Evaluasi Taman Vertikal Pada Bangunan Publik Ditinjau Dari Aspek Estetika

EVALUASI TAMAN VERTIKAL PADA BANGUNAN PUBLIK
DITINJAU DARI ASPEK ESTETIKA

SUCI NOVILANI SUGANDA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Taman
Vertikal pada Bangunan Publik Ditinjau dari Aspek Estetika adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Suci Novilani Suganda
NIM A44110013

ABSTRAK
SUCI NOVILANI SUGANDA. Evaluasi Taman Vertikal pada Bangunan Publik
Ditinjau dari Aspek Estetika. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA
Taman vertikal merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk
menghijaukan bumi yang sudah mengalami kenaikkan suhu, khususnya pada
daerah perkotaan. Selain digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan, taman
vertikal juga mempunyai fungsi pada aspek estetika yaitu dapat meningkatkan
keindahan tempat. Fungsi taman vertikal pada aspek estetika merupakan daya
tarik terbesar agar dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap penggunaan
taman vertikal. Salah satu cara untuk mempelajari taman vertikal yang memiliki
nilai estetika tinggi adalah melakukan evaluasi pada aspek estetika di beberapa
taman vertikal yang sudah ada. Pada penelitian ini evaluasi aspek estetika
dilakukan pada dua taman vertikal di bangunan publik Residen 8 dan di Trans
Luxury Hotel dengan membuat gambar simulasi desain taman vertikal yang sudah
ada dan desain baru secara dua dimensi. Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat

gambar simulasi desain taman vertikal dengan memperhatikan penggunaan pola
dan warna tanaman yang ditata menggunakan berbagai gaya penataan,
menganalisis pengaruh penggunaan pola dan warna tanaman yang memiliki nilai
kualitas estetika tinggi, dan mempelajari persepsi publik mengenai karakteristik
estetika taman vertikal dengan teknik pengukuran Semantic Differential.
Berdasarkan hasil analisis dari metode Scenic Beauty Estimation (SBE),
dihasilkan bahwa taman vertikal di Residen 8 sudah mempunyai nilai kualitas
estetika tinggi, sedangkan taman vertikal di Trans Luxury Hotel mempunyai nilai
kualitas estetika sedang. Berdasarkan hasil penilaian publik, pola dan warna
tanaman berpengaruh terhadap nilai kualitas estetika taman vertikal. Analisis
menggunakan metode Semantic Differential (SD) menghasilkan bahwa
karakteristik estetika taman vertikal akan semakin baik apabila desain taman vertikal
menggunakan pola, baik pola geometrik maupun pola organik dengan penataan
tanaman yang rapi dan warna tanaman yang bervariasi. Hasil analisis SD kemudian
dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor. Analisis tersebut menghasilkan faktor
yang dapat menggambarkan karakteristik estetika taman vertikal yaitu keharmonisan
dan keteduhan. Berdasarkan hasil analisis SD juga dilakukan analisis regresi yang
menunjukkan bahwa karakteristik estetika monoton-variasi dan gersang-teduh dapat
memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap tingginya nilai kualitas
estetika taman vertikal. Hasil analisis SBE dan SD tersebut kemudian dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi desain penanaman
taman vertikal.
Kata kunci: estetika, taman vertikal, bangunan publik, scenic beauty estimation,
semantic differential

ABSTRACT
SUCI NOVILANI SUGANDA. Evaluation of Vertical Garden on the Public
Building Based on Aesthetic Aspects. Supervised by BAMBANG
SULISTYANTARA
Vertical garden is one solution to reforest the earth has experienced a
temperature rise, especially in urban areas. Besides being able to cope with
environmental problems, vertical garden also has an aesthetic function, that is
improve the aesthetic value. The aesthetic function of vertical garden is important
to increase public interest in the use of vertical garden. To learn the aesthetic of
the vertical garden, then needs to evaluate the aesthetic aspects in some of the
existing of the vertical garden. In this study, the aesthetic aspects of the evaluation
performed on the two vertical gardens on public buildings, that is Residen 8 and
Trans Luxury Hotel by creating a vertical garden design simulation images that
already exist and new design in two dimensions. The purpose of this study is to
create an image simulating design of vertical garden with regard to the use of

patterns and colors of plants laid out using a variety of styles of structuring, to
analyze the effect of the use of patterns and colors of plant, and study the public is
perception of the aesthetic characteristics of the vertical garden designs with
Semantic Differential (SD) method. Based on the analysis of Scenic Beauty
Estimation (SBE) method, known that vertical garden in Residen 8 already has a
high aesthetic value, while the vertical garden on the Trans Luxury Hotel has
medium value of aesthetic quality. Based on the results of the public’s perception,
pattern and color of plants influence on the aesthetic quality of the vertical garden.
Through test Semantic Differential (SD) indicates the aesthetic characteristics of a
vertical garden will be better if the vertical garden design using the pattern, both
patterns of geometric and organic patterns with a neat of structuring plants and
variation color of plants. The result of SD analysis then used for factor analysis
which showed that aesthetic characteristics of the vertical garden can be described
aesthetic values of vertical garden is harmony and comfort of shade. Based on the
results of SD analysis also performed regression analysis which shows that the
aesthetic characteristics of monotonous-variation and desolate-shade it can
provide the most significant influence on the high aesthetic quality of the vertical
garden. The result of aesthetic quality of vertical garden (SBE) and of the aesthetic
characteristics of the vertical garden (SD) were considered in the preparation of a
vertical garden planting design recommendations.

Keywords: aesthetic, vertical garden, public buildings, scenic beauty estimation,
semantic differential

EVALUASI TAMAN VERTIKAL PADA BANGUNAN PUBLIK
DITINJAU DARI ASPEK ESTETIKA

SUCI NOVILANI SUGANDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Judul Skripsi : Evaluasi Taman Vertikal pada Bangunan Publik Ditinjau dari
Aspek Estetika
Nama
: Suci Novilani Suganda
NIM
: A44110013

Disetujui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Evaluasi Taman Vertikal pada Bangunan Publik Ditinjau dari Aspek
Estetika”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:
1. Kedua orang tua atas segala doa, perhatian, dan dorongan kepada penulis
2. Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan, serta
nasehat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini
3. Ibu Dr Ir Tati Budiarti, MS dan Ibu Dewi Rezalini Anwar, SP, MADes
selaku dosen penguji ujian skripsi atas saran dan masukan yang sangat
bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini
4. Bapak Dr Ir Andi Gunawan, MAgrSc selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan dan pembelajaran yang diberikan kepada penulis
5. Ibu Anggia Murni, Bapak Asroel, Ibu Regina Dewanti, dan Bapak Ali
Nurdin yang telah banyak membantu selama pengumpulan data

6. Azwinur dan Rizka Irsalina yang selalu memberikan semangat dan setia
menemani penulis ketika turun ke lapang untuk pengambilan data
7. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 48 dan 49 yang sudah bersedia
menjadi responden penelitian
8. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan
skripsi ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2016
Suci Novilani Suganda

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir


3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Taman Vertikal

4

Evaluasi

8

Bangunan Publik

9

Desain dan Estetika


9

Simulasi

10

Scenic Beauty Estimation (SBE)

10

Semantic Differential (SD)

10

METODOLOGI

11

Waktu dan Lokasi Penelitian

11

Alat dan Bahan

12

Batasan Penelitian

12

Metode Penelitian

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

16

Deskripsi Umum

16

Desain Penanaman

19

Identifikasi Tanaman

22

Karakteristik Responden

23

Kualitas Estetika Taman Vertikal

24

Persepsi Publik Mengenai Karakteristik Estetika Taman Vertikal

34

Rekomendasi

44

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

45
45

Saran

45

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN

48

RIWAYAT HIDUP

65

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat yang digunakan dalam penelitian
Responden penelitian dan teknis presentasi
Gambar simulasi desain taman vertikal yang diujikan
Rentang nilai taman vertikal di Residen 8 oleh kelompok responden
Nilai SBE pada gambar simulasi yang diujikan
Rentang nilai taman vertikal di Trans Luxury Hotel
Hasil pengujian KMO-MSA dan Bartlett
Matriks komponen rotasia
Faktor dan variabel yang terbentuk

12
14
19
28
30
32
42
43
43

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir Penelitian
2. Jenis taman vertikal
3. Gaya penataan taman vertikal
4. Sistem pengairan dan pembuatan pola penanaman
5. Taman vertikal di Residen 8 (kiri) dan Trans Luxury Hotel (kanan)
6. Shade net dan media tanam pada taman vertikal
7. pola desain penanaman pada taman vertikal di Residen 8
8. Desain penanaman pada taman vertikal di Trans Luxury Hotel
9. Persentase responden pengunjung berdasarkan usia
10. Persentase responden pengunjung berdasarkan frekuensi kunjungan
11. Persentase responden berdasarkan jenis kelamin
12. Nilai SBE taman vertikal di Residen 8 menurut responden publik
13. Persentase desain taman vertikal di Residen 8 per kategori
14. Nilai SBE taman vertikal di Residen 8 berdasarkan kelompok
responden
15. Nilai SBE taman vertikal di Trans Luxury Hotel menurut penilaian
responden publik
16. Persentase desain taman vertikal di Trans Luxury Hotel per kategori
17. Nilai SBE taman vertikal di Trans Luxury Hotel menurut kelompok
responden
18. Analisis taman vertikal di Trans Luxury Hotel

3
4
7
8
11
17
18
18
23
23
24
25
26
27
29
31
32
34

19. Grafik penilaian Semantic Differential berdasarkan kategori desain pada
taman vertikal di Residen 8
20. Grafik penilaian Semantic Differential seluruh gambar simulasi desain
pada taman vertikal di Residen 8
21. Grafik penilaian Semantic Differential berdasarkan kategori desain pada
taman vertikal di Trans Luxury Hotel
22. Grafik penilaian Semantic Differential seluruh gambar simulasi desain
pada taman vertikal di Trans Luxury Hotel

35
37
39
41

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Kuisioner responden mahasiswa Arsitektur Lanskap
Kuisioner responden publik di kedua lokasi penelitian
Daftar tanaman yang digunakan pada seluruh gambar simulasi desain
Perhitungan penilaian SBE
Nilai rata-rata Semantic Differential

48
50
54
61
63

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman vertikal merupakan salah satu bentuk dari vertical greenery yang
dibuat pada bidang tegak/vertikal dengan menggunakan beragam jenis tanaman.
Taman ini sering digunakan sebagai alternatif untuk bercocok tanam pada lahan
terbatas dengan elemen utama berupa tanaman. Menurut Jaafar B at al. (2013)
dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Impact of Vertical Greenery System on
Internal Building Corridors in the Tropic”, tanaman pada taman vertikal dapat
menurunkan suhu di siang hari dan dapat memodifikasi iklim mikro, sehingga
dapat berkontribusi dalam pengurangan pemakaian energi dan pendingin ruangan.
Taman vertikal sengaja diciptakan oleh para ahli sebagai salah satu cara
untuk menghijaukan bumi yang sudah mengalami kenaikkan suhu dengan tidak
tergantung pada luasan horizontal. Berbagai struktur desain taman vertikal saat ini
semakin berkembang mulai dari struktur desain yang sederhana hingga modern.
Patrick Blanc adalah seorang ahli botani dari Perancis yang berhasil
mengembangkan struktur desain taman vertikal yang modern dan
mempromosikannya ke seluruh dunia.
Selain digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan, taman vertikal juga
dapat meningkatkan nilai estetika tempat. Taman vertikal yang baik tidak hanya
mempunyai fungsi ekologis, tetapi juga mempunyai kualitas estetika yang tinggi.
Tempat rekreasi dan area publik merupakan tempat yang menjunjung tinggi nilai
estetika dari penggunaan taman vertikal agar dapat menambah nilai keindahan
serta meningkatkan daya tarik pengunjung.
Berbagai desain taman vertikal dibuat untuk memberikan kesan indah. Pola
dan warna merupakan komponen utama yang diperhatikan saat menciptakan suatu
desain taman vertikal. Pola pada taman vertikal dapat menggunakan bentuk
organik (irregular shape) dan geometrik (regular shape). Pola organik
mempunyai bentuk bebas, tidak beraturan, dan dapat digunakan untuk
menciptakan gaya penataan naturalis dan tropis yang dapat meniru bentukan di
alam dan suasana alami seperti pada hutan tropis dan tebing dengan segala
vegetasi di sekitarnya. Menurut Budiarto S (2013), taman vertikal dengan pola
alami dapat memindahkan aura pegunungan dan hutan ke dalam hunian di tengah
kota merupakan pola yang bagus untuk taman vertikal. Sedangkan pola geometrik
merupakan pola yang teratur yang dapat digunakan pada gaya penataan
simetris/formal dan futuristik yang menggunakan bentuk bidang geometrik dan
meniru bentuk suatu benda.
Untuk mengetahui desain taman vertikal yang memiliki nilai estetika tinggi
dan pengaruhnya dalam penggunaan pola dan warna tanaman, maka perlu
dilakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Taman Vertikal pada Bangunan
Publik Ditinjau dari Aspek Estetika. Studi kasus pada penelitian ini dilakukan
pada dua taman vertikal yang berada di bangunan publik Residen 8 dan di Trans
Luxury Hotel yang mempunyai taman vertikal dengan pola desain yang berbeda.
Sebagai bahan perbandingan serta memudahkan responden dalam menilai
keberadaan penggunaan pola dan warna, maka dibuat gambar simulasi desain
taman vertikal. Gambar Simulasi desain tersebut terdiri atas 1 gambar simulasi

2
desain kondisi asli dan 10 gambar simulasi desain baru pada masing-masing
lokasi penelitian.

Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini terdiri atas:
1. apakah taman vertikal yang berada di Residen 8 dan Trans Luxury Hotel sudah
mempunyai kualitas estetika yang tinggi?
2. apakah penggunaan pola dan warna tanaman mempengaruhi kualitas estetika
taman vertikal?
3. bagaimanakah karakteristik estetika pada desain taman vertikal menurut
persepsi publik?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. membuat gambar simulasi desain taman vertikal dengan memperhatikan
penggunaan pola dan warna yang ditata menggunakan berbagai gaya penataan,
2. menganalisis pengaruh penggunaan pola dan warna tanaman pada taman
vertikal yang memiliki kualitas estetika tinggi, dan
3. mempelajari persepsi publik mengenai karakteristik estetika yang terdapat pada
desain taman vertikal dengan teknik pengukuran Semantic Differential

Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu:
1. desain taman vertikal yang berada di Residen 8 dan Trans Luxury Hotel sudah
mempunyai kualitas estetika yang tinggi
2. kualitas estetika taman vertikal dipengaruhi oleh penggunaan pola dan warna
tanaman
3. kualitas estetika taman vertikal yang menggunakan pola dan warna tanaman
yang variatif memiliki nilai estetika tinggi

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai taman
vertikal yang memiliki nilai estetika tinggi, sehingga dapat dijadikan referensi dan
pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan dalam merancang dan mengelola
suatu taman vertikal, sehingga mempunyai nilai estetika yang tinggi.

3
Kerangka Pikir
Penelitian ini membahas aspek estetika taman vertikal pada bangunan
publik di Residen 8, Jakarta dan di Trans Luxury Hotel, Bandung yang dijadikan
sebagai studi kasus. Analisis kualitas estetika dan persepsi publik terhadap
karakteristik estetika taman vertikal dilakukan dengan pembuatan gambar
simulasi desain taman vertikal kondisi asli dan desain baru yang digunakan
sebagai pembanding dari desain kondisi asli dalam penerapan pola dan warna
tanaman. Gambar simulasi dibuat dengan memperhatikan penggunaan pola dan
warna tanaman yang ditata menggunakan gaya penataan seperti yang
dikemukakan Budiarto S (2013) yaitu, monoton, formal, naturalis, dan Tropis.
Evaluasi mengenai aspek estetika dilakukan dengan cara melakukan analisis data
terhadap penilain responden pada setiap gambar simulasi desain yang diujikan
menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dan Semantic Differential
(SD). Hasil analisis SBE dan SD tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi desain penanaman taman vertikal.

Taman Vertikal

Taman Vertikal Sampel
(Taman Vertikal Residen 8 dan Trans Luxury Hotel)

Simulasi Desain Kondisi Asli

Simulasi Desain Baru

Pola

Warna

Gaya Penataan

Evaluasi Aspek Estetika

Kualitas Estetika

Karakteristik Estetika

Rekomendasi

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Taman Vertikal
Jenis Taman Vertikal
Menurut Budiarto S (2013) dalam bukunya “Inspirasi Desain & Cara
Membuat Vertikal Garden”, vertical garden/taman tegak/green wall atau biasa
disebut dengan taman dinding adalah tanaman dan elemen taman lainnya yang
disusun sedemikian rupa dalam bidang yang tegak lurus atau mendekati tegak
lurus sebagai taman dalam waktu relatif lama. Penataannya memadukan unsur
softscape (tanaman) dan unsur hardscape (bebatuan, besi, stepping stone, dll).
Tanaman disusun secara permanen dalam media tanam tertentu sehingga tanaman
bisa hidup dan tumbuh secara optimal dalam jangka waktu yang relatif lama pada
bidang vertikal. Taman vertikal dibedakan menjadi beberapa jenis menurut wadah
yang digunakan, yaitu sistem multipot, sistem kantong (pocket), sistem rambatan,
dan sistem tebing bebatuan.

Sistem Multipot

Sistem Rambatan

Sistem Kantong

Sistem Tebing Bebatuan

Sumber: Budiarto S (2013)

Gambar 2 Jenis taman vertikal
a.

b.

Sistem Multipot
Sistem ini menggunakan bantuan struktur seperti besi atau bahan lain
dan pot tanaman yang disusun sedemikian rupa pada bidang vertikal. Struktur
tersebut digunakan untuk menegakkan pot-pot tanaman. Pot diisi dengan
media tanam berupa bahan organik maupun anorganik, seperti sabut kelapa,
sekam bakar, pasir. Selanjutnya, tanaman ditanam seperti umumnya dalam
pot, tetapi disusun sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan dalam
bidang vertikal tersebut tercipta suatu pola tertentu.
Sistem Kantong (Pocket)
Pada sistem ini akar tanaman berada di dalam kantong-kantong yang
berfungsi sebagai wadah atau pot sekaligus media tanam. Selanjutnya media
tanam ini ditempelkan pada bidang vertikal. Penempelannya dapat dibantu
dengan struktur rigid (besi, logam).

5
c.

d.

Sistem Rambatan
Sistem ini menggunakan tanaman yang dapat merambat secara cepat dan
mampu merambat lebih dari dua meter. Tanaman biasanya ditanam di bagian
bawah menggunakan pot atau ditanam langsung di tanah. Kemudian disusun
berderet sehingga setiap satu meter cukup ditanam satu tanaman merambat.
Selanjutnya dinding di atas pot diberi jalur rambatan yang biasanya terbuat
dari besi behel yang disusun menjadi seperti tangga dengan jarak 10-20 cm.
Sistem Tebing Bebatuan
Sistem ini menggabungkan elemen lunak berupa tanaman dan elemen
keras berupa tebing batu yang terbuat dari tembok. Bisa juga dengan
tambahan air terjun. Tanaman ditanam di dalam wadah yang terbuat dari
tembok yang memiliki ceruk-ceruk sehingga bisa menjadi wadah semacam
pot.

Manfaat Taman Vertikal
Menurut Tsarouhas G (2014) dalam bukunya “Green Walls Green Roofs
Designing Sustainable Architecture”, menggunakan vertical greenery (taman
vertikal dan taman atap) merupakan tindakan yang berfikir untuk menjadikan
bangunan layaknya sebuah pohon yang mampu membuat energi, membuat habitat,
membersihkan dan menyimpan air hujan. Berdasarkan hasil penelitian Perez G,
dkk (2014), menemukan bahwa suhu udara di belakang lapisan tanaman pada
taman vertikal secara signifikan lebih rendah 20 % sampai dengan 35 %
dibandingkan suhu pada dinding yang tidak menggunakannya.
Taman vertikal mempunyai manfaat pada aspek ekologi, estetika, dan
ekonomi. Pada aspek ekologi/lingkungan, taman vertikal dapat menurunkan efek
Urban Heat Island (UHI), mengatur iklim mikro, memperbaiki kualitas udara
dengan menyerap polusi dan debu, dan memperbaiki retensi air hujan. Sedangkan
pada aspek ekonomi, taman vertikal yang diletakkan pada dinding bangunan
mampu mengurangi beban pendingin ruangan melalui bayangan tanaman dan
dapat melindungi muka bangunan. Manfaat bagi aspek estetika yaitu dapat
menutupi pemandangan buruk, menghijaukan skyline, meningkatkan karya desain
arsitektur dan menciptakan visual yang menarik, serta meningkatkan daya tarik
pengunjung pada ruang publik (Chiang K dan Tan A, 2009).
Tanaman pada Taman Vertikal
Tidak semua tanaman dapat digunakan pada taman vertikal. Tanaman yang
umumnya digunakan harus dapat tumbuh pada kelembaban tanah yang rendah dan
kondisi yang paling krisis yaitu pada sistem substrat yang dangkal dengan
kedalaman kurang dari 100 mm, media substrat cepat kering karena gravitasi dan
profil tipis, yang berkontribusi pada tingginya tingkat penguapan. Berdasarkan
penelitian di National University of Singapore (NUS), tanaman CAM
(Crassulacean Acid Metabolism) dapat digunakan pada taman verikal karena
mampu menutup stomata ketika daun kehilangan air dalam jumlah besar dan
dapat membuka stomata pada malam hari untuk menyerap
yang digunakan
sebagai cadangan makanan. Tanaman tersebut terdiri atas tanaman yang berasal
dari family Aizoceae, Agavaceae, Asclepiadaceae, Bromeliaceae, Commelinaceae,
Crassulaceae,
Dracaenaceae,
Lamiaceae,
Orchidaceae,
Piperaceae,
Portulacaceae. Selain itu, tanaman yang sudah diujikan pada penelitian di NUS
yang dapat tumbuh pada taman vertikal adalah Crypthanthus sp., Neoregelia sp.,

6
Portulaca grandiflora cultivars, Tradescantia pallida, Althenanthera sp., Cuphea
sp., Hemigraphis alternata, Ophiopogon sp., Pandanus pygmaeus, Sphagneticola
trilobata, Zephyranthes candida, Nephrolepis exaltata, Pityrogramma
calomelanos, Slaginella plana, Russelia equisetiformis, Pseuderanthemum sp.,
Phylanthus myrtifolius, Pogonatherum crinitum, Lespedeza bicolor, Ficus
deltoidea (Chiang K dan Tan A, 2009).
Sujayanto G dalam bukunya “100 Ide Aplikasi Vertical Garden Outdoor &
Indoor ”, mengemukakan menurut Sonny Gunawan karakter pohon pada taman
vertikal sebaiknya menggunakan tanaman berakar lunak. Akar hanya berperan
sebagai pencengkram yang hanya mampu menembus material sangat terbatas dan
menembus media tanam yang gembur. Karakter tanaman lainnya menurut
Budiarto S (2013), yaitu sebaiknya menggunakan tanaman tahunan, sehingga
setiap satu siklus pertumbuhan selesai tanaman tidak harus diganti. Tanaman yang
dapat ditanam pada taman vertikal seperti tanaman semak rendah, ground cover,
epifit, tanaman merambat, dan tanaman menjuntai.
Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman pada Taman Vertikal
Tanaman pada taman vertikal dapat ditata dan disusun dengan jarak tanam
tertentu. Pada taman vertikal sistem kantong, jarak tanam mudah untuk diatur.
Pengaturan jarak tanam dapat berbeda-beda tergantung dari diameter tajuk
tanaman. Semakin besar ukuran diameter tajuk, maka semakin besar jarak
penanaman. Menurut Fauzi F dalam skripsinya, tanaman yang berukuran besar
seperti Bromelia Merah (Neoregelia tricolor) memiliki diameter tajuk 30 cm dan
jarak tanam 30 cm. Tanaman yang berukuran lebih kecil seperti Sirih Gading
(Scindapsus aureus) dengan tajuk 15 cm memiliki jarak tanam 15 cm. Jarak tanam
tersebut dapat diatur sesuai desain yang akan dibuat dengan cara memberi jarak
tanam saat membuat lubang pada geotextile yang merupakan tempat merekat akar
dan media tanam.
Kebutuhan jumlah tanaman dapat diketahui dengan cara mengalikan density
dengan luasan permukaan yang diperlukan. Density pada tanaman merupakan
jumlah tanaman pada setiap ukuran 1
. Kuantitas dari density berbanding
terbalik dengan ukuran diameter tajuk. Semakin besar diameter tajuk tanaman,
maka semakin kecil jumlah density dalam suatu area. Sedangkan jarak tanam
berbanding lurus dengan ukuran diameter tajuk tanaman. Tanaman berukuran
besar seperti Bromelia Merah (Neoregelia tricolor) memiliki diameter 30 cm dan
jarak tanam 30 cm serta density 12 pb/
, Pakis Kelabang (Nephrolepis
biserrata) memiliki diameter tajuk 20 cm dan jarak tanam 20 cm serta density 16
pb/ , Sirih Gading (Scindapsus aureus) memiliki diameter tajuk 15 cm dan
jarak tanam 15 cm serta density 36 pb/
(Fauzi F, 2012).
Ragam Gaya Penataan Taman Vertikal
Gaya penataan tanaman pada taman vertikal merupakan bagian penting
untuk mendesain taman vertikal agar dapat menciptakan kualitas estetika yang
tinggi. Terdapat berbagai jenis gaya penataan taman vertikal yang di dalamnya
menggunakan pola dan warna tanaman tertentu. Gaya penataan taman vertikal
menurut Budiarto S (2013) terdiri atas gaya penataan minimalis, naturalis, tropis,
simetris/formal, futuristik, dan monoton.

7

a)

b)

c)

d)

e)

f)

Sumber: Budiarto S (2013)

Gambar 3 Gaya penataan taman vertikal
a) Gaya minimalis
Taman vertikal hanya terdiri atas beberapa jenis tanaman. Tanaman yang
dipilih yaitu yang berdaun kecil, tidak banyak variasi warna, dan ukuran
dewasanya relatif kecil. Jika diperlukan adanya point of interest, biasanya
diletakkan di satu sudut dan tidak terlalu menonjol.
b) Gaya naturalis
Gaya ini memindahkan taman vertikal alami ke taman vertikal buatan.
Contohnya keadaan alami sebuah tebing atau air terjun beserta berbagai
vegetasi di sekitarnya yang ditiru dan dibuat menjadi vertikal garden buatan.
c) Gaya tropis
Gaya ini identik dengan unsur “wild” alias liar. Aneka jenis tanaman dengan
ragam ukuran daun dan ukuran tajuk menjadi satu yang dibuat menyerupai
suasana liar pada hutan tropis.
d) Gaya simetris/formal
Gaya simetris atau biasa disebut gaya formal merupakan gaya yang serupa
dengan gaya minimalis, tetapi tanaman disusun membentuk suatu bidang
seperti kubus atau bidang-bidang lain.
e) Gaya monoton
Umumnya menggunakan satu jenis tanaman. Tanaman yang dipilih biasanya
berdaun kompak, rimbun, dan hanya terdiri atas satu warna solid.
f) Gaya futuristik
Taman vertikal dibentuk menyerupai suatu benda. Gaya ini sering digunakan
pada taman vertikal sistem multipot, namun dapat diaplikasikan pula pada
sistem kantong.
Warna Tanaman
Secara objektif atau fisik warna adalah sifat cahaya yang dipancarkan oleh
panjang gelombang yang tampak oleh mata. Sementara secara subjektif atau
psikologis warna adalah sebagian dari pengalaman indra penglihatan. Ahli
fisiologi dan psikologi menjelaskan terdapat empat warna primer, yaitu merah,
hijau, kuning, dan biru (Swasty W, 2010). Warna hijau merupakan warna umum
yang terdapat pada tanaman karena terdapat klorofil yaitu zat hijau daun. Selain
klorofil, tanaman juga mempunyai pigmen yang menghasilkan warna lain yaitu

8
karotenoit yang dapat memberi warna kuning dan anthocyanin yang memberikan
warna merah. Sebagian besar daun berwarna hijau disebabkan oleh jumlah
klorofil lebih banyak dan menutupi warna karotenoit dan athocyanin. Warna
merah yang dihasilkan oleh athocyanin berasal dari hasil glukosa yang terjebak
dalam daun ketika pembuluh darah daun tersebut tertutup. Gula ini kemudian
akan pecah karena terkena cahaya matahari dan menghasilkan pigmen berwarna
merah (Vina, 2011).
Teknik Pengairan dan Pembuatan Pola Taman Vertikal Sistem Kantong
Taman vertikal sistem kantong (pocket) mempunyai 2 teknik pengairan,
yaitu pengairan sederhana dan modern. Teknik pengairan sederhana dapat
dilakukan dengan menggunakan selang air yang disemprotkan pada bidang
vertikal secara rutin yaitu 1-3 kali sehari, sedangkan teknik pengairan modern
yaitu teknik pengairan yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan
pengatur waktu atau timer. Air pada pengairan secara otomatis dialirkan dari pipa
utama ke pipa-pipa kecil yang di bagian ujungnya terdapat nozzle (regulating
stick) untuk pembagi tekanan air (Budiarto S, 2013). Aliran air tersebut kemudian
akan membasahi media tanam dan akan mengalir secara gravitasi ke arah media
tanam di bawahnya. Agar air dapat mengalir sampai pada kantong media tanam
yang terdapat di baris paling bawah, maka pipa utama diletakkan di setiap baris ke
lima pada kantong media tanam.
Pembuatan kantong-kantong yang merupakan media tanam dibuat sesuai
dengan desain pola yang diinginkan dan dibuat sejajar dengan kantong yang
terdapat di atasnya. Hal tersebut bertujuan agar air yang berasal dari pipa utama
dapat membasahi kantong/media tanam yang berada di bawahnya. Pola desain
penanaman pada taman vertikal dibentuk dengan bantuan alat tulis untuk
membentuk suatu pola sebelum kantong diisi dengan tanaman.
a)

b)

Sumber: Budiarto S (2013)

Sumber: dok. pribadi Tropica Greeneries

Gambar 4 Sistem pengairan dan pembuatan pola penanaman

Evaluasi
Menurut Wungkar MM (2005), evaluasi merupakan suatu tindakan yang
dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya
menentukan langkah-langkah alternatif untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

9
Tujuan dari evaluasi yaitu membandingkan hasil yang sudah dilakukan dengan
tujuan awal dibuatnya suatu produk. sehingga dapat memberikan penambahan
suatu hal yang positif agar tujuan awal dapat tercapai. Telah tercapainya tujuan
awal atau tidak merupakan suatu hasil dari proses evaluasi. Dari hasil evaluasi
maka didapatkan hasil mengenai layak atau tidaknya suatu program untuk
dilanjutkan atau diganti dengan alternatif lain.
Bangunan Publik
Bangunan publik adalah bangunan yang dapat dikunjungi oleh umum/
masyarakat/publik. Bangunan ini biasanya diperuntukkan sebagai sarana
perdagangan, kantor, dan hotel. Bangunan publik biasanya mempunyai ukuran
yang besar seperti gedung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
gedung merupakan bangunan tembok dan sebagainya yang berukuran besar
sebagai tempat kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan,
olahraga, dan sebagainya.
Pada bangunan publik, terdapat ruang publik/ ruang umum. Menurut Hakim
R (1987), ruang publik merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas
tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok,
dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa
bangunan. Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruang
publik tertutup yang terdapat di dalam suatu bangunan dan ruang publik terbuka
yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering disebut sebagai
ruang terbuka (open space).
Desain dan Estetika
Desain merupakan suatu komponen kegiatan arsitek lanskap dalam
melakukan aktivitas profesional kerjanya. Menurut Hakim R (2012), dalam
melakukan kegiatan perancangan perlu memperhatikan komponen desain seperti
unsur desain, prinsip desain, dan aplikasi desain. Unsur desain terdiri atas garis,
bidang, ruang, bentuk, fungsi, dan warna. Sedangkan prinsip desain terdiri atas
keseimbangan, irama dan pengulangan, penekanan dan aksentuasi, kesederhanaan,
kontras, proporsi, dan kesatuan. Aplikasi desain merupakan penerapan desain
yang memperhitungkan hal-hal seperti bahan material lanskap, skala, sirkulasi,
tata hijau, fasilitas, pencahayaan, dan kenyamanan.
Menurut Dyke S (1990) dalam bukunya From Line to Design: Design
Graphics Communication, garis akan membentuk suatu bentukan dua dimensi
yang bervariasi untuk membuat suatu gambar. Bentuk yang dihasilkan dari garis
memiliki karakteristik berupa bentuk organik atau Irregular (tidak teratur) dan
geometrik atau regular (teratur). Bentukan geometrik adalah bentuk dasar yang
biasa digunakan seperti persegi, lingkaran, persegi panjang, dan segitiga. Bentuk
tersebut digunakan agar memudahkan dalam menentukan proporsi dan skala.
Sedangkan untuk menggambarkan lingkungan alam, digunakan bentuk yang tidak
teratur/irregular/organik. Bentuk geometrik dan bentuk organik tersebut dapat
menciptakan pola yang menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)
merupakan suatu realisasi secara menyeluruh dari bentuk form, originalitas, atau
model yang diterima atau diusulkan untuk sintesa/tiruan.

10
Dalam pembuatan desain taman vertikal hendaknya memperhatikan
komponen-komponen dalam desain. Dengan memperhatikan komponenkomponen tersebut maka akan menghasilkan suatu desain yang mempunyai nilai
fungsional dan estetika yang tinggi. Nilai estetika tidak lepas dari suatu produk
desain. Kegiatan yang kreatif dan bernilai seni yang tinggi mengandung nilai
estetika. Kegiatan desain akan menghasilkan suatu nilai estetika.
Menurut Simonds (1983), estetika merupakan hubungan yang harmonis dari
semua elemen atau komponen yang dirasakan. Estetika dalam lanskap dapat
digambarkan dengan adanya keindahan yang dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan. Booth NK (1983) mengatakan bahwa estetika digunakan sebagai
dasar dalam kualitas visual. Menurut Daniel dan Boster (1976) keindahan
pemandangan lanskap merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat
penting walaupun secara obyektif keindahan pemandangan sulit diukur karena
bersifat kualitatif, namun dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estination
(SBE) penilaian secara kualitatif tersebut dapat ditransformasikan menjadi nilai
kuantitatif.
Simulasi
Simulasi merupakan metode yang dapat menghasilkan suatu tampilan visual
desain tanpa harus mengaplikasikannya dalam bentuk nyata. Metode ini dapat
membantu kegiatan penelitian untuk mewujudkan suatu desain. Pembuatan
simulasi dilakukan dengan memanipulasi foto atau memodifikasi gambar
menggunakan perangkat lunak Adobe Photoshop. Perangkat lunak tersebut dapat
digunakan untuk mengolah foto/gambar, memanipulasi tampilan, mengoreksi
warna, memberikan efek pada gambar. Menurut Mustikasari D (2013) dalam
skripsinya, metode simulasi ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hubungan
dan bentuk visual yang merepresentasikan kenyataan yang paling mendekati.
Scenic Beauty Estimation (SBE)
Scenic Beauty Estimation (SBE) adalah suatu metode yang digunakan untuk
menilai estetika/keindahan dari suatu lanskap yang disukai. Metode ini dipilih
sebagai metode penelitian karena dapat menilai dengan ukuran kuantitatif
mengenai suatu pemandangan yang disukai keindahannya (Daniel dan Boster,
1976). Metode SBE menggunakan kuisioner untuk mengetahui pendapat
masyarakat terhadap suatu lanskap. Terdapat tiga langkah utama yang dilakukan,
yaitu pengambilan foto lanskap, presentasi slide foto, dan analisis data. Metode
SBE mengukur preferensi masyarakat dengan penilaian melalui sistem rating
dengan skala 1-10 terhadap slide foto. Menurut Kaplan (1988) penilaian manusia
terhadap pemandangan melalui foto sama baiknya dengan menilai pemandangan
secara langsung. Nilai estetika pada suatu lanskap sulit diukur secara objektif dan
bersifat kualitatif, menurut Daniel dan Boster (1976), penilaian secara kualitatif
tersebut dapat ditransformasikan menjadi nilai kuantitatif.
Semantic Differential (SD)
Semantic Differential (SD) merupakan metode yang diperkenalkan oleh
Osgood, Suci, dan Tannenbaum tahun 1957 untuk mengukur persepsi atau

11
tanggapan seseorang dalam memberikan penilaian visual menggunakan kata sifat
dan bipolarnya. Metode Semantic Differential (SD) dipilih sebagai metode dalam
penelitian ini karena sering digunakan untuk mengukur reaksi terhadap stimulus,
kata-kata, dan konsep-konsep yang dapat disesuaikan untuk orang dewasa dan
anak-anak dari budaya manapun (Heise, 2006). Menurut Issac dan Michael,
Semantic Differential (SD) digunakan untuk dua tujuan, yaitu: 1) mengukur
secara objektif sifat-sifat semantik dari kata atau konsep dalam ruang semantik
tiga dimensional (evaluatif, potensi, aktivitas) dan 2) sebagai skala sikap yang
memusatkan perhatian pada aspek afektif atau dimensi evaluatif (Issac dan
Michael, 1984). Menurut Prihadi tahun 2007, analisis faktor merupakan analisis
data yang dapat mengukur validitas data dari metode Semantic Differential
dengan menggunakan validitas konstruk. Selain itu, analisis faktor juga dapat
mereduksi variabel yang digunakan ke dalam variabel faktor yang dapat mewakili
variabel seluruhnya.

METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan
Agustus 2015. Penelitian dilakukan pada dua taman vertikal yang berada di
bangunan publik Residen 8 dan di Trans Luxury Hotel. Residen 8 merupakan
bangunan apartemen yang berada satu kawasan dengan gedung perkantoran
Office 8 yang terletak di Jl. Senopati Raya No. 8B, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. Sedangkan Trans Luxury Hotel merupakan hotel yang berada satu
kawasan dengan Trans Studio Mall yang terletak di Jl. Gatot Subroto No. 289,
Bandung. Kedua lokasi tersebut dipilih karena mempunyai taman vertikal yang
menggunakan pola penanaman berbeda dan memiliki beberapa kesamaan dalam
tahun pembuatan, fungsi, dan kondisi fisik, yaitu: taman vertikal berdiri sendiri
dan terpisah dari dinding bangunan, keduanya menghadap ke arah timur dan
berada di sebelah barat bangunan, memiliki fungsi sebagai latar/background
alami, dan meningkatkan keindahan tempat, serta menggunakan sistem yang sama
berupa sistem kantong (pokect). Berikut adalah foto taman vertikal yang terdapat
di kedua lokasi penelitian:

Sumber: dok. pribadi

Gambar 5 Taman vertikal di Residen 8 (kiri) dan Trans Luxury Hotel (kanan)

12

Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan peralatan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang disajikan pada Tabel 1. Adapun bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan kuisioner.
Tabel 1Alat yang digunakan dalam penelitian
Peralatan
Hardware
Kamera Fujifilm HS35S EXR
Laptop
Software
Adobe photoshop
Sketchup
AutoCAD 2013
MS Word 2013
MS Excel 2013
SPSS Statistic 17.0

Fungsi
Pengambilan Foto
Pengolahan data
Pembuatan simulasi desain taman vertikal
Pembuatan simulasi desain taman vertikal
Pembuatan simulasi desain taman vertikal
Pengolahan data
Pengolahan data
Pengolahan data

Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan membahas kualitas estetika taman vertikal
yang dihasilkan dari keberadaan pola dan warna tanaman yang disusun
menggunakan berbagai gaya penataan, serta persepsi publik mengenai
karakteristik estetika taman vertikal. Pembuatan gambar simulasi desain taman
vertikal yang diujikan menggunakan warna hijau, non hijau (dominan warna
merah, dominan warna kuning), dan warna variasi. Hasil dari simulasi desain
dapat dijadikan alternatif desain dan untuk mengetahui karakter desain yang
memiliki nilai estetika tertinggi.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilakukan melalui enam
tahapan penelitian, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan pemilihan lokasi penelitian dan perizinan.
Lokasi penelitian yang dipilih sebagai studi kasus adalah bangunan publik yang
mempunyai taman vertikal dengan desain penanaman yang berbeda namun
memiliki fungsi dan kondisi lingkungan yang mirip. Perizinan dilakukan kepada
pihak terkait dengan lokasi penelitian untuk mendapatkan ijin lokasi dan
pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Inventarisasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu survey lapang, wawancara, dan
pemotretan. Survey lapang dilakukan untuk mengumpulkan data primer berupa
ukuran taman vertikal, kondisi lingkungan sekitar, dan jenis tanaman yang
digunakan. Kegiatan wawancara dilakukan kepada pembuat desain taman vertikal
dan pihak pengelola. Wawancara kepada pembuat desain taman vertikal dilakukan

13
untuk mengetahui konsep desain yang digunakan, sedangkan wawancara kepada
pengelola dilakukan untuk mengetahui teknik pemeliharaan, fungsi, dan peran
taman vertikal pada lokasi tersebut. Kegiatan pemotretan dilakukan berdasarkan
jarak pandang ideal yaitu sejajar dengan arah pandangan mata normal menurut
teori arsitektural. Booth NK (1983) mengatakan bahwa rasio dari jarak melihat
suatu bangunan yang ideal dengan jarak seseorang dari bangunan yaitu 2:1,
dimana 2 merupakan jarak pengamat dengan objek yang dilihat dan 1 merupakan
tinggi dari objek yang dilihat.
3. Tahap Pembuatan Simulasi Desain
Tahap pembuatan simulasi desain merupakan tahap membuat model taman
vertikal yang diterapkan secara dua dimensi. Pembuatan simulasi dilakukan
dengan cara memanipulasi gambar hasil pemotretan yaitu menghilangkan bagianbagian pada tapak yang menghalangi taman vertikal, sehingga gambar lebih
terfokus pada taman vertikal. Gambar simulasi desain taman vertikal dibuat
melalui montase dengan cara menambahkan foto tanaman yang ingin digunakan
pada perangkat lunak Adobe Photoshop. Sebelum ditambahkan foto tanaman,
dilakukan pengukuran dan pembuatan pola terlebih dahulu menggunakan
perangkat lunak Auto CAD dan Sketchup.
Gambar simulasi desain dibuat dengan memperhatikan keberadaan
penggunaan pola dan warna yang dijadikan sebagai parameter dalam penelitian ini.
Kedua parameter tersebut dipilih karena warna merupakan elemen yang paling
terlihat dari sebuah desain baik bagi penikmat maupun bagi desainer yang dapat
diaplikasikan ke dalam elemen desain lain berupa pola maupun bentuk yang dapat
menimbulkan perasaan tertentu. Sedangkan pola atau bentuk merupakan elemen
utama yang berkaitan dengan keindahan visual. Menurut Hakim R (2012),
keindahan dalam suatu desain dapat dilihat dari sudut keindahan bentuknya.
Gambar simulasi desain yang dibuat terdiri atas gambar dengan satu jenis
tanaman yang tidak membentuk pola penanaman, gambar dengan pola geometrik,
dan gambar dengan pola organik yang dibentuk berdasarkan kelompok tanaman
berwarna hijau, non hijau (dominan merah, dominan kuning), dan variasi. Gambar
simulasi pada kedua lokasi penelitian dibuat menggunakan bentuk pola yang
relatif sama agar memudahkan responden dalam menilai desain taman vertikal.
Setiap gambar simulasi tersebut dibuat dengan pertimbangan terhadap
prinsip desain dan ditata menggunakan berbagai gaya penataan. Prinsip desain
yang digunakan terdiri dari kesatuan dan keselarasan. Prinsip kesatuan dihasilkan
dari hubungan antara elemen-elemen yang digunakan yaitu warna dan bentuk pola.
Prinsip keselarasan membangun hubungan antara elemennya sehingga terdapat
hubungan yang kuat secara keseluruhan. Dalam sebuah gambar terdapat dua atau
lebih prinsip desain yang digunakan untuk menonjolkan prinsip desain utama.
Prinsip-prinsip desain tersebut terdiri dari keseimbangan, irama dan pengulangan,
penekanan dan aksentuasi, kesederhanaan, kontras, dan proporsi.
Gaya penataan berhubungan erat dengan susunan pada desain penanaman
taman vertikal. Penggunaan gaya penataan yang berbeda dapat mempengaruhi
visual yang terlihat. Gaya penataan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
gaya penataan monoton, formal, naturalis, tropis, dan futuristik (Budiarto S, 2013).
Gaya penataan tersebut diterapkan pada setiap gambar simulasi yang terdiri atas
gaya penataan monoton yang menggunakan satu jenis tanaman dengan satu warna,
gaya penataan formal yang menata pola-pola geometrik menjadi suatu susunan

14
tertentu, gaya penataan futuristik yang menata taman vertikal menggunakan
bentuk suatu benda, gaya penataan tropis yang menata pola-pola organik ke dalam
suatu susunan tertentu seperti suasana alam liar pada hutan tropis, dan gaya
penataan naturalis yang menata pola-pola organik kedalam suatu susunan tertentu
yang dibuat lebih rapi daripada gaya penataan tropis.
4. Tahap Presentasi Slide dan Kuisioner
Pada tahap ini, seluruh gambar simulasi yang sudah dibuat diujikan kepada
seluruh responden dengan menayangkan slide warna. Responden penelitian terdiri
atas 62 orang Mahasiswa Arsitektur Lanskap, 30 orang publik di lokasi Residen 8,
dan 30 orang publik di lokasi Trans Luxury Hotel. Responden mahasiswa yang
dipilih adalah mahasiswa semester 6 dan semester 8 yang sudah mendapatkan
mata kuliah Desain Lanskap, sehingga dianggap mampu memahami studi
penelitian ini. Responden publik di kedua lokasi penelitian merupakan penikmat
dari keindahan desain taman vertikal secara langsung. Responden penelitian dan
teknis presentasi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Responden penelitian dan teknis presentasi
No
1.

Lokasi Pengambilan
Responden
Di sekitar tapak taman
vertikal Trans Luxury
Hotel

2.

Jenis
Jumlah Responden
Responden
Q (org)
%
Publik di lokasi
30
24.59
penelitian Trans Luxury
Hotel*
Publik di lokasi
30
24.59
penelitian Residen 8**

Teknis Presentasi
Menampilkan display gambar
ukuran A4

Menayangkan slide presentasi
dengan power point di suatu
ruangan
3.
Mahasiswa***
62
50.81
Menayangkan slide presentasi
Departemen Arsitektur
dengan power point di suatu
Lanskap IPB
ruangan
Keterangan: *) Pengunjung kawasan Trans Luxury Hotel dan Trans Studio Mall; **) Karyawan Residen 8
dan Office 8; ***) Mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB semester 6 dan 8; Q) kuantitas; %) persentase
Di sekitar tapak taman
vertikal Residen 8

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan teknis presentasi antara
responden mahasiswa, responden publik di Residen 8, dan responden publik di
Trans Luxury Hotel. Teknis presentasi slide pada responden publik di Trans
Luxury Hotel menggunakan gambar yang dicetak ukuran A4. Hal ini disebabkan
karena kurang tersedianya fasilitas di lokasi penelitian dan responden penelitian
merupakan pengunjung yang melintasi taman vertikal. Sedangkan teknis
presentasi pada responden publik di Residen 8 dan responden mahasiswa
dilakukan di suatu ruangan. Teknis presentasi kepada responden publik di Residen
8 dilakukan di ruangan yang berada dekat dengan taman vertikal yaitu di area
Childreen Playground di lantai 7. Hal ini memungkinkan responden penelitian
yang terdiri atas karyawan yang berkerja di Residen 8 dan Office 8 yang
merupakan penikmat taman vertikal dapat melihat secara langsung taman vertikal
yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Penilaian kualitas estetika dilakukan menggunakan metode Scenic Beauty
Estimatian (SBE). Slide diputar secara acak selama 8 detik pada setiap gambar
(Daniel dan Boster, 1976). Pada kuisioner yang diberikan tercantum penilaian
dalam skala 1 sampai dengan 10, dimana skala 1 sebagai nilai paling buruk dan
skala 10 sebagai nilai paling baik yang dapat menggambarkan keindahan
pemandangan dari yang paling rendah hingga paling tinggi (Daniel dan Boster,
1976).

15
Penilaian mengenai persepsi responden terhadap karakteristik estetika
dilakukan menggunakan kuisioner Semantic Differential (SD). Setiap gambar
simulasi dinilai dengan cara memberi skor pada sejumlah kata sifat dengan
antonimnya yang terdiri atas 12 kata bipolar yang dapat menggambarkan karakter
estetika pada desain taman vertikal yang ditampilkan. Responden diminta menilai
gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide dengan memberi skor -3 sampai
dengan 3 untuk membandingkan karakter tersebut. Bentuk kuisioner untuk
mahasiswa Arsitektur Lanskap dan publik di kedua lokasi penelitian dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
5. Tahap Analisis Data
Data dari penilaian kuisioner oleh responden penelitian kemudian diolah
dan dianalisis untuk mengetahui nilai estetika dan karakter estetika berdasarkan
penilaian responden menggunakan metode berikut:
a. Analisis Data Hasil Penilaian Scenic Beauty Estimation (SBE)
Hasil dari penilaian kuisioner dianalisis berdasarkan kategori responden,
yaitu responden publik yang merupakan seluruh responden penelitian dan
kelompok responden yang terdiri atas responden mahasiswa, responden publik
di Residen 8, dan responden publik di Trans Luxury Hotel. Data setiap gambar
simulasi diurutkan berdasarkan skala penilaian 1-10. Kemudian dihitung nilai
frekuensi (f), frekuensi kumulatif (cf), probabilitas kumulatif (cp), dan nilai Z
berdasarkan tabel Z. Rumus yang digunakan saat nilai cp=1.00 yaitu cp=11/(2n) dan untuk nilai cp=0 menggunakan rumus cp=1/(2n) karena nilai z = ±
tak terhingga. Selanjutnya ditentukan nilai Z rata-rata setiap gambar simulasi
dan nilai Z rata-rata yang dijadikan standar yang dapat menghasilkan nilai SBE
pada setiap gambar simulasi. Nilai SBE yang telah diperoleh seluruhnya
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kualitas estetika rendah, sedang, dan
tinggi (Gunawan, 2005). Rumus perhitungan nilai SBE adalah sebagai berikut:
Keterangan:
SBEx = Nilai SBE gambar simulasi ke x
ZLx = Nilai rata-rata Z gambar simulasi ke x
ZLs = Nilai rata-rata Z gambar simulasi yang digunakan sebagai standar
b. Analisis Data Hasil Penilaian Semantic Differensial (SD)
Karakteristik estetika pada setiap gambar simulasi desain dapat diketahui
dengan melakukan pembobotan nilai. Pembobotan dilakukan dengan
memberikan nilai 1 sampai 7 pada skor penilaian secara berurutan dari kiri ke
kanan seperti contoh berikut:
Skor nilai:
-3
-2
-1
0
1
2
3
Sumbang
Harmonis
Bobot nilai:
1
2
3
4
5
6
7
Berdasarkan hasil penilaian pembobotan tersebut, kemudian dihitung nilai
rata-rata yang diberikan responden untuk setiap kriteria dengan rumus:

16
̅

Keterangan:
̅ = rataan bobot nilai yang diberika