Perbandingan Produktivitas Tiga Bangsa Babi Eksotik Di Bptu Hpt Siborongborong, Provinsi Sumatera Utara

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TIGA BANGSA BABI
EKSOTIK DI BPTU-HPT SIBORONGBORONG,
PROVINSI SUMATERA UTARA

CIPTA KASIH NOVILITA ZEBUA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perbandingan
Produktivitas Tiga Bangsa Babi Eksotik di BPTU-HPT Siborongborong, Provinsi
Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017

Cipta Kasih Novilita Zebua
NIM D151140231

RINGKASAN
CIPTA KASIH NOVILITA ZEBUA. Perbandingan Produktivitas Tiga Bangsa
Babi Eksotik di BPTU-HPT Siborongborong, Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing
oleh MULADNO dan POLLUNG H SIAGIAN.
Landrace, Yorkshire, dan Duroc merupakan bangsa babi impor yang
memiliki potensi genetik yang unggul apabila dikembangkan sesuai dengan kondisi
dimana ternak tersebut diharapkan dapat berproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perbedaan kemampuan genetik ternak babi dari bangsa Landrace,
Yorkshire, dan Duroc dengan melakukan evaluasi terhadap produktivitas yang
memiliki nilai ekonomi yang sangat penting. Penelitian dilakukan di Balai
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Siborongborong, Kecamatan
Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada bulan
Februari 2016 sampai dengan Juni 2016.
Ternak babi yang digunakan sebanyak 49 ekor terdiri dari 15 ekor jantan

dan 34 ekor betina dengan bobot badan awal yaitu 18.5-21.5 kg, yang dipelihara
pada kondisi lingkungan yang sama di BPTU-HPT Siborongborong, Provinsi
Sumatera Utara. Parameter yang diukur adalah konsumsi ransum harian,
pertambahan bobot badan harian, efisiensi penggunaan makanan, tebal lemak
punggung, indeks seleksi, dan umur pada saat mencapai bobot 90 kg.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan tiga bangsa babi yaitu
Landrace, Yorkshire, dan Duroc. Data dianalisa dengan Analysis of Covariance
(Ancova) prosedur General Linear Model (GLM) menggunakan program SAS 9
yang dilanjutkan dengan uji Least Squares Means. Data ternak babi jantan dan
betina dianalisa secara terpisah.
Hasil penelitian terhadap ternak babi calon pejantan menunjukkan bahwa
bangsa berpengaruh signifikan terhadap pertambahan bobot badan harian, efisiensi
penggunaan makanan, tebal lemak punggung, indeks seleksi, dan umur pada saat
mencapai bobot 90 kg. Hasil penelitian terhadap ternak babi calon induk
menunjukkan bahwa bangsa berpengaruh signifikan terhadap konsumsi ransum
harian, pertambahan bobot badan harian, efisiensi penggunaan makanan, tebal
lemak punggung, indeks seleksi, dan umur pada saat mencapai bobot 90 kg.
Yorkshire merupakan bangsa babi yang memiliki nilai produksi yang mendominasi
dari beberapa parameter yang diukur. Berdasarkan kondisi lingkungan

pemeliharaan, Yorkshire dan Landrace menampilkan performa yang lebih baik
dibanding Duroc. Namun, Duroc memiliki lemak punggung yang lebih tipis yang
berpengaruh pada kualitas daging dibanding kedua bangsa lainnya.
Kata kunci: babi, bangsa, nilai produksi

SUMMARY
CIPTA KASIH NOVILITA ZEBUA. Comparative Performance of Three Breeds
of Swine in BPTU-HPT Siborongborong, North Sumatera Province. Supervised by
MULADNO and POLLUNG H SIAGIAN.
Landrace, Yorkshire, and Duroc breeds of swine play an important role,
particularly in Indonesia. These breeds have the most desirable level of production
traits, and therefore assure highest economic gains. The objectives of this study was
to analyze the comparative ability of animal genetic using evaluation of production
that has important economic traits from three breeds (Landrace, Yorkshire, and
Duroc) of swine. Research about comparative performance of Landrace, Yorkshire,
and Duroc breeds of swine in BPTU-HPT Siborongborong has been conducted
from February 2016 to June 2016 in Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak Siborongborong, Siborongborong District, Tapanuli Utara Regency,
North Sumatera Province.
A total of 49 swines consist 15 boars and 34 gilts, with average body weight

18.5-21.5 kg were used in this research. All of samples were risen in same paddock
and feeding management. The observed variables included average daily feed
intake, average daily gain, feed conversion, backfat thickness, selection index, and
age at 90 kg body weight.
This study used an experimental method with Completely Randomized
Design (CRD) using three treatments, Landrace, Yorkshire, and Duroc breeds. The
data were analyzed by using Analysis of Covariance (Ancova) Procedur General
Linier Model (GLM) and Least Square Means test. Boars and gilts were analyzed
in separated data.
The result showed that Landrace, Yorkshire, and Duroc was significantly
associated with all variables but not for boars feed intake. The overall, Yorkshire
and Landrace performed better than Duroc in terms of average daily gain, feed
conversion, selection index, and age at 90 kg body weight. However, Duroc boars
and gilts had the thinnest backfat followed by Landrace and Yorkshire.
Key words: breeds, production traits, swine

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TIGA BANGSA BABI
EKSOTIK DI BPTU-HPT SIBORONGBORONG,
PROVINSI SUMATERA UTARA

CIPTA KASIH NOVILITA ZEBUA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Salundik, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Perbandingan Produktivitas Tiga Bangsa Babi Eksotik di BPTU-HPT
Siborongborong, Provinsi Sumatera Utara”.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Prof
Dr Ir Muladno, MSA dan Prof Dr Ir Pollung H Siagian, MS sebagai komisi
pembimbing dengan segala curahan waktu dan ketulusan hati memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tesis ini. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Salundik, MSi sebagai dosen penguji
luar komisi atas saran dan masukannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh Vierman sebagai Kepala
BPTU-HPT Siborongborong, beserta staff dan jajarannya, Wasbitnak dan
Wastukan, Dokter Hewan dan Paramedik, serta Penanggungjawab Instalasi baik di
Instalasi Siaro dan Instalasi Bahal Batu, atas segala perhatiannya yang telah banyak
membantu penulis baik waktu, pikiran, dan tenaga selama penelitian di lapang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Perguruan Tinggi Akademi
Komunitas Nias Utara atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan untuk
melanjutkan studi magister di IPB dan juga kepada Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh yang telah menjadi sponsor bagi penulis selama masa studi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adik PKL dari AK
Nias Utara dan SMKS-PP Putra Jaya Stabat atas bantuan tenaga dan
kebersamaannya selama penelitian di lapang. Kepada Ruth Tampubolon, penulis
mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya menemani selama penelitian.
Kepada teman-teman Magister ITP 2014, terima kasih atas kebersamaan selama ini.
Kepada semua sahabat terdekat penulis, juga keluarga besar Omda Ikatan
Mahasiswa Kepulauan Nias IPB terima kasih atas dukungan semangat dan rasa
persaudaraannya. Kepada yang terkasih, Septinus Mendrofa, SPi MSi terima kasih
atas dukungan doa dan semangat yang diberikan baik dalam susah maupun senang.
Dengan segala hormat dan kasih, karya ini dipersembahkan kepada orangorang terdekat yang sangat penulis cintai, yaitu Ayahanda B. Zebua dan Almh.
Ibunda Y. Zebua beserta abang, kakak, dan adik serta seluruh keluarga yang tiada
henti memberikan doa yang tulus dan semangat saat menghadapi kesulitan selama
menjalani proses studi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2017
Penyusun

Cipta Kasih Novilita Zebua

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
2

2 METODE
Lokasi dan Waktu
Kandang dan Peralatan
Bahan
Ransum
Ternak
Prosedur Performance Testing (Uji Penampilan)
Rancangan Percobaan
Analisis Data

3

3
3
3
3
3
4
6
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kandang Uji Performa
Hasil Analisa Ransum Penelitian
Informasi Ternak Penelitian
Penampilan Produksi Babi Bangsa Landrace, Yorkshire,
dan Duroc Jantan
Konsumsi Ransum Harian
Pertambahan Bobot Badan Harian
Efisiensi Penggunaan Makanan
Tebal Lemak Punggung

Indeks Seleksi
Umur Mencapai Bobot 90 Kg
Penampilan Produksi Babi Bangsa Landrace, Yorkshire,
dan Duroc Betina
Konsumsi Ransum Harian
Pertambahan Bobot Badan Harian
Efisiensi Penggunaan Makanan
Tebal Lemak Punggung
Indeks Seleksi
Umur Mencapai Bobot 90 Kg

6
6
8
9
10
12
13
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
17
18

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

18
18
18

DAFTAR PUSTAKA

19

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Nilai nutrisi sampel ransum penelitian
2 Kebutuhan zat-zat makanan babi fase bertumbuh hingga pengakhiran
3 Hasil penampilan produksi calon pejantan bangsa babi Landrace,
Yorkshire, dan Duroc
4 Hasil penampilan produksi calon induk bangsa babi Landrace, Yorkshire,
dan Duroc

9
10
12
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Lokasi pengukuran Tebal Lemak Punggung (TLP)
Nilai rataan suhu udara di daerah penelitian
Nilai rataan kelembaban di daerah penelitian
Kandang individu ternak babi jantan
Kandang kelompok ternak babi betina
Kondisi lantai semen kandang babi
Babi Landrace betina
Babi Landrace jantan
Babi Duroc betina
Babi Duroc jantan
Babi Yorkshire betina
Babi Yorkshire jantan

4
7
7
8
8
9
11
11
11
11
12
12

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak babi merupakan salah satu penyumbang kebutuhan daging di
Indonesia yang berpotensi besar untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan
protein hewani bagi masyarakat. Berdasarkan data statistik Ditjennak (2015),
populasi babi di Indonesia pada tahun 2013 adalah 7.59 juta ekor dan mengalami
peningkatan pada tahun 2014 menjadi 7.69 juta ekor (peningkatan sebesar 1.26 %).
Ternak babi terkonsentrasi di beberapa provinsi di Indonesia antara lain Nusa
Tenggara Timur, Sumatera Utara, Bali, Papua, dan Sulawesi Selatan dengan jumlah
populasi pada tahun 2014 adalah 1.76 juta ekor, 1.12 juta ekor, 817 489 ekor, 680
099 ekor, dan 654 443 ekor berturut-turut.
Siagian (1999) menyatakan bahwa ternak babi memiliki keunggulan antara
lain pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang sangat baik dan mampu
beradaptasi pada kondisi lingkungan yang beranekaragam serta persentase
karkasnya dapat mencapai 65-80%. Ternak babi tergolong dalam ternak
monogastrik yang memiliki kemampuan dalam mengubah bahan makanan secara
efisien apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikonsumsinya. Ternak babi
lebih cepat tumbuh dan cepat menjadi dewasa serta bersifat prolifik yang
ditunjukkan dengan kemampuan mempunyai banyak anak setiap kelahirannya yaitu
berkisar antara 8-14 ekor dan dalam setahun bisa dua kali beranak (Sihombing
2006). Selain memiliki litter size yang tinggi, ternak babi juga dapat memanfaatkan
segala jenis limbah pertanian. Namun, potensi ternak babi ini masih belum
dimanfaatkan dengan baik karena adanya keterbatasan konsumen di Indonesia dan
sistem pemeliharaan yang kurang memadai.
Upaya memajukan peternakan babi di Indonesia tidak terlepas dari
pemanfaatan berbagai bangsa babi eksotik dari Eropa dan Amerika. Mishra et al.
(1989) menyatakan bahwa bangsa babi eksotik memiliki konversi pakan yang lebih
efisien dan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibanding bangsa babi lokal.
Landrace, Yorkshire, dan Duroc merupakan bangsa babi eksotik yang memiliki
potensi genetik untuk berproduksi tinggi. Ketiga bangsa babi tersebut menunjukkan
performa yang berbeda antar bangsa.
Sifat-sifat produksi seperti laju pertumbuhan, efisiensi penggunaan
makanan, dan tebal lemak punggung adalah sifat ekonomi penting yang selalu
dipertimbangkan pada ternak babi. Merks (2000) menyatakan bahwa seleksi babi
lebih difokuskan terhadap peningkatan indeks yang meliputi laju pertumbuhan dan
parameter kualitas karkas seperti persentase daging dan tebal lemak punggung. Uji
performa menampilkan nilai produksi untuk mengukur prestasi seekor ternak yang
digunakan untuk memperoleh indeks seleksi. Indeks seleksi merupakan suatu
metode seleksi yang dilakukan berdasarkan penilaian seluruh perilaku ternak yang
mempertimbangkan nilai pewarisan dan sifat-sifat dari ternak yang mempunyai
nilai ekonomi (Montong 2013).
Penelitian yang membahas mengenai perbedaan performa antara bangsa
babi eksotik terhadap nilai produktivitasnya di beberapa negara lain sudah banyak
dilakukan (Siagian 1984, Mijatovic et al. 2005, Ramesh et al. 2009). Namun,
evaluasi perbedaan performa ternak babi bangsa eksotik terhadap nilai produksi

2
yang memiliki nilai ekonomi tinggi masih belum banyak dilakukan di Indonesia.
Menurut Różycki (2003), hasil uji performa adalah salah satu kriteria utama dalam
seleksi ternak babi untuk perbibitan ternak dan produksi ternak. Oleh karena
pentingnya sifat-sifat produksi yang memiliki nilai ekonomi tersebut, maka evaluasi
penampilan bangsa murni perlu dilakukan terlebih dahulu pada kondisi dimana
ternak tersebut diharapkan dapat berproduksi.

Perumusan Masalah
Laju pertumbuhan, efisiensi penggunaan makanan, dan tebal lemak
punggung adalah sifat ekonomi penting yang selalu dipertimbangkan pada ternak
babi. Upaya untuk mengevaluasi penampilan dari bangsa babi murni merupakan
tantangan bagi breeder untuk menyelidiki dan menganalisis terlebih dahulu agar
dapat diperoleh informasi kondisi ternak tersebut diharapkan dapat berproduksi.
Selain itu, penggunaan dan penghargaan indeks seleksi dalam pemilihan bibit babi
masih belum diaplikasikan di Indonesia.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan genetik ternak dari
tiga bangsa babi yaitu Landrace, Yorkshire, dan Duroc dengan melakukan evaluasi
terhadap nilai-nilai produksi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai data informasi sifat produksi
bangsa babi eksotik yang dapat menjadi acuan untuk memilih babi bibit calon induk
dan pejantan khususnya bangsa babi Landrace, Yorkshire, dan Duroc melalui
program pencatatan performa yang baik dan sifat-sifat produksi yang memiliki nilai
ekonomi tinggi.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi evaluasi terhadap nilai produksi yang memiliki nilai
ekonomi penting dari ternak babi bangsa Landrace, Yorkshire, dan Duroc. Data
jantan dan betina dianalisa secara terpisah. Data yang yang diamati meliputi: 1)
konsumsi ransum harian, 2) pertambahan bobot badan harian, 3) efisiensi
penggunaan makanan, 4) tebal lemak punggung, 5) indeks seleksi, 6) umur
mencapai bobot 90 kg. Data dianalisa dengan Analisys of Covariance (ANCOVA)
menggunakan prosedur General Linear Model. Kovariabel yang digunakan adalah
bobot awal dan dilanjutkan dengan uji Least Square Means.

3

2 METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak (BPTU-HPT) Siborongborong, yang berlokasi di Instalasi Bahal Batu,
Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini dilaksanakan dari Februari 2016 sampai dengan Juni 2016.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah 15 kandang individu untuk babi jantan
berukuran 3x3 m2 dan 9 kandang kelompok untuk babi betina berukuran 4x3 m2
yang dilengkapi dengan tempat pakan dan water nipple. Peralatan yang digunakan
adalah timbangan kapasitas 10 kg dan 300 kg, masing-masing untuk menimbang
ransum dan ternak babi, kerangkeng, alat pengukur tebal lemak punggung atau
Anyscan backfat, dan kamera digital. Suhu dan kelembaban diukur dengan
menggunakan thermohygrometer.
Persiapan kandang dilakukan dengan menyemprot kandang menggunakan
desinfektan. Ternak babi diberi ear tag untuk memudahkan pencatatan dan
pengontrolan. Manajemen rutin yang dilakukan selama penelitian adalah kandang,
lantai, dan tempat makan dibersihkan, kemudian ternak babi dimandikan setiap hari
yaitu pagi hari pukul 07.00 WIB, dan dilanjutkan dengan pemberian pakan
sebanyak dua kali yaitu pagi hari (pukul 09.00 WIB) dan sore hari (pukul 14.30
WIB).
Bahan
Ransum
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial yang
biasa diberikan pada ternak babi di BPTU-HPT Siborongborong. Komposisi nutrien
dari sampel ransum dianalisa di Laboratorium Kimia Pusat Antar Universitas IPB
pada bulan Juli 2016.
Hasil analisa proksimat dari ransum penelitian merupakan hasil
pengambilan sampel dari ransum penelitian. Pengambilan sampel ransum
penelitian diperoleh dari ransum komersial yang biasa digunakan di BPTU-HPT
Siborongborong. Banyaknya sampel yang diambil dari tiap ransum adalah sekitar
100 g dari tiap 100 kg ransum. Setiap akhir periode pemeliharaan selesai (starter,
grower dan finisher), masing-masing sampel tersebut diaduk kembali, kemudian
diambil sampel sekitar 200 g untuk dilakukan analisa proksimat di laboratorium.
Ternak
Ternak yang digunakan adalah ternak babi yang memiliki bobot badan awal
18.5-21.5 kg yang silsilahnya tercatat dari masing-masing bangsa. Ternak babi
berjumlah 49 ekor dikelompokkan sebagai berikut:

4
1. Bangsa Landrace jantan sebanyak 5 ekor dan betina sebanyak 12 ekor
2. Bangsa Yorkshire jantan sebanyak 5 ekor dan betina sebanyak 12 ekor
3. Bangsa Duroc jantan sebanyak 5 ekor dan betina sebanyak 10 ekor
Prosedur Performance Testing (Uji Penampilan)
1. Anak babi atau babi sapihan dipilih dari hasil turunan tetua yang baik (litter size
lahir dan sapih, dan bobot lahir dan sapih)
2. Anak babi jantan diseleksi dengan mengamati testis yang menggantung baik
dan simetris
3. Anak babi betina diseleksi dengan mengamati puting susu yang berjumlah
minimal 6 pasang, terletak simetris dan jarak antara puting baik
4. Babi yang memiliki bobot badan 20±1.50 kg (18.5-21.5 kg), dimasukkan pada
kandang pengujian setelah ditimbang bobot awalnya. Babi jantan dikandangkan
secara individu, sedangkan babi betina dikandangkan secara kelompok
sebanyak 3-4 ekor per kandang
5. Ransum diberi dengan jumlah yang selalu tersedia (ad libitum)
6. Babi ditimbang setelah mencapai bobot badan 90±2.50 kg (87.50 – 92.50 kg)
dan Performance Testing dihentikan
7. Pengukuran Tebal Lemak Punggung (TLP, cm) pada babi hidup dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Anyscan Backfat. Tempat pengukuran
TLP (backfat thickness) yaitu 5 cm sisi kiri atau sisi kanan dari garis tengah
punggung pada tiga titik tertentu: (A) Tepat di atas lipatan persendian paha babi
pada posisi tegak; (B) Tepat di atas tulang rusuk terakhir; dan (C) Tepat di atas
tulang rusuk pertama seperti diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi pengukuran Tebal Lemak Punggung (TLP)
8. Dari cara pelaksanaan performance testing diatas maka diperoleh data
pengukuran sebagai berikut:
a. Konsumsi Ransum Harian (kg/ekor/hari)
Konsumsi ransum harian diperoleh dari banyaknya ransum yang
dikonsumsi dari awal perlakuan hingga akhir perlakuan dibagi dengan
jumlah hari pengamatan.

5
Rataan konsumsi ransum harian =

e

b. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian/PBBH (kg/ekor/hari)
Pertambahan bobot badan harian diperoleh dari hasil penimbangan ternak
saat mencapai kisaran bobot 87.5-92.5 kg dikurangi dengan penimbangan
bobot badan awal 18.5-21.5 kg dibagi dengan jumlah hari pengamatan.
Pertambahan Bobot Badan Harian =

B

e

−B

w

c. Efisiensi Penggunaan Makanan (EPM)
Efisiensi penggunaan makanan diperoleh dari hasil bagi rataan konsumsi
ransum harian dengan pertambahan bobot badan harian dalam satuan waktu
yang sama atau yang dikenal dengan Feed/Gain.
Efisiensi Penggunaan Makanan =

Konsumsi Pakan kg/ekor/hari
PBBH kg/ekor/hari

d. Umur pada saat mencapai bobot badan 90 kg (hari)
Diperoleh dari pencatatan jumlah hari yang diperlukan seekor babi untuk
mencapai bobot badan pada kisaran 87.5-92.5 kg
9. Indeks seleksi dapat dihitung dengan menggunakan data RPBBH, EPM, dan
TLP dengan menggunakan formula yang dimodifikasikan dari de Baca (1962)
seperti tercantum dibawah ini:
IS = 240 + 110 RPBBH (kg) – 50 EPM – 19.7 TLP (cm)
Keterangan:
IS
: Indeks Seleksi
240
: Bilangan konstanta
RPBBH : Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (kg)
EPM
: Efisiensi Penggunaan Makanan
TLP
: Tebal Lemak Punggung (cm)
10. Data yang diperoleh dengan menggunakan rumus Indeks Seleksi dilakukan
untuk menentukan calon bibit terbaik/lolos menjadi bibit babi. Babi dengan
nilai indeks seleksi tertinggi adalah yang terbaik, sedangkan dibawah standar
yang sudah ditentukan tidak terpilih sebagai calon bibit.
Pada awal dan akhir percobaan dilakukan pencatatan umur dari setiap ternak
babi dan juga pencatatan rataan konsumsi ransum harian. Rataan pertambahan
bobot badan harian dan efisiensi penggunaan makanan dihitung pada setiap akhir
percobaan. Pengukuran tebal lemak punggung menggunakan alat Anyscan Backfat
yang diukur pada tiga titik tertentu (Gambar 1).
Data dibagi dalam dua bagian yang dipisahkan menurut jenis kelamin (sex)
dan dianalisa secara terpisah karena pada jantan dilakukan percobaan secara
individu sedangkan pada betina secara kelompok.

6
Data suhu dan kelembaban diukur menggunakan thermohygrometer dan
data curah hujan selama penelitian diperoleh dari Instalasi Bahal Batu, BPTU-HPT
Siborong-borong.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan model matematika menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) sebagai
berikut:
Yij= μ+ αi+β (xij - �̅..) +εij
Keterangan:
Yij
= nilai pengamatan
μ
= nilai rataan umum

= pengaruh aditif perlakuan ke-i
β
= koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan Yij pada Xij
Xij
= pengukuran peubah konkomitan yang dihasilkan dari perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j yang bersesuaian dengan Yij
�̅ ..
= nilai rata-rata peubah konkomitan

= pengaruh galat
Analisis Data

Data dianalisa dengan Analisys of Covariance (Ancova) menggunakan
prosedur General Linear Model (SAS Institute Inc. 2008). Kovariabel yang
digunakan adalah bobot awal dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji
Least Square Means.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaaan Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera
Utara yang berada pada ketinggian antara 300-1500 meter diatas permukaan laut.
Penelitian yang dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak (BPTU-HPT) Siborongborong terletak di Instalasi Bahal Batu, Desa
Bahal Batu, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi
Sumatera Utara.
Jarak Instalasi Bahal Batu ke kantor pusat yang terletak di Desa Siaro,
Kecamatan Siborongborong adalah ±14 km. Lokasi yang digunakan untuk
pengembangan ternak kerbau lokal dan babi ini memiliki luas lahan sekitar ±59.5
ha. Lokasi bangunan kandang tempat ternak babi yang diteliti memiliki jarak yang

7
cukup jauh dari rumah-rumah pemukiman dan terhindar dari polusi kebisingan.
Keadaan lingkungan sekitar lokasi kandang penelitian cukup aman dari lalu lintas
ternak atau hewan liar, maupun manusia.
Suhu udara dan kelembaban diukur dengan menggunakan termohygrometer
dengan pencatatan tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi hari (pukul 07.00-08.00
WIB), siang hari (pukul 12.00-13.00 WIB), dan sore hari (pukul 16.00-17.00 WIB).
Rataan suhu pada pagi, siang, dan sore hari masing-masing adalah 21.1 0C, 26.1 0C,
dan 23.9 0C seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Suhu (0C)
30
20

26.1

23.9

21.1

10
0
Pagi
Siang
Sore
Gambar 2 Nilai rataan suhu udara di daerah penelitian
Rataan kelembaban pada pagi, siang, dan sore hari masing-masing adalah
80.8 %, 74.2 %, dan 70.8 % seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Kelembaban (%)
85
80
75
70

80.8
74.2
70.8

65
Pagi
Siang
Sore
Gambar 3 Nilai rataan kelembaban di daerah penelitian
Rataan suhu selama penelitian adalah 23.7±2.51 0C dengan kelembaban
75.3±5.09 %. Berdasarkan data dari Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak Siborongborong tahun 2016, letak geografis daerah penelitian berada
pada dataran tinggi dengan rataan curah hujan selama penelitian 1335±1024.13 mm.
Masing-masing ternak memiliki zona nyaman berbeda yang diperlukan
untuk kehidupan dan produksinya. Meskipun ternak memiliki sifat genetik yang
baik, namun tanpa didukung oleh lingkungan yang menunjang produksinya maka
ternak tersebut tidak dapat mengespresikan potensi genetiknya. Huynh et al. (2005)
menyatakan bahwa temperatur memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku
babi periode grower yaitu tingkah laku berbaring dan mengeluarkan feses, namun

8
kelembaban memiliki pengaruh yang kecil terhadap tingkah laku tersebut.
Perubahan tingkah laku dari ternak babi yang disebabkan karena panas sebaiknya
menjadi pertimbangan dalam mendesain kandang dan keadaan iklim dalam
kandang.
Rinaldo dan Mourot (2001) menemukan bahwa Yorkshire dengan bobot
badan 35-94 kg yang dipelihara pada iklim tropis relatif mengalami penurunan
terhadap konsumsi pakan dan bobot badan harian, karkas yang tidak berlemak, pH
tinggi, lower moisture loss, kandungan lemak pada tebal lemak punggung
berkurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa iklim tropis memiliki efek yang
menguntungkan terhadap kualitas daging babi.
Sihombing (2006) menyatakan bahwa temperatur lingkungan yang cocok
untuk performa babi adalah 20-27 °C. Suhu optimum bagi pertumbuhan ternak babi
periode grower (bobot badan 20-50 kg) adalah 18-24 0C, sedangkan untuk periode
finisher (bobot badan 50-90 kg) adalah 12-22 0C. Suhu lingkungan yang rendah
dapat menyebabkan konsumsi pakan babi semakin tinggi dan sebagian besar energi
pakan dialihkan menjadi produksi panas tubuh dan diubah untuk produksi daging.
Sedangkan bila suhu lingkungan tinggi, konsumsi pakan semakin menurun,
konsumsi air minum meningkat, dan terjadi perubahan tingkah laku yang dapat
mengakibatkan stres atau kematian.

Kandang Uji Performa
Manajemen kandang yang baik dan benar diperlukan untuk menunjang
keberhasilan peternakan khususnya ternak babi. Kandang untuk uji performa babi
jantan adalah kandang individu dan untuk babi betina adalah kandang kelompok.
Kandang yang digunakan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ternak babi yang
diteliti. Ukuran kandang individu ternak babi jantan adalah 3x3 m2 (Gambar 4) dan
ukuran kandang kelompok ternak babi betina adalah 4x3 m2 (Gambar 5).

Gambar 4 Kandang individu ternak
babi jantan

Gambar 5 Kandang kelompok ternak
babi betina

Lokasi kandang babi penelitian di Instalasi Bahal Batu cukup jauh dari
kebisingan dan berada pada kondisi lingkungan yang kondusif. Lantai kandang
sangat erat hubungannya dengan kehidupan biologis babi yang meliputi
pertumbuhan, kesehatan, reproduksi, produksi, dan tingkah laku babi. Kandang
babi yang digunakan beralas lantai semen seperti diperlihatikan pada Gambar 6.

9

Gambar 6 Kondisi lantai semen kandang babi

Hasil Analisa Ransum Penelitian
Pakan ternak dalam penelitian ini diberikan dalam kondisi yang sama karena
perbedaan pakan dapat mempengaruhi perkembangan yang dapat mengakibatkan
variasi lingkungan. Komposisi nutrisi sampel ransum penelitian diperlihatkan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Nilai nutrisi sampel ransum penelitian
Periode Pertumbuhan
Komposisi Nutrisi Ransum
Starter
Grower
Finisher
1
Kadar air (%)
10.21
9.78
10.73
Kadar abu (%)1
7.52
7.92
5.11
1
Kadar lemak kasar (%)
5.31
9.28
6.92
Protein kasar (%)1
18.92
15.33
14.21
Karbohidrat (%)1
60.11
58.43
63.36
1
Serat kasar (%)
3.13
4.95
5.84
Calcium minimum (%)2
0.90
0.75
0.75
2
Phosphor minimum (%)
0.75
0.85
0.75
BMD (ppm) 2
20-25
20-25
Zinc Bacitracin (ppm) 2
5-25
Keterangan: 1 Hasil analisa proksimat di Laboratorium Kimia Pusat Antar Universitas IPB (2016)
2
Cargill Indonesia (2016)

Memelihara calon bibit untuk dikembangbiakkan sangat tergantung pada
cara pemberian makanan dengan memperhatikan kebutuhan zat-zat makanan yang
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya. Pada akhir masa penyapihan, ternak
babi memasuki fase growing hingga finishing.
Ternak babi membutuhkan ransum yang imbangan nutrisinya baik atau
sempurna untuk memperoleh reproduksi dan produksi daging yang optimal. Ternak
babi membutuhkan energi, protein, mineral, vitamin dan air. Setiap zat mempunyai
fungsi dan kaitan spesifik di dalam tubuh. Kekurangan atau ketidakseimbangan zatzat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan berdampak pada performan.
Pemilihan pakan yang tepat dan mengandung nilai gizi yang baik dapat berpengaruh
terhadap keseluruhan pertumbuhan ternak babi.

10
Kebutuhan zat-zat makanan yang direkomendasikan NRC (1998)
diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kebutuhan zat-zat makanan babi fase bertumbuh hingga pengakhiran
Bobot badan (kg)
Zat-zat makanan
Satuan
20-35
35-60
60-100
Energi dapat dicerna Kkal/kg
3.380
3.390
3.395
Protein kasar
%
16.00
14.00
13.00
Mineral
Kalsium (Ca)
%
0.60
0.55
0.50
Fosfor (P)
%
0.50
0.45
0.40
Besi (Fe)
Mg
60.00
50.00
40.00
Iodin (I)
%
0.14
0.14
0.14
Kalium (K)
%
0.23
0.20
0.17
Sumber: NRC (1998)

Informasi Ternak Penelitian
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT)
Siborongborong adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang memiliki tujuan menghasilkan bibit ternak
babi dan kerbau unggul serta benih/bibit hijauan pakan ternak secara berkelanjutan.
Terdapat 4 jenis bangsa babi yang ada di BPTU-HPT Siborongborong yaitu
Landrace, Yorkshire, Duroc, dan Berkshire. Total produksi ternak babi Desember
tahun 2015 sebanyak 454 ekor terdiri dari 4 rumpun ternak babi yaitu Landrace,
Yorkshire, Duroc, Berkshire (betina 258 ekor dan jantan 196 ekor) dengan jumlah
induk produktif sebanyak 75 ekor dan pejantan produktif sebanyak 12 ekor
(Sumber: Laporan Wasbitnak 2016).
Ternak babi yang digunakan untuk evaluasi produktivitas ternak babi dalam
penelitian ini meliputi 3 bangsa yaitu Landrace, Yorkshire, dan Duroc. Varietas dari
ternak babi yang digunakan dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti
disebabkan karena hanya sedikit informasi pencatatan (recording) data ternak yang
valid dari awal. Ternak yang ada di BPTU-HPT Siborongborong diimpor pada
tahun 2002 dari Australia dan diperkirakan ternak ini merupakan generasi ketiga
dari tetuanya.
Berdasarkan sejarah, babi bangsa Landrace awalnya dikembangkan di
Denmark pada tahun 1895 dan pada tahun 1934 Amerika Serikat mengimpornya.
Ciri-ciri babi Landrace adalah berwarna putih dengan bulu yang halus, badan
panjang, daun telinga rebah dan terkulai ke depan, bagian paha berbentuk segi
empat, kaki relatif pendek, dan bersifat prolifik. Secara umum terdapat tiga tipe babi
yaitu babi tipe lemak “lard type”, tipe sedang “bacon type” dan tipe daging “meat
type”. Mangisah (2003) menyatakan bahwa babi landrace termasuk bacon type atau
babi tipe sedang, dengan ukuran lebar tubuh sedang dan timbunan lemak sedang
dan halus. Babi Landrace mempunyai karkas yang panjang, pahanya besar, daging
di bawah dagu tebal dengan kaki yang pendek. Gambar 7 menunjukkan penampilan
dari ternak babi Landrace betina dan Gambar 8 menunjukkan penampilan dari
ternak babi Landrace jantan.

11

Gambar 7 Babi Landrace betina

Gambar 8 Babi Landrace jantan

Babi Duroc merupakan bangsa babi yang berasal dari Amerika Serikat. Babi
Duroc berwarna merah coklat dengan variasi warna dari terang sampai berwarna
gelap. Daun telinga babi Duroc berukuran sedang dan agak rebah ke depan. Siagian
(1999) menyatakan bahwa bangsa Duroc menghasilkan keturunan yang mempunyai
laju pertumbuhan dan konversi ransum yang baik, serta dapat menyesuaikan diri
lebih baik dibandingkan dengan bangsa babi warna putih (Yorkshire dan Landrace)
pada kondisi kurang baik. Ukuran tubuh babi Duroc adalah panjang, punggung
berbentuk busur, kuat dan lebar, susunan badan padat, lemak sedikit, dan memiliki
ukuran kaki panjang hingga sedang seperti diperlihatkan pada Gambar 9 dan
Gambar 10.

Gambar 9 Babi Duroc betina

Gambar 10 Babi Duroc jantan

Babi Yorkshire yang juga dikenal dengan sebutan Large White, awalnya
dikembangkan di Inggris. Babi Yorkshire diimpor ke Amerika Serikat pada tahun
1830 dari Inggris ke Ohio. Ciri-ciri dari babi Yorkshire adalah berwarna putih,
bagian muka sedikit melebar, daun telinga tegak mengarah ke depan, dan bersifat
prolifik.
Induk Yorkshire sering disebut “Mother Breed” karena merupakan salah
satu induk dari bangsa babi yang baik dalam kemampuan memelihara dan menyusui
anaknya. Bangsa babi ini dapat menyesuaikan diri secara baik dalam kondisi
dikandangkan. Bangsa babi Yorkshire berproduksi baik apabila disilangkan dengan
bangsa babi lain (Siagian 1999). Gambar 11 dan Gambar 12 menunjukkan
penampilan dari ternak babi bangsa Yorkshire betina dan jantan.

12

Gambar 11 Babi Yorkshire betina

Gambar 12 Babi Yorkshire jantan

Rataan bobot lahir dari ternak calon pejantan Landrace, Yorkshire, dan
Duroc yang digunakan adalah 1.40 kg, 1.48 kg, dan 1.60 kg dengan rataan litter size
adalah 10 ekor, 9.2 ekor, dan 6 ekor secara berturut-turut. Rataan bobot lahir dari
ternak calon induk Landrace, Yorkshire, dan Duroc adalah 1.51 kg, 1.43 kg, dan
1.51 kg dengan rataan litter size adalah 8.4 ekor, 10.2 ekor, dan 7.5 ekor secara
berturut-turut. Rataan awal umur ternak babi calon pejantan yang digunakan pada
saat dilakukan uji performa masing-masing adalah Landrace 68.0 hari, Yorkshire
67.6 hari, dan Duroc 64.8 hari. Sementara rataan awal umur ternak calon induk
adalah Landrace 71.2 hari, Yorkshire 67.1 hari, dan Duroc 76.7 hari.

Penampilan Produksi Calon Pejantan Bangsa Babi
Landrace, Yorkshire, dan Duroc
Pejantan memiliki pengaruh yang relatif mewakili separuh proporsi dari
total populasi babi dalam program pembibitan. Whitney dan Baidoo (2010)
menyatakan bahwa pejantan tidak hanya memberikan pengaruh genetis terhadap
keturunannya, tetapi juga memberi pengaruh terhadap farrowing rate dan litter size.
Hasil penampilan produksi untuk calon pejantan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3

Hasil penampilan produksi calon pejantan bangsa babi Landrace,
Yorkshire, dan Duroc
Bangsa
No.
Parameter
Landrace
Yorkshire
Duroc
1.
KRH (kg/ekor/hari)
2.15±0.01
2.15±0.01
2.16±0.01
2.
PBBH (kg/ekor/hari)
0.66±0.02B
0.72±0.02A
0.55±0.02C
B
B
3.
EPM
3.26±0.11
3.01±0.10
3.94±0.10A
4.
TLP (cm)
2.12±0.07B
2.19±0.07B
1.81±0.07A
A
A
5.
Indeks Seleksi
107.61±7.55
125.70±7.21
68.36±7.11B
6.
Umur mencapai
177.46±4.40ab
165.60±4.20a
188.94±4.14b
bobot 90 kg (hari)

Keterangan: KRH=Konsumsi Ransum Harian; PBBH=Pertambahan Bobot Badan Harian;
EPM=Efisiensi Penggunaan Makanan; TLP=Tebal Lemak Punggung.
Superskrip berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata pada taraf uji 1% dan 5%.

13
Konsumsi Ransum Harian
Konsumsi ransum merupakan faktor esensial sebagai dasar untuk hidup dan
menentukan produksi. Tingkat konsumsi adalah jumlah ransum yang terkonsumsi
oleh ternak apabila bahan ransum tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi 1990).
Faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah palatabilitas ransum,
temperatur, kelembaban, kesehatan ternak, genetik, pengolahan pakan dan
ketersediaan air (NRC 1998).
Berdasarkan hasil analisa ragam (Tabel 3), rataan konsumsi ransum harian
babi calon pejantan tidak berbeda nyata (P>0.05) antar bangsa. Calon pejantan
masing-masing bangsa babi ini dikandangkan secara individu, sehingga tidak
terjadi kompetisi untuk memperoleh makanan. Hasil penelitian Mijatovic et al.
(2005) menyatakan bahwa bangsa tidak berpengaruh signifikan (P>0.05) terhadap
konsumsi ransum harian ternak babi jantan. Lebih lanjut dijelaskan Dewi dan
Setiohadi (2010) bahwa pakan yang mempunyai kandungan nutrien yang relatif
sama maka konsumsi pakannya juga relatif sama.
Pertambahan Bobot Badan Harian
Pertumbuhan ternak memiliki tahap yang cepat dan tahap yang lambat.
Pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada kenaikan berat tubuh per satuan
waktu tertentu yang dinyatakan sebagai rataan laju pertumbuhan (Tilman et al
1991). Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel 3), pengaruh bangsa babi calon
pejantan terhadap rataan pertambahan bobot badan harian (PBBH) adalah berbeda
sangat nyata (P