Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SEKTORAL

LINATUN

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Reksa
Dana Saham Sektoral adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, November 2014
Linatun
NIM H24124041

ABSTRAK
LINATUN. Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral. Dibimbing oleh
MUHAMMAD SYAMSUN dan FARIDA RATNA DEWI.
Investasi adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang untuk
mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Salah satu
instrumen keuangan pada investasi finansial di Indonesia adalah reksa dana.
Reksa dana memiliki beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan dan
kebutuhaninvestasi, salah satunya adalah reksa dana saham sektoral yang
membatasi investasi dananya pada sektor ekonomi atau segmen indeks tertentu,
seperti sektor infrastruktur, sektor pertanian, sektor konsumsi, dan sektor lainnya.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja reksa dana saham sektoral
periode 2009-2013. Data yang digunakan adalah data sekunder meliputi data Nilai
Aktiva Bersih per unit penyertaan, data suku bunga bulanan SBI, dan IHSG.
Metode pengolahan dalam perhitungan evaluasi kinerja reksa dana saham sektoral
yang digunakan adalah metode Sharpe.Indeks Sharpe menunjukkan kinerja reksa

dana yang dievaluasi dengan melihat hasil bersih return rata-rata dari tingkat suku
bunga bebas resiko per total resiko. Penentuan sampel menggunakan purposive
sampling, dengan kriteria yaitu reksa dana saham sektor konvensional dan
merupakan reksa dana saham terbuka yang telah melewati krisis ekonomi
(rebound) pada tahun 2008, sehingga reksa dana saham sektoral yang memenuhi
kriteria tersebut adalah BNP Paribas Infrastruktur Plus, Batavia Dana Saham
Agro, dan First State Indoequity Sectoral Fund.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa average return sektor infrastruktur
(0.02004), sektor pertanian (0.01109), dan sektor strategis (0.01897). Tingkat
resiko sektor infrastruktur (0.02816), sektor pertanian (0.03889), dan sektor
strategis (0.02510). Kinerja berdasarkan hasil perhitungan metode Sharpe sektor
infrastruktur (0.53009), sektor pertanian (0.15359), dan sektor strategis (0.55189)
memiliki kinerja positif artinya investasi pada reksa dana saham sektoral tersebut
memiliki return lebih besar daripada return investasi bebas resiko.
Kata kunci:average return, reksa dana saham sektoral, sharpe, tingkat resiko.

ABSTRACT
LINATUN. Performance Analysis of Sectoral Equity Fund. Supervised by
MUHAMMAD SYAMSUN and FARIDA RATNA DEWI.
Investment is the sacrifice that is done in the present to expect compensation

that will occur in the future. One of the financial instruments on the financial
investment in Indonesia is a mutual fund. Mutual funds have several types in
accordance with the investment objectives and needs, one of which is the sectoral
equity fund that limits investment funds in the economic sector or segment of a
particular index, such as infrastructure, agriculture, consumption, and other
sectors.
This study aims to analyze the performance of mutual funds sector 20092013. The data used are secondary data include data on Net Asset Value per unit
of investment, the data monthly interest rate of SBI, and JCI. Method in the
calculation of the performance evaluation of sectoral equity funds is the method of
Sharpe. Sharpe index indicates that fund performance is evaluated by looking at
the average return net of the risk-free interest rate per total risk. Determination of
the sample using purposive sampling, with the criteria that the conventional
sector equity funds and a mutual fund that has already passed through the
economic crisis (rebounds) in 2008, so the sectoral equity funds that meet these
criteria are BNP Paribas Infrastructure Plus, Batavia Fund Shares Agro, and
First State Indoequity Sectoral Fund.
The results showed that the average return of the infrastructure sector
(0.02004), agriculture (0.01109), and a strategic sector (0.01897). The level of
risk of the infrastructure sector (0.02816), agriculture (0.03889), and a strategic
sector (0.02510). Performance is based on the calculation method of the

infrastructure sector Sharpe (0.53009), agriculture (0.15359), and a strategic
sector (0.55189) has a positive performance means investing in sectoral mutual
fund has a return greater than the return of risk-free investment.
Keywords: average return, level of risk , sectoral equity funds, sharpe.

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SEKTORAL

LINATUN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral
Nama
: Linatun
NIM
: H24124041

Disetujui oleh

Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc
Pembimbing I

Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah kinerja
reksa dana, dengan judul Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Syamsun,
Msc dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan saran untuk menjadikan penelitian ini lebih baik lagi. Terima
kasih kepada kepada Departemen Manajemen yang meliputi Dosen-dosen, Tata
Usaha dan lain lain atas bantuannya selama tiga tahun penulis menuntut ilmu. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan motovasinya. Ungkapan terima kasih juga penulis
disampaikan kepada seluruh rekan-rekan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
angkatan 10 atas doa, semangat, dukungan, dan kerja keras selama ini.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, November 2014
Linatun

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4


TINJAUAN PUSTAKA

4

Pengertian Investasi

4

Pengertian Reksa Dana

4

Pengertian Reksa Dana Saham

5

Penelitian Terdahulu

5


METODE

7

Kerangka Pemikiran Penelitian

7

Lokasi dan Waktu Penelitian

9

Jenis Data

9

Teknik Pengumpulan Data

9


Sampel dan Populasi

9

Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
12

Gambaran Umum Penelitian

12

Kinerja Reksa Dana

12

Implikasi Manajerial

21

SIMPULAN DAN SARAN

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Perkembangan nilai aktiva bersih reksa dana tahun 2006-2013
Average return reksa dana tahun 2009
Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2009
Average return reksa dana tahun 2010
Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2010
Average return reksa dana tahun 2011
Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2011
Average return reksa dana tahun 2012
Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2012
Average return reksa dana tahun 2013
Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2013
Average return reksa dana tahun 2009-2013
Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2009-2013
Perbedaan kinerja reksa dana antar saham sektoral

2
13
13
14
15
15
16
17
17
18
18
19
20
20

DAFTAR GAMBAR
1
2

Pergerakan indeks sektoral dengan indeks harga saham gabungan
Kerangka pemikiran penelitian

2
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Perhitungan tahun 2009
Perhitungan tahun 2010
Perhitungan tahun 2011
Perhitungan tahun 2012
Perhitungan tahun 2013
Perhitungan tahun 2009-2013
Data indeks harga saham gabungan
Data suku bunga bulanan sertifikat bank indonesia

25
26
27
28
29
30
31
32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Investasi adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang untuk
mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang (Iman 2008).
Investasi merupakan indikator untuk mengukur perekonomian suatu negara.
Berdasarkan bentuknya, kegiatan investasi bisa dibagi menjadi investasi riil dan
investasi finansial. Investasi riil adalah kegiatan investasi yang dilakukan dengan
modal dan dalam bentuk aktiva berwujud fisik, misalnya membangun pabrik,
membuka usaha waralaba, membeli emas, dan sebagainya. Sedangkan investasi
finansial adalah investasi yang dilakukan dengan membeli instrumen keuangan
atau surat berharga seperti saham, obligasi, reksa dana, dan sebagainya.
Masyarakat Indonesia lebih menjual dengan investasi riil karena investasi
tersebut berwujud fisik dan dapat dikelola langsung oleh pemilik. Selain itu,
minimnya pengetahuan masyarakat akan investasi sekuritas membuat masyarakat
cenderung memilih berinvestasi pada aktiva riil. Minat masyarakat Indonesia yang
masih minim mengenai investasi di pasar modal sangat berbeda dengan negara
Asia Tenggara. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tahun
2012menyebutkan, jumlah investor domestik hanya sekitar 0.2% dari total jumlah
penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta warga. Hal tersebut masih sangat
kecil apabila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Singapura
contohnya, perbandingan jumlah pemodal terhadap penduduknya sekitar 30%,
sedangkan Malaysia berbanding 12.8% (Kontan 2012).
Berbagai macam bentuk instrumen investasi diperdagangkan di pasar modal
Indonesia. Data survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mencatat,
investasi yang mulai digemari masyarakat Indonesia adalah, saham sebesar 70%,
reksa dana 21.4%, properti 13.4%, dan rumah 10.6% (Sindonews 2013).Salah satu
media investasi yang mulai dipilih oleh calon investor adalah jenis reksa dana.
Reksa dana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke
berbagai intrumen investasi di pasar modal. Melalui reksa dana, investor
dimudahkan dengan tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri.
Pengertian reksa dana menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
reksa dana merupakan “wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam salah satu efek
portofolio oleh manajer investasi”.
Reksa dana memiliki beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan dan
kebutuhaninvestasi. Salah satunya adalah jenis reksa dana saham yang
memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga
resikonya. Faktor yang menarik dari reksa dana yang memiliki portofolio saham
biasa adalah reksa dana ini memiliki sasaran pertumbuhan, yaitu reksa dana
dengan tujuan mendapatkan penghasilan yang besar di masa mendatang atau
dalam jangka panjang. Perkembangan reksa dana di Indonesia yang semakin
meningkat dapat dilihat dari Nilai Aktiva Bersih yang terus naik. Berikut adalah
Nilai Aktiva Bersih reksa dana dari tahun 2006-2013.

Tabel 1Perkembangan nilai aktiva bersih reksa dana tahun 2006-2013
Periode
Jumlah
Nilai Aktiva
Jumlah Unit Penyertaan
Reksa Dana
Bersih (Rp Juta)
Beredar (Juta)
2006
403
51,620,077.40
36,140.10
2007
567
92,190,634.60
53,589.97
2008
568
73,913,904.41
60,976.09
2009
605
112,086,342.53
69,985.51
2010
616
144,704,495.34
82,079.77
2011
671
167,231,999.92
98,982.08
2012
754
187,591,770.75
113,714.30
2013
794
192,544,524.23
120,886.85
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2013)
Reksa dana mengalami pertumbuhan yang baik setiap tahunnya di
Indonesia di tunjukkan dengan Tabel 1. Periode 2006-2013, jumlah reksa dana
yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, Nilai Aktiva Bersih dan jumlah unit
penyertaan beredar meningkat secara bertahap. Hal tersebut menunjukkan
investasi pada reksa dana semakin diminati oleh masyarakat.
Saat ini, muncul tren baru pada industri reksa dana saham di Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan jumlah dana kelolaan dan memberikan pilihan yang
lebih banyak kepada investor, para manajer investasi menerbitkan reksa dana
saham sektoral.Reksa dana sektoral adalah reksa dana yang membatasi investasi
dananya pada sektor ekonomi atau segmen indeks tertentu. Reksa dana saham
sektoral yang diminati investor saat ini adalah sektor properti, sektor infrastruktur,
dan sektor konsumsi (Kontan 2013). Perbandingan pergerakan tahun terakhir
indeks sektoral dengan IHSG dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

120%

Jakarta Composite and Sectoral Indices Movement
July 2012 – Desember 2013

100%
80%
60%
40%
Property, 22.26%
Consumer, 18.76%
Infrastructure, 18.45%
Trade, 16.75%
Basic-Ind, 12.08%
Finance, 8.47%
JCI, 8.05%
Agriculture, -2.26%
Misc-Ind, -2.37%
Mining, -30,12%

20%
-20%
-40%
-60%
2012

2013

Gambar 1 Pergerakan indeks sektoral dengan indeks harga saham gabungan
Gambar 1 menunjukkan grafik pergerakan indeks sektoral dan Jakarta
Composite Indices (Indeks Harga Saham Gabungan) mulai Juli 2012 sampai
Desember 2013 mengalami peningkatan dan penurunan. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sebagai acuan ditunjukkan oleh garis kurva berwarna hijau.

Pergerakan IHSG meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013, namun pada Juni
sampai September 2013 mengalami penurunan, dan meningkat kembali di
Oktober 2013. Sektor saham yang mengalami peningkatan nilai diatas garis kurva
IHSG adalah sektor properti, konsumsi, dan infrastruktur. Pada garis kurva
properti yang ditunjukkan warna biru tua, mengalami peningkatan yang signifikan
dari tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 mencapai puncak dengan nilai
100%-120% dan berada diatas garis kurva IHSG. Hal tersebut karena pada
pertengahan tahun 2013 tingkat suku bunga BI tergolong rendah yaitu sebesar
5,75%. Selain itu, jumlah proyek baru pun terus bermunculan sehingga memicu
minat investor untuk mengalihkan dananya ke properti.Garis kurva berwarna biru
muda adalah sektor konsumsi. Sektor tersebut pada 2012 sampai bulan Mei 2013
berada dibawah garis kurva IHSG. Kenaikan inflasi tahun 2012 sebesar 4,30%
lebih tinggi dibanding tahun lalu dapat menggerus daya beli masyarakat sehingga
dengan nilai Rupiah yang sama, kuantitas barang yang diperoleh menjadi lebih
sedikit. Nilai yang paling tinggi pada indeks sektor konsumsi terdapat pada Juni
2013 antara 40%-60% dan garis kurva berada di atas IHSG sampai akhir tahun
2013. Sektor infrastruktur ditunjukkan oleh garis kurva berwarna abu-abu dan
menempati posisi ketiga sektor terbesar diatas IHSG yaitu dengan nilai 18,45%
sedangkan IHSG yaitu 8,05%. Meskipun dalam Gambar 1 grafik warna kurva
sektor infrastruktur sama dengan sektor perdagangan, industri dasar dan
keuangan, namun pergerakannya cenderung mengikuti pergerakan IHSG yang
mengalami penurunan pada bulan Juni dan September 2013, tetapi meningkat
kembali pada Oktober 2013.
Banyaknya jumlah reksa dana yang ada di Indonesia, membuat investor
harus memilih jenis reksa dana yang tepat untuk menginvestasikan sejumlah
dananya pada instrumen reksa dana. Oleh karena itu, diperlukan penelitian ini
guna mengetahui kinerja reksa dana yang meliputi reksa dana saham sektoral.

Perumusan Masalah
Reksa dana sebagai salah satu instrumen investasi yang menjanjikan, saat
ini mengalami perkembangan di Indonesia. Reksa dana saham memiliki potensi
pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga resikonya. Oleh
karena itu, calon investor perlu mengetahui gambaran mengenai kinerja dari reksa
dana yang akan dipilih untuk berinvestasi pada reksa dana saham sektoral.
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
1 Bagaimana kondisi reksa dana saham sektoral?
2 Bagaimana kinerja reksa dana saham sektoral?
3 Bagaimana perbedaan kinerja reksa dana antar saham sektoral?

Tujuan Penelitian
Penelitian inibertujuan untuk:
1 Mengetahui kondisi reksa dana saham sektoral.
2 Menganalisis kinerja reksa dana saham sektoral.
3 Menganalisis perbedaan kinerja reksa dana antar saham sektoral.

Manfaat Penelitian
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1 Bagi Para Investor
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan informasi kinerja
reksa dana saham sektoral.
2 Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang investasi reksa dana saham sektoral.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada kinerja reksa dana yang
meliputi reksa dana saham sektoral periode 2009-2013. Objek penelitian ini
adalah reksa dana saham sektoral yang telah beroperasi lebih dari lima tahun.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Investasi
Investasi adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang untuk
mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang (Iman 2008).
Sedangkan menurut Smith dan Skousen dalam Fahmi (2012) mengatakan, “investing
activities: transaction and events the purchase and sale of securities (excluding cash
equivalents), and, building, equipment. And other asset not generally held for sale,
and the making, and collecting of loans,. They are not classified as operating
activities, since the relate only inderectly to the central, ongoing operations of
entity”. Investasi menurut Marojahan (2014) adalah berkomitmen untuk
menggunakan aset yang ada sekarang dalam periode waktu tertentu guna
mendapatkan keuntungan yang lebih dari aset yang sekarang.

Pengertian Reksa Dana

Reksa dana merupakan terjemahan dari mutual fund berasal dari kata
“reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan “dana” yang berarti uang. Menurut
Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 menyebutkan
bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.Dalam kamus keuangan reksa dana didefinisikan sebagai
portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan
investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga
penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersih.
Menurut Iman (2008) reksa dana dapat diartikan sebagai sejumlah dana
yang dihimpun dari masyarakat untuk dikelola oleh manajer investasi dalam
portofolio surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, deposito,

uang kas, atau kombinasi dari instrumen-instrumen di atas. Sedangkan menurut
Pozen dalam Manurung (2008) menyatakan bahwa “a mutual fund is an
investment company that pools money from shareholders and invests in a
diversified of securities”.
Definisi manajer investasi menurut Undang-undang Pasar Modal No.8
Tahun 1995 pasal 1 ayat 11 adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio
efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pengertian Reksa Dana Saham

Reksa dana saham; menurut Samsul (2006); adalah reksa dana yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek yang
bersifat ekuitas. Sedangkan menurut Widioatmodjo (2009), reksa dana saham
merupakan reksa dana yang khusus menggunakan dana yang dihimpunnya untuk
dibelanjakan saham biasa. Reksa dana saham menurut Iman (2008), biasanya
menginvestasikan dananya pada saham-saham yang dicatatkan di bursa, baik di
Indonesia maupun di luar negeri. Pengertian instrumen saham sebagai instrumen
efek investasi reksa dana menurut Pratomo (2007), saham merupakan bukti
kepemilikan pada suatu badan usaha yang telah go public dan diperdagangkan
melalui bursa efek.
Reksa dana saham sektoral menurut Manurung (2008) adalah reksa dana
saham yang di kelompokkan berdasarkan sektor industri dari bisnis saham yang
bersangkutan, adapun sektor industri yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yaitu sektor pertanian, perkebunan, industri dasar dan kimia, industri barang
konsumsi, properti (real estate), sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi,
sektor keuangan dan sektor perdagangan, jasa dan investasi.
Reksa dana dari investor selanjutnya akan dikelola oleh manajer investasi,
pengertian manajer investasi adalah sebuah perusahaan yang mendapatkan izin
resmi dari pemerintah untuk mengelola kumpulan dana dari investor untuk
didiversifikasikan di pasar modal atau pasar uang (Marojahan 2014).

Penelitian Terdahulu
Dewi (2005) melakukan penelitian mengenai kinerja investasi reksa dana
saham di Indonesia periode (Januari 2004-Maret 2005). Tujuan dari penelitian
tersebut yaitu mengetahui profil kinerja reksa dana saham di Indonesia, untuk
mengevaluasi kinerja manajer investasi dan untuk memperoleh pilihan terhadap
reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik. Data yang digunakan adalah data
periode Januari 2004-Maret 2005. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dari
19 sampel reksa dana saham yang diteliti, ada 10 reksa dana yang mampu
memberikan tingkat imbalan diatas tingkat imbalan yang mampu diberikan oleh
pasar tetapi juga memberikan resiko diatas resiko pasar. Kesepuluh reksa dana
tersebut yaitu; Bahana Dana Prima, Citi Reksa Dana Ekuitas, Dana Megah

Kapital, Mnulife Dana Saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham,
Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Si Dana Saham.
Pujiarti (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kinerja reksa dana
saham dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen untuk periode 2005-2009.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kinerja reksa dana saham
kemudian melakukan pemeringkatan. Penelitian mengambil sampel sebanyak 9
reksa dana dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen. Pada penelitian
tersebut yang diutamakan adalah metode Sharpe karena pada perhitungan
resikonya sudah merupakan resiko keseluruhan, sedangkan perhitungan dengan
metode Jensen pada dasarnya menilai kinerja manajer investasi. Hasil
pemeringkatan atas kinerja reksa dana saham dapat membantu investor maupun
calon investor dalam menilai baik buruknya suatu reksa dana.
Sasanti (2013) melakukan penelitian skripsi mengenai analisis kinerja reksa
dana saham, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana campuran dengan
menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen untuk periode 2008-2012.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja masing-masing reksa dana
dengan mengambil total sampel 30 reksa dana yang telah aktif dipasarkan sejak
tahun 2008 dan merupakan reksa dana terbuka yang memiliki Nilai Aktiva Bersih
terbesar berdasarkan data Bapepam-LK. Penelitian tersebut juga menunjukkan
hubungan antara lama umur reksa dana dengan peringkat pada metode Sharpe,
Treynor dan Jensen yaitu semakin lama umur reksa dana maka semakin baik
kinerja dari reksa dana tersebut.
Valensia (2005) melakukan penelitian thesis mengenai pengukuran kinerja
reksa dana saham menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen pada periode
Januari 2000-Juni 2005. Penelitian tersebut menggunakan 14 sampel reksa dana
saham dari populasi berjumlah 24 reksa dana saham yang aktif. Hasil perhitungan
dengan ketiga metode tersebut, ada 5 reksa dana yang memiliki kinerja baik yaitu,
Rencana Cerdas, Phinisi Dana Saham, Bira Dana Saham, Bahana Dana Prima,
dan Panin Dana Maksima. Peringkat tertinggi selama periode tersebut adalah
Rencana Cerdas, sedangkan untuk peringkat terendah yang mempunyai nilai
negatif terbesar adalah reksa dana Arjuna. Pengukuran kinerja reksa dana saham
jika dilihat secara keseluruhan masih dinilai kurang baik (underperformed),
karena 64% memiliki return dibawah return market (IHSG). Reksa dana yang
layak dipilih sebagai portofolio investasi adalah yang menempati ranking kinerja
tertinggi yang menunjukkan kinerja diatas return market.
Wahdah dan Hartanto (2012) melakukan penelitian mengenai analisis
pengukuran kinerja reksa dana saham di Indonesia. Penelitian tersebut
menggunakan sampel data sebanyak 10 reksa dana saham yang aktif beroperasi
selama periode 2008-2010 dan menggunakan IHSG dan LQ45 sebagai
pembandingnya. Metode yang digunakan adalah Sharpe, Treynor dan Jensen.
Hasil perhitungan dengan ketiga metode tersebut menunjukkan, masing-masing
metode terdapat 2 reksa dana yang mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan
kinerja pasar yaitu Reksa Dana Panin Maxima dan Reksa Dana Prima.
Rahman et al. (2012) melakukan penelitian berjudul Mutual Fund
Performance: An Analysis of Monthly Returns of an Emerging Market. Tujuan
utama dari penelitian adalah untuk mengevaluasi kinerja reksa dana yang
berorientasi pertumbuhan dan menyajikan analisis yang luas tentang faktor-faktor
yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada harga dan kinerja reksa

dana secara keseluruhan. Penelitian tersebut mengambil 16 sampel reksa dana
yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka dengan periode yang dipilih lebih dari 30
bulan dan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil dari penelitian
menunjukkan reksa dana berorientasi pertumbuhan belum lebih baik daripada
indikator patokan mereka.
Narayanasamy dan Rathnamani (2013) melakukan penelitian berjudul
Performance Evaluation of Equity Mutual Funds (On Selected Equity Large Cap
Funds). Penelitian tersebut bertujuan menganalisis kinerja skema reksa dana yang
dipilih melalui parameter statistik seperti; alpha, beta, standar deviasi, r-squared,
rasio Sharpe. Sampel penelitian terdiri dari 5 skema reksa dana saham yang
diluncurkan oleh sektor swasta yang berbeda di India. Jangka waktu penelitian
adalah Januari 2010-Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan turunnya Cnx
Nifty selama tahun 2011 telah berdampak pada kinerja semua reksa dana yang
dipilih. Pada analisis akhir dapat disimpulkan bahwa semua dana telah dilakukan
dengan baik dalam gerakan pasar yang bergejolak tinggi. Oleh karena itu,sangat
penting bagi investor untuk mempertimbangkan parameter statistik seperti saat
berinvestasi di reksa dana selain mempertimbangkan NAB dan return total untuk
memastikan kinerja yang konsisten dari reksa dana.

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ada tiga
hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu; pertama adanya
kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi
saat ini, kedua adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya
kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki, dan ketiga karena
adanya inflasi.
Seorang calon investor atau mereka yang memiliki kelebihan dana dan ingin
berinvestasi, maka ia dapat memutuskan tipe aktiva keuangan seperti apa yang
akan dipilihnya. Sebagai contoh, pebisnis atau calon investor yang melakukan
investasi tidak langsung (inderect investment) yaitu pemodal menyerahkan
kepercayaan sepenuhnya terhadap dana yang ditanamkan kepada pihak yang
nantinya akan mengelola dana tersebut ke pasar modal. Salah satu sarana investasi
tidak langsung adalah melalui reksa dana, yang memanfaatkan jasa manajer
investasi, yaitu suatu perusahaan dengan izin Bapepam-LK, sekarang menjadi
Otoritas Jasa Keuangan, yang secara profesional akan menyediakan jasa
pengelolaan portofolio investasi bagi nasabah. Reksa dana yang dikelola oleh
manajer investasi secara umum memiliki beberapa jenis, yaitu reksa dana saham,
pendapatan tetap, campuran dan pasar uang.
Calon investor yang ingin melakukan investasi jangka panjang dan
memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, dapat
berinvestasi pada reksa dana saham. Keunggulan reksa dana saham adalah hargaharga saham dalam jangka panjang menghasilkan keuntungan yang cukup besar

dibandingkan berinvestasi pada jenis reksa dana lain. Dalam upaya meningkatkan
jumlah dana kelolaan dan memberikan pilihan yang lebih banyak kepada investor,
para manajer investasi menerbitkan reksa dana saham sektoral. Pemilihan reksa
dana sektoral oleh para manajer investasi dikarenakan adanya proyeksi
pertumbuhan yang kuat dari suatu sektor ekonomi atau suatu segmen indeks di
masa depan, sehingga jika berinvestasi pada sektor tersebut diharapkan dapat
memiliki imbal hasil rata-rata di atas pasar.
Reksa dana saham yang menjadi tujuan berinvestasi calon investor,
selanjutnya dilakukan analisis bagaimana kinerjanya, mulai dari mengkaji kondisi
reksa dana saham sektoral, lalu menghitung kinerja reksa dana pada masingmasing sektor dengan menggunakan metode Sharpe. Setelah dilakukan
perhitungan, selanjutnya menentukan reksa dana manakah yang memiliki nilai
yang terbaik dan melakukan analisis terhadap perbedaan reksa dana saham
sektoral. Hasil dari analisis tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi untuk
investor, sehingga keputusan terakhir untuk berinvestasi pada reksa dana saham
berada di tangan investor.
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan dalam Gambar 2.
Investor
Investasi
Reksa Dana

Saham

Pendapatan Tetap

Campuran

Pasar Uang

Kondisi Reksa Dana
Saham Sektoral
Kinerja Reksa Dana
Saham Sektoral
Perbedaan Kinerja
Reksa Danaantar
Saham Sektoral
Rekomendasi

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada reksa dana saham sektoral dengan mengambil
data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penelitian dilakukan selama periode
Mei-Juli 2014 dengan menggunakan data sekunder.

Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang pengumpulannya tidak diusahakan sendiri oleh
peneliti, tetapi berupa hasil publikasi. Berkaitan dengan penelitian, data yang
peneliti peroleh didapatkan melalui berbagai publikasi yang diterbitkan oleh OJK
yaitu berupa data Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana, IHSG sebagai
benchmark yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan suku bunga bulanan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Bank Indonesia.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah
teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan adalah sebuah teknik yang dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, menganalisis serta mengumpulkan pendapatpendapat para ahli yang berasal dari buku-buku, artikel, jurnal maupun tulisan
ilmiah yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian ini.
Sampel dan Populasi
Penentuan sampel dan populasi dalam penelitian ini didasarkan pada metode
purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode penentuan sampel
dengan cara sengaja dan menerapkan beberapa kriteria untuk memilih sampel.
Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 126 reksa dana saham, sedangkan
reksa dana saham sektoral berjumlah 13 reksa dana. Kriteria sampel didasarkan
pada batasan-batasan sebagai berikut:
1 Reksa dana merupakan reksa dana saham sektor konvensional.
2 Reksa dana tersebut merupakan reksa dana saham terbuka yangtelah aktif di
pasarkan sejak tahun 2009 dan telah melewati krisis ekonomi (rebound) pada
tahun 2008.
Berdasarkan penentuan sampel diatas, maka peneliti mendapatkan sampel
sebanyak 3 reksa dana saham yang terdiri dari sektorinfrastruktur, pertanian, dan
sektor strategis.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dalam perhitungan evaluasi kinerja reksa danasaham
yang akan digunakan adalah metode Sharpe, sehingga diperlukan tiga data mentah
yang nantinya akan digunakan dalam penelitian, yaitu:
1 Data NAB per unit penyertaan bulanan periode akhir Desember 2008 sampai
dengan akhir Desember 2013 dari 3 reksa dana saham sektoral yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Sumber data NAB per unit
penyertaan 3 reksa dana saham tersebut diperoleh dari www.ojk.go.id yang
merupakan situs Otoritas Jasa Keuangan.
2 Data IHSG di Bursa Efek Indonesia yang selanjutnya akan digunakan sebagai
benchmark dalam penelitian ini. Data tersebut juga diperoleh dari periode
yang sama yaitu dari akhir Desember 2008 sampai dengan akhir Desember
2013. Data IHSG tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id.
3 Data tingkat suku bunga SBI periode satu bulan. Data tersebut dimulai dari
periode akhir Desember 2008 sampai dengan akhir Desember 2013. Data
tingkat suku bunga SBI satu bulan tersebut diperoleh dari internet
www.bi.go.id, yang merupakan situs Bank Indonesia.
Penelitian ini menggunakan beberapa rumus yaitu:
1 Rumus tingkat pengembalian (return)
Nilai ini diperoleh dari angka NAB per unit penyertaan untuk masing-masing
reksa dana saham yang diteliti. Rumus tingkat pengembalian yaitu:
NABupt – NABup t-1
Return reksa dana =
NABup t-1
Keterangan:
NABup t = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan periode saat ini
NABup t = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan periode sebelumnya
2

Rumus tingkat pengembalian pasar (return market)
Nilai ini diperoleh dari angka IHSG untuk periode yang diteliti. Rumus
tingkat pengembalian pasar yaitu:
IHSGt – IHSGt-1
Return Market =
IHSGt-1
Keterangan:
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan saat ini
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan sebelumnya

3

Metode Sharpe
Menurut Sharpe (1966) dalam Samsul (2006) kinerja mutual funds di masa
datang dapat diprediksi dengan menggunakan dua ukuran, yaitu expected rate of

return adalah return tahunan rata-rata dan predicted variability of risk adalah
deviasi standar dari return tahunanyang diekspresikan sebagai deviasi standar
return (σp). Deviasi standar menunjukkan besar-kecilnya perubahan return
suatu reksa dana terhadap return rata-rata reksa dana yang bersangkutan.
Excess return adalah selisih antara average rate of return dikurangi risk free
rate. Penelitian Sharpe ini berkaitan dengan prediksi kinerja masa datang yang
menggunakan data masa lalu. Average return masa lalu dianggap sebagai return
prediksi masa datang dan deviasi standar return masa lalu dianggap sebagai
prediksi resiko masa datang. Rumus untuk pengukuran metode Sharpe yaitu:

RP-RF
RVAR =

σP

Keterangan:
RVAR = nilai rasio Sharpe (reward to variability ratio model Sharpe)
RP = rata-rata tingkat pengembalian portofolio
RF = rata-rata risk free rate
RP - RF = excess return portofolio terhadap risk free rate
σP = total risiko atau standart deviasi portofolio
Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu:

σ=

∑ (Ri - R)²
N–1

Keterangan:
σ = standar deviasi
Ri = return ke-i
R = rata-rata return
N = jumlah pengamatan
Hasil perhitungan kinerja portofolio dengan metode Sharpe yang positif dan
berada diatas pasar menandakan portofolio tersebut memiliki kinerja yang
baik. Jika hasil perhitungan kinerja portofolio dengan metode Sharpe
menunjukkan angka yang lebih kecil dari nilai portofolio pasar, maka
portofolio tersebut memiliki kinerja yang buruk.
4

Analisis Kualitatif
Pembahasan analisis kualitatif, bertujuan untuk membandingkan bagaimana
perbedaan reksa dana saham antar sektoral dilihat dari usia reksa dana saham
yang baru dengan reksa dana saham yang telah lama berdiri, rata-rata
pengembalian, tingkat resiko serta penilaian kinerja reksa dana saham sektor
infrastruktur, sektor strategis dan sektor pertanian.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 3 reksa dana saham sektoral
yang terdiri dari sektor infrastruktur, sektor pertanian dan sektor strategis. Sampel
reksa dana tersebut merupakan reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
(KIK) yaitu perjanjian kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian, dan
reksa dana bersifat terbuka (open ends funds) yaitu reksa dana dapat dijual
kembali kepada perusahaan manajer investasi yang menerbitkan reksa dana
tersebut. Reksa dana yang dipilih adalah reksa dana yang telah memenuhi kriteria
sebagai sampel penelitian. Objek penelitian ini terdaftar di OJK mulai Januari
2009 sampai dengan Desember 2013.

Kinerja Reksa Dana
Menilai kinerja sebuah reksa dana dimulai dengan perhitungan tingkat
pengembalian reksa dana tersebut. Reksa dana yang memiliki nilai average return
yang lebih tinggi dibandingkan nilai benchmark artinya reksa dana tersebut
memiliki kinerja yang lebih baik (outperform) dibandingkan kinerja pasar
(benchmark). Reksa dana yang memiliki nilai average return yang lebih kecil dari
nilai benchmark artinya reksa dana tersebut memiliki kinerja yang lebih buruk
(underperform) dibandingkan dengan kinerja pasar. Penggunaan tolok ukur dalam
pengukuran kinerja reksa dana dimaksudkan untuk membandingkan apakah
kinerja reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi dapat mengalahkan
(outperform) kinerja pasar atau kalah (underperform) dari kinerja pasar.
Statistik adalah salah satu alat bantu dalam menilai potensi resiko dan
keuntungan berinvestasi di reksa dana. Resiko didefinisikan sebagai perbedaan
antara tingkat pengembalian (actual return) dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return). Resiko dinamakan sebagai standar deviasi, yang
merupakan perhitungan matematis untuk menjelaskan kemungkinan potensi
keuntungan reksa dana menjadi lebih atau kurang dari yang diharapkan investor.
Penilaian selanjutnya adalah dengan melihat hasil perhitungan
menggunakan metode Sharpe. Perhitungan metode Sharpe dengan cara average
return reksa dana dikurangi dengan suku bunga bulanan SBI, kemudian dibagi
dengan standar deviasi. Reksa dana yang memiliki Sharpe ratio positif artinya
investasi pada reksa dana saham sektoral tersebut memiliki return lebih besar
daripada return investasi bebas resiko. Sharpe ratio negatif menunjukkan bahwa
investasi pada reksa dana saham sektoral memiliki return yang lebih kecil
daripada return investasi bebas resiko.
Periode 2009
Setelah melakukan penelitian didapatkan hasil perhitungan pada masingmasing reksa dana saham sektoral yang terdapat pada ringkasan hasil seperti di
bawah ini:

Penilaian dari Average Return
Tabel 2 Average return reksa dana tahun 2009
Peringkat
Reksa Dana
Average
Return
1
Batavia Dana Saham Agro
0.07099
2
BNP Paribas Infrastruktur Plus
0.06506
3
First State Indoequity Sectoral Fund
0.06008
4
IHSG
0.05597
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Standar
Deviasi
0.12520
0.09176
0.07590
0.07546

Tabel 2 menunjukkan average return reksa dana saham sektoral tahun 2009,
peringkat tertinggi terdapat pada sektor pertanian. Walaupun NAB pada triwulan
pertama tahun 2009 mengalami penurunan, namun berangsur-angsur meningkat
sampai akhir tahun 2009 menyebabkan tingkat pengembalian yang tinggi
dibandingkan dengan reksa dana sektor lain. Tingkat resiko pada sektor pertanian
juga memiliki nilai yang paling tinggi, artinya tingkat pengembalian yang tinggi
berbanding lurus dengan resiko investasi yang akan diterima oleh investor.
Karakteristik sektor pertanian yang memiliki resiko dan ketidakpastian yang
sangat tinggi dibanding sektor lain cenderung kurang menarik bagi investor.
Beberapa penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke
sektor petanian misalnya faktor perubahan iklim (climate change) yang
menyebabkan fluktuasi produksi, minimnya sarana pendukung yang tersedia serta
sulitnya birokrasi, masih tidak stabilnya iklim politik dan komoditi pertanian yang
menjadi komoditi politik dan adanya otonomi daerah yang terkadang kebijakanya
tumpang tindih dengan kebijakan pusat.
Penilaian dari indeks Sharpe
Metode yang digunakan untuk membandingkan kinerja portofolio yaitu
dengan indeks Sharpe. Indeks Sharpe menunjukkan kinerja reksa dana yang
dievaluasi dengan melihat hasil bersih return rata-rata dari tingkat suku bunga
bebas resiko per total resiko. Peringkat reksa dana saham sektoral berdasarkan
perhitungan menggunakan metode Sharpe dapat terlihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2009
Peringkat
Reksa Dana
Sharpe
1
First State Indoequity Sectoral Fund
0.71093
2
IHSG
0.66064
3
BNP Paribas Infrastruktur Plus
0.64233
4
Batavia Dana Saham Agro
0.51818
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Analisis Tahun 2009
Indonesia pada tahun 2009 memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif
yaitu sebesar 4.6% di tengah krisis keuangan global yang masih berlangsung.
Tingkat inflasi mencapai nilai yang cukup rendah yaitu sebesar 2.78%. IHSG

pada tahun 2009 tercatat mengalami peningkatan, dimulai pada awal tahun
dengan level 1332.67 dan pada akhir tahun berada pada level 2534.36.
Peningkatan IHSG tersebut berdampak positif pada pertumbuhan reksa dana yang
terus meningkat. Kinerja reksa dana saham sektoral di Indonesia selama tahun
2009 berhasil menghadapi badai krisis di awal tahun dan mencatat pertumbuhan
yang cukup signifikan. Berdasarkan NAB reksa dana juga meningkat menjadi 109
triliun rupiah, hal tersebut membuktikan bahwa minat investor untuk berinvestasi
begitu besar yang didukung oleh kondisi perekonomian yang semakin baik.
Berdasarkan Tabel 2 average return tahun 2009, reksa dana saham sektoral
memiliki nilai positif dan berada di atas nilai tolok ukur, artinya reksa dana saham
sektoral memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar.
Sedangkan menurut perhitungan dengan metode Sharpe, ketiga reksa dana saham
sektoral memiliki nilai positif yang berarti ketiga reksa dana tersebut memiliki
kinerja yang baik. Pada pemeringkatan Sharpe,peringkat pertama ditempati oleh
reksa dana First State Indoequity Sectoral Fund dan memiliki nilai Sharpe diatas
IHSG. Kinerja kumulatif satu tahun yang terdapat pada laporan yang dikeluarkan
oleh First State Indoequity Sectoral Fund nilainya mencapai 95.86% sedangkan
IHSG berada pada nilai 86.98%, artinya, kinerja sektor strategis berada pada
kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar.
Periode 2010
Penilaian dari Average Return
Tabel 4 Average return reksa dana tahun 2010
Peringkat
Reksa Dana
Average
Return
1
IHSG
0.03342
2
BNP Paribas Infrastruktur Plus
0.02724
3
Batavia Dana Saham Agro
0.02690
4
First State Indoequity Sectoral Fund
0.02473
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Standar
Deviasi
0.05411
0.05811
0.05589
0.05153

Tabel 4 menunjukkan IHSG sebagai tolok ukur memiliki nilai average
return yang paling besar, sedangkan ketiga sektor berada di bawah IHSG.
Meskipun ketiga sektor memiliki nilai positif. namun masih berada di bawah nilai
IHSG sehingga menunjukkan bahwa kinerja ketiga reksa dana saham sektoral
bernilai buruk. Pada tingkat resiko, investasi pada sektor infrastruktur memiliki
nilai resiko yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor
infrastruktur memiliki karakteristik yang bersifat jangka panjang, karena para
pelaku pasar akan mempertimbangkan berbagai resiko sebelum memutuskan
untuk berinvestasi. Resiko tersebut seperti resiko politik, resiko keuangan, resiko
legal, resiko lingkungan dan resiko pasar.
Average return yang dimiliki sektor infrastruktur meskipun berada dibawah
kinerja pasar, namun memiliki nilai yang terbesar diantara sektor lain. Hal
tersebut menunjukkan bahwa investasi pada sektor infrastruktur pada tahun 2010
sangat menjanjikan karena memiliki rata-rata tingkat pengembalian yang besar
namun juga resiko investasi yang besar pula jika dibandingkan dengan sektor
pertanian dan sektor strategis. Pergerakan indeks harga saham sektor pertanian

pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 30.30% dibandingkan tahun 2009
sebesar 90.81%. Sektor infrastruktur mengalami hal yang sama menurun sebesar
12.45% dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 48.57%.
Penilaian dari indeks Sharpe
Tabel 5 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2010
Peringkat
Reksa Dana
Sharpe
1
IHSG
0.51530
2
Batavia Dana Saham Agro
0.38231
3
BNP Paribas Infrastruktur Plus
0.37353
4
First State Indoequity Sectoral Fund
0.37242
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Analisis Tahun 2010
Perekonomian di Indonesia pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 6.2%, sedangkan laju inflasi
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6.96%. Peningkatan
inflasi yang sangat signifikan dapat mempengaruhi kinerja reksa dana saham. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan
tujuan berinvestasi yang memberikan keuntungan ditengah situasi pemulihan
ekonomi global akibat krisis.
IHSG pada tahun 2010 terus meningkat, dimulai pada level 2610.80 pada
awal tahun dan berada di level 3703.51 pada akhir tahun. Peningkatan IHSG
sepanjang 2010 dan relatif stabilnya tingkat suku bunga berdampak positif pada
pertumbuhan reksa dana saham di Indonesia. Meskipun demikian, resiko
ketidakpastian juga masih cukup tinggi, sehubungan dengan masih adanya
ketidakseimbangan kondisi ekonomi global yang dapat membuat indeks juga akan
turun, sehingga hal ini membuat reksa dana saham menawarkan return yang
tinggi tetapi resiko juga masih cukup besar.Berdasarkan nilai Sharpe, peringkat
pertama ditempati oleh benchmark, sedangkan reksa dana saham sektoral
walaupun berada dibawah nilai IHSG namun memiliki nilai positif.
Periode 2011
Penilaian dari Average Return
Tabel 6 Average return reksa dana tahun 2011
Peringkat Reksa Dana
Average
Return
1
First State Indoequity Sectoral Fund
0.00500
2
IHSG
0.00399
3
BNP Paribas Infrastruktur Plus
-0.00464
4
Batavia Dana Saham Agro
-0.02815
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Standar
Deviasi
0.05868
0.05408
0.06472
0.07185

Tabel 6 menunjukkan tingkat pengembalian yang tertinggi terdapat pada
sektor strategis dan berada di atas nilai IHSG. Hal tersebut menunjukkan sektor
strategis mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar

dan sektor lainnya. Berdasarkan kinerja yang baik tersebut, sektor strategis
memiliki tingkat resiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor lain.
Sektor pertanian dan infrastruktur memiliki rata-rata tingkat pengembalian yang
buruk dengan tingkat resiko yang besar. NAB per unit penyertaan yang fluktuatif
pada sektor infrastruktur mempengaruhi kinerja pada sektor tersebut. Sementara
itu, NAB per unit penyertaan pada Batavia Dana Saham Agro memiliki penurunan
yang signifikan. Awal tahun 2011 berada pada nilai 1083.43 dan mengalami
peningkatan hingga bulan April, selanjutnya menurun sampai akhir tahun 2011
dengan nilai akhir 829.61. Berdasarkan data laporan laba rugi komprehensif,
Batavia Dana Saham Agro tahun 2011 mencatatkan kerugian investasi bersih
sebesar Rp-779,265,068. Sehingga dari kedua data tersebut berpengaruh terhadap
rata-rata pengembalian dan tingkat resiko Batavia Dana Saham Agro.
Penilaian dari indeks Sharpe
Tabel 7 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2011
Peringkat
Reksa Dana
Sharpe
1
First State Indoequity Sectoral Fund
-0.00738
2
IHSG
-0.02668
3
BNP Paribas Infrastruktur Plus
-0.15564
4
Batavia Dana Saham Agro
-0.46735
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Analisis Tahun 2011
Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang
kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada
kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang
tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6.5%. Angka tertinggi
dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang
rendah sebesar 3.79% lebih baik dibanding tahun lalu. IHSG pada tahun 2011
mengalami pergerakan naik dan turun. Pada awal tahun sampai bulan Juli IHSG
meningkat, namun memasuki bulan Agustus IHSG mengalami penurunan, hal
tersebut cukup berpengaruh pada kinerja reksa dana saham, sedangkan untuk
tingkat suku bunga relatif stabil. Fluktuasinya nilai IHSG tersebut mengakibatkan
kinerja reksa dana saham pada sektor strategis, infrastruktur dan pertanian
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2010.
Penilaian dengan metode Sharpe menunjukkan kinerja reksa dana saham
sektoral mengalami kinerja yang buruk, hal tersebut disebabkan karena
menurunnya level IHSG pada tahun 2011. Pada Januari 2011, kinerja reksa dana
cenderung menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan kinerja
reksa dana tersebut didorong pergerakan IHSG yang minus 7.95% dan kinerja
reksa dana saham minus 9.33%, hal tersebut terjadi lantaran kinerja reksa dana
saham mengikuti pergerakan IHSG. Oleh ketika itu, banyak reksa dana saham
yang kinerjanya turun lebih dalam dibanding IHSG. Permulaan yang kurang
bagus tersebut menyebabkan ketika IHSG kembali naik menjelang akhir semester
satu 2011, banyak reksa dana yang imbal hasilnya masih lebih rendah dibanding
IHSG.

Periode 2012
Penilaian dari Average Return
Tabel 8 Average return reksa dana tahun 2012
Peringkat
Reksa Dana
Average
Retur
n
1
BNP Paribas Infrastruktur Plus
0.01349
2
IHSG
0.01083
3
First State Indoequity Sectoral Fund
0.00802
4
Batavia Dana Saham Agro
-0.00550
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Standar
Deviasi
0.04068
0.03684
0.03988
0.06460

Rata-rata pengembalian pada tahun 2012 yang memiliki nilai tertinggi pada
Tabel 8 adalah sektor infrastruktur. Sektor tersebut berada di atas nilai IHSG,
artinya, kinerja sektor infrastruktur memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
dengan kinerja pasar. Resiko pada sektor infrastruktur masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor strategis meskipun rata-rata
pengembalian dibawah benchmark, namun memiliki resiko yang lebih rendah dari
sektor infrastruktur. Sedangkan pada sektor pertanian memiliki rata-rata
pengembalian yang paling buruk dan dengan tingkat resiko yang paling besar
diantara ketiga sektor tersebut. Data laporan laba rugi tahun 2012, Batavia Dana
Saham Agro mencatat kerugian investasi sebesar Rp-235,326,068 dan memiliki
NAB per unit penyertaan yang fluktuatif yaitu, pada awal tahun berada pada nilai
879.92 sedangkan pada akhir tahun menurun menjadi 757.80. Selain itu,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik, laju pertumbuhan pada sektor pertanian
berada pada posisi terendah kedua setelah sektor pertambangan d