Analisis kinerja portofolio reksa dana saham

(1)

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO REKSA DANA SAHAM

(Pengaruh Siklus Ekonomi, Tingkat Risiko, Kebijakan Alokasi Aset dan

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham

)

Disusun Oleh:

Desie Dian Febriani

105081002563

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH PERUBAHAN KONDISI EKONOMI TERHADAP

KINERJA KEUANGAN DALAM BENTUK INTEGRASI RASIO

KEUANGAN MODEL ALTMAN (Suatu Studi Pada Sektor

Perbankan Periode 2004-2007)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Siti Eros Rosidah Nim: 105081002494

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.Ahmad Rodoni,MM Indoyama Nasarudin,SE.,MAB NIP.150 317 955 NIP. 150 317 593

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Hari ini Selasa Tanggal 9 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Siti Eros Rosidah NIM: 105081002494 dengan judul PENGARUH PERUBAHAN KONDISI EKONOMI TERHADAP KINERJA KEUANGAN DALAM BENTUK INTEGRASI RASIO KEUANGAN MODEL ALTMAN Suatu Studi Pada Sektor Perbankan Periode 2004-2007. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Indoyama Nasarudin, SE.,MAB Arief Mufraini Lc, M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(4)

PENGARUH PERUBAHAN KONDISI EKONOMI TERHADAP

KINERJA KEUANGAN DALAM BENTUK INTEGRASI RASIO

KEUANGAN MODEL ALTMAN (Suatu Studi Pada Sektor

Perbankan Periode 2004-2007)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Siti Eros Rosidah Nim: 105081002494

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.Ahmad Rodoni,MM Indoyama Nasarudin,SE.,MAB NIP.150 317 955 NIP. 150 317 593

Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Penguji Ahli

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(5)

Daftar Riwayat Hidup

ƒ Data Pribadi

Nama : Siti Eros Rosidah Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 9 Juni 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komp. PGA/MAN 4 Rt. 05/ 08 No.42 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12310 No.Telpon : (021) 27952044/ 085711197359

Email : rosidah_ibra@rocketmail.com

ƒ Pendidikan

2005-2009 : UIN Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen Keuangan.

2002-2005 : MAN 4 Model Jakarta

1999-2002 : MTS N 3 Pondok Pinang Jakarta 1993-1999 : SDN Lembur Sawah 1 Sukabumi


(6)

Abstract

The financial distress is the beginning of the financial bankruptcy. Many models of the this case (the financial distress) is the bankruptcy data. We can get it (the data) easy. This research is to see the financial performance of 76 emitens before and during the rule of Susilo Bambang Yudhoyono in the sector of conventional banking in Indonesia Stock Exchange.

The goal of this research are:1).To analyse the influence of fundamental condition of the emitens in financial performance, 2).To analyse all the variable of Altman’s models (WCTA,RETA,EBITTA,MVETL and STA) which can predict the financial distress, 3).To categorize the bank which had been the financial distress with the sample of 19 emitens (Ranking A&B). This research uses discriminant analysis.

The output of the research show that:1).There is the influence of fundamental condition in the emitens’s financial performance, 2).That the EBITTA model (Earning Before Interest and taxes/Total Assets) can predict the emitens’s bankruptcy, but the other variable in Altman model can not predict to financial distress. Like WCTA, RETA, MVETL and STA 3).There is the reduction of the emitens’s bankruptcy during the rule of Susilo Bambang Yudhoyono.


(7)

ABSTRAK

Kesulitan keuangan merupakan awal dari kebangkrutan. Banyak model kesulitan keuangan yang mengandalkan data kebangkrutan yang mudah untuk diperoleh. Penelitian ini melihat kinerja keuangan sebelum dan selama masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada sektor perbankan konvensional di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan 76 perusahaan.

Tujuan penelitian ini adalah:1).Menganalisis pengaruh perubahan kondisi ekonomi terhadp kinerja keuangan, 2).Menganalisis semua variabel model Altman (WCTA,RETA,EBITTA,MVETL dan STA) dapat memprediksi kesulitan keuangan, 3).Pengelompokan bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan 19 sampel perusahaan perbankan baik yang berkategori A&B. Metode analisis data menggunakan analisis diskriminan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:1).Terdapat pengaruh kondisi ekonomi terhadap kinerja keuangan, 2).Tidak semua variabel model Altman(WCTA,RETA,EBITTA,MVETL dan STA) dapat memprediksi kebangkrutan hanya EBITTA (Laba sebelum bunga dan pajak/Total Asset) saja yang dapat memprediksi kebangkrutan, 3).Terdapat pengurangan jumlah bank yang mengalami kebangkrutan selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Azza wajalla, Dzat yang kepadaNyalah kita serahkan semua harapan dan amal, segala puji milik Allah SWT yang telah mencurahkan karunia dan kasih sayangNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Pengaruh Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap kinerja Keuangan model Altman suatu studi kasus pada sektor perbankan tahun 2004-2007.

Shlawat dan salam semoga selalu tercurah kepada tauladan terbaik Rasullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingg akhir zaman.

Pada kesempatan ini saya sebagai penyususn ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besaranya kepada orang-orang yang telah membantu penyusunan dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang lebih baik, terutama kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Iim Ibrahim dan Ibu Nenden Hasanah serta Ibu Hj. Rostika, SPd.( Orang yang paling aq sayangi) serta Kakak dan adik-adiku yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr.Abdul Hamid,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

3. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM selaku Pudek I bidang Akademik sekaligus sebagai Pembimbing I yang banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan dan meluangkan waktunya sehingga terselesaikan skripsi ini.

4. Bapak Indoyama Nasarudin,SE.,MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen sekaligus Pembimbing II yang selalu memberikan petunjuk yang cerdas, meluangkan waktunya serta memberikan semangat ekstra dalam proses


(9)

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial baik Staff Akademik & Keuangan serta Staff Perpustakaan terima kasih atas segala bantuannya. 6. Teman-teman seperjuangan baik teman-teman yang komprehensif bareng,

maupun Uny, Shasa, Qq, Oca, Umy, K’ Iin dan Lutfah.

7. Untuk Teh Rizka, Teh Enggom, Bang Naspi Arsyad, Tina, Tamy dan tuk Hikma makasih banyak ya, da bantuin ngeditin skrisi aq.

8. Teman-teman Manajemen Khususnya Keuangan B dan A, Manajemen C (angkatan 2005) serta teman-teman Manajemen A,B,D dan E. Yang g bisa aq sebutin satu persatu, terimakasih bwat supportnya.

Akhir kata penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan agar bisa lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi semua pihak.

Jakarta, 17 Juli 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 12

1. Lembaga Perbankan ... 12

a. Pengertian Perbankan... 12

b. Jenis-jenis perbankan ... 13

2. Laporan Keuangan ... 19

3. Analisis Laporan Keuangan ... 21

a. Pengertian Laporan Keuangan ... 21

b. Tujuan Laporan Keuangan... 21

c. Teknik Analisis ... 22

4. Kinerja Keuangan ... 26

a. Pengertian Kinerja Keuangan ... 26

b. Penilaian Kinerja... 28

5. Analisis Rasio ... 31

a. Pengertian Rasio Keuangan ... 31

b. Macam-macam Rasio Keuangan... 36

c. Formula z score ... 37

1) Rasio likuiditas... 37

2) Rasio profitabilitas ... 37

3) Rasio aktivitas ... 39

6. Kebangkrutan ... 40

a. Pengertian Kebangkrutan ... 40

b. Tahap- tahap berbagai indikator kebangkrutan. ... 43

c. Analisis Prediksi Kebangkrutan... 44

d. Masalah dalam kebangkrutan. ... 47

7. Analisis Diskriminan... 49

a. Pengertian Analisis diskriminan ... 49

b. Langkah-langkah dalam analisis diskriminan... 50

c. Tujuan dari analisis diskriminan ... 50

d. Asumsi penting yang harus dipenuhi dalan analisis diskriminan... 51

e. Analisis Z score... 52

B. Penelitian Sebelumnya ... 54


(11)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian ... 64

B. Teknik Pengumpulan Sampel ... 65

C. Teknik Pengumpulan Data ... 65

D. Metode Analisis Data mengikuti langkah-langkah dalam analisis diskriminan antara lain : a. Merumuskan masalah... 67

b. Mengestimasi koefisien fungsi diskriminan ... 68

c. Menentukan signifikansi fungsi diskriminan ... 68

d. Menginterpretasikan hasil ... 69

e. Mengukur validitas analisis diskriminan. ... 69

E. Operasional Variabel Pengukuran... 70

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 74

B. Kriteria Penentuan Kondisi Perusahaan ... 80

C. Hasil dan Pembahasan... 86

D. Interpretasi ... 97

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan... 104

B. Implikasi ... 105

C. Keterbatasan Penelitian ... 106

D. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

2.1 Definisi Kebangkrutan/Kegagalan. ... 40

2.2 Alternatif perbaikan Kesulitan Keuangan... 47

2.3 Persamaan dan Perdedaan antara Analisis Varian (Anova), Analisis Regresi dan Diskriminan... 50

2.4 Kerangka Pemikiran... 62

4.1 Perkembangan Besaran Moneter. ... 77

4.2 Laba/Rugi dari Tahun 2004-2007. ... 81

4.3 Penentuan Kondisi Model Altman. ... 84

4.4 Test of Equityof group means. ... 86

4.5 Variables Entered/Removed (a,b,c,d) ... 87

4.6 Eigenuvalues. ... 88

4.7 Wilks Lambda ... 88

4.8 Function at groupCentroids... 89

4.9 Pengelompokan Bank yang bangkrut dan tidak bangkrut... 90

4.10 Clasification functio Coeffisient. ... 91


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1. Analysis Cose Processing Summary... 109

2. Group Statistic... 109

3. Variable in the Analysis. ... 110

4. Variabel not in the Analysis... 110

5. Casewise Statistics ( Original). ... 111

6. Casewise Statistics (Cros Validated). ... 112

7. Test of Equity of group Means. ... 114

8. Variable Entered/Removed (a,b,c,d)... 114

9. Wilks’ Lamda... 115

10. Eigenvalues. ... 115

11. Standarized Cannonical Discriminant Funtion Coefficients... 115

12. Struktur Martrix. ... 115

13. Function at Group Centriods... 116

14. Prior Probabilityes for groups. ... 116

15. Calssification Function Coeffisient... 116

16. Working Capital to Total Assets (WCTA). ... 117

17. Retairned Earning to Total Assets (RETA). ... 120

18. Earning before Interst&Tax to Total Assets (EBITTA). ... 121

19. Market Value of Equity/book value of Total Liability (MVETL) ... . 122


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan ditujukan untuk pihak eksternal perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, terutama bagi investor dan kreditor menurut Andriani Kusumaningrum (2003:68). Bagi pihak eksternal, informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan untuk memenuhi berbagai macam tujuan yang dapat diperoleh secara terbatas. Dikatakan terbatas karena laporan keuangan ini tidak dapat mengungkap seluruh informasi yang diinginkan pemakai sebab informasi keuangan merupakan barang ekonomis. Semakin banyak jenis informasi yang dipandang bermanfaat, akan semakin besar pula biaya untuk menyediakan informasi tersebut.

Menurut Mamduh dan Halim (2007:69) agar dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengambil keputusan yang andal dan bermanfaat, sebuah laporan keuangan harus memiliki kandungan informasi yang bernilai bagi investor. Informasi tersebut setidaknya memungkinkan mereka untuk melakukan penilaian (valuation) saham yang mencerminkan hubungan antara resiko dan hasil pengembalian yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor. Suatu laporan keuangan dikatakan memiliki kandungan informasi apabila publikasi laporan keuangan tersebut menyebabkan reaksi pasar. Reaksi pasar ini direfleksikan dengan adanya transaksi jual beli saham, yang berarti juga akan mempengaruhi volume perdagangan saham dan harga saham


(15)

perusahaan. Disamping itu, informasi yang terkandung dalam laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang kinerja (performance), aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Satu hal yang sangat penting untuk digarisbawahi adalah bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat menunjukkan seberapa besar nilai perusahaan (firm value). Dalam penelitian ini nilai perusahaan direfleksikan dengan harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar (atau disebut nilai pasar saham).

Perekonomian Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat signifikan, terutama pada saat munculnya krisis ekonomi. Seiring dengan pergantian kekuasaan pemerintah, maka kebijakan-kebijakan barupun dihasilkan, khususnya kebijakan dibidang ekonomi yang memberikan pengaruh penting bagi perekonomian Indonesia. Salah satu contoh kelebihan tersebut adalah kebijakan melikuidasi sejumlah bank yang kinerja keuangannya dianggap kurang baik. Sedangkan menurut Ryan Ariafinanda (2006:1) salah satu dampak dari krisis moneter adalah kolepsnya sejumlah bank karena tidak mampu mempertahankan going concernya. Bank-bank tersebut kemudian dilikuidasi oleh pemerintah. Ketidakmampuan atau kegagalan bank-bank tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama kegagalan ekonomi. Kedua kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.


(16)

Selain itu, kegagalan ekonomin juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.

Permasalahan bank di Indonesia menurut Ryan Ariafinanda (2006:2) sangat komplek antara lain disebabkan oleh depresiasi rupiah yang sangat tajam, peningkatan suku bunga SBI sehingga menyebabkan suku bunga perbankan tinggi yang pada akhirnya meningkatkan jumlah kredit yang bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank antara lain kualitas manajemen yang tidak memadai, pemberian kredit pada group atau kelompok usaha sendiri, dan rendahnya modal untuk menyerap berbagai resiko kerugian merupakan masalah-masalah mendasar yang sering dihadapi oleh dunia perbankan yang sangat komplek tersebut, beberapa bank dapat bertahan hidup (tidak terlikuidasi) namun sebagian lagi tidak dapat menghindari dari kebijakan likuidasi yang merupakan keputusan akhir dari pemerintah.

Perusahaan dikategorikan gagal keuangannya menurut Ryan Ariafinanda (2006:2) jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibanya. Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa. Pertanyaannya apakah kebangkrutan itu tidak bisa diramalkan sebelumnya? Apakah kita tidak bisa memanfaatkan informasi laporan keuangan dalam menguji sehat atau tidaknya usaha bisnis. Kondisi yang membuat para investor dan kreditor merasa hawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan ( financial distress) yang bisa mengarah kebangkrutan.


(17)

Menurut Antara News (4 Desember 2007) Bank Indonesia menyatakan kondisi perekonomian saat ini jauh lebih baik dari kondisi tahun 1997 saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi seperti stabilitas makroekonomi yang terjaga, surplus transaksi berjalan, cadangan devisa yang tinggi, sistem nilai tukar yang mengambang, kondisi fiskal yang sehat dan kondisi perbankan yang relatif lebih baik. Dijelaskannya, berbagai indikator makro ekonomi saat ini lebih baik dibanding masa krisis dahulu, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi yang semakin rendah, transaksi berjalan yang surplus dan cadangan devisa yang bertambah signifikan dari 20 Miliar dolar AS pada tahun 1997 menjadi 54 Miliar dolar AS pada Oktober 2007. Berbagai indikator perbankan juga menunjukkan banyak kemajuan, seperti permodalan yang semakin mantap dengan CAR yang mencapai 20,29 persen dibanding hanya 9 persen pada tahun 1997. Kualitas kredit juga jauh lebih baik dengan rasio kredit bermasalah yang lebih rendah. Selain itu pembangunan infrastruktur perbankan menunjukkan banyak kemajuan seperti adanya jaring pengaman sektor keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sistem pembayaran RTGS, dan Good Corporate Governance (GCG).

Analisis laporan keuangan menurut Bernstein yang dikutip oleh Sofyan Syafari Harahap (2007:190) dalam bukunya Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan adalah: Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk


(18)

melihat dari laporan itu ukuran–ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.

Krisis moneter berkepanjangan yang melanda Indonesia menurut Siti Rodliyah (2003:2) sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan terutama di bidang ekonomi. Keadaan ekonomi yang berfluktuasi tersebut membuat keadaan perekonomian negara menjadi sangat memperihatinkan. Dari mulainya krisis yaitu pertengahan bulan Juli 1997 sampai sekarang banyak perusahaan yang mengalami kondisi ekonomi keuangan yang tidak stabil. Melemahnya kinerja perusahaan pada saat ini disebabkan oleh banyaknya faktor diantaranya produk-produk yang dihasilkan banyak menggunakan bahan yang memiliki kandungan impor tinggi sehingga produk yang dihasilkan harus dibiayai dengan dollar yang semakin menguat. Sementara pasar, terutama pasar domestik sudah tidak mampu menyerap karena melemahnya daya beli yang ada. Akibatnya, likuiditas perusahaan menjadi terganggu. Penyebab melemahnya kinerja yang lain adalah sebagian besar perusahaan mempunyai hutang luar negeri dalam bentuk valuta asing (valas). Turunnya nilai mata uang rupiah yang diikuti dengan kenaikan suku bunga telah melambungkan hutang perusahaan. Akibatnya solvabilitas perusahaan terganggu karena besarnya hutang valas ketika dikurskan ke dalam rupiah. Dengan keadaan seperti ini memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kondisi rawan terjadinya kebangkrutan perusahaan. Pada saat suatu perusahaan memasuki tahap-tahap akhir menjelang kegagalan atau


(19)

kebangkrutan ada suatu pola perubahan profil finansial, meskipun kebangkrutan tidak dapat diramalkan secara pasti.

Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial menurut Siti Rodliyah (2003:2) yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Karena jika perusahaan sudah terkena bangkrut, maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Dengan analisis ini maka sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan.

Menurut Mamduh dan Halim (2007:263) analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan. Analisis yang banyak digunakan untuk memprediksi awal kebangkrutan perusahaan saat ini adalah analisis diskriminan model Altman. Analisis diskriminan Altman menurut Silvia dan Sugiharto (2004:3) merupakan satu model statistik yang dikembangkan oleh Altman yang kemudian berhasil merumuskan rasio-rasio finansial terbaik dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Dari rasio tersebut kemudian dirumuskan dalam Z skor kebangkrutan perusahaan, dimana perusahaan yang diteliti mendekati


(20)

kebangkrutan atau menjauhi kebangkrutan. Analisis diskriminan ini mengacu pada rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar, sedang yang digunakan dalam analisis yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba. Adapun alasan pengambilan model Altman sebagi prediksi kebangkrutan menurut Sarwanih (2007:59) karena model ini memiliki tingkat ketepatan yang relatif tinggi yaitu sebesar 82,7% dibandingkan dengan model

Shumway yang tidak mempunyai kemampuan prediksi yang baik bahkan

sangat buruk 0%. Atau dari hasil yang didapat model tersebut memiliki kesalahan prediksi yang lebih besar dibandingkan dengan model Altman yaitu sebesar 100%, sedangkan pada model Altman kesalahan dalam memprediksi sebagai perusahaan tidak default hanya sebesar 26,7%.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing perusahaan perbankan konvensional yang kemudian dihitung dengan menggunakan model Altman, yaitu Z-skor yang merupakan gabungan dari 5 rasio, yaitu rasio modal kerja terhadap total aktiva (X1), rasio laba ditahan terhadap total aktiva (X2), rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (X3), rasio nilai pasar modal terhadap total hutang (X4), dan rasio penjualan terhadap total aktiva (X5). Apabila nilai


(21)

Z lebih besar dari 0,031 maka perusahaan diindikasikan non financial distress, sedangkan apabila nilai Z kurang dari 0,031 maka perusahaan diindikasikan financial distress. Nilai 0,031 (Data diolah) dilihat dari perhitungan halaman 90 di bab 4.

Penentuan pedoman kondisi ekonomi (Tabel:4.3:84-86) financial distress dan non financial distress pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada penelitian ini adalah untuk perusahaan yang finacial distress (tidak sehat) memiliki laba negatif selama 2 tahun berturut-turut diproyeksikan dengan kondisi 0 untuk Laba/Rugi dibawah 5 Triliyun sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono (2004-2007), sedangkan untuk non financial distress (sehat) yang memiliki laba positif selama 2 tahun berturut-turut memiliki proyeksi kondisi 1 untuk Laba/Rugi diatas 5 Triliyun sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono (2004) serta kondisi 2 untuk Laba/Rugi diatas 5 Triliyun sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yodhoyono (2005-2007).

Seiring dengan adanya perubahan situasi dan kondisi menurut Siti Rodliyah (2003:2), mulai dari deregulasi di bidang perbankan sampai dengan adanya krisis ekonomi telah membawa banyak perubahan dalam kondisi perbankan Indonesia. Melemahnya nilai tukar rupiah telah menimbulkan kesulitan yang besar pada dunia perbankan, khususnya bagi perusahaan perbankan yang memiliki pinjaman dengan standar dollar. Besarnya kesulitan likuiditas tersebut telah memicu terjadinya krisis pada perbankan nasional. Hal tersebut terlihat dengan adanya pencabutan ijin usaha dari beberapa bank dan


(22)

program penyehatan perbankan lainnya. Di samping itu, menurut Eddie Rinaldy (2008:1) sektor perbankan merupakan sektor yang paling banyak diatur (heavy regulation), karena secara operasional menyentuh banyak aspek, moneter, mobilisasi pendanaan, sektor riil, ketenaga kerjaan, teknologi informasi, dan sejumlah aspek ekonomi lainnya. Pengaturan tersebut meliputi segi yang berkaitan dengan kelembagaan, operasional dan kinerja (performance). Sehubungan dengan hal itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menulis skripsi dengan judul: Pengaruh perubahan kondisi ekonomi terhadap kinerja keuangan dalam bentuk integrasi rasio keuangan model Altman (Studi kasus pada sektor perbankan 2004-2007).

Penelitian ini memberikan pembatasan masalah, supaya penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan arah penelitian yang jelas :

1. Bank yang diteliti adalah bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

2. Dalam penelitian ini penulis menetapkan periode penelitian selama empat tahun, yaitu dari tahun 2004-2007.

3. Bank yang diteliti adalah bank komersil.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana pengaruh perubahan kondisi ekonomi terhadap kinerja keuangan dalam bentuk integrasi rasio keuangan model Altman.


(23)

2. Apakah rasio yang terdapat dalam model Altman dalam hal ini WCTA, RETA dan STA dapat memprediksi kebangkrutan suatu bank.

3. Berapa banyak bank yang mengalami kesulitan keuangan dari perubahan kondisi perekonomian tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi bukti empiris pengaruh perubahan kondisi ekonomi terhadap kinerja keuangan yang didasarkan pada rasio keuangan yang diintegrasikan menurut model Altman dengan menggunakan diskriminan. 2. Memberi bukti empiris rasio model Altman seperti WCTA, RETA dan

STA dapat memprediksi financial distress suatu bank atau tidak.

3. Menunjukan berapa banyak bank yang mengalami kesulitan keuangan dari perubahan kondisi tersebut dan bank-bank yang mana saja yang mengalami kondisi kesulitan keuangan .

Sedangkan manfaat yang diharapkan penulis dari penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbankan, khususnya pengetahuan tentang kinerja perbankan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai sumber informasi bagi perusahaan-perusahaan perbankan untuk selalu memperbaiki kinerja perusahaannya.


(24)

3. Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan atau sumber informasi dalam mengambil keputusan investasi, khususnya investasi di perusahaan perbankan.

4. Bagi Instansi

Sebagai kajian literature pelengkap bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dibidang yang sama.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini sebagai referensi dan bahan pemikiran untuk menindak- lanjut penelitian ini sehingga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lembaga perbankan a. Pengertian Perbankan

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank dalam Pratama Raharja (2004:293) adalah sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002: 31) adalah: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian dalam T.Gilarso (2004:260): Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan


(26)

penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”.

Menurut Ahmad Rodoni (2006:21) pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan definisi-definisi di atas menurut Iskandar Putong (2008:321) maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu perusahan yang mengelola dana dari masyrakat (lembaga yang dipercaya masyarakat untuk mengamankan uangnya) dengan memberikan imbalan berupa bagi hasil ataupun bunga untuk setiap periode yang ditentukan. Akan tetapi pada kenyataannya di zaman modern seperti sekarang ini bank ternyata tidak hanya mengelola dana dari masyarakat saja, melainkan juga melakukan aktivitas bisnis seperti sebagai lembaga transfer dana, pembuat uang giral, jasa penitipan barang penting/uang dan lain sebagainya.

b. Jenis-jenis perbankan menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 dalam Pratama Raharja (2004:293) dan Ahmad Rodoni (2005:22) Perbankan dibagi menjadi dua yaitu :


(27)

1) Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdsarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. (a). Kegiatan usaha bank umum menurut Pratama Raharja

(2004:293) antara lain :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberi kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5. Kegiatan-kegiatan lain yang lazim dilakukan bank

sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

(b). Kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh bank umum adalah :

1. Melakukan penyertaan modal, kecuali dalam hal tertentu seperti yang diatur dalam undang-undang.

2. Melakukan usaha perasuransian.


(28)

2) Bank Perkreditan Rakyat menurut Pratama Raharja (2004:294) dan Ahmad Rodoni (2005:55)

Bank perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi BPR adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

( a). Kegiatan-kegiatan usaha yang diperbolehkan dilakukan oleh BPR menurut undang-undang adalah:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil.

4. Menempatkan dana yang dalam bentuk SBI, deposito dan atau tabungan pada bank lain.

( b). Kegiatan usaha yang tidak diperkenankan dilakukan oleh BPR diantaranya adalah:

1. Menerima simpanan dalam bentuk giro. 2. Melakukan penyertaan modal.


(29)

4. Melakukan usaha lain diluar usaha kegiatan tersebut. c. Instrumen Pasar Keuangan

Instrument pasar keuangan dalam bank dan lembaga keuangan lainnya (Ahmad Rodoni 2006: 6-7) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Instrumen pasar uang

Mengalami sedikit fluktuasi harga, sehingga resiko lebih kecil dalam investasi. Termasuk dalam instrumen pasar uang adalah: a. United Stated Treasury Bills: instrumen hutang jangka pendek

milik pemerintah United States yang diterbitkan dakam 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan waktu maturitasnya karena defisit keuangan pemerintah federal.

b. Negotiable Bank Certificates of Deposit (CD): merupakan instumen hutang yang dikeluarkan oleh bank bagi penabung (depositors) yang akan memperolah pembayaran bunga tahunan dalam jumlah tertentu dan pada saat maturitas akan menerima kembali harga pembelian aslinya (original).

c. Comercial Paper: instumen hutang jangka pendek yang

diterbitkan oleh bank besar dan perusahan terkenal, seperti General Motor. AT&T, dan sebaginya.

d. Banker’s Acceptances: bank draft ( janji pembayaran hampir sama dengan cek) yang diterbitkan oleh perusahaan.


(30)

e. Repurchase Agreements: efektifnya pinjaman jangka pendek (biasanya maturitas kurang dari dua minggu) dimana Treasury Bill (T-Bills) disiapkan sebagi collateral.

f. Eudollars: US dollars yang didepositkan di bank asing di luar Amerika serikat atau cabang bank asing di US.

2. Instrumen pasar modal menurut Ahmad Rodoni (2005:8)

Merupakan instrumen hutang dan ekuitas dengan maturitas atau jatuh tempo lebih dari satu tahun. Investasi di pasar modal lebih beresiko dibandingkan dengan di pasar uang. Termasuk dalam instumen pasar modal adalah :

a) Saham adalah ekuitas yang merupakan tuntutan (claims) terhadap pendapatan bersih dan asset perusahaan.

b) Mortages adalah pinjaman bagi individu atau perusahaan untuk membeli rumah, tanah atau struktur riil lainnya, kemudian dijadikan sebagai jaminan (collateral).

c) Corporate Bonds (Convertible Bonds) merupakan hutang

jangka panjang yang diterbitkan perusahaan dengan tingkatan

(rating) kredit yang baik.

d) US Goverment Securities merupakan instrumen hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh pembendaharaan pemerintah Amerika Serikat (US) akibat defisit keuangan pemerintah federal.


(31)

e) US Goverment Agent Securities merupakan hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh berbagi agen/perwakilan pemerintah US.

f) State and Local Goverment Bonds dikatakan juga municipal

bonds merupakan instrumen hutang jangka panjang yang

diterbitkan oleh pemerintah pusat dan lokal untuk pengeluaran keuangan bagi keperluan sekolah, pembuatan jembatan dan program lainnya.

g) Consumer and bank Commercial Loans merupakan pinjaman

untuk consumer dan bisnis yang prinsip pelaksanannya dilakukan oleh bank.

d. Peranan Lembaga Keuangan Dalam Proses Intermediasi dalam buku bank dan lembaga keuangan lainnya Ahmad Rodoni (2005:4)

Perantara keuangan (financial intermediation) adalah proses penyaluran dana yang surplus (lender-sever) dari unit ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan orang asing untuk disalurkan kepada yang defisit dana (borrower-spender) dari unit ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan orang asing. Proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara pembeli sekuritas primer (saham, obligasi, commercial paper dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit, dalam waktu yang sama lembaga keuangan mengeluarkan sekuritas sekunder (giro, tabungan, deposito berjangka dan sebaginya) kepada unit surplus.


(32)

Lembaga keuangan sebagi lembaga intermediasi dalam Ahmad Rodoni(2006:4-5) memiliki peran yang sangat strategis, antara lain:

1. Pengalihan asset (asset transmutation): bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka tertentu yang telah disepakati. Pengalihan asset dapat juga terjadi jika bank dan lembaga keuangan bukan bank menerbitkan sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh unit defisit.

2. Likuiditas (liquidity): berhubungan dengan kemampuan memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan.

3. Realokasi pendapatan (income reallocation): banyak individu menyisihkan dana dan merealokasikan pendapatannya untuk persiapan menghadapi waktu yang akan datang.

4. Transaksi (transaction): lembaga keuangan memberikan kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.

5. Efisiensi (efficiency): lembaga keuangan dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanaan dan juga memperlancar serta mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. 2. Laporan Keuangan

Menurut Mamduh dan Halim (2007:8) laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir


(33)

dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangn dibuat untuk mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Maksud laporan keuangan di sini adalah suatu alat yang mana informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukan dalam bentuk laporan yang dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainnya.

Menurut Harahap dalam Riyan Ariafinanda (2006:9) Ikatan akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan tentang kerangka dasar penyususnan dan penyajian laporan keuangan paragraph 7 mengemukakan pengertian sebagai berikut : laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, selagi laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Dalam bukunya Financial Statement Analysis, Myer dalam Ryan Ariafinanda (2006:10) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah: dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu


(34)

akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menabah daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang ditahan. 3. Analisis Laporan Keuangan.

a. Pengertian Laporan Keuangan.

Menurut Mamduh dan Halim (2007:5) analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat sehat atau tingkat tidak sehat suatu perusahaan.

b. Tujuan Laporan Keuangan.

Salah satu penting tugas setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun. Tujuan laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap (2007:18) adalah sebagai berikut:

a. Screening

Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

b. Understanding

Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

c. Forcasting

Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.


(35)

d. Diagnosis

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

e. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

Disamping tujuan tersebut diatas analisis laporan keuangan juga untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan dalam Harahap (2007 :18).

c. Teknik Laporan Keuangan.

Teknik analisis lapoaran keuangan dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Perbandingan laporan keuangan perubahan tahun ke tahun. 2. Seri trend/ angka indeks.

3. Laporan keuangan common size (bentuk awam) analisis struktur laporan keuangan.

4. Analisis rasio.

5. Analisis khusus antara lain : a. Ramalan kas.

b. Analisis perubahan posisi keuangan. c. Laporan variasi gross margin.


(36)

e. Analisis dupont.

Menurut Foster dalam Harahap (2007:215) dari sisi lain dia mengemukakan beberapa teknik analisis sebagai berikut:

1. Cross Sectional Technique

1.1. Common Size Statement.

1.2. Analisis Rasio.

2. Time Series Technique

2.1. Trend Statement.

2.2. Analisis Rasio Keuangan. 2.3. Ukuran Variabilitas.

3. Gabungan laporan keuangan dan non keuangan: 3.1. Informasi pasar produk.

3.2. Informasi pasar modal.

Harahap (2007:222) mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut: Model analisis prediksi atau rating, dalam literatur akuntansi para akademis atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memprediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka mengamati laporan keuangan beberapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada didalamnya dan dari sana diambil suatu kesimpulan dalam bentuk model-model prediksi. Beberapa model-model yang dikenal dalam prediksi adalah :


(37)

1. Bond Rating

Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal.

2. Banckrupty Model

Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut.

Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 dalam Luciana Spica Amilan & Emanuel dalam Rahman Muslim (2008:12) bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi : untuk keputusan informasi dan kredit, mengenai aktiva dan kewajiban, mengenai kinerja perusahaan, serta mengenai sumber dan penggunaan kas.

Menurut Kasmir (2003:293-240) laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Jadi, secara umum


(38)

tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagi berikut: memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki, memberikan informasi tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal pada bank tersebut, memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pandapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut, memberikan informasi tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tersebut, memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal satu bank serta memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menurut Kasmir (2003:241-242) antara lain :

a) Pemegang saham: berkepentingan untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen selama satu periode. Kemajuan yang dilihat adalah kemampuan dalam meciptakan laba dan pengembangan asset yang dimiliki. Dari laporan ini juga pemilik dapat menilai sampai sejauh mana pengembangan usaha bank tersebut telah dijalankan pihak manajemen sekaligus menghitung jumlah deviden yang akan mereka terima.


(39)

b) Pemerintah: mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan, berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Serta menilai sampai sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor-sektor tertentu.

c) Manajemen: menilai kinerja manajemen dalam mancapai target-target yang telah ditetapkan, menilai kinerja sumber daya manusia yang dimiliki

d) Karyawan: kondisi keuangan sebenarnya dapat memperbaiki/ meningkatkan kesejahteraan jika mengalami keuntungan sebaliknya melakukan perbaikan jika mengalami kerugian.

e) Masyarakat luas: jaminan terhadap uang yang disimpan di bank 4. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran dalam Devie (2003:8).


(40)

Pengertian kinerja keuangn menurut Indra Bastian dalam Dana Siswar sebagai berikut (2003:233) : kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi.

Pernyataan tersebut juga didukung oleh Kasmir (2007:54) yang menyatakan bahwa kinerja bank merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh manajemen bank karena mengindikasi tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari produktivitas asset. Maksud dari pernyataan tersebut sehat atau tidaknya suatu bank dapat diukur dari besarnya laba yang diperoleh bank tersebut. Tingkat kesehatan bank dalam meningkatkan pendapatannya tentunya dengan meningkatkan produktivitas asset. Semakin tinggi tingkat profit dari bank yang menggambarkan tingkat kesehatan yang baik.

Tingkat kesehatan bank menggambarkan kondisi keuangan dan seberapa baik bank tersebut melakukan manajemen yang dapat diukur dari profit bank yang dapat dihitung dengan beberapa cara. Return on Asset yang digunakan untuk mengukur kemampuan asset bank dalam memperoleh keuntungan. Return on Equity yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam memperoleh keuntungan bersih. Tobin’s Q untuk mengukur nilai pasar sebagai peluang investasi. Tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan


(41)

Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik dalam Staikouras (2007:13).

b. Penilaian Knierja

Dana Siswar (2003:233) memberikan pengertian penilaian kinerja sebagai berikut : penilaian kinerja merupakan proses mencatat, dan mengukur proses pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk atau jasa.

Salah satu bentuk mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan integrasi rasio keuangan adalah model Altman. Oleh Altman analisis tersebut ditransformasi menjadi bentuk yang sangat sederhana, yaitu satu dimensi, fungsi diskriminan tersebut berbentuk :

dimana :

V1, V2……... Vn = Disciminant coefficient X1, X2 ……Xn = Independent variables

Jadi dengan kata lain, rasio-rasio keuangan tersebut tidak dapat berpengaruh sendiri-sendiri untuk mengukur kinerja keuangan secara menyeluruh tidak dapat dijadikan indikator yang menyatakan kepailitan perusahan.

Altman mengemukakan model kinerja keuangan dalam bentuk rasio keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan


(42)

secara menyeluruh dan digunakan untuk memperediksi kepailitan perusahaan sebagi berikut :

dimana:

X1 = Working capital to total asset. X2 = Retained earning to total asset.

X3 = Earning before interest & taxes to total asset ( EBIT). X4 = Market value of equity to book value of debt.

X5 = Sales to total asset ratio.

Working Capital/Total Asset (WC/TA) dalam Dana Siswar

(2003:231).

Altman memilih tiga rasio likuiditas yang akan dimasukan dalam model persamaan diskriminannya untuk memprediksi kebangkrutan yaitu working capital to asset ratio, current ratio, dan quick ratio. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa dari ketiga ratio tersebut Altman memilih working capital to

asset ratio. Sedangkan dua ratio likuiditas lainnya tidak

dimasukkan karena kurang membantu dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Semakin tinggi tingkat ratio ini artinya perusahaan semakin mampu untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari.


(43)

Retained Earning/ Total asset (RE/TA) dalam Dana Siswar (2003:232).

Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Altman mengatakan rasio ini mengukur profitabilitas kumulatif beberapa waktu dan merupakan suatu rasio yang baru. Umur perusahaan secara implisit ikut dipertimbangkan dalam rasio ini. Suatu peusahaan yang relatif lama yang kemungkinan tingkat RE/TA rasio rendah tidak mempunyai waktu membentuk profit kumulatifnya.

Earning Before Interest and Taxes/ Total Asset (EBIT/TA) dalam Dana Siswar (2003:232).

Altman mengatakan rasio ini digunakan untuk mengukur ketepatan produktivitas asset-asset perusahaan, yang bebas dari pajak dan faktor leverage. Semakin tinggi tingkat rasio ini artinya semakin produktif asset-asset perusahaan digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

Market Value of Equity/ Book Value of Total Liabilities ( MVE/TL)

dalam Dana Siswar (2003:232).

Rasio keempat yang digunakan adalah equity yang diukur dengan dikombinasikannya nilai pasar dari semua lembar saham, saham preferen dan saham biasa, juga semua yang termasuk dalam kewajiban baik kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.


(44)

Sales/Total Asset (S/TA) dalam Dana Siswar (2003:232).

Rasio ini disebut juga dengan capital turn over ratio. Rasio ini merupakan rasio keuangan standar menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari asset-asset yang digunakan oleh perusahaan. Rasio ini merupakan suatu ukuran bagi kapasitas manajemen dalam menghadapi keadaan persaingan.

5. Analisis Rasio

a. Pengertian Rasio Keuangan.

Laporan keuangan yang disajikan perusahaan baru dapat memberikan arti dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pihak, jika laporan keuangan tersebut dianalisis sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak.

Foster dalam Dana Siswar (2003:230) memberikan analisis laporan keuangan sebagai berikut: analisis laporan keuangan merupakan studi hubungan antara sekelompok laporan keuangan pada saat tertentu dan trend yang menghubungkan beberapa waktu.

Lebih lanjut Gitman (2000:124) dalam Dana Siswar (2003:230) mengatakan analisis keuangan adalah menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan tersebut sehingga dapat diketahui sampai dimana kinerja perusahaan. Pengelompokan rasio keuangan menyajikan informasi kinerja keuangan untuk kepentingan masing-masing individu/ kelompok pemakai yang terkait dengan perusahaan.


(45)

Menurut Ilya (2000:5) dalam Dana Siswar (2003:231) “kesulitan dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan adalah rasio-rasio tersebut cukup banyak dan bervariasi, disamping hasil perhitungan yang dapat bersifat individu, dan tidak dapat langsung digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi”.

Analisis rasio keuangan ini banyak digunakan dalam berbagai tunjuan penelitian khususnya dalam menilai kinerja perusahaan, walaupun sebenarnya masih banyak kegunaan lain yang dapat diambil dari analisis laporan keuangan.

Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi pasar kreditor dan investor memberikan pandangan kedalam tentang bagiaman kira-kira dana dapat diperoleh.

Analisis rasio keuangan tidak hanya menggunakan rumus terhadap data keuangan untuk menghitung rasio tertentu, tetapi yang lebih penting yaitu menginterpretasikan nilai rasio tersebut. Dalam Ryan Ariafinanda (2006:18) membagi analisis rasio keuangan meliputi dua jenis perbandingan yaitu :


(46)

1) Pebandingan internal.

Analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analisis dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaiknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut.

2) Perbandingan eksternal.

Metode perbandingan ini meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata pada satu titik yang sama.

Analisis rasio keuangan dalam Ryan Ariafinanda (2006:19) juga dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang dugunakan dalam analisa yaitu :

1) Univariate ratio analysis.

Merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan suatu variate dalam melakukan analisa. Contohnya seperti

profit margin ratio, return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan sebagainya.


(47)

2) Multivariate ratio analysis.

Merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan lebih dari satu variate dalam melakukan analisa. contohnya seperti Altman Z-score.

Analisis internal dilakukan melalui antara lain: analisis strategi perusahaan dimana strategi ini memfokuskan pada persaingan yang dihadapi perusahaan, struktur biaya relatif terhadap pesaing kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya, kualitas manajemen lainnya. Pada umumnya analisis internal yang banyak digunakan adalah analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yaitu melalui analisis trend untuk beberapa tahun buku/periode dan analisis rasio finansial.

Dengan mempelajari trend beberapa periode dan kegiatan-kegiatan usaha perusahaan untuk beberapa tahun terakhir diharapkan ada gambaran perkembangan, fluktuasi/kemunduran. Informasi berharga tersebut dapat menyangkut posisi keuangan dan kegiatan operasional perusahaan (laba/rugi) dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan diramalkan menuju kebangkrutan bila hasil analisis trend terhadap posisi keuangan menunjukkan kecenderungan menurunnya posisi kas pada bank, modal kerja dan overinvestment pada aktiva lancar.


(48)

Melakukan interpretasi serta analisis terhadap lapoaran keuangan yang lazimnaya diterbitkan pada setiap periode memiliki manfaat yang cukup penting bagi para analis untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai keadaan dan perkembangan suatu perusahaan.

Dalam menginterpretasikan dan menganalisis laporan keuangan, seseorang analisis memerlukan adanya ukuran. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio.

Menurut Munawir (1999:64) dalam Ryan Ariafinanda (2006:17), rasio keuangan dapat didefinisikan sebagai berikut: rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.

Definisi diatas dapat diartikan bahwa melakukan analisis hubungan dari berbagi pos dalam laporan keuangan pada jumlah tertentu merupakan dasar agar dapat menginterpertasikan kondisi keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan.


(49)

b. Macam-macam Rasio Keuangan menurut Andriani Kusumaningrum (2003:70). Jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dibagi menjadi 2 yaitu :

1). Rasio neraca.

Yaitu rasio yang berisi tentang aspek kondisi keuangan perusahaan. Terdiri dari aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Aktiva lancar perusahaan perbankan terdiri dari Cash on Hand and in Banks, Placemenent in other Banks, Notes and securities dan Loands. Sedangkan kewajiban lancar perusahaan perbankan terdiri dari Demand deposit, Time deposit dan Saving deposit

2). Rasio laporan laba/rugi.

Yaitu rasio yang berisi tentang aspek kinerja perusahaan. Terdiri dari pendapatan, yang termasuk dalam pendapatan ini antara lain pendapatan bunga dan pendapatan opersional. Laba/Rugi sebelum pajak penghasilan serta laba bersih persahaan.

Laporan laba Rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan yaitu: menjual produk atau jasa, beban produksi atau untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual, beban yang timbul dari memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrasi


(50)

operasional serta beban keuangan dalam menjalankan bisnis dalam Arthur J. Keown, David F. Scott et al (2001:80)

c. Analisis rasio keuangan bank akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio-rasio yang terdapat dalam formula Z-score Altman menurut Ryan Ariafinanda (2006:19-22), yaitu sebagai berikut :

1). Rasio likuiditas.

Rasio modal kerja dibandingakn dengan total aktiva

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto). Dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahan adalah indikator-indikator internal seperti, ketidak cukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal (harta kekayaan) menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat dari pada modal aktiva yang menyebabkan rasio ini turun.

2). Rasio profitabilitas

Rasio prifitabilitas dalam model Altman Z-score ada dua yaitu :

X1 = Working capital

total assets


(51)

Rasio ini mengukur kemampuan laba kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bias yang menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih berumur ini tidak mengherankan, karena pemberian tingkat kegagalan yang tinggi kepada perusahaan yang lebih muda merupakan hal yang wajar. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan mulai turun. Bagi banyk perusahaan, nilai laba ditahan dan radio X2 akan menjadi negatif.

X2= retarned earning/ total assets.

(b). Rasio laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva

Rasio ini mengukur kemampuan laba, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti


(52)

perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman.

3). Rasio aktivitas

Rasio aktivitas yang digunakan dalam model Altaman ada dua yaitu:

(a). Nilai pasar ekuitas dibandingkan dengan total hutang

Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan

net worth/total debt untuk perusahaan yang tidak terdaftar di Burasa Efek Indonesia. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio utang permodal sendiri (DER). Nilai pasar ekuitas yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga perlembar sahamnya. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal mengakumulasi lebih banyak utang dibandingkan modal sendiri.

(b). Penjualan dibandingkan dengan total aktiva

Rasio ini disebut juga rasio perputaran total aktiva. Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat X4= market value of equity/book value of debts


(53)

dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan perusahaan untuk menjual.

6. Kebangkrutan.

a. Pengertian Kebangkrutan.

Menurut Mamduh dan Halim (2007:263) analisis kebangangkrutan dilakukan untuk memperolah peringatan awal kebangkrutan (tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagi kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dalam hal ini dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi. Cara yang dapat ditempuh manajemen untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan setelah menangkap sinyal-sinyal kebangkrutan adalah analisis evaluasi kebangkrutan baik melalui metode internal maupun eksternal. Analisis eksternal dilakukan atas data yang bersumber dari luar perusahaan seperti laporan perdagangan, statistik maupun indikator ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun swasta.


(54)

Dalam praktik, dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan yang paling berat

Kebangkrutan telah digunakan sebagi istilah umum menurut Rahman Muslim (2008:35) adalah menerangkan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Para peneliti telah menggunakan istilah failure (kegagalan) dan bangkrupty (kebangkrutan) secara bergantian :

Tabel : 2.1.

Definisi kebangkrutan / kegagalan.

Nama Istilah Definisi

Altman (1973)

Bangkrupty Perusahaan yang secara hukum bangkrut, baik ditempatkan dibawah perwalian/telah dijamin haknya untuk direorganisai dibawah National Bankrupty Act

Beaver (1967)

Failure Ketidakmampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban keuangannya saat jatuh tempo/secara operasional diartikan sebagai perusahaan yang mengalami kebanhgkrutan, kegagalan membayar bunga dan pokok obligasi., saldo negatif perkiraan bank, deviden saham preperen yang tidak dibayar

Blum (1974)

Failure Kejadian-kejadian yang menunjukkan

ketidakmampuan untuk membayar utangnya saat jatuh tempo yang menggambrakan perusahan mengalami kebangkrutan/ menyebabkan terjadinya perjanjian eksplisit dengan kreditor untuk mengurangi hutang Deakin

(1972)

Failure Perusahaan yang mengalami kebangkrutan, insolvensi/likuidasi untuk kepentingan kreditor

Foster (1986)

Bangkrupty Suatu kejadian hukum yang sangat

dipengaruhi oleh tindakan para bankir dan kreditor


(55)

Lanjutan Tabel : 2.1. Definisi kebangkrutan / kegagalan.

Nama Istilah Definisi

Kunt (1989)

De jure failure/closure/ of ficia (de hure) insolvency

Dimerjer

Kunt (1989)

De facto failure

Penghentian otonomi operasi yang diperintahkan oleh regulator

Sumber : Karel & prakash dalam Eni Listeyatai dalam Rahman Muslim (2008:35).

Kebangkrutan sebagai kegagalan perusahaan didefinisikan dalam beberapa arti, menurut Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasaih (2000:137) dalam Rahman Muslim (2006:33) antara lain:

(1). Economic failure ( kegagalan ekonomi)

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal/ nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajibananya. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapakan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari biaya modal perusahaan.


(56)

(2). Financial failure ( kegagalan keuangan) dalam Rahman Muslim (2008:33).

Insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham insolvensi teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibanya pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total hutang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan adalah kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapakan lebih kecil dari kewajibannya.

b. Tahap- tahap berbagai indikator kebangkrutan

Kesulitan keuangan yang menuju kearah terjadinya kebangkrutan dapat dianalisa dan dapat diidentifikasi melalui tahap-tahap yang tercakup di dalam proses, perjalanan yang berakhir pada (keadaan) kebangkrutan tersebut. Adapun tahap-tahap itu adalah Hernanto dalam Sarwanih (2006:54): (1) tahap permulaan/ awal, (2)


(57)

tahap dimana perusahaan mengalami kekurangan kas dan alat-alat liquid lainnya atau tahap kesulitan likuiditas, (3) tahap dimana perusahaan tidak solvabel dalam kegiatan komersial dan keuangan,serta (4) bangkrut secara total.

c. Analisis Prediksi Kebangkrutan.

Analisis diskriminan menurut Supranto (2004:77) merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas (disebut: criterion) merupakan kategori (non metric, nominal atau ordinal, bersifat kualitatif) sedangkan varibel bebas sebagai predictor merupakan metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif). Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat penyimpangan (univariate) yang artinya setiap rasio di uji secara terpisah.Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dan teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori.

Dalam penelitiannya Altman mengambil satu sampel yang terdiri dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami kebangkrutan. Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi.


(58)

Fungsi diskriminan yang ditemukan Altman pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut: menurut Weston dan Copeland dalam Dana Siswar (2003:231)

dimana:

X1 = Modal kerja/total aktiva . X2= Laba yang ditahan/total aktiva.

X3= Laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva. X4= Nilai pasar modal saham/Nilai buku total hutang. X5= Penjualan/total aset .

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak dalam Mamduh dan Halim (2007:261) seperti berikut ini: (1) Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang ada. (2) Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. (3) Pihak Pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk


(59)

mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya sektor perbankan). Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. (4) Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatau perusahaan. (5) Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar.

Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya perusahaan yang tidak Go public, dengan demikian tidak mempunyai nilai dasar. Altman kemudian mengembangkan Model alternatif dengan menggantikan nilai pasar menjadi nilai buku. Dengan demikian Model tersebut dapat dipakai untuk perusahaan yang Go public dan tidak Go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam ini adalah sebagai berikut:

Dari rumus menurut Dana Siswar (2003:231-232) di atas dapat diketahui bahwa analisis diskriminan memuat 5 unsur yaitu X1 sampai X5, dimana:

X1 = Menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk aktiva lancar. Jadi bila dalam beberapa tahun investasi terhadap aktiva lancarnya Z = 1.2(X1) +1.4 (X2) +3.3 (X3) +0.6(X4) +1(X5)


(60)

mengalami penurunan terus menerus maka perlu diwaspadai mengenai X1 yang merupakan unsur kebangkrutan.

X2= Indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap penyusunan waktu, maka ini mengisyaratkannya bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya untuk bangkrut, tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan yang besarpun mengalami kebangkrutan.

X3= Mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan, melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung juga pada laba yang diperoleh perusahaan.

X4= Mengembangkan solvabilitas/kemampuan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan.

X5= Menunjukkan rasio perputaran modal yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan manajemen untuk menjual asset-asset perusahaan atau bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan aktiva menciptakan penjualan.

d. Masalah dalam kebangkrutan

Menurut Mamduh dan Halim (2007:262) kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrem sampai kepada titik tidak sehat yang paling ekstrem sebagai berikut :


(61)

Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvabel. Kalau tidak solvabel perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar daripada nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukkan prospek dan dengan demikian nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.

Tabel : 2.2

Alternatif perbaikan kesulitan keuangan Pemecahan secara informal

1. Dilakukan apabila maslah belum begitu parah

2. Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus dengan cara :

a. Perpanjangan (Extention): dilakukan dengan cara memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang

b. Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan.

Pemecahan secara formal

Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan dengan cara :

a. Apabila nilai perusahan diteruskan > nilai perusahaan dilikuidasi

Reorganisasi : dengan merubah struktur modal menjadi

struktur modal yang layak

b. Apabila nilai perusahan diteruskan < nilai perusahaan dilikuidasi

Likuidasi : dengan menjual asset-aset perusahaan

Sumber : Analisis laporan keuangan Mamduh M. Hanafi & Abdul Halim (2007:262).


(62)

7. Analisis Diskriminan. a. Pengertian Diskriminan

Analisis Diskriminan menurut Supranto (2004:77) adalah teknik

multivariate yang termasuk dependence method, yakni adanya variabel dependen dan independent. Dengan demikian ada variabel yang hasilnya tergantung dari data variabel independent. Ciri khusus adalah data variabel dependen yang harus berupa data kategori, sedangkan data independent justru berupa data non kategorik. Analisis dikriminan pada prinsipnya merupakan tehnik untuk menganalisis data dimana variabel tergantungnya merupakan variabel katagori, tergantung bersifat setara dan mutually exclusive. Analisis diskriminan, disamping berfungsi untuk menemukan besarnya nilai perbedaan antara beberapa kelompok atau kategori yang diukur dari beberapa variabel penentu atau diskriminator juga berfungsi untuk menentukan besarnya nilai peranan (alokasi) tiap diskriminator pada tiap kategori.

Secara teknik analisis diskriminan mirip dengan analisis regresi, hanya pada metode regresi (maupun regresi berganda), variabel dependen justru harus data rasio. Sedang jenis data untuk variabel independent bisa rasio atau kategori. Perbedaan antara analisis diskriminan dan analisis multidiskriminan adalah pada jumlah variabel tergantungnya, jika variabel tergantungnya hanya terdiri atas dua kriteria saja ,disebut dengan analisis diskriminan, namun jika variabel


(63)

tergantungnya lebih dari dua katagori, disebut dengan analisis multidiskriminan.

Tabel 2.3

Persamaan dan Perbedaan antara Analisis Varian (Anova), Analisis Regresi dan Analisis Diskriminan

Keterengan Anova Regresi Diskriminan

Kesamaan

Jumlah variabel tak bebas

Jumlah variabel bebas

Satu Banyak (>1) Satu Banyak (>1) Satu Banyak (>1) Perbedaan

Jumlah variabel tak bebas

Jumlah variabel bebas

Matriks (kuantitatif) Kategorik (kualitatif) Matriks (kuantitatif) Matriks (kuantitatif) Kategorik (kualitatif) Matriks (kuantitatif) Sumber : J. Supranto (Analisis multivariat : Arti dan interpretasi)

(2004:80).

b. Langkah-langkah Analisis Diskriminan menurut Suliyanto (2005:95) adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah.

2) Mengestimasi koefisien fungsi diskriminan. 3) Menentukan signifikansi fungsi diskriminan. 4) Menginterpretasikan hasil.

5) Mengukur validitas analisis diskriminan.

c. Tujuan analisis diskriminan menurut Supranto (2004:77-78) adalah sebagai berikut:

1) Membuat suatu fungsi diskriminan atau kombinasi linear, dari predictor atau varibel bebas yang bisa mendiskriminasi atau membedakan kategori variabel tak bebas atau kelompok, artinya


(64)

mampu membedakan suatu objek masuk kelompok/kategori yang mana.

2) Menguji apakah ada perbedaan signifikan antara kategori kelompok/ yang dikaitakan dengan variabel bebas atau predictor. 3) Menentukan variabel bebas yang mana yang memberikan

sumbangan terbesar terhadap terjadinya perbedan antar kelompok. 4) Mengklarifikasikan/mengelompokan objek kedalam suatu kategori

didasarkan pada variabel bebas. 5) Mengevaluasi keakuratan klasifikasi.

d. Asumsi penting yang harus dipenuhi agar model diskriminan menurut Bambang Ruswandi (2006:32) bisa digunakan adalah sebagai berikut: 1) Multivariate normality atau variabel independent seharusnya

berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, hal ini akan menyebabkan masalah pada ketepatan fungsi (model) diskriminan.

2) Matriks kovarians dari semua variabel independen seharusnya sama (equal).

3) Tidak ada korelasi antar variabel independent. Jika dua variabel independent mempunyai korelasi yang kuat, maka dikatakan multikolinertitas.

4) Tidak ada data yang ekstrim (outlier) pada variabel independent. Jika data ouitlier yang tetap diproses, hal ini bisa berakibat bekurangnya ketapatan klasifikasi dari fungsi diskriminan.


(65)

e. Analisis Z score

Analisis Z skor dapat digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan menurut Silvia Anggraini (2004:115). Analisis ini pertama kali di kemukakan oleh Edward I. Altman pada pertengahan ta-hun 1960 di New York City. Dalam studinya setelah menyeleksi 22 rasio keuangan ditemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Kemudian Altman melakukan perbaikan dengan membuatnya dalam versi lima variabel, yaitu :

dimana :

Z = 1.2(X1) +1.4 (X2) +3.3 (X3) +0.6(X4) +1(X5)

X

1 = Modal Kerja/Total Aktiva X

2 = Laba Ditahan/Total Aktiva X

3 =Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva X

4=Nilai Pasar Modal Sendiri/Total Kewajiban X5= Penjualan/total asset.

Hasil penghitungan Z skor dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan atau dapat pula dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Jika skor lebih besar dari 0.031 berarti perusahaan berada dalam kondisi sehat. Bila lebih kecil dari 0.031 mengindikasikan kebangkrutan mungkin akan terjadi.


(66)

Kondisi yang mungkin terjadi adalah banyak perusahaan dengan skor yang lebih tinggi mengalami kebangkrutan sedangkan ada perusahaan dengan skor yang lebih rendah dapat terus bertahan. Apabila dari tahun ke tahun Z skor mengalami penurunan ini mengindentifikasikan terjadinya gejala kesulitan keuangan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan.

Dari keempat variabel yang digunakan perusahaan semuanya berasal dari berbagai kelompok rasio yang dapat dilihat keterkaitannya dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Variabel X

1 memperlihatkan likuiditas perusahaan. Variabel X

2 memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kumulatif. Variabel X

3 mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba setiap tahunnya dengan penggunaan aktiva yang dimiliki. Variabel X

4 memperlihatkan solvabilitas perusahaan.

Kebaikan analisis Z skor menurut Sawir (2001:22) dalam Silvia Anggraini (2004:116) adalah dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat dipergunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, pribadi, manufaktur, ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil z skor diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak


(1)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, terdapat tiga hal yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini, antara lain: Pertama, untuk pengaruh perubahan kondisi ekonomi sebelum dan selama masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dilihat dari nilai wilks’ lambda sebesar 0,807 atau sama dengan chi-square 15,690 dengan angka signifikan 0,000 (Data diolah:88). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (nyata), antara nilai diskriminan pada dua kondisi (financial distress dan non financial distress) atau bank yang memiliki asset kurang dari 5 Trilyun dengan bank yang memiliki asset lebih dari 5 Trilyun. Jadi dapat dikatakan bahwa memang terdapat perbedaan kondisi financial distress dan non financial disterss terhadap model Altman.

Kedua, untuk menganalisis variabel Altman yang dapat memprediksi kondisi financial distress dengan menggunakan tabel variabel Entered/Removed (Data diolah:87) dalam tabel ini hanya menyajikan variabel bebas yang dianalisis, yaitu variabel yang dapat digunakan untuk membedakan dua kategori yang ada, yaitu finacial distress dan non financial distress yang dipengaruhi oleh ebitta atau laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total asset. Variabel yang dimasukan dalam analisis ini adalah


(2)

adalah variabel ebitta karena variabel ini memiliki angka F hitung (statistic) yang tertinggi yaitu 0,175.

Ketiga, cara menghitung Bank yang mengalami financial distress dengan menggunakan Cut off (Data diolah:89-90) yang dihitung dengan menggunakan data dari function at group centroid, setelah itu dibandingkan antara nilai Z dengan cut off. Jika nilai Z lebih besar dari nilai Cut off maka bank tersebut dikategorikan non financial distress dalam hal ini Z > 0,0311 sebaliknya jika nilai Z lebih kecil dari nilai Cut off maka bank tersebut dikategorikan financial distress dalam hal ini Z < 0,0311. Adapun nama-nama bank yang mengalami financial distress antara lain: Century,Tbk, Niaga, Tbk, Agro Niaga, Tbk, dan UOB Buana, Tbk.

Alasan Bank Century mengalmi kesulitan keuangan yang berakibat pada kebangkrutan antara lain: adanya keterlambat menyetorkan prefund (dana yang harus disetorkan ke BI sebelum kliring). Dalam peraturan dinyatakan bahwa setiap prefund harus disetorkan pukul 8.00 WIB. Kalau itu terlambat, maka kliring seluruhnya akan ditunda. (Kompas, Jumat, 14 November 2008) disamping itu, masalah lain adalah Bank Century dalam operasinya juga melakukan penjualan reksadana padahal bank ini tidak mempunyai perizinan untuk menjual Reksadana. Ketika di cek ke situs Bapepam, Bank Century tidak terdaftar sebagai APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana). Untuk mengurangi masalah dalam reksadana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum nasabah melakukan pembelian reksadana diantaranya:1) Memeriksa apakah tempat kita membeli reksadana tersebut


(3)

terdaftar sebagai APERD (Agen Penjual Efek Reksadana). 2). Memeriksa apakah reksadana yang kita beli telah terdaftar dan memiliki izin dari Bapepam LK. 3). Ada baiknya juga mengkonfirmasi apakah orang yang menjual Reksadana kepada anda memiliki izin sebagai Wakil Perusahaan Efek ataupun Wakil Agen Penjual Efek Reksadana (WAPERD). 4.) Jangan lupa untuk : Baca, Baca dan Baca kembali prospektus reksadana yang diterima. Sementara itu, untuk bank lain dalam hal ini Niaga, Tbk, Agro Niaga, Tbk, dan UOB Buana, Tbk. Baru menunjukkan kesulitan keuanggan saja belum sampai kepada tahap kebangkrutan.

B. Implikasi 1. Perusahaan

Apabila perusahaan mengalami financial distress maka perusahaan akan menanggung biaya langsung atau menbayar fee akuntan dan pangacara, sedangkan pembayaran biaya tidak langsung adalah kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan. Sehinnga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.

2. Investor

Model finacial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.


(4)

3. Akademisi

Penilaian model finacial distress akan menggunakan rasio keuangan dapat dijadikan tambahan pengetahuan sehingga berikutnya dapat digunakan alternatif dan cara yang lebih tepat yang dapat dijadikan alat memprediksi kondisi financial distress baik perusahaan perbankan ataupun perusahaan lain.

C. Keterbatasan

1. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada sektor perbankan 2. Proksi financial distress hanya terbatas pada laba bersih. D. Saran

1. Dapat menggunakan ukuran lain laba bersih negatif untuk memproksikan kondisi financial distress

2. Sampel perusahaan dapat ditambah dengan kelompok industri lain selain sektor perbankan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi (2003).

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI) Vol. 7 No. 2, Desember 2003. STIE Perbanas Surabaya.

Anggraini, Silvia, dan Toto Sugiharto.(2004). Analisis Zskore untuk menilai kinerja keuangan serta pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan perdagangan di BEJ. Majalah Ekonomi dan Komputer No.3 Tahun XII.

Antara News, Jum’at 14 Desember 2007.

Ariafinanda, Ryan. Skripsi “Analisis penggunaan Model Altman untuk menilai kebangkrutan pada peerusahannan perbankan go public di BEJ”, Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, 2006.

Araujo, Luis dan Raoul Minetti (2007). “ Financial Intermediaries As Market For Firm Assets”.The Economic Journal 117 October. 1380-1402.

Devie.(2003) “Strategi keuangan matriks, alat bantu keputusan investasi dan pembiayaan”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5 (1)

Gilarso,T. “ Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Jakarta, 2004 Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007.

Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, “Analisis Laporan Keuangan”, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta,2007.

Harahap, Sofyan Safari. “Analisi Kritis atas Laporan Keuangan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Kompas, Jumat, 14 November 2008

Kusumaningrum,Andriani. (2003) “Rasio Keuangan sebagai Alat Bantu Analisa dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, jurnal Ilmiah, Sinus,Vol.1 No.1.


(6)

Putong, Iskandar. ” Economics (Pengantar Makro dan Mikro)”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008.

Rahardja, Prathama. “ Pengantar Ilmu Ekonomi (makro dan mikro)”, FE UI, Jakarta, 2004.

Rinaldy, Eddie. ” Membaca Neraca Bank”, Indonesia Legal center Publishing, Jakrata, 2008.

Rodliyah, Siti. Skripsi “Penerapan Analisis Diskriminan Altman Untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan (studi kasus pada perusahaan tekstil dan produk tekstil yang tercatat di BEJ)”. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara ( USU ). 2003

Rodoni, Ahmad. “ Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, CSES Press, Jakarta, 2006

Ruswandi, Bambang “Modul Praktikum Statistik Multivariate” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2006

Sarwanih. Skripsi “Perbandingan model Altman dan Shumway dalam memprediksi jondisi defult (bangkrupty) suatu perusahaan”. Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.

Siswar, Dana dan Neldy Soejara (2003). “Pengaruh Perubahan Kondisi Ekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Dalam Bentuk Integrasi Rasio Model Altman (Suatu studi pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol 1. No.2, Agustus 2003. Universitas Syah Kuala.

Soekarno, Shinta, Anung Ralianto et al. “ Bangkitnya Perekonomian Asia Timur satu decade setelah krisis”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008.

Staikouras, P.K ; Staikouras, P.K. & Agoraki, M.K. (2007). The Efffecy of Board Size and Composition on Europian Bank Performance, “Europian Journal Law Economics”, 23 : 1-27.

Suliyanto. “ Analisis Data Pemasaran”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005. Supranto, Johanes. “Analisis Multivariate Arti dan Interpretasi”, PT.

Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

Tambunan, Tulus. “ Perekonomian Indonesia beberapa masalah penting”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.