Kajian Suhu Permukaan Laut dengan Menggunakan Citra Satelit Aqua MODIS dan Hasil Tangkapan Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhan Ratu

KAJIAN SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN
MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DAN
HASIL TANGKAPAN IKAN YANG DIDARATKAN DI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PALABUHAN RATU

WIDASARI AYU

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Suhu
Permukaan Laut dengan Menggunakan Citra Satelit Aqua MODIS dan Hasil
Tangkapan Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhan
Ratu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Widasari Ayu
NIM C54100031

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait

ABSTRAK
WIDASARI AYU. Kajian Suhu Permukaan Laut dengan Menggunakan Citra
Satelit Aqua MODIS dan Hasil Tangkapan Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan
Perikanan
Nusantara
Palabuhan
Ratu.
Dibimbing

oleh
JAMES
PARLINDUNGAN PANJAITAN.
Suhu Permukaan Laut disingkat (SPL) telah menghasilkan pengaruh
terhadap aktivitas ikan. Melalui teknologi inderaja, data SPL dapat diekstrak
untuk perhitungan secara efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melakukan pengolahan citra satelit Aqua MODIS guna mendapatkan nilai
SPL di daerah studi yang ditetapkan, mentabulasi data SPL untuk pembuatan peta
spasial menurut musim dan mencoba menguraikan keterkaitan SPL dengan hasil
tangkapan yang didaratan di PPN Palabuhan Ratu. Penelitian ini berlokasi pada
koordinat 8-12o LS dan 103-108o BT yang diduga merupakan daerah
penangkapan ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhan
Ratu. Untuk memenuhi tujuan di atas maka digunakan data SPL yang diekstrak
dari citra satelit Aqua MODIS, data SPL dari situs World Ocean Atlas, data
kecepatan angin permukaan laut dari server data ECMWF dan data hasil
tangkapan yang dikumpulkan dari pelabuhan perikanan. Diperoleh data SPL dari
tahun 2003-2013 yang dikelompokkan antara 24-30.42 oC. Juga dapat dilihat
bahwa data SPL yang diekstrak dari citra satelit Aqua MODIS memiliki kesamaan
dengan data SPL in-situ dan diuji secara statistik dengan koefisien korelasi 0.95.
Kenyataannya, SPL pada Musim Barat lebih tinggi dibandingkan dengan Musim

Timur karena posisi matahari yang berada di bagian bumi belahan selatan. Juga
diperoleh bahwa hasil tangkapan ikan dominan yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Palabuhan Ratu adalah Tuna Sirip Kuning (Thunnus
albacares) dan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Juga diketahui bahwa kedua
jenis ikan ini ditangkap sepanjang tahun di daerah penelitian. Relasi antara SPL
dan hasil tangkapan ikan menunjukkan kecenderungan peningkatan hasil
tangkapan ikan ketika SPL menurun. Pada Musim Timur diperoleh hasil
tangkapan puncak yang merupakan musim penangkapan ikan. Tetapi
bagaimanapun diperoleh hasil tangkapan ikan yang didaratkan lebih banyak
dibanding dengan Musim Barat. Hal ini disebabkan pada Musim Barat kondisi
laut tidak bersahabat karena tingginya kecepatan angin laut dan ombak besar.
Oleh karena itu kesimpulan singkat dari penelitian ini adalah relasi antara SPL
dan hasil tangkapan ikan yang didaratkan berada dalam hubungan yang sesuai
dengan kondisi di lokasi penelitian.
Kata kunci: Citra Aqua MODIS, Data SPL, Hasil Tangkapan Tuna Sirip Kuning
dan Cakalang

ABSTRACT
WIDASARI AYU. Study on Sea Surface Temperature Using Aqua MODIS
Satellite Imagery and Fish Catch Landed in Palabuhan Ratu Nusantara Fishing

Port. Supervised by JAMES PARLINDUNGAN PANJAITAN.
Sea Surface Temperature abbreviated (SST) have been realised an
influence on fish activity. By using remote sensing technology, SST data could be
generated to compute effectively and efficiently. The objectives of this study are to
undertake the Aqua MODIS image processing in order to get SST values of
intended study area, to tabulate the SST data in order to construct a SST spatial
map accordingly based on the season and try to elaborate the relation between
SST and the fish caught landed at Palabuhan Ratu Nusantara Fishing Port. The
location of the study at the coordinates 8-12o S and 103-108o E which is predicted
a fishing area for fish landed at Palabuhan Ratu Nusantara Fishing Port.
However, in order to pursue the above objective, it was used the data from SST
extracted from Aqua MODIS satellite imaging, SST data produce from World
Ocean Atlas, sea surface wind velocity data from ECMWF data server and fish
catch data collected from fishing port. It was obtained the SST data from year
2003-2013 to be ranged between 24-30.42 oC. It was also seen that SST generated
from satellite imagery were similiar with SST insitu data and the statically
coefficient correlation is 0.95. In fact, the SST occured when Western Monsoon
season are higher than Eastern Monsoon season due to the position of the sun at
that time is in the southern. It was also founded the dominant fish catch landed at
Palabuhan Ratu fishing port were Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) and

Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis). It was known that both of these species are
to be catching throughout the year. Relation between SST and fish catch shows a
tendency to an increase in production while SST decreases. In Eastern Monsoon
season shown fish catch on peak catching season, however fish catch landed were
higher than Western Monsoon season. This is because when Western Monsoon
Season the fishing ground is not friendly due to high wind velocity and big dea
wave. Finally concluded from this study were relation between SST and fish catch
landed in the have a good relationship which the same found in the location.
Keywords: Aqua MODIS Satellite Image, Skipjack Tuna and Yellowfin Tuna
Catch, SST Data

KAJIAN SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN
MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DAN
HASIL TANGKAPAN IKAN YANG DIDARATKAN DI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PALABUHAN RATU

WIDASARI AYU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Kajian Suhu Permukaan Laut dengan Menggunakan Citra Satelit
Aqua MODIS dan Hasil Tangkapan Ikan yang Didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhan Ratu
Nama
: Widasari Ayu
NIM
: C54100031

Disetujui oleh


Dr Ir James P. Panjaitan, MPhil
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ”Kajian Suhu Permukaan Laut dengan Menggunakan Citra
Satelit Aqua MODIS dan Hasil Tangkapan Ikan yang Didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhan Ratu”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. James P. Panjaitan, M.Phil selaku dosen pembimbing atas
bimbingan dan segala sarannya dalam pembuatan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA selaku penguji pada sidang
skripsi atas masukan untuk memperbaiki skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Jonson Lumban Gaol, M.Si dan Bapak Dr. Henry
Munandar Manik, S.Pi, MT selaku dosen Gugus Kendali Mutu atas
bimbingan dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Ketua Departemen, Ketua Komisi Pendidikan serta seluruh dosen yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar di Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan.
5. Situs Nasional Aeromatic Space Agency (http://www.oceancolor.gsfc.
nasa.gov). situs World Ocean Atlas (http://www.nodc.noaa.gov), situs
ECMWF Data Server (http://data-portal.ecmwf.int/), yang telah
menyediakan data yang dapat diunduh tanpa dikenakan biaya untuk
selanjutnya diolah oleh penulis.
6. Bapak Asep dari kantor PPN Palabuhan Ratu yang telah membantu
dalam pengambilan data hasil tangkapan ikan.
7. Bapak Irawan dan Ibu Kitin serta seluruh keluarga yang selalu
memberikan doa dan dukungan serta kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Widasari Ayu


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

METODE

1

Lokasi dan Waktu Penelitian

1

Bahan

2

Alat


2

Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

3

Pengolahan dan Analisis Data SPL

3

Pengolahan dan Analisis Data Angin Permukaan Laut

5

Pengolahan dan Analisis Data Hasil Tangkapan

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Spasial SPL pada Tahun 2003-2013

5
5

SPL Musim Barat

5

SPL Musim Peralihan 1

6

SPL Musim Timur

12

SPL Musim Peralihan 2

13

Perbandingan Data SPL dari Citra Satelit Aqua MODIS dan SPL In-Situ

19

SPL dari Citra Satelit Aqua MODIS dan SPL In-situ Tahun 2013

19

Perbandingan SPL Citra Satelit Aqua MODIS dan In-situ Tahun 2013

24

Hasil Tangkapan Ikan di PPN Palabuhan Ratu

25

Plotting Data SPL dan Hasil Tangkapan

27

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

31

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian terletak di selatan Pulau Jawa. Lokasi pengamatan
SPL terletak pada koordinat 103-108o BT dan 8-12o LS yang
merupakan daerah penangkapan ikan
2 Diagram alir pembuatan peta spasial SPL dari citra satelit Aqua
MODIS dan SPL in-situ yang didapatkan dari situs WOA
3 Diagram alir analisis SPL dari citra satelit Aqua MODIS
4 Diagram alir analisis data hasil tangkapan
5 Sebaran spasial SPL pada Musim Barat (Bulan Desember-Februari)
dari tahun 2003-2008
6 Sebaran spasial SPL pada Musim Barat (Bulan Desember-Februari)
dari tahun 2009-2013
7 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Barat
8 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 1 (Bulan Maret-Mei) dari
tahun 2003-2008
9 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 1 (Bulan Maret-Mei) dari
tahun 2009-2013
10 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Peralihan 1
11 Sebaran spasial SPL pada Musim Timur (Bulan Juni-Agustus) dari
tahun 2003-2008
12 Sebaran spasial SPL pada Musim Timur (Bulan Juni-Agustus) dari
tahun 2009-2013
13 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Timur
14 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 2 (Bulan SeptemberNovember) dari tahun 2003-2008
15 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 2 (Bulan SeptemberNovember) dari tahun 2009-2013
16 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Peralihan 2
17 Sebaran spasial SPL dari citra satelit Aqua MODIS per bulan pada
tahun 2013
18 Sebaran spasial SPL dari citra satelit Aqua MODIS per bulan pada
tahun 2013
19 Sebaran spasial SPL dari citra satelit Aqua MODIS per bulan pada
tahun 2013
20 Sebaran spasial SPL in-situ per bulan pada tahun 2013
21 Sebaran spasial SPL in-situ per bulan pada tahun 2013
22 Sebaran spasial SPL in-situ per bulan pada tahun 2013
23 Hasil validasi rata-rata SPL in-situ (WOA) dan SPL citra satelit Aqua
MODIS pada tahun 2013
24 Hasil tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning Bulan Desember tahun 2002
hingga Bulan November tahun 2013
25 Hasil tangkapan ikan Cakalang Bulan Desember tahun 2002 hingga
Bulan November tahun 2013
26 Fluktuasi SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning per bulan dari
Bulan Desember tahun 2002 hingga Bulan November tahun 2013
27 Fluktuasi rata-rata SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning per
bulan dari tahun 2003-2013

2
4
4
5
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
22
23
24
25
26
26
27
28

28 Distribusi data dan regresi linier antara SPL dan hasil tangkapan Tuna
Sirip Kuning pada tahun 2003-2013
29 Fluktuasi SPL dan hasil tangkapan Cakalang per bulan dari Bulan
Desember tahun 2002 hingga Bulan November tahun 2013
30 Fluktuasi rata-rata SPL dan hasil tangkapan Cakalang per bulan dari
tahun 2003-2013
31 Distribusi data dan regresi linier antara SPL dan hasil tangkapan
Cakalang pada tahun 2003-2013

28
29
29
30

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data rata-rata SPL dan rata-rata hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning dan
Cakalang dari tahun 2003-2013
2 Data hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning secara bulanan selama 11
tahun
3 Data hasil tangkapan Cakalang secara bulanan selama 11 tahun
4 Foto Ikan Tuna Sirip Kuning
5 Foto Ikan Cakalang
6 Tutorial pengolahan data SPL

33
33
34
34
34
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laut Selatan Jawa yang termasuk bagian dari Samudera Hindia Bagian
Timur merupakan perairan yang unik karena letak geografisnya yang dipengaruhi
oleh massa air yang berasal dari Samudera Hindia Bagian Barat dan massa air
yang berasal dari Samudera Pasifik (Amri 2013). Lokasi perairan ini berada dalam
sistem angin muson sehingga perairan tersebut dipengaruhi oleh sistem angin
muson. Intensitas cahaya yang berbeda menurut letak lintang juga akan
menciptakan perubahan yang terus menerus pada perairan, baik dalam
hubungannya dengan siklus harian maupun musimannya. Suhu Permukaan Laut
(SPL) merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat penting.
Perubahan SPL dan faktor lain seperti kedalaman, tekanan, salinitas akan
menciptakan keadaan lingkungan yang beraneka ragam (Gunarso 1985).
Perairan Samudera Hindia Bagian Timur juga dikenal kaya akan
sumberdaya ikan. Ikan yang dominan ditangkap adalah Ikan Tuna Sirip Kuning
dan Ikan Cakalang. Hasil tangkapan kedua ikan tersebut sangat fluktuatif secara
temporal. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai peranan yang besar terhadap
periode, migrasi musiman, serta terdapatnya ikan (Gunarso 1985).
Perkembangan teknologi penginderaan jauh (inderaja) merupakan alternatif
yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan data kondisi oseanografi, seperti data
SPL. Melalui teknologi inderaja data SPL dapat diperoleh secara efektif dan
efisien. Salah satu satelit yang dilengkapi oleh sensor yang dapat menerima emisi
dari permukaan laut adalah Aqua Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer (MODIS). Untuk mengetahui keterkaitan antara SPL dengan
keberadaan dan kelimpahan ikan di Laut Selatan Jawa, maka penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan mengingat Laut Selatan Jawa merupakan daerah
penangkapan ikan bagi nelayan sekitar.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengolah citra satelit Aqua MODIS guna
mendapatkan besaran nilai SPL, mentabulasi data SPL untuk pembuatan peta
spasial menurut musim dan menguraikan keterkaitan SPL dengan hasil tangkapan
yang didaratan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhan Ratu.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan laut lepas yang berada di Samudera Hindia
Bagian Timur tepatnya di selatan Pulau Jawa dengan koordinat 103–108o BT dan
8–12o LS (Gambar 1). Lokasi penelitian merupakan posisi daerah penangkapan
ikan yang didaratkan di PPN Palabuhan Ratu. Lokasi pengambilan data hasil

2

tangkapan ikan adalah PPN Palabuhan Ratu. Pemrosesan data dilaksanakan di
Laboratorium Komputasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilakukan pada Bulan Februari-September 2014.

Gambar 1 Lokasi penelitian terletak di selatan Pulau Jawa. Lokasi pengamatan
SPL terletak pada koordinat 103-108o BT dan 8-12o LS yang
merupakan daerah penangkapan ikan.

Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data citra satelit Aqua
MODIS level 3 dengan resolusi 4 km yang diunduh dari situs Nasional Aeromatic
Space Agency (http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov). Informasi yang terdapat di
dalam data ini yaitu lintang, bujur dan nilai rata-rata SPL. Data SPL in situ
didapatkan dari situs World Ocean Atlas (http://www.nodc.noaa.gov). Data angin
didapatkan dari situs European Centre for Medium-Range Weather Forecasts
(ECMWF) Data Server (http://data-portal.ecmwf.int/). Data hasil tangkapan ikan
didapat dari kantor PPN Palabuhan Ratu.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laptop dengan system
operasi Linux Ubuntu, perangkat lunak SeaWIFS Data Analysis System (SeaDas),
Microsoft Word 2013, Microsoft Excel 2013, WinRAR, Surfer 10 dan Ocean Data
View.

3
Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis data SPL
Satelit Aqua MODIS memiliki orbit polar selaras matahari (sun-synchronus)
yaitu satelit yang melewati kutub dan mengelilingi bumi dari kutub selatan ke
kutub utara (ascending node). Satelit ini berada pada ketinggian 705 km di atas
permukaan bumi (Maccherone 2010). Aqua MODIS memiliki 36 kanal dengan
resolusi serta panjang gelombang yang berbeda-beda sesuai dengan kegunaannya.
SPL dapat dideteksi dengan satelit yang dilakukan dengan sensor yang
menangkap radiasi infra merah. Pengukuran spektrum infra merah yang
dipancarkan oleh permukaan laut hanya memberikan informasi suhu pada lapisan
permukaan sampai kedalaman 0,1 mm (Gaol 2003).
Data SPL dapat diunduh melalui situs Ocean Color (Gambar 2) yang
dikelola oleh NASA (www.oceancolor.gsfc.nasa.gov). Data yang diunduh adalah
data level 3 composite data bulanan dengan resolusi spasial 4 km dengan format
Hierarchial Data Format (HDF). Data level 3 sudah mengalami koreksi
radiometrik dan atmosferik sehingga telah siap digunakan. Penelitian ini fokus
secara musiman agar terlihat fenomena-fenomena yang terjadi di daerah
penelitian. Maka dari itu citra yang diunduh merupakan data bulanan dari Bulan
Desember tahun 2002 hingga Bulan November tahun 2013 yang masing-masing
tahunnya mencakup 4 musim yaitu Musim Barat (Bulan Desember-Februari),
Musim Peralihan 1 (Bulan Maret-Mei), Musim Timur (Bulan Juni-Agustus) dan
Musim Peralihan 2 (Bulan September-November).
Pemotongan citra (cropping) dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak SeaDas (Gambar 2). Data yang telah diunduh dipotong sesuai dengan
wilayah pengamatan penelitian. Nilai rata-rata SPL berdasarkan posisi lintang dan
bujur akan didapatkan dari proses ini dalam fomat ASCII (Lampiran 6).
Data SPL yang telah diperoleh dari tahun 2002-2013 dengan format ASCII
dikelompokkan ke dalam Musim Barat, Musim Peralihan 1, Musim Timur dan
Musim Peralihan 2 dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.
Selanjutnya data hasil pengelompokkan menurut musim ini diproses lebih lanjut
dengan menggunakan perangkat lunak Surfer untuk mendapatkan peta spasial
SPL (Lampiran 6).
SPL in-situ didapat dari hasil unduhan dari situs WOA atau World Ocean
Atlas (http://www.nodc.noaa.gov). Pada situs yang dikelola oleh NOAA ini, data
koordinat berupa lintang dan bujur diperlukan untuk pemotongan daerah yang
diinginkan. Data yang diunduh berupa data SPL rata-rata secara statistik dengan
format *.csv. Data yang diunduh berupa data setiap bulan (Januari-Desember)
pada tahun 2013 yang kemudian diolah dengan perangkat lunak Surfer sehingga
menghasilkan peta spasial SPL (Gambar 2).
Analisis SPL dilakukan dengan membandingkan degradasi warna dan
bentuk konturnya secara musiman (Musim Barat, Musim Peralihan 1, Musim
Timur dan Musim Peralihan 2) (Gambar 3). Validasi data suhu in-situ dan suhu
yang didapat dari satelit dirata-ratakan secara bulanan pada tahun 2013 dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Validasi ini dilakukan
dengan membandingkan bentuk pola serta melihat nilai koefisien korelasinya.

4

Mulai
Download data citra di situs
Ocean Color dan data suhu insitu di situs WOA
Pengolahan data citra
menggunakan SeaDas pada
sistem operasi Linux Ubuntu
Sortir data
menggunakan
Microsoft Excel 2013

Visualisasi sebaran
spasial
menggunakan Surfer
(peta spasial SPL)

Korelasi suhu satelit dan
suhu in-situ menggunakan
Microsoft Excel

Selesai
Gambar 2 Diagram alir pembuatan peta spasial SPL dari citra satelit Aqua
MODIS dan SPL in-situ yang didapatkan dari situs WOA
Mulai
Peta spasial SPL

Musim Barat

Musim
Peralihan 1

Musim Timur

Perbandingan SPL
Selesai
Gambar 3 Diagram alir analisis SPL dari citra satelit Aqua MODIS

Musim
Peralihan 2

5
Pengolahan dan Analisis Data Angin Permukaan Laut
Data angin permukaan laut didapat dari ECMWF Data Server (http://dataportal.ecmwf.int/). Data yang diunduh adalah data setiap bulan (JanuariDesember) pada tahun 2013. Data yang telah diunduh berupa format *nc yang
kemudian diolah di Ocean Data View hingga dihasilkan format *txt. Data dengan
format *txt ini diolah di Surfer agar mendapatkan visualisasi vektor yang
bergradasi warna yang menunjukan kecepatan dan arah angin.
Pengolahan dan Analisis Data Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan ikan didapatkan dari jumlah ikan yang didaratkan di PPN
Palabuhan Ratu. Data yang diperoleh adalah data bulanan (Januari-Desember)
dari tahun 2003 hingga tahun 2013 yang ditangkap dengan mennggunakan alat
tangkap Gill Net. PPN Palabuhan Ratu terletak pada koordinat 6,988o LS dan
106,5477o BT (KKP 2009). Ikan yang didaratkan di PPN Palabuhan Ratu sangat
beragam namun ada dua jenis ikan yang dominan yaitu ikan Tuna Sirip Kuning
(Thunnus albacares) dan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Data hasil
tangkapan ditampilkan sesuai jenis ikan selama 11 tahun (Gambar 4).
Mulai
Hasil
tangkapan

Tuna Sirip
Kuning

Cakalang

Gambar 4 Diagram alir analisis data hasil tangkapan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Spasial SPL pada Tahun 2003-2013
SPL Musim Barat
Rentang SPL pada lokasi penelitian saat Musim Barat adalah 24.5-29.71 oC
dengan rata-rata sebesar 28.02 oC. Nilai SPL ini merupakan data rataan SPL
secara musiman selama 11 tahun (2003-2013), yaitu Musim Barat (Gambar 5 dan
6). Selama 11 tahun, warna yang paling terlihat berbeda adalah warna pada
gambar di tahun 2010 dan 2011. SPL paling tinggi sebesar 29.71 oC terjadi pada
tahun 2010. Warna kuning hingga oranye yang bersuhu 28-29 oC dengan rata-rata
suhu 28.63 oC sangat dominan pada tahun ini (Gambar 6). Fenomena La-nina
yang sangat kuat terjadi pada tahun 2010 sehingga mengakibatkan SPL meningkat
dari biasanya. Fenomena El-nino terjadi walaupun intensitasnya lemah, namun
SPL paling rendah terjadi sebesar 24.5 oC pada tahun 2011. Warna hijau yang

6

bersuhu 27-28 oC dengan rata-rata suhu 27.41 oC mendominasi pada tahun ini
(Gambar 6).
Samudera Hindia bagian timur dipengaruhi oleh sistem angin monsun, Arus
Lintas Indonesia (ARLINDO), El-Nino, dan Indian Ocean Dipole Mode (IODM),
maka dari itu perairan ini memiliki variabilitas karakter oseanografi yang sangat
tinggi. Pola SPL lebih dipengaruhi oleh perubahan musiman seperti angin muson
(Gaol 2003). Pola sirkulasi angin permukaan (Gambar 7) di atas perairan
Samudera Hindia Bagian Timur divisualisasikan dengan vektor berwarna biru
(kecepatan minimum) hingga merah (kecepatan maksimum). Pada Musim Barat
secara umum pola sirkulasi angin permukaan bergerak ke arah barat laut dengan
kecepatan rata-rata sebesar 4.4 m s-1 (Gambar 7). SPL pada Musim Barat
memiliki nilai yang tinggi karena pada musim ini Australia dan Laut Koral secara
rata-rata menerima bahang surya yang lebih besar dibandingkan dengan yang
diterima Asia Tenggara dan Laut Cina Selatan. Oleh sebab itu tekanan udara dekat
paras bumi di kawasan Australia menjadi lebih rendah dibandingkan Asia
Tenggara. Angin dan arus mendorong massa air hangat Indonesia lebih ke selatan
lagi (Ilahude dan Nontji 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawan et al
(2013) yang mengatakan bahwa pada Musim Barat matahari berada pada bumi
bagian selatan sehingga daerah yang berada di selatan mendapatkan pancaran
sinar matahari yang lebih banyak secara terus menerus, maka dari itu SPL pada
Musim Barat sangat tinggi.
SPL Musim Peralihan 1
SPL pada Musim Peralihan 1 (Gambar 8 dan 9) merupakan visualisasi dari
data rataan secara musiman selama 11 tahun (2003-2013). SPL pada Musim
Peralihan 1 memiliki rentang rentang SPL antara 26.14-30.42 oC dengan rata-rata
sebesar 28.73 oC. SPL di dekat daratan memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah lepas pantai. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengaruh dari daratan seperti sungai-sungai yang mengalir ke laut, pemukiman
penduduk, industri yang berada di pesisir, aktivitas perikanan di pesisir, serta
minyak buangan kapal. SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 30.42
o
C. Warna yang dominan adalah warna merah dengan suhu 29-30 oC dengan ratarata suhu 29.53 oC (Gambar 9). Pada tahun 2008 SPL terendah terjadi yaitu
sebesar 26.14 oC. Tahun 2008 memiliki dominan warna kuning dengan suhu 2829 oC dengan rata-rata suhu 28.41 oC (Gambar 8). Pada tahun ini IOD positif
terjadi walaupun intensitasnya lemah. IOD positif dan El-nino akan menimbulkan
upwelling. Upwelling adalah proses naiknya massa air dari lapisan dalam ke
lapisan permukaan. Musim Peralihan 1 merupakan peralihan dari Musim Barat ke
Musim Timur sehingga upwelling sudah mulai terjadi pada Bulan Mei (Gaol
2003). Pada musim ini, SPL cenderung lebih tinggi dari Musim Barat karena
masih ada pengaruh dari angin yang bertiup pada Musim Barat. Pada Musim
Peralihan 1 pola sirkulasi angin permukaan secara umum bergerak ke arah barat
laut walaupun pada Bulan Maret angin menuju arah tenggara. Kecepatan rata-rata
angin permukaan pada Musim Peralihan 1 sebesar 4.3 m s-1 (Gambar 10).

7

a) 2003

b) 2004

c) 2005

d) 2006

e) 2007
f) 2008
Gambar 5 Sebaran spasial SPL pada Musim Barat (Bulan Desember-Februari)
dari tahun 2003-2008

8

g) 2009

h) 2010

i) 2011

j) 2012

k) 2013
Gambar 6 Sebaran spasial SPL pada Musim Barat (Bulan Desember-Februari)
dari tahun 2009-2013

9

a) Desember

b) Januari

c) Februari
Gambar 7 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Barat

10

a) 2003

b) 2004

c) 2005

d) 2006

e) 2007
f) 2008
Gambar 8 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 1 (Bulan Maret-Mei) dari
tahun 2003-2008

11

g) 2009

h) 2010

i) 2011

j) 2012

k) 2013
Gambar 9 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 1 (Bulan Maret-Mei) dari
tahun 2009-2013

12

a) Maret

b) April

c) Mei
Gambar 10 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Peralihan 1
SPL Musim Timur
Musim Timur yang terjadi dari Bulan Juni-Agustus selama 11 tahun (20032013) memiliki rentang SPL antara 24-29.67 oC dan rata-rata sebesar 27.02 oC.
SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 29.67 oC. Pada tahun ini
warna yang dominan adalah warna hijau yang bersuhu 27-28 oC dengan rata-rata
suhu 27.58 oC (Gambar 12). SPL terendah sebesar 24 oC terjadi pada tahun 2008.
Warna yang dominan pada tahun 2008 adalah warna biru muda yang bersuhu 2627 oC dengan rata-rata suhu 26.38 oC (Gambar 11).
Pada Musim Timur SPL menurun diduga kuat karena dipengaruhi angin
Muson Tenggara yang intensitasnya semakin menguat seiring bertambahnya
bulan. Setiawan dan Habibi (2010) juga mengatakan bahwa pendinginan Laut
Indonesia disebabkan oleh interaksi angin monsun tenggara dengan laut. Pola
sirkulasi angin permukaan pada Musim Timur secara umum bergerak ke arah
barat laut dengan kecepatan rata-rata sebesar 6.9 m s-1. Kecepatan angin terbesar

13
terjadi pada musim ini tepatnya pada Bulan Juni sebesar 10.8 m s-1 (Gambar 13).
Angin dapat menyebabkan terjadinya upwelling yang merupakan daerah yang
memiliki potensi perikanan laut sangat besar (Martono 2009).
Meningkatnya intensitas upwelling dari Bulan Juni ke Agustus
meningkatkan aliran air dingin dari lapisan bawah ke permukaan. Kecenderungan
menurunnya SPL juga disebabkan oleh proses adveksi. Proses adveksi merupakan
proses transfer panas dari perairan ke atmosfer melalui media angin. Proses ini
akan menguat seiring dengan penguatan intensitas angin Muson Tenggara.
Penguatan proses adveksi berdampak pada makin banyaknya energi panas yang
dipindahkan dari perairan ke atmosfer, akibatnya suhu perairan cenderung
mengalami penurunan (Kunarso et al 2011).
Upwelling dipicu oleh anomali angin penguatan sepanjang pantai selatan
Sumatra serta Jawa dan angin timur di sepanjang khatulistiwa yang diindikasikan
dengan peristiwa IOD positif. Penguatan angin mendorong air menjauhi pantai,
maka massa air kosong terjadi di sepanjang pantai barat selatan Sumatra dan Jawa.
Lapisan permukaan air digantikan oleh lapisan yang berada di bawahnya
(upwelling terjadi). Upwellling membawa massa air yang kaya nutrisi ke
permukaan, sehingga meningkatkan produktivitas primer. Daerah upwelling
umumnya memiliki produktivitas yang tinggi dari ikan (Amri 2013).
SPL Musim Peralihan 2
Musim Peralihan 2 yang berlangsung dari Bulan September hingga Bulan
November memiliki rentang SPL antara 24.06-29.11 oC dan rata-rata sebesar
26.43 oC. SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 29.11 oC. Warna
yang dominan pada tahun ini adalah warna hijau yang bersuhu 27-28 oC dengan
rata-rata 27.45 oC (Gambar 15). Fenomena El-nino yang lemah terjadi pada tahun
2006 sehingga suhu paling rendah terjadi pada tahun ini yaitu sebesar 24.06 oC.
Tahun 2006 warna yang dominan adalah warna biru muda yang bersuhu 25-26 oC
dengan suhu rata-rata 25.68 oC (Gambar 14). Musim Peralihan 2 merupakan
peralihan dari Musim Timur ke Musim Barat. Pada musim ini, masih terjadi
upwelling yang diindikasikan karena masih adanya pengaruh dari musim timur.
Pola sirkulasi angin permukaan pada Musim Peralihan 2 secara umum bergerak ke
arah barat hingga barat laut dengan kecepatan rata-rata sebesar 6.3 m s-1 (Gambar
16).

14

a) 2003

b) 2004

c) 2005

d) 2006

e) 2007
f) 2008
Gambar 11 Sebaran spasial SPL pada Musim Timur (Bulan Juni-Agustus) dari
tahun 2003-2008

15

g) 2009

h) 2010

i) 2011

j) 2012

k) 2013
Gambar 12 Sebaran spasial SPL pada Musim Timur (Bulan Juni-Agustus) dari
tahun 2009-2013

16

a) Juni

b) Juli

c) Agustus
Gambar 13 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Timur

17

a) 2003

b) 2004

c) 2005

d) 2006

e) 2007
f) 2008
Gambar 14 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 2 (Bulan SeptemberNovember) dari tahun 2003-2008

18

g) 2009

h) 2010

i) 2011

j) 2012

k) 2013
Gambar 15 Sebaran spasial SPL pada Musim Peralihan 2 (Bulan SeptemberNovember) dari tahun 2009-2013

19

a) September

b) Oktober

c) November
Gambar 16 Pola pergerakan angin bulanan pada Musim Peralihan 2

Perbandingan Data SPL dari Citra Satelit Aqua MODIS dan SPL In-situ
SPL dari Citra Satelit Aqua MODIS dan SPL In-situ Tahun 2013
Visualisasi SPL pada tahun 2013 (Gambar 17-22) menunjukkan secara
umum bahwa pada Musim Barat SPL memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Musim Timur. Hal ini serupa dengan yang telah dilakukan
oleh Gaol et al (2014) yang mengatakan bahwa SPL pada Musim Barat lebih
tinggi dibandingkan dengan Musim Timur. Hasil ini diperoleh dari rataan SPL
secara bulanan selama tahun 2013 yang diperoleh dari citra satelit Aqua MODIS
dan secara in-situ dari World Ocean Atlas (WOA). Satelit mendapatkan data SPL
dari sensor yang menangkap radiasi infra merah. Radiasi yang diterima sensor
infra merah dari perairan hanya berasal dari lapisan permukaan dengan ketebalan
sekitar 0,1 mm (Gaol 2003). Suhu yang didapatkan dari WOA sebagian besar
diambil melalui ARGO floats, namun CTD, botol sampel, moored buoys, drifting
buoys, dan data glider juga disertakan (Reagan et al 2013). Metode ini sesuai

20

dengan yang pernah dilakukan oleh Gaol et al (2014) yaitu melakukan validasi
antara SPL yang berasal dari citra satelit dan SPL in-situ yang didapat dari WOA.
Daerah penelitian ini meliputi 103-108o BT dan 8-12o LS. Daerah ini dipilih
karena merupakan daerah penangkapan ikan yang didaratkan di PPN Palabuhan
Ratu.
SPL yang diperoleh dari citra satelit Aqua MODIS (Gambar 17, 18, 19)
memiliki rentang suhu antara 24-31.27 oC. Dipo et al (2011) meneliti di lokasi
pada koordinat 10o LU – 15o LS dan 90-125o BT menemukan bahwa rentang SPL
juga berkisar pada nilai yang sama yaitu 24-31 oC. Pada tahun ini, La-nina terjadi
sehingga nilai SPL cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.

a) Januari

b) Februari

c) Maret
d) April
Gambar 17 Sebaran spasial SPL dari citra satelit Aqua MODIS per bulan pada
tahun 2013

21

e) Mei

f) Juni

g) Juli

h) Agustus

i) September
j) Oktober
Gambar 18 Sebaran spasial SPL dari citra satelit Aqua MODIS per bulan pada
tahun 2013

22

k) November
l) Desember
Gambar 19 Sebaran spasial SPL dari citra satelit Aqua MODIS per bulan pada
tahun 2013
SPL dari Bulan Januari hingga Bulan Desember pada tahun 2013 yang
diambil dari WOA yang merupakan data in-situ (Gambar 20, 21, 22) memiliki
rentang suhu antara 24.01-31.31 oC. Terlihat perbedaan dari segi warna dan
kontur antara SPL in-situ dari WOA dengan SPL citra satelit. SPL citra satelit
memiliki kontur yang lebih rapat serta warna yang lebih bergradasi dibandingkan
dengan SPL dari WOA. Hal ini disebabkan oleh SPL in-situ memiliki data yang
lebih sedikit dibandingkan dengan SPL citra satelit yaitu hanya sekitar 180 data
(titik koordinat) per bulan. SPL citra satelit memiliki 259.200 data per bulan
sehingga visualisasi SPL citra satelit lebih halus (smooth) dari segi warna maupun
kontur.

a) Januari
b) Februari
Gambar 20 Sebaran spasial SPL in-situ per bulan pada tahun 2013.

23

c) Maret

d) April

e) Mei

f) Juni

g) Juli
h) Agustus
Gambar 21 Sebaran spasial SPL in-situ per bulan pada tahun 2013.

24

i) September

j) Oktober

k) November
l) Desember
Gambar 22 Sebaran spasial SPL in-situ per bulan pada tahun 2013.
Perbandingan SPL dari Citra Satelit Aqua MODIS dan In-situ Tahun 2013
SPL yang berasal dari citra satelit dibandingkan dengan menggunakan SPL
yang dari WOA yang merupakan data in-situ. Data bulanan selama tahun 2013
dirata-ratakan dan dibandingkan pada satu grafik (Gambar 23). Persamaan regresi
antara SPL dari satelit dan SPL in-situ yaitu y = 0.9167x +2.5136 dengan nilai
koefisien korelasi sebesar 0.95 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0.89 atau
dengan kata lain SPL citra satelit dapat mewakili sebesar 89% suhu in-situ. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu dari citra satelit dapat merepresentasikan keadaan
sebenarnya pada lokasi penelitian.

25
29,5
y = 0,9167x + 2,5136
R² = 0,8942

SPL dari MODIS (oC)

29
28,5
28
27,5
27
26,5
26
26

26,5

27

27,5

28

28,5

29

SPL dari WOA (oC)

Gambar 23 Hasil validasi rata-rata SPL in-situ (WOA) dan SPL dari citra satelt
Aqua MODIS pada tahun 2013

Hasil Tangkapan Ikan di PPN Palabuhan Ratu
Hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Palabuhan Ratu terdiri dari
beraneka ragam jenis ikan pelagis, baik ikan pelagis besar maupun ikan pelagis
kecil. Hasil tangkapan yang dominan terdiri dari dua spesies ikan, yaitu ikan Tuna
Sirip Kuning (Lampiran 4) dan Cakalang (Lampiran 5). Penangkapan kedua jenis
ikan ini dapat dilakukan sepanjang tahun di lokasi penelitian. Data hasil
tangkapan setiap bulannya selama 11 tahun dari tahun 2003 hingga tahun 2013
menunjukkan bahwa kedua spesies tersebut memiliki fluktuasi yang cenderung
meningkat setiap tahunnya. Namun terdapat data yang kosong karena hilangnya
data dari kantor PPN Palabuhan Ratu (Lampiran 2 dan 3).
Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) merupakan salah satu jenis
ikan pelagis besar. Ikan dari kelas Actinopterygii ini hidup dan tersebar di
perairan terbuka di laut tropis maupun subtropis yang bersuhu antara 15-31 oC.
Suhu optimum Tuna Sirip Kuning untuk hidup adalah sekitar 13-24 oC (Mohri
dan Nishida 2000). Namun Tuna Sirip Kuning masih dapat ditangkap sepanjang
tahun di perairan Indonesia karena Tuna Sirip Kuning dapat hidup hingga suhu 31
o
C (Luna 1988). Spesies yang berasal dari ordo Perciformes dan famili
Scrombidae ini hidup secara bergerombol (schooling) berdasarkan ukuran, baik
dengan spesies yang sama maupun berbeda (multi-spesies). Makanan Tuna Sirip
Kuning ini berupa ikan, krustasea dan cumi-cumi. Ikan ini merupakan ikan
ekonomis penting yang dipasarkan dengan cara beku, kaleng, segar ataupun di
asap. Ikan ini dihargai sangat tinggi untuk sashimi (Luna 1988). Data hasil
tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning dari Bulan Desember tahun 2002 hingga Bulan
November tahun 2013 secara time series berfluktuatif (Gambar 24). Hasil
tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning paling tinggi berada pada Bulan September
tahun 2006 yaitu sebanyak 15035 Kg (Gambar 24). Hasil tangkapan paling rendah
terjadi Bulan Mei tahun 2011 sebanyak 9 Kg (Gambar 24).

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Desember
Mei
Oktober
Maret
Agustus
Januari
Juni
November
April
September
Februari
Juli
Desember
Mei
Oktober
Maret
Agustus
Januari
Juni
November
April
September
Februari
Juli
Desember
Mei
Oktober

Hasil Tangkapan Tuna Sirip Kunging
(Ton)

26

20 2003
02

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Bulan, Tahun

Gambar 24 Hasil tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning Bulan Desember tahun 2002
hingga Bulan November tahun 2013

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Desember
Mei
Oktober
Maret
Agustus
Januari
Juni
November
April
September
Februari
Juli
Desember
Mei
Oktober
Maret
Agustus
Januari
Juni
November
April
September
Februari
Juli
Desember
Mei
Oktober

Hasil Tangkapan Cakalang (Ton)

Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan ikan pelagis yang hidup di
perairan laut lepas. Ikan ini dapat hidup hingga kedalaman 260 m di bawah
permukaan laut dengan suhu 20-30 oC. Namun pada cakalang dewasa dapat
ditemukan pada perairan dengan suhu hingga 15 oC. Cakalang memakan ikan
kecil, moluska, krustasea, dan cephalopods. Memakan sesama jenis pun biasa
terjadi pada spesies ini. Cakalang dipasarkan dengan cara segar, beku, kaleng, asin,
maupun diasap (Luna 1988). Hasil tangkapan ikan Cakalang paling tinggi berada
pada Bulan Juli tahun 2003 yaitu sebanyak 159668 Kg (Gambar 25). Bulan April
tahun 2011 yaitu sebanyak 70 kg (Gambar 25).

20 2003
02

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Bulan, Tahun

Gambar 25 Hasil tangkapan ikan Cakalang Bulan Desember tahun 2002 hingga
Bulan November tahun 2013

27
Plotting Data SPL dan Hasil Tangkapan
SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning dari tahun 2003-2013 per bulan
secara umum menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan hasil tangkapan
Tuna Sirip Kuning pada saat SPL menurun (Gambar 26). Rata-rata hasil
tangkapan Tuna Sirip Kuning pada Musim Timur lebih besar dari Musim Barat
yaitu sebesar 1164.42 Kg dengan rata-rata SPL pada Musim Timur sebesar 27.02
o
C. Pada Musim Barat rata-rata hasil tangkapan Tua Sirip Kuning sebesar 340.36
Kg dengan rata-rata SPL sebesar 28.02 oC. Gambar 27 menunjukkan fluktuasi
rata-rata SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning per bulan dari tahun 20032013. Puncak hasil tangkapan tertinggi Tuna Sirip Kuning terjadi pada akhir
Musim Timur dan awal Musim Peralihan 2 yaitu tepatnya pada Bulan September
sebesar 3366.82 Kg (Lampiran 1). Pada musim timur sering terjadi upwelling
karena dipengaruhi angin Muson Tenggara yang intensitasnya semakin menguat.
Daerah upwelling umumnya memiliki produktivitas yang tinggi dari ikan (Amri
2013). Bulan September mengalami masa puncak hail tangkapan karena adanya
time lag antara kejadian upwelling dengan kesuburan perairan, sehingga ikan
banyak pada Bulan September.
Korelasi antara SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning ditunjukkan
dengan regresi linear melalui koefisien determinasi dan koefisien korelasi pada
tahun 2003-2013 (Gambar 28). Regresi linier antara SPL dan hasil tangkapan
Tuna Sirip Kuning secara umum memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan
persamaan y = -914.03x + 26300. Nilai koefisien korelasi antara SPL dan hasil
tangkapan Tuna Sirip Kuning adalah 0.47 dengan koefisien determinasi sebesar
0.22. Koefisien korelasi bernilai negatif, yang artinya berlawanan arah, jika SPL
tinggi maka hasil tangkapan semakin menurun. Nilai koefisien korelasi yang
berada diantara 0.4-0.7 maka hubungan antara SPL dengan hasil tangkapan Tuna
Sirip Kuning dapat dinyatakan cukup tinggi (Sarwono 2006).

31
30
29
28
27
26
25
24
23
22

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Hasil Tangkapan Tuna Sirip Kuning
(Ton)

Tuna Sirip Kuning

Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni
Desember
Juni

SPL (oC)

SPL

20 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
02

Bulan, Tahun

Gambar 26 Fluktuasi SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning per bulan dari
Bulan Desember tahun 2002 hingga Bulan November tahun 2013

28

Tuna Sirip Kuning

29,5
29
28,5
28
27,5
27
26,5
26
25,5
25
24,5

4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

Hasil Tangkapan Tuna Sirip Kuning
(Ton)

SPL (oC)

SPL

Bulan

Gambar 27 Fluktuasi rata-rata SPL dan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning per
bulan dari tahun 2003-2013

Hasil Tangkapan Tuna Sirip Kuning
(Ton)

16
14
12
10
8
6
4
2

y = -914.03x + 26300
R² = 0.2224

0
24

25

26

27

28

29

30

31

SPL (oC)

Gambar 28 Distribusi data dan regresi linier antara SPL dan hasil tangkapan Tuna
Sirip Kuning pada tahun 2003-2013
SPL dan hasil tangkapan Cakalang per bulan pada tahun 2003-2013 secara
umum menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan hasil tangkapan pada
saat SPL menurun (Gambar 29). Hasil tangkapan Cakalang mulai meningkat pada
Bulan Juni dan mengalami puncak hasil tangkapan pada Bulan September
kemudian kembali menurun pada Bulan Oktober (Gambar 30). Hal ini
menunjukkan bahwa Cakalang dapat ditangkap sepanjang tahun di lokasi
penelitian namun hasil tangkapannya berbeda setiap musimnya. Setiawan et al
(2013) juga menyatakan bahwa ikan Cakalang dapat ditangkap sepanjang tahun di
Indonesia. Rata-rata hasil tangkapan Cakalang pada Musim Timur lebih besar
dibandingkan degan Musim Barat yaitu sebesar 22798.85 Kg. Rata-rata hasil
tangkapan paling rendah terjadi pada Musim Barat yaitu sebesar 4313.12 Kg.

29
Korelasi antara SPL dan hasil tangkapan Cakalang ditunjukkan dengan
regresi linear melalui koefisien determinasi dan koefisien korelasi pada tahun
2003-2013 (Gambar 31). Regresi linier antara SPL dan hasil tangkapan Cakalang
memiliki korelasi yang negatif atau berlawanan arah, jika SPL tinggi maka hasil
tangkapan semakin menurun, dengan persamaan y = -11717x + 338668. Nilai
koefisien korelasi antara SPL dan hasil tangkapan Cakalang adalah 0.47 dengan
koefisien determinasi sebesar 0.22. Nilai koefisien korelasi yang berada diantara
0.4-0.7 maka hubungan antara SPL dengan hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning
dapat dinyatakan cukup tinggi (Sarwono 2006).

31
30
29
28
27
26
25
24
23
22

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

20 2003
02

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Hasil Tangkapan Cakalang (Ton)

Cakalang

Desember
Mei
Oktober
Maret
Agustus
Januari
Juni
November
April
September
Februari
Juli
Desember
Mei
Oktober
Maret
Agustus
Januari
Juni
November
April
September
Februari
Juli
Desember
Mei
Oktober

SPL (oC)

SPL

2012 2013

Bulan, Tahun

Gambar 29 Fluktuasi SPL dan hasil tangkapan Cakalang per bulan dari Bulan
Desember tahun 2002 hingga Bulan November tahun 2013
Cakalang

29,5
29
28,5
28
27,5
27
26,5
26
25,5
25
24,5

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Hasil Tangkapan Cakalang (Ton)

SPL (oC)

SPL

Bulan

Gambar 30 Fluktuasi rata-rata SPL dan hasil tangkapan Cakalang per bulan dari
tahun 2003-2013

30

Hasil Tangkapan Cakalang (Ton)

180
160
140
120
100
80
60
40
20

y = -11717x + 338668
R² = 0,218

0
24

25

26

27

28

SPL

29

30

31

(oC)

Gambar 31 Distribusi data dan regresi linier antara SPL dan hasil tangkapan
Cakalang pada tahun 2003-2013

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dalam penelitian ini telah didemonstrasikan untuk mengekstrak data SPL di
daerah penelitian dari citra satelit Aqua MODIS. Hasil ekstraksi data SPL dari
citra satelit Aqua MODIS yang telah berhasil ditampilkan dalam bentuk peta
spasial dari tahun 2003-2013 yang dapat dianalisa untuk mengambil kesimpulan
keterkaitan antara SPL dan hasil tangkapan. Secara keseluruhan SPL pada tahun
2003-2013 berkisar antara 24-30.42 oC. SPL di Samudera Hindia Bagian Timur
dipengaruhi oleh sistem angin monsun. SPL pada Musim Barat lebih tinggi
dibandingkan dengan Musim Timur karena pada saat Musim Barat matahari
berada pada bumi bagian selatan sehingga daerah yang berada di selatan
mendapatkan pancaran sinar matahari yang lebih banyak secara terus menerus dan
pada Musim Timur sebaliknya. SPL di dekat daratan memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah lepas pantai. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengaruh dari daratan seperti sungai-sungai yang mengalir ke laut, pemukiman
penduduk, industri yang berada di pesisir, aktivitas perikanan di pesisir, serta
minyak buangan kapal. Sirkulasi angin permukaan di belahan bumi bagian selatan
Samudera Hindia sepanjang tahun berkembang angin pasat tenggara dan pola
sirkulasi angin permukaannya relatif konstan sepanjang tahun, yaitu bergerak ke
arah barat dan barat laut. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis bagian selatan
ekuator yang merupakan perairan terbuka.
Hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Palabuhan Ratu terdiri dari
dua spesies ikan, yaitu Tuna Sirip Kuning dan Cakalang. Kedua spesies tersebut
dapat ditangkap sepanjang tahun di lokasi penelitian. SPL dan hasil tangkapan
secara umum menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan hasil tangkapan
pada saat SPL menurun (26-27 oC). Pada Musim Timur hasil tangkapan ikan rata-

31
rata mengalami masa puncak, hasil tangkapannya lebih tinggi dibandingkan
dengan pada saat Musim Barat. Dari penelitian ini juga telah berhasil diurai
bagaimana SPL dan hasil tangkapan di daerah penelitian yang menunjukkan
bahwa SPL dan hasil tangkapan memiliki korelasi yang cukup erat sesuai dengan
fakta di lapangan.

Saran
Saran dari penelitian ini adalah agar informasi daerah penangkapan ikan
secara geografis (letak koordinat) setiap jenis ikan dibutuhkan supaya mendapat
hasil yang lebih rinci. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data
Catch per Unit Effort (CPUE) supaya dihitung hubungan antara SPL dan CPUE di
daerah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Amri K, Suman A, Irianto HE, Wudianto. 2013. Impact of dipole mode and Elnino events on catches of Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) in The Eastern
Indian Ocean off West Java. Journal IOTC-WPTT. 15(10).
Dipo P, Nurjaya IW, Syamsudin F. 2011. Karakteristik oseanografi fisik di
perairan Samudera Hindia Timur pada saat fenomena Indian Ocean Dipole
(IOD) fase positif tahun 1994/1995, 1997/1998, dan 2006/2007. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis. 3(2):71-84.
Gaol JL. 2003. Kajian karakter oseanografi Samudera Hindia bagian timur dengan
menggunakan multi sensor citra satelit dan hubungannya dengan hasil
tangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Gaol JL, Arhatin RE, Ling MM. 2014. Pemetaan suhu permukaan laut dari satelit
di perairan Indonesia untuk mendukung “one map policy”. Di dalam: Deteksi
Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh. Seminar Nasional
Penginderaan Jauh 2014. hlm 433-442.
Gunarso W. 1985. Tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan alat, metoda,
dan taktik penangkapan. Bogor (ID). IPB Pr.
Ilahude AG, Nontji A. 1999. Oseanografi Indonesia dan perubahan iklim global
(El-nino dan La-nina). Kita dan Perubahan Iklim Global: Kasus El-nino - Lanina. Akademi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia; 1999 Mei 18-19; Jakarta,
Indonesia. Jakarta (ID). LIPI; [diunduh 2014 Mar 9]. Tersedia pada;
www.coremap.or.id/downloads/0737.pdf
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2009. PPN Palabuhan Ratu. KKP
[Internet]. [Diacu 2014 Jul 5]. Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/pelabuhan/
index.php/welcome/profil_pelabuhan/pv12/151/
Kunarso, Hadi S, Ningsih NS, Baskoro MS. 2011. Variabilitas suhu dan klorofil-a
di daerah upwelling pada variasi kejadian ENSO dan IOD di perairan selatan
Jawa sampai Timor. Ilmu Kelautan. 16(3):171-180.

32

Luna M. 1988. Katsuwonus pelamis – skipjack tuna. FISHBASE [Internet].
[Diacu 2014 Aug 6]. Tersedia pada: http://www.fishbase.org/summary/
Katsuwonus-pelamis.html
Luna M. 1988. Thunnus albacares – yellowfin tuna. FISHBASE [Internet]. [Diacu
2014 Aug 6]. Tersedia pada: http://www.fishbase.org/summary/Thunnusalbacares.html
Maccherone B. 2010. About MODIS. NASA [Internet]. [Diacu 2014 Jul 1].
Tersedia pada: http://modis.gsfc.nasa.gov/about.
Martono. 2009. Karakteristik dan variabilitas bulanan angin permukaan di
perairan Samudera Hindia. Makara, Sains. 13(2):157-162.
Mohri M, Nishida T. 2000. Consideration of distribution of adult Yellowfin Tuna
(Thunnus albacares) in the Indian Ocean based on Japanese tuna longline
fisheries and and survey information. Journal of National Fisheries University.
49(1):1-11.
Reagan J, Boyer T, Antonov J. 2013. Comparison analysis between aquarius sea
surface salinity and World ocean database in situ analyzed sea surface salinity.
8th Aquarius-SAC/D Science Meeting; 2013 Nov 12-14; Buenos Aires,
Argentina. Buenos Aires (AR). NOAA; [diunduh 2014 Jul 25]. Tersedia pada:
cicsmd.umd.edu/assets/1/7/3.2_Reagan.pdf
Sarwono J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta (ID).
Graha Ilmu.
Setiawan AN, Dhahiyat Y, Purba NP. 2013. Variasi sebaran suhu dan klorofil-a
akibat pengaruh Arlindo terhadap distribusi ikan cakalang di Selat Lombok.
Jurnal Depik. 2(2):58-69.
Setiawan RY, Habibi A. 2010. SST Cooling in The Indonesian Seas. Ilmu
Kelautan. 15(1):42-46.

33
Lampiran 1 Data rata-rata SPL dan rata-rata hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning
dan Cakalang yang ditangkap dengan alat tangkap Gill Net dari
tahun 2003-2013
SPL
Tuna Sirip Kuning
28.11415
455.0
Januari
28.35884
198.1
Februari
28.66674
162.1
Maret
28.92857
185.6
April
28.58948
232.9
Mei
27.91765
668.0
Juni
26.95418
1079.0
Juli
26.20115
1746.3
Agustus
26.02831
3366.8
September
26.32187
2199.6
Oktober
1099.0
November 26.98184
368.0
Desember 27.61674

Cakalang
3690.2
2683.5
4502.5
3112.9
6155.0
16889.0
27138.7
24368.8
39791.6
32183.0
11966.6
6565.6

Lampiran 2 Data hasil tangkapan Tuna Sirip Kuning secara bulanan selama 11
tahun
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

2003 2004 2005 2006
1254
73 319
345
0 612 359
838
0 998 285
88
0 438
38
654
86
0 724
460
174 418
34
787
6541 608 104
994
9338 643 2187 1632
6614 1319 1183 15035
9692 566 127
969
2658 1328 397 1581
840 412
73
892

Tahun
2007 2008
2585 264
304
66
402
10
513
0
332 741
1556 3678
915 1704
667 1299
1147 2240
1595 1566
765 269
1392
0

2009 2010 2011 2012 2013
0 165
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
297
60
42
0
0
176
34
9
0
0

Dokumen yang terkait

Analisis Konsentrasi Klorofil-adan Suhu Permukaan Laut dari Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Malaka

4 39 88

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit aqua modis serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan lemuru di perairan selat bali.

2 56 135

Variabilitas suhu permukaan laut di Laut Jawa dari citra satelit Aqua MODIS dan Terra MODIS

4 23 76

Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a dari Citra Aqua-Modis Dan Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Sunda.

7 21 113

Hubungan Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan Subang Menggunakan Citra Satelit MODIS.

4 14 106

Analisis Konsentrasi Klorofil-adan Suhu Permukaan Laut dari Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Malaka

0 0 15

Analisis Konsentrasi Klorofil-adan Suhu Permukaan Laut dari Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Malaka

0 0 2

Analisis Konsentrasi Klorofil-adan Suhu Permukaan Laut dari Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Malaka

0 0 4

Analisis Konsentrasi Klorofil-adan Suhu Permukaan Laut dari Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Malaka

0 0 11

Analisis Konsentrasi Klorofil-adan Suhu Permukaan Laut dari Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Malaka

0 0 3