilihat yaitu :

a. KompetensiTenagaKerja (Hard Skill)

Responden yang mengakusiapmenghadapi Era MEA inisebanyak 71 orang

(71%).Sebanyak 73 orang (73%)

mengakumemilikijiwakepemimpinan.Sebanyak 51% respondenmemilihmendahulukanpengetahuandaripadaketerampilan.Mendahul

ukanketerampilan, 48 orang (48%) menjawab “ya” .Mampubekerjadalamtekanansebanyak 73 orang (73%). 57 orang (57%) memilihmendahulukanmanajemenwaktudaripada problem solving. 37 orang

(37%) yang dapatmenjelaskanapaituintegritas. Memilikikompetensibahasaasingsebanyak 57 orang (57%). Dilihat dari

kompetensi Hard Skill, dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di kota Medan siap menghadapi MEA dengan persentase jawaban diatas 50%.

b. Kompetensi Soft Skill

91 orang (91%)

memilihberadabtasiketimbangberhitung.Keterampilankomunikasi yang dimilikiolehcalonpekerja di kotamedandidominasiolehjaringan internet sebanyak 29%. Namun total keseluruhandenganmasing-masingresponden yang jugamemilihkemampuanjaringan internet adalah 61 orang (61%). 72% calonpekerjadikota Medan sangataktifdengankeadaan social media. 77 orang


(40)

(77%) mampumenyusunrencanakerja. Memilikijiwakreatifdenganpersentase 77%. 71 orang (71%) menguasaikomunikasitertulis. 88 orang (88%) mengatakandiperlukanetos kerjamenghadapi MEA.Dari kompetensi Soft Skill menunjukkan bahwa tenaga kerja dikota Medan sudah siap menghadapi MEA. 5.2 Saran

1. Diharapkanuntuksetiapcalontenagakerja di kota Medan mempersiapkan diri menghadapi MEA dengan pengetahuan tentang MEA dengan memanfaatkan media-media yang menjelaskan mengenai MEA seperti televisi, radio dan media lainnya. Serta diharapkan agar setiap calon tenaga kerja aktif mencari informasi mengenai MEA. Dan juga diharapkan setiap calon tenaga kerja mencoba mencari informasi mengenai Negara pelaksana MEA saat ini dan membandingkannya kepada Negara Indonesia khususnya di kota Medan.

2. a. Diharapkan setiap tenaga kerja di kota Medan mempersiapkan diri menghadapi MEA dengan pengetahuan tentang MEA dan mengasah kemampuan diri dengan menambah ilmu dan juga mengikuti seminar-seminar keterampilan dan pengetahuan yang disediakan pemerintah maupun universitas untuk menambah keterampilan yang diperlukan menghadapi MEA, melihat serta menjalani peluang menghadapi MEA serta meniru jalan para usahawan dalam menjalankan usaha maupun menghadapi tekanan dalam kegiatan usaha.

b. Diharapkan setiap calon tenaga kerja di kota Medan selalu berinteraksi dengan masyarakat sekeliling yang sudah bekerja maupun belum bekerja dengan tujuan meniru kebiasaan baik para pekerja dan mencari tau keadaan


(41)

dalam perusahaan untuk menentukan sikap saat bekerja. Serta aktif menambah wawasan dalam lingkup dunia kerja serta menambah pengetahuan akan usaha yang saat ini tengah berkembang di dunia sosial media dan berinteraksi dengan mereka pelaku usaha dan mencontohkan etos kerja dalam melakukan pekerjaan apapun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.


(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono (2003), dalam hubungannya dengan pasartenagakerja perilaku penduduk dipisahkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan aktifsecara ekonomis dan bukan. Angkatan kerja termasuk golongan aktif secaraekonomis.Golongan ini terdiri dari penduduk yang menawarkantenaga kerjanyadan berhasil memperolehnya (employed) dan penduduk yang menawarkan tenagakerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil memperolehnya(unemployed).

Tenaga kerja dalam konsep kependudukan diterjemahkan dalam istilah man power, yaitu seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif. Potensi ini berada pada batasan umur terbanyak dari jumlah penduduk keseluruhan, namun sumber daya yang besar tersebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Dengan demikian struktur umur tersebut memberikan gambaran adanya tuntutan penyediaan kesempatan kerja terutama untuk tenaga yang memiliki sedikit pengalaman. Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal.Untuk itu harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.Maka perlu adanya evaluasi terhadap tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia.


(43)

Persaingan tenaga kerja setelah diberlakukannya MEA semakin meningkat dan sangat diperlukan adanya pembenahan kualitas sumber daya manusia sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Tenaga kerja Kota Medan diharapkan memiliki kemampuan dan berdaya saing dalam memasuki era MEA. Pemerintah dan swasta harus bersinergi dalam menetapkan suatu kebijakan yang saling mendukung dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing dengan negara ASEAN lainnya. 2.1.1 Kondisi Sumber Daya Manusia Indonesia

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara.Hal ini terbukti di negara-negara maju bahwa sumber daya manusia sangat berperan aktif dalam memajukan negaranya untuk menjadi penguasa dunia. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi,maksudnya yakni bagaimana suatu negara menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, memiliki keterampilan, kemampuan , kemauan, pengetahuan serta jiwa daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan global.

Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup serius berkenan dengan kualitas Sumber Daya Manusia. Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia awalnya terdapat ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja yaitu pada masa krisis ekonomi (1998) jumlah angkatan kerja nasional sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini


(44)

berjumlah sekitar 8 juta.Tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasipendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%. Masalah ini menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatankerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjanadi Indonesia lebih dari 300.000 orang. Masalah Sumber Daya Manusia inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.Rendahnya Sumber Daya Manusia Indonesia diakibatkan oleh kurangnya penguasaan IPTEK, tingkat pendidikan manusia yang rendah, perhatian pemerintah dalam hal pendidikan juga rendah, fasilitas yang tidak memadai, dan lain-lain.Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi.Oleh karena itu dimensi daya saing dalam Sumber Daya Manusia semakin menjadi faktor penting sehingga upaya


(45)

memacu kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan.( Vantika, 2015)

2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA, dapat ditelusuri kembali ke pembentukanWilayah Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) di tahun 1992 (Ikhrar Nusa Bhakti,dkk, 2008:49). MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEANEconomic Community (AEC).

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).

Para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat integrasi perekonomian dan pembangunan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 ketika dilaksanakannya ASEAN summit di Cebu, Filipina tahun 2007. Para pemimpin sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara dengan tujuan agar daya saing ASEAN meningkat dan menarik investasi asing serta bisa menyaingi Cina dan India. Pembentukan pasar tunggal diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang nantinya memungkinkan satu Negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi semakin ketat (Nindi


(46)

dan Rifa, 2013). Kesepakatan pelaksanaan MEA diikuti oleh 10 negara anggota ASEAN dengan total penduduk 600 juta jiwa dan sekitar 43 persen dari jumlah penduduk tersebut dari Indonesia. Dengan demikian pelaksaan MEA akan menempatkan Indoneia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang maupun investasi (Wuryandani, 2014).

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi, mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat, dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, masyarakat ASEAN akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam melalui Initiative forASEANIntegration dan inisiatif regional lainnya. Bentuk Kerjasamanya adalah :

1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas 2. Pengakuan kualifikasi profesional

3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan 4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan

5. Meningkatkan infrastruktur

6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN

7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah


(47)

8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan, karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):

1.

2. Kawasan ekonomi yang kompetitif

3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata 4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.

2.3 Pengaruh MEA Terhadap Ketenagakerjaan Kota Medan

Pemberlakuan era persaingan bebas dalam pasar tunggal sekawasan Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat sebuah kesepakatan yang menciptakan pasar bebas barang, jasa dan modal di dalam kawasan Asia Tenggara yang diyakini meningkatkan kapasitas ekonomi Negara-negara di ASEAN. Salah satu kesepakatan yang telah disetujui bersama diantaranya membuka akses pasar barang dan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja.

Mobilitas tenaga kerja yang tanpa batas di masa MEA yang di mulai sejak desember 2015 akan membuat kesempatan kerja bagi angkatan kerja semakin luas


(48)

dengan cakupan wilayah yang luas. Tenaga kerja bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan dan perusahaan juga dapat memilih tenaga kerja yang sesuai dengan spesifikasinya.Hal tersebut harus disikapi dengan kesiapan tenaga kerja di dalam menghadapi masa MEA, mengingat jumlah pekerja migran yang cukup besar serta didominasi oleh pekerja dengan keahlian rendah (low-skilled).MEA menuntut seluruh tenaga kerja agar mempunyai keahlian yang lebih dari rata-rata agar dapa bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara anggota ASEAN lainnya sehingga sangat diperlukan perbaikan kualitas tenaga kerja di Kota Medan khususnya.

2.4 Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi MEA

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN. Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Kemampuan bersaing Sumber Daya Manusia tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal.Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.Salah satu tantangan besar dunia pendidikan nasional kita adalah menanamkan kesadaran kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai kemajuan, mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara lain dalam banyak aspek.


(49)

Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan pasar bebas.MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia. Di satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan Sumber Daya Manusia Indonesia kepada negara–negara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi titik balik untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Dalam era persaingan global, Indonesia harus memperhatikan tenaga kerja dan produksi yang tidak hanya sekedar soal kuantitatif, tetapi juga sisi kualitatif nya.Kualitas tenaga kerja yang rendah salah satunya diakibatkan tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Seperti dikutip dari Buletin Komunitas ASEAN bulan Maret 2014, kesempatan bagi tenaga kerja baru di Indonesia 22% lebih buruk dibandingkan filipina, Malaysia, dan Vietnam. Hal ini berdampak pada perkembangan riset dan inovasi yang baru dalam meningkatkan daya saing yang lebih besar mengingat daya saing Indonesia yang masih rendah diantara negara ASEAN lainnya dapat menjadi batu sandungan dalam MEA.

Ada beberapa persoalan mendasar yang dihadapi Indonesia dalam rangka menghadapi MEA, yaitu:

1. Masih tingginya jumlah pengangguran terselubung (disguised unemployment);

2. Rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan kesempatan kerja;


(50)

3. Pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja tak terdidik sehingga produktivitas tenaga kerja menjadi rendah;

4. Meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, akibat ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja;

5. Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi;

6. Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum mendapat perhatian optimal dari pemerintah;

7. Pengangguran di Indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara anggota ASEAN; ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi MEA;

8. Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan; serta

9. Masalah Tenaga Kerja Indonesia yang banyak tersebar di luar negeri. 2.5 Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2.5.1 Peluang MEA

Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap untuk menghadapi MEA nanti, namun jika kita bisa lebih jeli melihat peluang-peluang yang ada dengan diberlakukannya MEA, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut di antaranya:


(51)

1. Manfaat Integrasi Ekonomi.

Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan membentuk pasar yang lebih luas lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN. Dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia berpeluang untuk mengirimkan tenaga kerjanya dengan mempersiapkan peningkatan kualitas dan keterampilan (Hard skill dan soft skill).

2. Pasar Potensial Dunia.

Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan.

3. Negara Tujuan Investor

Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara Negara anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara anggota ASEAN lainnya. Dengan kerja sama regional untuk meningkatkna infrastruktur (pipa gas, tekonologi informasi) membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerjasama regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur domestik.


(52)

4. Negara Pengekspor

Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengeskpor baik produk berbasis sumber daya alam maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi (penanaman modal

5. Sektor Jasa yang terbuka

Di bidang jasa, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka MEA. 6. Daya Saing

Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arusbarang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan kunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut didalam negeri.

7. Aliran Modal

MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdenominasi


(53)

rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja portofolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai harmonisasi, standarisasi yang telah disetujui. Artinya akan terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan terkait.

2.5.2 Tantangan MEA

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menuju MEA tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi yang lebih besar adalah persaingan dengan sesama negara ASEAN dan negara di luar ASEAN seperti India, Korea dan Cina.

Tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia diantaranya adalah: 1. Laju inflasi

Laju inflasi Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya. Tingkat kemakmuran Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dan juga stabilitas makro menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia.

2. Laju Peningkatan Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor selama periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan ke-4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk impor, Indonesia sebagai importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, dan ini merupakan tantangan yang serius karena telah mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN.


(54)

3. Kesamaan Produk

Dalam hal kesamaan produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dengan meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara ASEAN lainnya.

4. Daya saing SDM

Hard skill dan soft skill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung tenaga kerja terampil dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di negeri sendiri. 5. Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas.

Dampak negatif dari arus modal yang lebih bebas dapat mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.

6. Kepentingan Nasional

Harus disadari bahwa kepentingan nasional merupakan yang utama dibandingkan dengan kepentingan kawasan dalam rangka integrasi ekonomi, hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi AEC Blueprint, sehingga perwujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.


(55)

7. Kedaulatan Negara

Kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri akan dibatasi dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN. Ini merupakan pengorbanan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana mungkin tidak menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan

2.6 Konsep Kompetensi

Kompetensi menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 adalah perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugastugas di bidang pekerjaan tertentu.Widarno (2007) menjelaskan bahwa kompetensi memiliki tiga tingkatan yaitu 1) Kompetensi utama, yaitu kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, 2) Kompetensi pendukung,yaitu kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama, 3) Kompetensi lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan Kompentensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing dari tenaga kerja dengan tenaga kerja asing lainnya.

Karakteristik kompetensi di klasifikasikan dalam dua jenis yaitu hard skill dansoft skill.Hard skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).Soft skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi


(56)

perilaku misalnya self of concept, dan motive (Spencer dan Spencer, 1993 : 9-11 dalam Yuniarsih, 2008 : 23).

Mulyatiningsih (2009) menjelaskan bahwa sekolah/universitas hanya mengejar target untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi professional dan mengabaikan kompetensi kepribadian serta sosial (softkill). Softkill pada pasar tenaga kerja memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan hardskill. Tenaga kerja/seseorang yang memiliki kepribadian baik, bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, disiplin, bertanggung jawab dan mampu mengendalikan stress, tentu akan memiliki daya tahan yang lebih unggul di dalam melaksanakan pekerjaan.


(57)

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Penulis Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Surya Dewi

Rustariyuni (2015) Kesiapan Tenaga Kerja di Kabupaten Badung dalam Menghadapi MEA 2015 Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitiannya adalah diperoleh implikasi tenaga kerja Kabupaten Badung dalam menghadapi MEA 2015, kompetensi tenaga kerja Kabupaten Badung dalam menghadapi MEA 2015, dan kesiapan diri tenaga kerja Kabupaten Badung menghadapi MEA.

2. Sholeh (2013) Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) Deskriptif Analitik

Hasil penelitiannya mengatakan bahwa ASEAN Economic Community (AEC) mendatangkan beberapatantangan dan peluang secara bersamaan. Strategi yang harus disiapkan Indonesiadalam menghadapi AEC mengharuskan pemerintah Indonesia berjalan dengan lebih cepat.

3. Pudjo Utomo (2014) Kesiapan SDM (Tenaga Kerja) Bidang Konstruksi di Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitiannya menunjukkan terbentuknya pasar tunggal dan kesatuan basis produksi didukung dengan aliran bebas barang, tenaga kerja terampil, jasa, investasi dan modal. Sebagai konsekuensi disepakatinya MEA, maka Indonesia akan menjadi salah satu sasaran penerima manfaat dan sekaligus dampak.

Adapun perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah :

Studi kasus yang saya teliti di Medan dan penelitian terdahulu mengambil studi kasus di daerah mereka yang mereka teliti.Dan juga penulis lebih menekankan pada kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja yang ada di Kota Medan.


(58)

2.8 Kerangka Konseptual

Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan gambaran untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Kesiapan tenaga kerja dapat ditentukan melalui kemampuan para tenaga kerja dalam tujuannya menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kemampuan tenaga kerja tersebut terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Hard Skill dnSoft Skill. Masing masing kemampuan tersebut memiliki indikator yang harus dipahami untuk dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang memiliki kriteria Hard Skill dan Soft Skill.

Menurut Yuniarsih (2008) Hard Skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).Dan Soft Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi perilaku.

Penentuan seorang tenaga kerja dikatakan telah memiliki Hard Skill maupun Soft Skil dapat terlihat jika suatu tenaga kerja mampu menguasi berbagai indikator penyusun suatu Hard Skill maupun Soft Skill.

Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Kerangka konseptual ini menggambarkan bagaimana Kesiapan Tenaga Kerjadalam Menghadapi Era MEA di Kota Medan yang dapat dilihat melalui dua tahapan yaitu Hard skill (X1), dan Soft skill (X2).

Maka secara ringkas kerangka pemikiran teoritis yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.


(59)

Gambar 2.1 KerangkaKonseptual

Hard skill

Kesiapan Tenaga Kerja


(60)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Struktur tersebut mengakibatkan semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau akan terlibat dalam suatu tatanan global yang seragam, pola hubungan dan pergaulan yang seragam khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat ini sebagai efek dari berkembangnya era globalisasi makaperekonomian suatu negara akan semakin terintegrasi dengan negara lain, baik dalam satu kawasan maupun dunia pada umumnya. Integrasi negara tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan kerjasama antarnegara, salah satu integrasi ekonomi yang ada yaitu ASEAN. ( Vantika, 2015/ 10-06-2016. 10:00)

Globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi perekonomian. Meskipun demikian, globalisasi juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan yang terjadi diakibatkan oleh ketidakmerataan distribusi kesempatan dan lapangan pekerjaan antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Ketimpangan ini tampak jelas dalam perkembangan angkatan kerja yang berlangsung jauh lebih pesat dibanding kemampuan penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada tingkat organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, lebih banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita. Kemiskinan, tuntutan ekonomi yang mendesak, dan berkurangnya peluang


(61)

serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga kerja. Bahkan banyak perempuan Indonesia yang menguatkan diri untuk bekerja ke luar negeri dengan tawaran gaji yang relatif lebih besar.

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai (minim), sehingga belum mempunyai keterampilan dan pengalaman yang baik serta maksimal untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian kualitas tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Kualitas tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Karena mayoritas perusahaan-perusahaan atau lapangan kerja lainnya lebih memilih tenaga kerja yang berkualitas baik. Sehingga jarang tenaga kerja mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. Rendahnya tingkat pendidikan akan membuat tenaga kerja Indonesia minim akan penguasaan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.( Anita, 2012/ 10-06-2016. 10:35)

Hampir setiap tahun, tenaga kerja atau buruh di Indonesia selalu turun ke jalan. Masalah yang dibawa selalu sama yakni soal kesejahteraan. Mereka selalu menuntut kesejahteraan yang lebih baik. Padahal, setiap tahun pemerintah selalu menaikkan upah minimum provinsi (UMP) yang dijadikan rujukan menentukan besaran upah bagi buruh. Tapi kenyataannya, buruh selalu meminta kenaikan gaji yang lebih besar. Persoalan terkait ketenagakerjaan tidak hanya terjadi di sumber


(62)

daya manusia (SDM). Hasil kajian Bank Dunia dan CSIS memberi gambaran nyata mengenai persoalan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Tingginya angka tenaga kerja tidak berbanding lurus dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya, angka pengangguran di Indonesia masih tergolong cukup tinggi.( Diana, 2013/ 10-06-2016. 11:20)

Masyarakat Ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi antar negara anggota ASEAN untuk mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang merata. Siap tidak siap setiap negara anggota ASEAN harus siap meleburkanbatas teritorial negaranya dalam satu pasar bebas yang diperkirakan akan menjadi tulang punggung perekonomian dikawasan Asia. Semua industriakan berkompetisi secara bebas tanpa ada ketentuan hukum yang mengikat. Dengan asumsi, persaingan bebas akan mendorong setiap negara ASEAN melakukan efisiensi yang optimal dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.( Pratiwi, 2015/ 10-06-2016. 12:02)

Sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. ( Vantika,2015/ 10-06-2016. 10:25)


(63)

Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak ASEAN merupakan pasar potensial untuk aliran masuk barang, jasa, dan tenaga kerja bagi negara lainnya di ASEAN. Indonesia sebagai pasar konsumen terbesar di ASEAN sangat berpotensi untuk dibanjiri barang-barang konsumsi. Banyak peluang bagi negara indonesia untuk menjadi negara yang perekonomiannya meningkat tajam. Peluang – peluangtersebut seperti manfaat integrasi ekonomi, pasar potensial dunia, negara tujuan investor, negara pengekspor dan sektor jasa yang terbuka. Dimana peluang tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia dengan jumlah penduduk Indonesia yang menyumbang angka 40% (249,9 juta)penduduk ASEAN tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi indonesia dalam menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan. Tidak hanya peluang tetapi juga diikuti dengan tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tidak hanya dari dalam negeri saja melainkan negara negara ASEAN lainnya yang akan dihadapi oleh indonesia diantaranya seperti laju inflasi, laju peningkatan ekspor dan impor, kesamaan produk, daya saing Sumber Daya Manusia, dampak negatif arus modal yang lebih bebas, kepentingan nasional dan kedaulatan negara.( Punalisa, 2015/ 10-06-2016. 11:40)

Di Sumatera Utara sendiri Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah diberlakukan di awal tahun 2016 ini mempertegas keterbukaan dengan investasi asing dan lebih membuat arus barang, jasa, dan tenaga kerja lebih leluasa keluar masuk wilayah ini. Pemberlakuan MEA ini tidak akan secara langsung maupun


(64)

instan akan dimanfaatkan dengan arus tenaga kerja yang signifikan. (Waspadaonline, 2015/ 10-06-2016. 11:00)

Selain itu, dengan adanya MEA ini setiap kota di Indonesia juga harus siap menghadapi MEA. Salah satunya yakni Kota Medan. Kota Medan adal provinsi terbesar di luar Pulau Sumatera dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

Tabel 1.1

Perkembangan Penduduk dan Ketenagakerjaan di Kota Medan 20092014 (ribu orang)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Penduduk Kota Medan

2.121.053 2.097.610 2.132.061 2.122.804 2.123.210 2.135.516 Angkatan

kerja

961.410 1.020.626 1.079.626 936.143 1.080.201 1.004.899 Bekerja 824.250 886.815 937.027 851.642 860.650 904.331 Menganggur 137.160 133.811 142.599 84.501 219.551 100.568

Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, 2016

Angkatan kerja di Kota Medan secara umum mengalami peningkatan seperti pada tahun 2009 sebesar 961.410 orang, dan pada tahun 2014 sebesar 1.004.899 orang, hal ini menunjukan trend yang meningkat. Sementara pada sektor penduduk yang sudah bekerja mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya kemudian mengalami penurunan di tahun 2012 dan juga 2013 selanjutnya penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada tahun 2014 dengan jumlah 904.331 orang sudah bekerja ditahun ini. Hal yang sama terjadi pada sektor pengangguran/pencari kerja menunjukan trend yang menurun walaupun pada tahun 2011 mengalami sedikit kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran/pencari kerja di Kota Medan sudah


(65)

membaik dari tahun-tahun sebelumnya karena penurunannya yang sangat drastis di tahun 2012 berjumlah 84.501 orang. Namun jumlah pengangguran di Kota Medan mengalami kenaikan drastis di tahun 2013 yang mencapai 219.551 orang yang menganggur ditahun ini. kemudian mengalami penurunan signifikan di tahun 2014 berjumlah 100.568 orang dimana hampir 50% jumlah pengangguran ditahun 2013 sudah memiliki pekerjaan pada tahun 2014.( Dinas Tenaga Kerja, 2016/ 15-06-2016. 13.44)

MEA akan memberikan dampak positif dan negatif bagi semua wilayah termasuk Kota Medan. Dampak positif MEA akan memacu pertumbuhan investasi dari dalam luar negeri. Oleh karena itu investasi dalam negeri berpotensi akan meningkat dan akan menambah jumlah lapangan kerja dalam negeri. Bertambahnya lapangan kerja akan menambah kesempatan kerja bagi tenaga kerja di Negara/wilayah tersebut. Peluang kedua adalah penduduk dapat mencari pekerjaan di luar negeri dengan aturan yang lebih mudah. Dampak negatif adalah adanya pasar barang dan jasa secara bebas khususnya pada ketenagakerjaan yaitu persaingan tenaga kerja semakin ketat karena tenaga kerja asing akan masuk ke dalam negeri. Hal ini yang akan menambah permasalahan ketenagakerjaan di dalam negeri.

Secara kualitas jumlah penduduk Kota Medan relatif banyak, namun persaingan kuantitas tidak akan memenangkan persaingan ketika kualitas masih jauh di bawahnya. Oleh karena itu,masalah tenaga kerja bukan hanya menyangkut jumlah dan kesempatan kerja melainkan kualitas tenaga kerja yang masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terhadap kesiapan tenaga kerja di Kota


(66)

Medan dalam menghadapi MEA sebagai upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja. Hal ini dilakukan agar mengetahui bagaimana kompetensi tenaga kerja di Kota Medan dalam berdaya saing dengan tenaga kerja asing di pasar lokal maupun pasar global.Dengan demikian tersedianya angkatan kerja terampil dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi berkelanjutan terlebih dalam kondisi yang memasuki MEA di Kota Medan. Penduduk yang tidak produktif yang akan dibekali dengan skill memadai akan membebani pembangunan, memperparah jumlah pengangguran dan merusak stabilitas ekonomi social dan politik di daerah/wilayah bersangkutan.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencerminkan presentase mereka yang mampu dan mau masuk pasar kerja. Meskipun jumlah PUK banyak, jika presentase TPAK rendah maka penawaran tenaga kerjanya akan lebih rendah/sedikit dibandingkan dengan persentase TPAK yang tinggi. TPAK menjadi cermin yang lebih kuat dalam memahami keterkaitan hubungan dengan kondisi social, ekonomi, budaya maupun demografi penduduk di suatu wilayah..( Dinas Tenaga Kerja, 2016/ 15-06-2016. 13.44)

Gambar 1.1 berikut ini menunjukkan pengembangan TPAK di Kota Medan dari tahun 2009-2013.

TPAK = �������� �����


(67)

Gambar 1.1

Perkembangan TPAK di Kota Medan Tahun 2009 – 2014

Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, 2016

Dari data pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa TPAK di Kota Medan sejak tahun 2009 manegalami peningkatan sampai dengan tahun 2011 yang sebelumnya 45,3% menjadi 50,6%. Pada tahun 2012 mulai mengalami penurunan menjadi 44,1%, namun meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi 50,9%. Penutupan ditahun 2014 kembali mengalami penurunan sebanyak 47 %. Hal ini sesuai dengan teori dimana jumlah penduduk dan jumlah penduduk usia kerja di Kota Medan yang meningkat, maka sebanding dengan jumlah TPAK yang ada di Kota Medan yang mengalami peningkatan pula. Hal ini mencerminkan persentase mereka yang mampu dan mau masuk pasar kerja di Kota Medan pada tahun 2009-2011 dan 2013 mengalami peningkatan. Meskipun jumlah PUK di Kota Medan tinggi, persentase TPAKnya juga tinggi sehingga penawaran tenaga kerja akan lebih tinggi/banyak. Hal berbeda di tahun 2013 jumlah TPAK mengalami penurunan sebesar 44,1% dan pada tahun penutup 2014 kembali mengalami penurunan sebesar 47%, sehingga hal ini menunjukkan bahwa mereka yang mampu dan mau masuk pasar kerja di Kota Medan pada tahun 2012 menurun.

40 45 50 55

2009 2010 2011 2012 2013 2014

TPAK dalam %


(1)

menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya rekan-rekan mahasiswa/i Ekonomi Pembangunan.

Atas perhatian dan kerjasama yang baik penulis ucapkan banyak terimakasih

Medan, September 2016 Penulis

Rizki Diana Sari Nim : 120501207


(2)

DAFTARISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja ... 11

2.1.1 Kondisi Sumber Daya Manusia di Indonesia ... 12

2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 14

2.3 Pengaruh MEA terhadap Ketenagakerjaan di Kota Medan .... 16

2.4 Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi MEA ... 17

2.5 Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 19

2.5.1Peluang MEA ... 19

2.5.2Tantangan MEA ... 22

2.6 Konsep Kompetensi ... 24

2.7 Penelitian Terdahulu ... 26

2.8 Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

3.3 Definisi Operasional ... 29

3.4 Metode Pemilihan Populasi dan Sampel ... 31

3.4.1 Populasi ... 31

3.4.2 Sampel ... 31

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data ... 32

3.7 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 32

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 34


(3)

4.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 39

4.2.2 Umur Responden ... 40

4.2.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 41

4.3 Pembahasan ... 42

4.3.1 Pengetahuan Tentang MEA ... 42

4.3.2 Pengetahuan Tentang Negara Anggota ASEAN ... 43

4.3.3 Diberlakukannya MEA di Indonesia ... 43

4.3.4 Sumber Informasi MEA ... 44

4.3.5 Tipe Negara ASEAN yang paling cocok dijadikan tujuan tempat bekerja ... 45

4.3.6 Tenaga Kerja yang Bersaing ... 45

4.4 Kompetensi Tenaga Kerja ... 45

4.4.1 Hard Skill ... 45

4.4.2 Soft Skill ... 53

BAB VPENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Penduduk dan Ketenagakerjaan di

Kota Medan 2009-2014 ... 5

1.2 Tenaga Kerja Asing Pendatang tahun 2009-2014 ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

4.1 Batas Wilayah Kota Medan ... 36

4.2 Kecamatan dan Kelurahan Kota Medan ... 37

4.3 Jenis Kelamin Responden ... 39

4.4 Umur Responden ... 40

4.5 Pendidikan Terakhir Responden ... 41

4.6 Mengetahui Berjalannya MEA di Indonesia ... 42

4.7 Pengetahuan Tentang Anggota ASEAN ... 43

4.8 Diberlakukannya MEA di Indonesia ... 43

4.9 Informasi Tentang MEA ... 44

4.10 Kesiapan Diri Menghadapi MEA ... 46

4.11 Jiwa Kepemimpinan berdasarkan latar belakang ... 47

4.12 Mendahulukan Pengetahuan ... 48

4.13 Calon Tenaga Kerja yang Bekerja dalam Tekanan Sesuai Pendidikan ... 49

4.14 Kemampuan Bahasa Asing dari latar belakang pendidikan ... 51

4.15 Keterampilan Komunikasi ... 53

4.16 Tipe Pengoperasian komputer ... 54

4.17 Jiwa Kreatif ... 55

4.18 Jenjang Pendidikan Terhadap Kemampuan komunikasi Tertulis ... 56


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Perkembangan TPAK di Kota Medan 2009-2014 …... 7

2.1 Kerangka konseptual………. 28


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian Analisis Kesiapan Tenaga Kerja