Analysis of Contruction Indonesian Sentence Graph Using Knowledge Graph

i

ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT
BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE
KNOWLEDGE GRAPH

YASIN YUSUF

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul analisis pembentukan pola
graf kalimat bahasa Indonesia menggunakan metode knowledge graph adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Yasin Yusuf
NIM G551100071 

ii

RINGKASAN
YASIN YUSUF. Analisis Pembentukan Pola Graf pada Kalimat Bahasa Indonesia
Menggunakan Metode Knowledge Graph. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan
BIB PARUHUM SILALAHI.

Analisis bahasa secara sintaksis (tata bahasa) memiliki keunggulan lebih

cepat diproses dibandingkan dengan analisis secara semantis. Namun, analisis
sintaksis tanpa diikuti analisis semantis cenderung menyebabkan ambiguitas.
Misalnya ada sebuah kalimat kucing memakan tikus mati. Kalimat ini memiliki dua
makna, yaitu kucing mati setelah memakan tikus atau kucing memakan tikus yang
sudah mati. Oleh karena itu, analisis semantik dibutuhkan untuk menjelaskan
makna dari kalimat tersebut.
Knowledge graph adalah metode yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis semantik. Metode ini merupakan sebuah pendekatan baru dalam
pemahaman bahasa alami. Metode ini memiliki 9 relasi biner dan 4 relasi frame. Di
dalam knowledge graph, kata direpresentasikan dengan word graph dan kalimat
direpresentasikan dengan sebuah sentence graph. Analisis suatu kalimat dengan
menggunakan knowledge graph membutuhkan aturan pemotongan kalimat
(chunking). Aturan chunking sudah ada pada struktur kalimat bahasa Inggris dan
Cina, tetapi belum ada untuk struktur kalimat bahasa Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah membentuk aturan chunking pada struktur
kalimat bahasa Indonesia dan membuat pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan
metode knowledge graph. Manfaat penelitian ini adalah memberikan aturan
pembentukan graf kalimat bahasa Indonesia dan terciptanya pola graf kalimat
bahasa Indonesia dengan metode knowledge graph.
Hasil dari penelitian ini adalah aturan chunking kalimat bahasa Indonesia

dengan indikator sebanyak 8, yaitu koma dan titik, kata ganti petunjuk, kata kerja
bantu (adverbia), kata depan (preposisi), lompatan (jump), kata-kata logika (logic
word), jeda nafas, kata sambung (konjungsi). Selain itu, diperoleh pula pola graf
kalimat bahasa Indonesia yang sekaligus menunjukkan arti (aspek semantik) dari
kalimat yang dianalisis.

Kata kunci: knowledge graph, sentence graph, chunk graph, chunk indicators.

iii

SUMMARY
YASIN YUSUF. Analysis of Contruction Indonesian Sentence Graph Using
Knowledge Graph. Supervised by SRI NURDIATI and BIB PARUHUM
SILALAHI.
The syntactic analysis of a language has an advantage as compared to the
semantic analysis in terms of the time used to process the language, that is faster
than semantic analysis. But, if the syntactic analysis is not followed by its semantic
analysis it tends to cause ambiguity. For example is an Indonesian sentence kucing
memakan tikus mati. In Indonesian, this sentence has an ambiguity whether the cat
died after eating the rat or the rat has died eaten by the cat. Therefore, semantic

analysis is needed to explain the meaning of this sentence. In such a case the method
of knowledge graph can be used to explain the meaning of the sentence.
This method is a new approach for natural language understanding. There are
9 binary relationships and 4 frame relationships as components of the knowledge
graph. Using this method, a word is represented by a word graph, and a sentence is
represented by a sentence graph. Analyzing the sentence using knowledge graph
needs a chunking rule. This rule has already existed in the structure of English and
Chinese, but it has not existed in Indonesian yet.
The objective of this research is to constructs a chunking rule in Indonesian
sentences and a sentence graph in Indonesian with the knowledge graph method.
The benefits of this research is to provide the rules of constructing Indonesian
sentence graph and to create an Indonesian sentence graph.
The result of this research is Indonesian chunking rule with 8 indicators, they
are comma and period sign, pronoun, adverb, preposition, jumps, logic words,
interlude of breath, and conjunction. The other result is Indonesian sentences graph
that describes semantics aspect of the sentence.

Keywords: knowledge graph, sentence graph, chunk graph, chunk indicators.

iv


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT
BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE
KNOWLEDGE GRAPH

YASIN YUSUF

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Matematika Terapan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Fahren Bukhari MSc

iii

Judul Tesis : Analisis Pembentukan Pola Graf pada Kalimat Bahasa Indonesia
Menggunakan Metode Knowledge Graph
Nama
: Yasin Yusuf
NIM

: G551100071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Nurdiati, MSc
Ketua

Dr Ir Bib Paruhum Silalahi, MKom
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Matematika Terapan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Jaharuddin, MS


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
7 Februari 2014

Tanggal Lulus:

,----,,----_._--

III

Judul Tesis : Analisis Pembentukan Pola Graf pada Kalimat Bahasa Indonesia
Menggunakan Metode Knowledge Graph
: Yasin Yusuf
Nama
: G551100071
NIM

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Ir Sri Nurdiati, MSc
Ketua

Dr Ir Bib Paruh
Ang

MKom

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Matematika Terapan

Dr Jaharuddin, MS

Tanggal Ujian:
7 Februari 2014

Tanggal Lulus:


o7 APR

2014

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah
knowledge graph, dengan judul analisis pembentukan pola graf pada kalimat bahasa
Indonesia menggunakan metode knowledge graph.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc dan
Bapak Dr. Ir. Bib Paruhum Silalahi, M.Kom selaku pembimbing. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada istri serta seluruh keluarga atas segala doa,
semangat dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Yasin Yusuf

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kalimat Bahasa Indonesia
Knowledge Graph
Chunk Indicators

2
2
7
14

3 METODE
Studi Pustaka Berbahasa Indonesia
Pembuatan Chunk Indicator pada Kalimat Bahasa Indonesia
Pemotongan Kalimat Bahasa Indonesia
Pembuatan Chunk Graph
Penggabungan Chunk Graph menjadi Sebuah Sentence Graph

15
15
16
17
17
17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi Literatur Awal
Analisis Struktur Kalimat
Aturan Chunking
Pembuatan Pola Graf Kalimat Bahasa Indonesia

17
17
18
22
29

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

49
49
49

DAFTAR PUSTAKA

50

RIWAYAT HIDUP

51

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Hubungan bentuk, kategori, dan fungsi.
Graf logika simbolik
Analisis struktur kalimat (1)
Analisis struktur kalimat (2)
Analisis struktur kalimat (3)
Analisis struktur kalimat (4)
Analisis struktur kalimat (5)
Analisis struktur kalimat (6)
Daftar Chunk indicator kalimat bahasa Indonesia
Word Graph kata benda
Word Graph kata kerja
Word graph preposisi
Word graph pada kalimat (1)
Chunk kalimat (1)
Sentence graph pola S-P-O
Pola graf kalimat bahasa Indonesia

4
13
18
19
20
20
21
21
27
32
34
35
36
37
40
46

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan struktur kalimat bahasa Indonesia
2 Bagan kalimat majemuk setara
3 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa I lebih tinggi
4 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa II lebih tinggi
5 Bagan kalimat majemuk kompleks
6 Relasi ALI
7 Contoh penggunaan relasi ALI pada word graph kata padi
8 Relasi CAU
9 Contoh penggunaan relasi CAU
10 Relasi EQU
11 Penggunaan relasi EQU
12 Relasi SUB
13 Contoh penggunaan relasi SUB
14 Relasi DIS
15 Contoh penggunaan relasi DIS
16 Relasi ORD
17 Contoh penggunaan relasi ORD
18 Relasi PAR
19 Contoh penggunaan relasi PAR
20 Relasi SKO
21 Contoh penggunaan ontology focus pada suatu token.
22 Contoh penggunaan empat buah frame relationships
23 Frame bahasa logika and
25 Frame bahasa logika or
26 Frame bahasa logika if ... then
27 Flowchart pengujian chunk indicator

4
5
6
6
7
8
8
9
9
9
10
10
10
10
11
11
11
11
12
12
12
13
14
14
14
16

vii

28 Word graph kata benda
29 Graf kata kerja aktif
30 Graf kata kerja pasif
31 Graf kata adjektiva utama
32 Graf numeralia 1892
33 Sentence graph kalimat 1
34 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 1
35 Bentuk umum graf pola S-P
36 Bentuk umum graf pola S-P-O
37 Sentence graph kalimat 2
38 Sentence graph kalimat 2 dengan kata kerja pasif
39 Sentence graph kalimat 2 dengan kata kerja aktif
40 Bentuk umum sentence graph pada kalimat 3
41 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 3
42 Bentuk umum sentence graph kalimat 3
43 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 4
44 Bentuk umum sentence graph kalimat 4
45 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 5
46 Bentuk umum sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja aktif
47 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja pasif
48 Bentuk umum sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja pasif
49 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja aktif
50 Bentuk umum sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja aktif
51 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja pasif
52 Bentuk umum sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja pasif

32
33
33
35
36
37
38
38
39
39
40
40
41
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
45
46

DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-OError! Bookmark not defined.
2 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-PelError!
Bookmark
not
defined.
3 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-KetError!
Bookmark
not
defined.
4 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-O-PelError! Bookmark not
defined.
5 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-O-KetError! Bookmark not
defined.

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa memiliki peran strategis dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
yaitu sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan konsep-konsep dalam ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, bahasa tidak boleh menyebabkan ambiguitas agar
makna yang ingin disampaikan benar-benar dipahami.
Analisis bahasa secara sintaksis (tata bahasa) memiliki keunggulan lebih
cepat diproses dibandingkan dengan analisis secara semantis. Namun, analisis
sintaksis tanpa diikuti analisis semantis lebih cenderung menyebabkan ambiguitas.
Misalnya ada sebuah kalimat kucing memakan tikus mati. Kalimat ini memiliki dua
makna yaitu kucing mati setelah memakan tikus atau kucing memakan tikus yang
sudah mati. Secara sintaksis kalimat ini sudah benar, namun untuk mengetahui
makna yang terkandung dalam kalimat ini dibutuhkan analisis semantis sehingga
diperoleh makna yang dimaksud kalimat tersebut. Dengan demikian, analisis
semantis lebih berperan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam sebuah
kalimat. Salah satu metode untuk menganalisis bahasa secara semantis adalah
dengan knowledge graph. Hal ini sekaligus dapat dipandang sebagai sebuah
aplikasi matematika dalam bidang linguistik.
Knowledge graph merupakan metode baru dalam merepresentasikan
pengetahuan. Metode ini membuat model penjelasan semantis berbentuk graf untuk
pengolahan informasi (Zhang 2002). Penelitian tentang knowledge graph dalam
jangka panjang bertujuan untuk merancang sebuah metode yang dapat membaca
sembarang dokumen berbahasa Indonesia serta menghasilkan informasi dalam
bentuk graf. Informasi yang dihasilkan tersebut merupakan intisari dari
pengetahuan yang ada dalam dokumen yang dipelajari dengan harapan
meminimumkan ambiguitas.
Upaya menerapkan metode knowledge graph untuk menganalisis bahasa
Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya adalah
Haerul (2007) yang menganalisis word graph kata benda, Muslik (2009) yang
menganalisis word graph kata kerja, Anggraini (2009) yang menganalisis word
graph preposisi, Rahmat (2009) yang menganalisis word graph kata sifat dan
Samba (2010) yang menganalisis word graph kata keterangan. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya akan digunakan sebagai bahan
rujukan untuk menganalisis kalimat Bahasa Indonesia menggunakan metode
knowledge graph.
Menurut Abney (1994), dalam mengucapkan sebuah kalimat, seseorang akan
mengucapkannya dalam beberapa bagian atau potongan yang disebut dengan chunk.
Oleh karena itu, analisis suatu kalimat dengan menggunakan knowledge graph
membutuhkan aturan pemotongan kalimat (chunking) sehingga dapat diketahui
letak potongan kalimat ketika diucapkan. Aturan chunking yang telah diteliti oleh
Rusiyamti (2008) masih menggunakan aturan dari struktur bahasa Inggris yang

2

diterapkan pada struktur kalimat bahasa Indonesia. Penelitian tersebut belum
diujikan pada pola kalimat bahasa Indonesia. Konstruksi pola graf kalimat bahasa
Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang
relatif lama, apalagi kalimat bahasa Indonesia yang luas dan kompleks. Oleh karena
itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang knowledge graph dan
membatasinya pada pembentukan aturan chunking kalimat bahasa Indonesia untuk
membentuk pola graf kalimat dasar bahasa Indonesia.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang diteliti adalah:
1 bagaimana aturan chunking pada struktur kalimat bahasa Indonesia?
2 bagaimana pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan metode knowledge
graph?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1 membentuk aturan chunking pada struktur kalimat bahasa Indonesia.
2 membuat pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan metode knowledge graph.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan aturan pembentukan graf kalimat
bahasa Indonesia dan terciptanya pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan
metode knowledge graph.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis kalimat berbahasa
Indonesia pada pola kalimat dasar.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Whijono 2011). Chaer (2011) menambahkan definisi tersebut, yaitu sebuah

3

kalimat juga harus lengkap. Lengkap berarti di dalam satuan bahasa terdapat bagian
yang menjadi pokok pembicaraan yang disebut subjek, bagian yang menjadi
komentar tentang subjek yang disebut predikat, bagian yang merupakan pelengkap
dari predikat yang disebut objek, dan bagian yang yang merupakan penjelasan lebih
lanjut terhadap predikat dan subjek yang disebut keterangan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan
yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses fonologis
lainnya (Alwi et al. 2003). Namun, kalimat dalam wujud tulisan diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya
(Whijono 2011).
Kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau
gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Komunikasi
berjalan dengan baik dan benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar
juga, yaitu kalimat yang dapat mengekspresikan gagasan secara jelas dan tidak
menimbulkan keraguan pembaca atau pendengarnya. Untuk itu, kalimat harus
disusun berdasarkan struktur kalimat yang benar.
Struktur kalimat dibentuk berdasarkan unsur subjek, predikat (disertai objek
jika predikat menggunakan kata kerja transitif), pelengkap (disertai pelengkap jika
predikat menggunakan kata kerja intransitif), dan keterangan (jika diperlukan).
Unsur-unsur ini disebut dengan fungsi kata atau frasa dalam kalimat (Alwi et al.
2003). Unsur-unsur tersebut bisa berbentuk kata, frasa, atau klausa (Whijono 2011).
Kata terdiri atas beberapa kategori yaitu:
1 verba (V)
2 adjektif (Adj)
3 adverbia (Adv)
4 nomina (N)
5 preposisi (Prep)
6 konjungtor (Konj)
7 interjeksi (Interj)
8 partikel (Part)
Selain kategori kata, terdapat juga kategori frasa yang dibedakan
berdasarkan unsur utamanya yaitu:
1 frasa nomina (FN)
2 frasa verba (FV)
3 frasa adjektival (FAdj)
4 frasa adverbial (FAdv)
5 frasa preposional (FPrep)
Kata seperti meja, pergi, sakit, sering, dan kepada masing-masing secara
berurutan termasuk dalam kategori N, V, Adj, Adv, dan Prep. Di lain pihak, frasa
meja itu, sudah pergi, agak sakit, seringkali, dan kepada saya masing-masing
secara berurutan tergolong FN, FV, FAdj, FAdv, dan FPrep (Alwi et al. 2003).
Berdasarkan uraian di atas, struktur kalimat dapat digambarkan seperti pada
Gambar 1.

4

Gambar 1 Bagan struktur kalimat bahasa Indonesia
Berdasarkan bagan di atas terlihat bahwa sebuah kalimat tersusun atas
beberapa bentuk yaitu kata, frasa, atau klausa. Setiap bentuk memunyai fungsi yaitu
S, P, O, Ket., Pel. Setiap klausa bisa dibentuk dari beberapa frasa dan kata. Frasa
terbagi menjadi lima kategori yaitu FN, FV, Fadj, FAdv, Fprep, sedangkan kata
terdiri atas beberapa kategori yaitu V, Adj, Adv, N, Prep, Konj, Interj, Part.
Misalnya kalimat Ibu saya tidak membeli baju baru untuk kami minggu lalu.
Hubungan antara bentuk, kategori, dan fungsi unsur-unsur pembentuk kalimat
tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hubungan bentuk, kategori, dan fungsi.
Bentuk

Ibu

Kategori

Kata
Frasa

Fungsi

N

saya

tidak membeli baju baru untuk kami minggu lalu

Pron. Adv.

V

N

Adj

N

N

V

N

FN

FV

FN

FPep

FN

Subjek

Predikat

Objek

Pelengkap

Keterangan

Dari Tabel 1, tampak lima fungsi yang digunakan, namun tidak selalu kelimalimanya dipakai. Paling tidak harus ada yang menjadi subjek dan predikat, sehingga
di dalam sebuah kalimat ada bagian yang tidak bisa dihilangkan, ada yang bisa
dihilangkan.
Kalimat memiliki jumlah dan ragam yang sangat banyak, namun pada
hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya.
Berdasarkan polanya, kalimat terbagi menjadi dua jenis, yaitu pola kalimat dasar
dan pola kalimat majemuk.

5

Pola Kalimat Dasar
Menurut Whijono (2011) pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1 Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu pel, satu K).
2 Sekurang-kurangnya terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
3 Selalu diawali dengan subjek.
4 Berbentuk kalimat aktif.
5 Unsur tersebut ada yang berupa kata, adapula yang berbentuk frasa.
6 Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek. predikat,
objek, dan keterangan.
Beberapa pola kalimat dasar menurut Alwi et al. (2003) adalah sebagai
berikut.
1 S–P
2 S–P–O
3 S – P – Pel
4 S – P – Ket
5 S – P – O – Pel
6 S – P – O – Ket
Pola Kalimat Majemuk
Pola kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, bertingkat, dan
kompleks masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda. Berikut ini adalah
penjelasan tentang kalimat majemuk.
a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif atau tidak saling menerangkan
(Whijono 2011). Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat setara ini adalah sama
derajatnya, klausa yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, atau
klausa yang satu tidak mengikat yang lain. Klausa-klausa itu memunyai kedudukan
yang bebas, sehingga kalau yang satu ditanggalkan maka yang lain masih tetap
berdiri sebagai sebuah klausa (Chaer 2011). Perhatikan bagan berikut ini.

Gambar 2 Bagan kalimat majemuk setara
Menurut Whijono (2011) kalimat majemuk setara terbagi menjadi empat
macam, yaitu:

6

1
2
3
4

setara gabungan menggunakan kata dan, serta
setara pilihan menggunakan kata atau
setara urutan menggunakan kata kata lalu, lantas, dan kemudian
setara berlawanan menggunakan kata tetapi.

b. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibedakan berdasarkan jenis anak kalimat atau
klausanya. Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat bertingkat ini tidak sama
derajatnya. Salah satu anak kalimat memunyai kedudukan lebih tinggi dari yang
lain atau yang satu mengikat atau terikat pada yang lain (Chaer 2011). Gambar
berikut menggambarkan struktur kalimat bertingkat.

Gambar 3 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa I lebih tinggi
Jika klausa II lebih tinggi maka bagan kalimat majemuk tergambar seperti di
bawah ini.

Klausa II
Klausa I
Kata penghubung

Gambar 4 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa II lebih tinggi
Klausa yang kedudukannya lebih tinggi memunyai kedudukan yang bebas,
sehingga tanpa klausa yang lain tetap dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat.
Namun, klausa yang kedudukannya lebih rendah memunyai kedudukan yang tidak
bebas, sehingga tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat (Chaer
2011).
Jika kalimat majemuk bertingkat dibedakan berdasarkan jenis anak
kalimatnya (AK), maka terdapat delapan macam (Whijono 2011) yaitu:
1 AK keterangan waktu yaitu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah,
sebelum.

7

AK keterangan sebab yaitu menggunakan kata sebab, lantaran, karena.
AK keterangan hasil (akibat) yaitu menggunakan kata hingga, sehingga,
akhirnya.
4 AK keterangan syarat yaitu menggunakan keterangan jika, apabila, kalau,
andaikata.
5 AK keterangan tujuan yaitu menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna.
6 AK keterangan cara yaitu menggunakan kata dengan, dalam.
7 AK keterangan posesif yaitu menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun.
8 AK keterangan pengganti nomina yaitu menggunakan kata bahwa.
2
3

c. Kalimat majemuk kompleks
Kalimat majemuk kompleks dibentuk dari tiga klausa atau lebih yang
kedudukan klausa-klausanya itu merupakan campuran dari struktur kalimat
majemuk setara dan bertingkat (Chaer 2011). Penggabungannya biasanya dibantu
dengan berbagai kata penghubung, baik yang dipakai dalam kalimat majemuk
setara maupun bertingkat. Gambar berikut menunjukkan bentuk kalimat majemuk
kompleks.

Gambar 5 Bagan kalimat majemuk kompleks

Knowledge Graph
Metode knowledge graph merupakan sebuah pendekatan baru yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan bahasa manusia yang lebih terfokus pada aspek
semantis daripada aspek sintaksis. Keuntungan menggunakan knowledge graph
adalah lebih bisa menggambarkan dan mengekspresikan aspek semantis lebih
dalam, menggunakan relasi yang minimum, dapat meniru pengamatan manusia,
dan sebagainya. Pendekatan ini merupakan jalan baru untuk penelitian pemahaman
komputer terhadap bahasa manusia. Knowledge graph terdiri atas concept (token,
type, dan name) dan relationship (Zhang 2002).
Concept
Token adalah suatu node pada knowledge graph yang ditandai dengan “฀”,
yang menyatakan suatu pengalaman pada dunia nyata atau konsep yang ada pada

1

8

dunia kita. Faktanya, pengamatan seseorang atas suatu hal menandakan ada hal
seperti itu pada dunia kita. Oleh karena itu, dalam knowledge graph segala sesuatu
akan berkorespondensi dengan token. Token merupakan konsep yang dipahami
manusia menurut cara pandang masing-masing sehingga bersifat subjektif (Zhang
2002). Misalnya kata jagung dapat diasosiasikan secara subjektif mengenai bentuk,
warna, rasa dan sebagainya.
Type menyatakan concept umum yang ditentukan oleh himpunan atribut yang
melekat padanya (James 1992). Contohnya buah, binatang, dan sebagainya. Name
adalah suatu yang bersifat individual dan unik (van den Berg 1993). Contohnya
Yani adalah sebuah name dari seorang perempuan.
2 Relationships
Menurut Zhang (2002) serta Nurdiati dan Hoede (2009), ontologi word graph
terdiri atas token (yang direpresentasikan dengan node), sembilan macam relasi
biner, dan empat macam relasi frame. Kesembilan relasi biner tersebut adalah
Equality (EQU), Subset relationships (SUB), Alikeness (ALI), Disparateness (DIS),
Causality (CAU), Ordering (ORD), Attribution (PAR), Information dependency
(SKO) dan Ontology Focus (F), sedangkan keempat relasi frame adalah Focusing
on a situation (FPAR), Negation of a situation (NEGPAR), Possibility of a situation
(POSPAR), dan Necessity of a situation (NECPAR).
Berikut ini adalah penjelasan tentang kesembilan relasi biner di atas.
a) Relasi alikeness (ALI)
Relasi ALI digunakan untuk menghubungkan token dengan type, tujuannya
untuk mengekspresikan bahwa token tersebut memunyai type tertentu.

Gambar 6 Relasi ALI
Contoh: padi adalah type karena padi adalah konsep yang berupa informasi
umum, maka grafnya adalah:

padi
Gambar 7 Contoh penggunaan relasi ALI pada word graph kata padi
b) Relasi causality (CAU)
Relasi ini menyatakan hubungan di antara penyebab dan akibat, atau sesuatu
hal yang memengaruhi hal lainnya.

9

Gambar 8 Relasi CAU
Muslik (2009) menerapkan relasi CAU untuk menghubungkan konsep
berupa kata benda dan kata kerja. Contohnya pada kata memakan yang memiliki
graf sebagai berikut.

CAU

CAU
ALI
makan

ALI

memakan

Gambar 9 Contoh penggunaan relasi CAU
Dari gambar di atas, maka kita bisa membaca bahwa kata memakan
merupakan kata kerja yang terlihat adanya hubungan sebab akibat sehingga
dinyatakan dengan relasi CAU.
c) Relasi equality (EQU)
Relasi ini menyatakan penamaan concept melalui arc dari label menuju
concept. Relasi ini juga dapat digunakan untuk memberi nilai pada sesuatu hal.
Contohnya merah pada pemberian nilai warna. Pada teori himpunan relasi EQU
simetris digunakan untuk menyatakan kesamaan dua buah himpunan dan digunakan
untuk menggabungkan dua buah himpunan. Relasi EQU simetris juga dapat
digunakan untuk menunjukkan dua buah konsep yang sama.

Relasi EQU

Relasi EQU simetris
Gambar 10 Relasi EQU

Contoh penggunaan relasi EQU adalah pada frasa burung kakak tua yang
memiliki graf sebagai berikut.

10

ALI

EQU

kakak tua

burung

Gambar 11 Penggunaan relasi EQU
d) Relasi subset (SUB)
Jika ada dua token yang berturut-turut menyatakan dua buah himpunan, dan
yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain, maka terdapat relasi SUB di
antara dua token tersebut.
Jika a SUB b, maka terdapat dua penafsiran yang berbeda.
1) Concept a adalah bagian dari concept b. Contohnya, ekor SUB kucing. Ini
menyatakan bahwa ekor kucing dapat dianggap sebagai bagian dari kucing
karena molekul dari ekor membentuk suatu himpunan bagian dari molekul dari
kucing.
2) Concept a lebih umum daripada concept b. Oleh karena itu, concept b berisi
sedikitnya semua karakteristik dari concept a. Contohnya, mamalia SUB kucing.
Ini menyatakan bahwa kucing adalah jenis dari mamalia.

Gambar 12 Relasi SUB
Contoh penggunaan relasi SUB pada frasa biji jambu yang memiliki graf
sebagai berikut.
biji

ALI



ALI

jambu

Gambar 13 Contoh penggunaan relasi SUB
e) Relasi disparateness (DIS)
Relasi DIS membandingkan dua konsep yang tidak sama. Bentuk graf dengan
relasi DIS adalah sebagai berikut.


Gambar 14 Relasi DIS

11

Contoh penggunaan relasi DIS pada kata pertanian dengan pertambangan.
Kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda grafnya adalah sebagai berikut.
ALI
pertanian



ALI

pertambangan

Gambar 15 Contoh penggunaan relasi DIS
f) Relasi ordering (ORD)
Relasi ORD menyatakan bahwa dua hal memunyai urutan tertentu satu sama
lain. Relasi ini selain digunakan untuk menunjukkan urutan waktu dan tempat, juga
dapat digunakan untuk menyatakan relasi “