Perancangan Buku Komik Bobodoran Kang Ibing
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU KOMIK BOBODORAN KANG IBING
DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2014/2015
Oleh:
Aris Nugraha 51910030
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
(3)
(4)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan perancangan ini. Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan program studi strata I dan sebagai bahan untuk mata kuliah Tugas akhir pada program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dengan kerendahan hati kepada:
- Dodi Nursaiman, M.Ds selaku dosen pembimbing atas semua pengarahan, saran dan semangat untuk bisa menyelesaikan perancangan ini.
- Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik yang terlibat dan membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam perancangan dan penulisan Tugas Akhir ini.
Dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, semoga penelitian dan perancangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukanya.
Bandung, Februari 2015
(5)
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
KOSAKATA/GLOSSARY ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 3
I.3 Rumusan Masalah ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 4
I.5 Tujuan Perancangan ... 4
I.6 Manfaat Perancangan ... 4
BAB II BUKU KOMIK BOBODORAN KANG IBING ... 5
II.1 Pengertian Buku Komik ... 5
II.1.1 Pengertian Buku ... 5
II.1.2 Pengertian Komik ... 5
II.1.3 Sejarah Komik di Indonesia ... 6
II.1.4 Ciri Dan Komponen Pada Komik ... 8
II.1.5 Fungsi Dan Jenis Komik ... 10
II.2 Bobodoran... 13
II.2.1 Bobodoran Bagian Dari Masyarakat Sunda ... 16
II.2.2 Isi Cerita Bobodoran ... 16
II.2.3 Kandungan Pesan Bobodoran ... 17
(6)
vii
II.3.1 Kang Ibing Sebagai Salah Satu Identitas Sunda ... 19
II.3.2 Nilai Bobodoran Sunda (Kang Ibing) Bagi Masyarakat Sunda... 20
II.3.3 Keunggulan Bobodoran Sunda (Kang Ibing) ... 21
II.3.4 Sebagian Bobodoran Kang Ibing di Radio Mara ... 22
II.4 Solusi Permasalahan ... 27
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 28
III.1 Strategi Perancangan ... 28
III.1.1 Target Audience ... 28
III.1.2 Pendekatan Komunikasi... 29
III.1.3 Strategi Kreatif ... 31
III.1.4 Strategi Media ... 33
III.1.5 Strategi Distribusi ... 34
III.2 Konsep Visual ... 36
III.2.1 Format Desain ... 37
III.2.2 Tata Letak Dan Panel ... 37
III.2.3 Tipografi ... 38
III.2.3.1 Tipografi Judul ... 38
III.2.3.2 Tipografi Narasi Dan Dialog Balon Kata ... 38
III.2.4 Studi Illustrasi ... 39
III.2.4.1 Studi Karakter ... 39
III.2.4.2 Studi Lokasi ... 41
III.2.5 Studi Warna ... 43
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 44
IV.1 Media Utama ... 44
IV.2 Media Pendukung ... 47
IV.2.1 Poster... 48
IV.2.2 Flyer ... 49
IV.2.3 Baju ... 50
IV.2.4 X-Banner ... 51
IV.2.5 Gelas Mug ... 52
(7)
viii
DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN ... 56
(8)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Keseharian masyarakat di Indonesia selalu diisi dengan sosialisasi, salah satu bentuk komunikasi dalam bersosialisasi yaitu dengan celoteh, baik celotehan dengan teman ataupun keluarga. Dari celotehan-celotehan dan cerita-cerita kecil di warung, di teras rumah, atau di lingkungan sekitar, akhirnya muncullah anekdot di kalangan masyarakat. Banyak dari anekdot itu yang kemudian terkenal di kalangan masyarakat. Sementara di tatar Sunda atau Bumi Parahyangan (Jawa Barat), anekdot ini biasa disebut dengan carita bodor atau kemudian dikenal dengan bodor sunda (cerita lucu dari Sunda). Dalam pentas-pentas seni seperti wayang, kabaret dan acara "borangan" (ngabodor sorangan) selalu terselip beberapa adegan lucu (bodor) yang kemudian menjadi hiburan khas bagi penikmatnya, bahkan beberapa pentas seni dari budaya sunda memang ada yang menceritakan tentang bobodoran sunda. Sebut saja si Cepot pada pentas seni wayang golek atau tokoh Kabayan yang berlatar belakang budaya sunda yang telah dikenal di indonesia karena sudah diangkat pada layar lebar.
Berawal dari masyarakat sunda yang selalu membuat anekdot tersebut, dan dalam kesehariannya pun selalu diisi dengan hal-hal yang lucu baik dari tingkah laku, cara bicara ataupun dengan memandang orang lain dalam segi kelucuan. Oleh sebab itu masyarakat sunda sudah tak asing lagi mendengar celetukan-celetukan ala Sunda yang sering didengar. Begitu pula dengan salah satu tokoh Sunda yang suka ngabodor, seperti halnya Almarhum Kang Ibing. Dalam perkembangan kebudayaan sunda khususnya dalam hal bobodoran Kang Ibing cukup berpengaruh, masyarakat sunda mengenal Kang Ibing sebagai seniman sunda yang selalu membawakan bobodoran (cerita-cerita lucu).
Biasanya Kang Ibing menyisipkan bobodoran ketika Kang Ibing berdakwah, siaran radio, ataupun ketika akting dalam dunia seni peran. Bobodoran yang dikeluarkan
(9)
2 oleh Kang Ibing baik itu ketika berdakwah, siaran radio, ataupun dalam akting direspon baik oleh masyarakat sunda, masyarakat sunda menyukai bobodoran yang dibawakan oleh Kang Ibing karena isi dari bobodoran Kang Ibing berisi tentang perilaku sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat sunda dengan pembawaan yang jenaka.
Nama Kang Ibing sendiri sebenarnya hanyalah tokoh fiktif dari seorang seniman sunda yang bernama asli Raden Aang Kusmayatna Kusumadinata, awal kenapa Raden Aang Kusumayatna Kusumadinata terjadi pada tahun 1970 ketika Kang Ibing mengisi siaran di radio Mara, dan ini adalah salah satu penggalan bobodoran Kang Ibing ketika di radio Mara,
Dihiji kelas SD guru keur nerangkeun poe kiamat.
Ceuk guruna "barudak tah dina poe kiamat teh engke gunung gunung cing jalegur diadu laut bakal bahe..
" Can tamat nerangkeun cung teh si Oon ngacung. "Tumaros pa guru? ari engke pas poe kiamat sakola libur teu?"
"atuh nya… heueuuuuh Ooooooon pan maraooooottttt kabeh ge"
(Seperti dikutip Faturrochman, 2010) "Nama Ibing sendiri didapat ketika Raden Aang siaran di radio mara, Raden Aang sendiri sangat mengagumi pelawak " bing slamet" oleh karena itu Raden Aang mengambil nama "bing" dari bing slamet dan menambahkan huruf " I " didepannya agar terlihat berbeda. Sebagai pelengkapnya, digunakan kata “Kang” yang juga berfungsi sebagai panggilan terhadap orang yang lebih tua, khususnya di daerah Parahiyangan. Dengan demikian, jadilah panggilan “Kang Ibing” yang melekat dan lebih dikenal oleh masyarat Sunda khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya". Kebetulan juga, kang ibing memang gemar pada gerakan ibing penca, jadi sangat sesuai menggunakan panggilan “Kang Ibing”.
(10)
3 Bobodoran dari kang Ibing sangat kental dengan bahasa sundanya, karena kang ibing adalah seorang seniman yang ingin mengenalkan dan mengangkat budayanya itu. Akan tetapi, bentuk bobodoran sekarang sangat berbeda dengan bobodoran kang ibing, dimana bentuk bobodoran jaman sekarang lebih menjatukan orang sebagai sasaran bahkan juga bisa menyakiti seseorang hanya untuk membuat target audiens. itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ada pada bobodoran kang ibing, dimana kang ibing tidak menghina atau bahkan menyakiti orang yang menjadi sasaran bobodorannya.
I.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan beberapa identifikasi masalah, diantaranya:
- Pengetahuan dan apresiasi terhadap kebudayan lokal khususnya bobodoran yang dianggap ketinggalan jaman dan kurang menarik.
- Belum adanya bobodoran dari Kang Ibing yang dibuat dalam bentuk komik atau illustrasi
- Penggunaan bahasa Sunda dalam bobodoran yang tidak dipahami secara bahasa karena kurangnya pengetahuan terhadap arti dari kosakata bahasa Sunda.
I.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: - Bagaimana menggambarkan bobodoran dari kang Ibing melalui visual kartun
komik yang diambil dari beberapa bobodoran kang ibing ketika kang Ibing masih aktif siaran di radio Mara, dan bobodoran yang diambil pun pada tahun 1989.
(11)
4 I.4. Batasan Masalah
Setelah rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang digunakan adalah: - Bobodoran kang Ibing ketika di radio Mara pada tahun 1989.
- Menggunakan gaya visual kartun sebagai pendekatan visual jaman sekarang sehingga lebih mudah diterima, menarik, dan bisa diminati.
- Menggunakan gaya verbal dan tata bahasa ketika Kang Ibing membawakan bobodorannya pada tahun 1989
I.5. Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini adalah untuk mengenalkan kembali salah satu budaya lokal turun temurun di Indonesia khususnya Bandung yaitu bobodoran yang akan dikemas dengan cerita bobodoran yang isi ceritanya berasal dari kumpulan bobodoran kang Ibing ketika siaran di radio mara, melalui media buku komik yang menarik sehingga bisa dinikmati dan dikenal kembali dan menjadi refrensi hiburan yang berguna. tujuan lainnya adalah agar masyarakat khususnya masyarakat sunda mengapresiasi salah satu tokoh atau budayawan di kalangan masyarakat Sunda yaitu Kang Ibing beserta karyanya.
I.6. Manfaat Perancangan
Dengan perancangan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan masyarakat tentang salah satu sosok seniman sunda dan karyanya. Serta menumbuhkan rasa memiliki bahwa bobodoran yang berasal dari budaya Sunda yang menjadikan masyarakat lebih mengapresiasi baik dari segi bahasa Sundanya itu sendiri ataupun dari tokoh atau budayawan sunda Kang Ibing. Dengan begitu masyarakat akan lebih mengetahui bahwa bobodoran kang Ibing sebagai hasil seni dan budaya lokal.
(12)
5 BAB II
BUKU KOMIK BOBODORAN KANG IBING
II.1 Pengertian Buku Komik II.1.1 Pengertian Buku
Buku dapat didefinisikan sebagai bendel kertas, lembar kertas yang berjilid, bendel kertas yang bertuliskan yang berisi disiplin ilmu tertentu (Poerwadarminta, 2003). Buku adalah sekumpulan kertas bertulisan yang dijadikan satu. Kertas-kertas bertulisan itu mempunyai tema bahasan yang sama dan disusun menurut kronologi tertentu, dari awal bahasan sampai kesimpulan dan bahasan tersebut. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Pengetahuan tertentu dijadikan sebagai satu kesatuan di dalam buku. Agar pengetahuan tidak terpencar-pencar dan mudah dipelajari, maka diciptakanlah buku. Tujuan dari buku tidak lain hanyalah untuk menyatukan ilmu pengetahuan tertentu agar terkumpul dalam satu tempat sehingga mudah ditemukan dan dipelajari. Jenis buku ada bermacam-macam, bukan hanya buku ilmu pengetahuan, diantaranya adalah buku cerita, buku komik, buku novel, dan sebagainya (Poerwadarminta, 2003)
Buku semakin mulai mengalami perubahan, yang awalnya hanya berisikan teks saja lalu ilustrasi atau gambar hadir menjadi bagian dari buku, hal ini dikarenakan kebutuhan akan penjelasan yang lebih praktis. Karena ilustrasi lebih memperjelas isi buku, karangan, diagram dan keterangan.
II.1.2 Pengertian Komik
Pada awalnya, sebutan komik ditujukan untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan yang berfungsi untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan. Secara bahasa komik yang berasal dari bahasa yunani adalah cerita bergambar berbentuk dua dimensi yang bercerita bermacam-macam bahkan hal yang dianggap mustahil untuk terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Komik merupakan gabungan dari ilustrasi dan teks untuk menyampaikan suatu jalan
(13)
6 cerita. Komik merupakan media baca yang dapat menarik perhatian segala usia, karena komik memiliki kelebihan. Dengan adanya ilustrasi dalam komik membuat pembaca dapat lebih melibatkan emosi yang belum tentu dapat tergambar melalui media lain. Gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik dapat dibaca oleh semua orang. ( McCloud, 2001, h.23 )
Komik merupakan media komunikasi yang kuat. Karena dengan ilustrasi dan teks maka pesan yang hendak disampaikan akan dapat disampaikan dengan baik. Fungsi - fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh komik antara lain adalah komik untuk informasi pendidikan, komik untuk media pembelajaran, maupun komik sebagai sarana hiburan. (Rustan, 2005, h.18) Tiap jenis komik memiliki kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas.
II.1.3 Sejarah Komik Di Indonesia
Komik Indonesia adalah komik yang berasal dari Indonesia, atau hasil karya seorang komikus Indonesia. Cara bercerita dengan menggunakan gambar sudah dikenal di Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan di kepulauan nusantara. Salah satu contoh cara bercerita menggunakan gambar ini pada masa purbakala adalah relief-relief yang terdapat pada candi-candi yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak ada kesepakatan yang pasti mengenai "gaya gambar" dan "gaya cerita" pada komik Indonesia.
Komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran komik-komik di Indonesia pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti Flippie Flink and Flash Gordon.( Boneff, 1998, 34 ). Put On, seorang peranakan Tionghoa adalah karakter komik Indonesia yang pertama, dan Put On adalah hasil karya Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star (1939-1942) yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen
(14)
7 A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe melalui mingguan Ratu Timur.
Gambar II.1 " Put On "salah satu komik strip yang lahir di Indonesia. Karya Kho Wan Gie
Sumber: http://komikscriptmania.com/data/photo/2012/09/18/1642517620X285.jpg ( 1 Nopember 2014 )
Sekitar akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang, mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salah seorang komikus terdepan, yang memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar mendapatkan kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal. ( Boneff, 1998, 35 ).
R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and
(15)
8 Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash Gordon.
Awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, bercerita tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia.
Gambar II.2"Kisah Pendudukan Jogja". Komik Indonesia Pertama yang Dibukukan Sumber: http://komikscriptmania.com/data/photo/2012/09/18/164578904.jpg ( 1
Nopember 2014 )
II.1.4 Ciri Dan Komponen Pada Komik
Dalam komik ada empat ciri yang sangat umum yang ditemukan pada komik, yaitu : ( Toni Masdiono, 2007 )
- Bersifat Proporsional
Dengan membaca komik sanggup membawa pembacanya untuk terlibat secara emosional dengan pelaku utama dalam cerita komik itu.
(16)
9 - Humor Yang Kasar
Penggunaan bahasa lisan dan mudah dimengerti oleh orang awam. - Bahasa Percakapan
Dengan digunakannya bahasa percakapan sehari-hari akan lebih mengena bagi pembaca.
-Penyederhanaan Perilaku yang Menggambarkan Moral atau Jiwa Pelaku
Pola perilaku dalam cerita komik cenderung untuk disederhanakan dan mudah dipahami
Dalam komik terdapat unsur atau anatomi yang diperlukan dalam penggambarannya. Anatomi atau komponen sebuah komik terbagi menjadi dua yaitu halaman cover dan halaman isi ( Toni Masdiono, 2007 )
1. Halaman Depan / Cover
a. Judul Serial, yaitu biasanya judul ini terkait langsung dengan tokoh dalam komik itu sendiri.
b. Judul cerita, yaitu judul yang berkaitan dengan tema dalam serial komik dan sering kali berkaitan dengan setting waktu, tempat maupun peristiwa yang ada dalam tema cerita komik tersebut.
c. Credits, yaitu keterangan tentang pengarang, penggambar, penciler, peninta, pengisi warna, letter, sekenario cerita dan sebagainya.
d. Indica, yaitu keterangan tentang penerbit, waktu terbit, pemegang hak cipta dan sebagainya. ( Toni Masdiono, 2007 )
2. Komponen Halaman Isi a. Panel / Frame
Kotak yang membatasi gambar adegan. Panel terbagi menjadi dua macam, yaitu panel tertutup dan panel terbuka. Panel tertutup memiliki garis pembatas panel sementara panel terbuka tidak memiliki garis pembatas. b. Balon Kata
Balon kata atau balon ucapan berfungsi sebagai tempat teks atau dialog yang keluar dari tokoh komik. Bentuk balon bisa berhubungan dengan cara menyatakan ekspresi.
(17)
10 c. Narasi
Tempat untuk menerangkan tentang waktu, tempat kejadian, situasi dalam suatu adegan komik. Narasi biasanya sangat berhubungan dengan plot cerita dalam komik.
d. Efek Suara
Efek Suara atau Sound Lettering, yaitu penggambaran suara sesuai dengan karakter asli suara serta sifat dari suara tersebut.
e. Gang
Yaitu jarak antara panel satu dengan yang lain untuk lebih mudah memisahkan adegan dalam satu halaman komik
f. Pace / Timing
Suatu jarak langkah yang dibutukan oleh pembaca komik untuk menikmati suatu rentetan kejadian atau adegan. ( Toni Masdiono, 2007 )
II.1.5 Fungsi Dan Jenis Komik
Komik merupakan suatu gejala kesenian yang menarik. Seperti halnya kemunculan video-kaset sesudahnya. Komik memang bisa menjadi senjata bermata dua. Seperti halnya video, bisa digunakan sebagai alat penelitian, penerangan, hiburan, bahkan media pendidikan. Jika kemudian ada komik yang dianggap sebagai racun, tentu bukan lantas diartikan bahwa seni komik di Indonesia harus disingkirkan keberadaannya. Tak bisa dipungkiri, bahwa dunia komik merupakan sebuah media yang berkadar candu tinggi, seperti halnya video. Ia bisa menjadi obat dalam dosis tertentu, tapi juga bisa sebagai pembunuh dalam takaran yang berlebihan (Rustan, 2005, h.29 ).
Fungsi komik yang lebih luas dibandingkan media lainnya, memungkinkan komik mempunyai daya jangkau yang lebih luas. Oleh karena itu, komik pun bisa dijadikan media yang yang paling efektif untuk pendidikan (Rustan, 2005, h.21 ). Penerangan secara visual adalah modal yang paling besar yang dipunyai komik. Lalu komik mulai berkembang tidak hanya untuk pengiring teks saja namun komik memasuki jenis-jenis lainnya sehingga menjadi luas. jenis tersebut adalah sebagai berikut: (McCloud, 2001, h.13)
(18)
11 1. Kartun
Dimana komik yang isinya hanya berupa satu tampilan, komik ini didalamnya berisi beberapa gambar tokoh yang digabungkan dengan tulisan-tulisan. Tujuan komik ini biasanya mengandung unsur kritikan, sindiran, dan humor. Sehingga dari gambar(kartun/tokoh) dan tulisan tersebut mampu memberikan sebuah arti yang jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya dari komik tersebut.
2. Komik Potongan
Komik potongan adalah penggalan-penggalan gambar yang di gabungkan menjadi satu bagian / sebuah alur cerita pendek (cerpen). Tetapi isi dari ceritanya tidak harus selesai disitu bahkan ceritanya bisa di buat bersambung dan di buat sambungan ceritanya lagi. Komik ini biasanya terdiri dari 3-6 panel bahkan lebih. Komik Potongan (Comic Strip) ini biasanya disodorkan dalan tampilan harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun tabloid/buletin. Penyajian komik potongan ini ceritanya juga dapat berisi cerita yang humor, cerita yang serius dan asik untuk dibaca setiap epsisodenya hingga selesai ceritanya.
3. Komik Tahunan
Komik ini biasanya terbit setiap 1 bulan sekali bahkan bisa juga 1 tahun sekali. Penerbit bisanya akan menerbitkan buku-buku komik baik itu cerita putus maupun serial.
4. Buku Komik
Buku komik adalah suatu cerita yang berisikan gambar-gambar, tulisan dan cerita yang dikemas dalam sebuah buku. Buku Komik (Comic Book) ini sering kita jumpai bahkan mungkin sering kita baca. Comic book sering kali disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya di dalam komik ini berisikan 32 halaman, tetapi ada juga komik yang berisi 48 halaman dan 64 halaman, komik ini biasanya berisikan cerita lucu, cerita cinta (cerita remaja), superhero (pahlawan) dan lain-lain.
(19)
12 Buku Komik pun dibagi beberapa jenis, antara lain :
- Komik Kertas Tipis
Buku komik ini berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan besar. Walau berkesan tipis namum bisa juga dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang baik/bagus sehingga penampilan/penyajian buku ini terlihat menarik. Apalagi dengan gambar dan warna yang cantik, membuat buku komik ini sangat digemari.
- Komik Majalah
Buku komik berukuran seperti majalah (ukuran besar), biasanya menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras untuk sampulnya. Dengan ukuran yang besar tersebut tentunya dengan misalkan 64 halaman bisa menampung banyak gambar dan isi cerita.
- Komik Novel Grafis
Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri atau cerita putus.
5. Komik Ringan
Komik yang satu ini adalah komik yang biasanya dibuat dari hasil karya sendiri yang di fotokopi dan di jilid sehingga menjadi sebuah komik. Alternatif ini sangat mendukung dalam pembuatan komik, karena hanya bermodal ide dan keahlian menggambar di tambah pengeluaran yang sangat ringan.
6. Buku Instruksi Dalam Format Komik
komik ini biasanya di gunakan dalam media pembelajaran. Banyak sekali sebuah buku panduan atau instruksi yang di buat dalam format Komik, bisa dalam bentuk Buku Komik, Poster Komik, atau tampilan lainnya. Biasanya pembaca buku ini akan lebih mudah cepat mengerti dari pada menggunakan buku panduan yang tidak bergambar. Dengan menggunakan gambar maka pembaca bisa menguti langkah-langkah yang tertera pada komik. Dengan adanya gambar yang di muat dalam format komik, buku bisa menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
(20)
13 II.2 Bobodoran
(seperti dikutip Rosidi, 2000) “Bobodoran berasal dari kata bodor yang berarti lawak, dan berkembang menjadi bodoran atau bobodoran yang berarti lawakan”. Bobodoran sendiri dikenal oleh masyarakat sunda sebagai cerita yang mengandung kesan humoris yang membuat pendengar ataupun pembaca cerita ini bisa tertawa, tetapi pada awalnya dulu masyarakat sunda mementaskan bobodoran ketika musim panen padi telah usai, dan acara bobodoran tersebut dipentaskan sebagai ungkapan rasa syukur dan rasa sukacita di antara penduduk masyarakat sunda. Selain itu di berbagai daerah Jawa Barat pembawaan dalam bobodoran berbeda-beda, misalnya ada yang melakukan bobodoran dengan media wayang sebagai media penyampaian cerita bobodoran tersebut, ada pula yang memasukan bobodoran pada seni peran ataupun teater dan seni tari, kemudian ada juga yang menyisipkan bobodoran pada tembang-tembang lagu khas sunda yang biasa dibawakan oleh sinden-sinden sunda.
Pada saat bobodoran mulai berkembang, kegiatan bobodoran pun mulai digemari oleh masyarakat sunda, “biasanya dulu ketika kegiatan berladang telah usai kemudian masyarakat sunda berkumpul dan melakukan beberapa bobodoran untuk menghilangkan rasa letih setelah berkegiatan di ladang, dan kegiatan bobodoran ini pun merupakan satu bentuk kekerabatan di ruang lingkup lingkungan masyarakat sunda” (Ekajati, 1995, h.42). Tradisi seperti ini bertahan cukup kuat hingga kegiatan bobodoran beralih pada pementasan diatas panggung, bobodoran yang dipentaskan diatas panggung biasanya bersamaan dengan pementasan dari kesenian yang lainnya, seperti seni tari, wayang ataupun pementasan dari budaya tradisional lainnya.
Isi cerita dari bobodoran biasanya bercerita tentang keseharian orang-orang, baik dari masyarakat sunda ataupun dari masyarakat yang lainnya, ataupun dari tingkah laku orang-orang di lingkungan, baik dari cara bicara, kegiatan sehari-hari pun tidak lepas dari candaan dan menjadi bahan candaan yang berujung pada bobodoran. Bobodoran sendiri memang sudah menjadi tradisi di masyarakat Jawa Barat turun-temurun khususnya pada masyarakat sunda. Di tengah keseharian, obrolan canda mampu mencairkan suasana komunikasi antar warga dan masyarakat lainnya. Model penyampaian sambil bercanda, kritikan dan ejekan
(21)
14 yang disampaikan tak memicu ketersinggungan satu sama lainnya, bahkan ejekan pun dapat dinikmati dengan tertawa.
Gambar II.3 Bobodoran dengan media wayang
Sumber: https://nettv.com/media/BvuFZXgCAAEa9yQ.jpg ( 29 Nopember2014 )
Pesan moral dan kritikan yang terlontar saat bobodoran berlangsung dipentaskan terasa halus. Meski sindiran itu disampaikan kadang menyangkut hubungan antara warga dan pejabat sekalipun. Pada dasarnya seni bobodoran ini mampu menyampaikan kritikan dengan lebih efektif. Kritikan yang dilontarkan biasanya berisi tentang kekurangpuasan masyarakat terhadap pemimpinya ataupun dengan hukum yang ada, dan cara penyampaian ini dilakukan dengan kesan humoris agar dengan kesan humoris tersebut yang bersangkutan terasa malu.
Memang sudah menjadi kebiasaan jika jiwa humoris tertanam pada masyarakat sunda, bahkan pada penyampaian dakwah yang bersifat agama sekalipun, bobodoran tetap saja bisa dimasukan dan dapat diterima oleh masyarakat sunda dalam penyampaiannya. Seperti yang dilakukan oleh maestro bobodoran dari tanah sunda yaitu almarhum Kang Ibing ketika kang Ibing berdakwah. Kang ibing selalu membuat para pendengar dakwahannya tertawa, karena dakwah ataupun ceramah yang disampaikan oleh Kang Ibing mengandung unsur bobodoran pada dakwahnya.
(22)
15 (seperti dikutip Ekajati, 1995, 44) “Pementasan bobodoran yang dilakukan secara tradisional dengan penggunaan tari jaipongan dan sinden, dulu lebih berkembang di daerah pedesaan dan desa-desa”. Dengan demikian pementasan bobodoran disuguhkan di sela-sela acara pernikahan atau acara hajatan desa. Karena bertujuan menghibur, penyelenggara selalu memasukan unsur obrolan penuh canda ini di tengah-tengah acara. Pengunjung kebanyakan betah berlama-lama meyaksikan candaan khas semacam itu.
Gambar II.4 Borangan "ngabodor sorangan" salah satu bentuk bobodoran dengan pemeran tunggal.
Sumber: http://i.ytimg.com/vi/v6hsCbEJkB8/hqdefault.jpg ( 29 Nopember 2014 )
Pementasan bobodoran yang dilakukan sebelum penggunaan wayang sebagai medianya, yaitu menggunakan orang yang disebut sebagai bobodor, (seperti dikutip Kurnia, 2006) “bobodor adalah orang yang dielu-elukan, karena perannya yang diposisikan untuk selalu ngabodor (melucu)”. Dan biasanya pementasannya pun dijadikan hiburan penutup hingga dini hari dari sebuah rangkaian acara hajatan yang bila digelar sejak sore. Maksudnya bertujuan untuk menghilangkan kantuk setelah lebih dulu meyaksikan rangkaian hiburan lain seperti, jaipongan
(23)
16 pada awal acara, karena bila pementasan bobodoran dilakukan pada pementasan pertama atau pada awal acara, para tamu undangan di acara hajatan akan mengabaikan pementasan yang lainnya yang dilakukan pada akhir pementasan atau akhir acara.
II.2.1 Bobodoran Bagian Dari Masyarakat Sunda
Bobodoran merupakan bagian dari perjalanan sebuah sejarah dari masyarakat suku sunda dan kemudian menjadi salah satu budaya yang berasal dari tanah sunda yang turun temurun sampai sekarang. Bobodoran berkembang terus dari generasi ke generasinya, dan dari tiap generasi pun bobodor ( orang yang melakukan cerita bobodoran ) berbeda-beda, dan mempunyai ciri khas masing-masing baik dari segi cara penyampaian bobodorannya ataupun dari tema bobodoran yang diangkat. (seperti dikutip Kurnia, 2006) “Berbeda dengan pada masa dulunya, kini pementasan bobodoran kurang orisinil, karena pementasan bobodoran yang dulu selalu diiringi dengan tarian jaipong dan sinden”. Perkembangan bobodoran memang diikuti dengan modernisasi budaya yang ada. Dengan ketertarikan masyarakat sunda terhadap bobodoran dapat memperkuat budaya lokal dan tradisional ini semakin diketahui dan berkembang, karena tidak mudah membuat sebuah budaya yang tadinya dengan dasar main-main.
II.2.2 Isi Cerita Bobodoran
Isi cerita yang ada pada bobodoran berisi mulai dari tentang keseharian masyarakat dalam melakukan aktifitas, tentang sosial, dan tentang lingkungan sekitar yang dapat dijadikan objek sebagai bahan dari cerita untuk bobodoran yang akan dilontarkan nantinya. Ada juga yang mengangkat tentang berita-berita yang sedang trend atau yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Bahkan bobodoran pun dapat mengangkat isi cerita tentang agama yang sifatnya sensitif sekalipun dengan pembawaannya yang terkesan humoris. Kemudian bobodoran pun dapat berisi tentang cerita-cerita sejarah yang dibuat menjadi humoris agar penikmat tidak bosan dengan sejarah dan tidak melupakannya.
(24)
17 II.2.3 Kandungan Pesan Bobodoran
Dalam setiap cerita bobodoran berisi kandungan pesan yang tersembunyi dalam setiap pementasannya, tetapi tidak semua orang dapat mengerti kandungan pesan yang disampaikan, karena diterjemahkan dalam sifat yang humoris, biasanya pesan yang disampaikan dalam cerita bobodoran berisi pesan moral yang bagus untuk diikuti, ada pula dalam cerita bobodoran yang berpesankan tentang pembangunan kepada masyarakat baik pembangunan untuk diri sendiri, lingkungan disekitar sampai pembangunan untuk negara, kemudian ada juga bobodoran yang mengandung pesan tentang ketidakpuasan terhadap segala yang ada di Negara, (seperti dikutip Kurnia, 2006) “Pada dulunya kandungan pesan yang biasa ada pada bobodoran adalah tentang keakraban masyarakat dengan masyarakat lainnya, walaupun penampilan bobodoran yang dilakukan adalah dengan saling melempar ejekan kepada yang lainnya”.
II.3 Kang Ibing
Kang Ibing adalah salah seorang seniman asli Sunda yang namanya melegenda hingga saat ini. Seniman serba bisa yang bernama asli Raden Aang Kusumayatna Kusumadinata ini lahir di Sumedang pada tanggal 20 Juni 1946 dari pasangan Raden Suyatna Kusumahdinata dan Raden Kusdiyah. Ia adalah suami dari Ny. Nieke dan ayah tiga orang anak yang bernama Kusmadika, Kusmandana dan Diane. Kariernya di dunia hiburan berawal sebagai pembawa acara “Obrolan Rineh” di Radio Mara Bandung. Gaya bicaranya yang berintonasi khas Sunda membuat acara yang sarat dengan kritik sosial ini dapat menjadi lebih menarik dan terkesan kocak sekaligus santai.
Pada tahun 1970 bersama-sama dengan Aom Kusman, Suryana Fatah, Wawa Sofyan dan Ujang, Kusmayatna (Kang Ibing) membentuk sebuah group lawak bernama De Kabayan. Setiap personel dalam De Kabayan menampilkan ciri khas tersendiri yang mewakili etnis tertentu. Suryana Fatah misalnya, biasanya tampil dalam sosok seorang Tionghoa bernama Koh Holiang dan Wawa Sofyan berperan sebagai seorang Jawa bernama Mas Sastro. Sementara Kusmayatna sendiri menggambarkan sosok seorang Sunda bernama Kang Maman alias Ibing, lengkap dengan peci dan kain sarung yang selalu tersampir di pundaknya. Group lawak ini
(25)
18 ternyata segera mendapat tempat bukan hanya dalam hati masyarakat Jawa Barat saja, melainkan juga masyarakat Indonesia pada umumnya.
Gambar II.5 Raden Aang Kusumayatna Kusumadinata (Kang Ibing).
Sumber:http://google.com/imgres?sa=X&sout=0&tbm=isch&tbnid=LaCLspQhITMSAM :&imgrefurl (22 November 2014)
Kang Ibing sendiri sebenarnya adalah sosok fiktif dari Raden Aang Kusumayatna Kusumadinata, asal usul nama Ibing alasannya adalah karena Kang Ibing yang pada saat itu penyiar radio Mara merupakan penggemar artis Bing Slamet. Kemudian diambilah kata “Bing” dan ditambah dengan huruf “I” agar tidak sama, sehingga menjadi “Ibing”. Sebagai pelengkapnya, digunakan kata “Kang” yang juga berfungsi sebagai panggilan terhadap orang yang lebih tua, khususnya di daerah Parahiyangan. Dengan demikian, jadilah panggilan “Kang Ibing” yang melekat dan lebih dikenal oleh masyarat Sunda khususnya, dan masyarakat
(26)
19 Indonesia umumnya. Kebetulan juga, ia memang gemar pada gerakan ibing penca, jadi sangat sesuai menggunakan panggilan “Kang Ibing”.
Gambar II.6 De Kabayan. Grup Lawak Pertama Kang Ibing
Sumber: http://google.com/data/photo/d'kabayan in memoriam.jpg ( 29 Nopember 2014 )
Selama ini masyarakat lebih mengenal Kang Ibing sebagai pelawak, bahkan lebih tepat komedian, tetapi sebenarnya ada beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Kang Ibing dan bobodorannya. Kang Ibing juga bisa menyanyi, menciptakan lagu, main film, menyutradarai drama dan sinetron, menulis karya sastra Sunda, menjadi pembawa acara, menguasai ilmu bela diri silat. Sulit menemukan sosok yang memiliki kemampuan seperti Kang Ibing, dengan penguasaan yang tidak hanya sekadar bisa. Bahkan pelawak mana pun mungkin, tak ada yang memiliki kelengkapan talenta seperti Kang Ibing. Bahkan ketika ia tampil sendirian di pentas pun, tak pernah kehilangan magnet humornya.
II.3.1 Kang Ibing Sebagai Salah Satu Identitas Sunda
Meningkatnya kerinduan akan kesundaan yang ditunjukkan dengan berbagai aktivitas yang menegaskan identitas kesundaan, kadang kala terkesan masih "mencari-cari" atau baru menemukan sesuatu, apakah itu identitas pakaian ataupun ucapan salam. Akan tetapi bagi Kang Ibing, kesundaan itu sejak awal memang sudah melekat menjadi satu wujud penampilan yang apa adanya. Humor-humornya sebagai penyiar radio Mara, pada 1970-an, bersama Aom Kusman
(27)
20 (awal kepopuleran Kang Ibing), yang digandrungi pendengar, berbeda dengan umumnya penyiar waktu itu, sebab Kang Ibing menggunakan bahasa Sunda yang sangat komunikatif, sehingga begitu melekat bagi umumnya masyarakat Sunda. Jika banyak pelawak yang mengenalkan bahasa Sunda ke masyarakat dengan bahasa Sunda gaul seperti halnya yang dilakukan pelawak yang kini sedang naik daun, Kang Ibing justru tetap konsisten dengan bahasa Sunda yang hidup di tengah masyarakat umum dari masa ke masa. Bahkan Kata "aing", "sia", "silaing", "dewek", yang dianggap kasar, menjadi lentur dan akrab, karena penempatannya yang benar. Kang Ibing menggunakan bahasa sunda dalam kegiatan berkesenian apapun dikarenankan untuk mengenalkan dan melestarikan budaya sunda. (seperti dikutip Romli, 2010) "Akan terjadi komunikasi yang efektif untuk suatu informasi dengan konteks budaya atau tradisional yang dibahasakan dengan bahasa budaya itu sendiri". Pada diri Kang Ibing, akan terlihat kesundaan itu melekat secara utuh, apakah itu melalui ucap, tekad, dan lampah. Di manapun Kang Ibing tampil, apakah sebagai pelawak, sebagai pembawa acara, sebagai pemain film dan lainnya, termasuk ketika berdakwah, akan terlihat Kang Ibing sebagai orang Sunda yang lekat dengan kesundaannya. (seperti dikutip Faturrochman, 2010) “Bagi Jawa Barat, khususnya bagi masyarakat Sunda, sosok Kang Ibing boleh dibilang "tidak ada duanya", bahkan tidak tergantikan. Di mana saja ia berada, selalu membuat orang terhibur dengan sentuhan heureuy Sunda yang mengalir deras”. Dengan demikian memang sosok Kang Ibing terus dicintai oleh masyarakat sunda, tidak hanya sosok Kang Ibing yang dicintai oleh masyarakat sunda, tetapi hasil-hasil karya ciptaan Kang ibing pun dapat diterima dan dicintai oleh masyarakat sunda.
II.3.2 Nilai Bobodoran Sunda ( Kang Ibing ) Bagi Masyarakat Sunda
Anggapan bahwa orang sunda dikenal sebagai bangsa yang suka membuat suasana ceria alias menghadirkan humor-humor yang memancing tawa memang benar, (seperti dikutip Soewargana, 1996) "Bahwa yang menjadi ciri mandiri orang sunda dengan suku bangsa lainnya adalah dalam pergaulan keseharian,
(28)
21 orang sunda terlebih dahulu menunjukan giginya sebelum melakukan aktivitasnya".
Kang Ibing dalam keseharian suka merelatifkan dunia, diri, dan surga, serta selalu mencari segi humor dari apa saja yang dibicarakan. (seperti dikutip Suratno, 1990) " Bobodoran teh daria, bobodoran bukan perkara main-main, bobodoran hanya salah satu media penyampaian pesan untuk kebaikan kehidupan. Pesan-pesan itu diantaranya ada yang mewujud dalam lawakan, naskah drama, lagu, atau kolom-kolom. Dan dengan bobodoran itu Kang Ibing bisa mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat sunda".
Sementara (seperti dikutip Faturrochman, 2010) "Bobodoran Kang Ibing menggambarkan karakter orang Sunda selalu optimis. Bobodoran Kang Ibing dapat menunjukkan kebesaran jiwa menghadapi kesulitan hidup, Coba saja lihat, tukang becak yang ketika berkumpul kerap menjadikan pekerjaan mereka sebagai bahan gurauan. Padahal, mereka dililit kesulitan ekonomi. itu salah satunya yang membuat bobodoran kang ibing dapat mempengaruhi kebudayaan pada masyarakat Sunda".
masyarakat Sunda memiliki peribahasa silih asah, silih asih, silih asuh, yang berarti saling memberdayakan, menjaga, dan saling mengasihi. Secara tidak langsung, peribahasa ini menunjukkan karakter orang Sunda yang selalu berusaha menjaga keseimbangan hidup untuk mencapai keharmonisan. Dan salah satunya lewat bobodoran. Jika ada sesuatu yang mengganjal di hati, orang Sunda tidak mengekspresikan langsung, tetapi menggunakan simbol-simbol. Salah satunya, dalam bentuk bobodoran.
II.3.3 Keunggulan Bobodoran Sunda ( Kang Ibing )
Kang Ibing adalah sosok seniman humor Sunda yang telah memberikan ciri tersendiri bagi perkembangan humor Sunda. Telah memberikan hiburan segar kepada masyarakat, dan kini namanya pun tidak hanya dikenal di tatar Sunda, Sosoknya yang polos dan lawakannya yang natural telah menjadikan sosok Kang Ibing sebagai maestro humor dalam ranah lawakan untuk masyarakat Jawa Barat khususnya Sunda.
(29)
22 (seperti dikutip Suratno, 1990) "Yang membedakan bobodoran Kang Ibing dengan bobodoran sunda yang lainnya adalah dengan bobodorannya yang khas, nakal, disertai ajaran moral dan nilai agama. Kang Ibing telah ikut memperkuat karakter orang Sunda yang gemar melempar bobodoran vulgar tapi tidak cabul, terkadang menggunakan bahasa Sunda yang halus dan tidak jarang juga yang kasar, Ia selalu tampil sebagai pribadinya yang berani dan cerdas. Dan lebih penting, berakarakter".
Memang bobodoran dari Kang ibing memiliki karakternya sendiri (seperti dikutip Suratno, 1990) "Bobodoran dari Kang Ibing mampu mengekspresikan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan melalui bobodoran, bahkan yang menjadi sasaran bobodoran Kang Ibing bisa menangkap maksud bobodoran tanpa merasa dipermalukan". Bobodoran kang ibing tidak pernah membuat orang merasa dicela maupun dipermalukan, karena bagi Kang Ibing bobodoran adalah seni yang membuat orang untuk tertawa, bukan sebaliknya seni yang membuat orang tertawa tetapi dalam penderitaan orang lain.
II.3.4 Sebagian Bobodoran Kang Ibing Di Radio Mara Pada Tahun 1989 1. Dihiji jalan kampung anu kaayaanna poek jeung lampu ngan aya hiji. aya dua jelema erek ngalewat pasalingsingan
kusabab kaayaan jalan poek jeung sieun.., pas ngalewat jelema dua eta e lampuna aliran, tuluy jelema eta pagero-gero da sarieun.
"Din..., ges timana...?" "ah, ulin weh Ceng..."
ari ges jauh jeung kaayaan jalan ges caang jelema hiji ngagorowok.. "Aing mah lain Udin..."
ceuk jelama hiji deuina "Paduli aing ge lain Aceng..." 2. Caritana dina Hiji Kapal laut...
aya budak tisoledat, gejebur ka laut mangkaning teu bisaeun ngojay.... kabeh nu aya dina kapal laut eta euweuh nu bisaeun ngojay deuih... teu kungsi lila...
(30)
23 GEJEBURRR...
Aya aki-aki luncat ka laut bari kokojayan nangkeup budak tea... "buru alungkeun tali...!!!" ceuk penumpang nu sejenna...
lung tali tambang dialungkeun... kerewek ku si aki ditalikeun ka manehna jeung budak..
ku penumpang sejenna tambang eta ditarik nepika hanjat deui si aki teh... eta pas kaluhur deui kabeh penumpang muji ka aki-aki eta
"Nuhun, bener-bener aki mah jiwa pahlawan, lamun teu ditulungan ku aki mah cilaka"
kabeh penumpang teh muji teu eureun-eureun...
Naaaa atuh dipuji kitu teh lain bungah lain bagja si aki teh...
ges kitu si aki ngomong bari ambeuk "CICING-CICING SIAH NGAJEDOG...!!, lain nuhun-nuhun, saha tadi nu NYUNTRUNGKEUN AING...!!"
3. Aya tukang kupat tahu di sisi rel kareta keur ngumbah piring,
ari elapna teh warna beureum, beres ngumbah tah si elapna teh dikebut-kebut ari kareta api pas keur ngalewat
reuwas atuh si masinis teh...
sugan te aya tanda bahaya, di erem langsung tah kareta teh, begitu di erem, nolol tah masinis teh bari nanya ka tukang kupat "Aya naon mang...?" si tukang kupat na ngadon ngomong "Teu aya nanaon, kantun bumbuna
hungkul"
4. Dihiji kelas SD guru keur nerangkeun poe kiamat.
Ceuk guruna "Barudak tah dina poe kiamat teh engke gunung gunung cing jalegur diadu laut bakal bahe.
" Can tamat nerangkeun cung teh si Oon ngacung. "Tumaros pa gruru? ari engke pas poe kiamat sakola libur teu?"
"atuh nya… heueuuuuh Ooooooon pan maraoooootttttt kabeh ge" 5. Di kumpulkeun di hiji kampung teh,
(31)
24 kabeh lalaki dikumpulkeun di lapang...
ceuk Bapa Lurahna teh, "Urang pisahkeun euy...."
"Lalaki anu teu sieun ku pamajikan ka sebeulah kenca...,anu sieun ka katuhu..."
kabeh atuh ka katuhu, tapi aya hiji lalaki ka sabeulah kenca duh, dipuji ku nu lainna, "Wanian euy eta lalaki.."
ceuk Pa Lurah teh, "Kunaon maneh milih didieu, teu sieun euy ku pamajikan...?"
si lalaki ngajawab "Duka atuh Pa, dipiwarang ku pun bojo abi oge..."
ceuk Pa Lurah "HEEEUUUUUEEEEEEEHHHH SIAAAAA GE DIDIIITUU....!!" 6. Hiji mangsa aya bangsat maok ka loteng, merenan lotengna teh bobok. Jandelana teh, kusenna rusak. Tikosewad tah bangsat teh, ‘bugh’ labuh ka handap. Paeh bangsat! Da bakat ku sieunna paeh.
Keluargana nuntut ka nu boga imah. Tidak ridho ini sampai meninggal, terpaksa dilaporken ka pengadilan. Ku pengadilan akhirna nu boga imah ieu kudu dihukum gantung, supaya paeh sarua.
Cek nu boga imah, “ulah nyalahken simkuring, da lain saya nu salahmah. Da nu salah mah tukang kai nu nyien kusen ieu. Teu baleg nyieunna matak jalma tisoledad”.
Dipanggil tukang kai, “Sia kudu digantung!”
Cek tukang kai, “Tong nyalahken abdi, tah awewe tatangga nu baju oranye.” “Naha?”
“Abdi nyelep baju kumanehna, ceuk abdi hejo, naha dicelepna oranye. Lantaran katempo, ngaganggu ieu teh. Aya wae awewe eta nu make baju oranye”.
Awewe nu baju oranye dipanggil, “Sia kudu di hukum gantung!”
Cek awewe nu baju oranye, “Ulah nyalahken abdi, nu salahmah tukang celep pak.”
(32)
25 “Abdi pan hayang baju teh sanes nu oranye, hayang hejo, naha dicelepna oranye”
Tukang celep dipanggil, “Sia kudu digantung!” Ngabantah kaditu-kadieu eweh alasan. terpaksa kudu digantung.
Digantung. Ai der teh algojo na teh jalma belegug. Tukang celepna jangkung ai tiang gantungana pendek. Atuh teu ngagantung-ngagantung, teu paeh-paeh. Cek hakim teh, “Geus dihukum euy?!?”
“Hese pak!” “Naha?”
“Jangkung teing jalmana”
“Ai sia bodo-bodo teing. Neangan tukang celep pendek!” Tukang celep pendek ker nyelep. “Hayo-hayo milu euy!?!” “Kunaon?”
“Digantung!”
“Naon dosa abdi?!?” “PENDEEEK!!”
Boro geus digantung teh, “Atos?!?” “Atos!”
“Adil karaos sadayana?!?” “ADIIIL!!!”
7. pan aya dokter keur ngajaga 3 pasen nu sakit jiwa….
ari nu gelo kahiji, terekel teh naek kana tihang listrik.. (bari mamawa spidol) geus diluhur.. ulak-ilik… tulas-tulis, tulas-tulis….
beres tutulisan… serengeh teh ujug-ujug seuri… turun we tah nugelo kahiji..
(33)
26 naek oge nu gelo kadua (teu mawa spidol ieu mah)…
sarua, geus diluhur ulak-ilik… serengeh deui… tuluyy.. kitu jeung kitu… gantian tah naekna.. nepi ka nugelo ka tilu…
serengeh deui sang-geus ulak-ilik di luhur tihang listrik teh.. eta mah da eeuuyy.. panasaran pak dokter..
“cikan aya naon?” cenah ceuk dokter teh… bakat ku panasaran…
terekel weee.. dokter ge naik tah kana tihang listrik.. geus diluhur.. ulak-ilik kaditu kadieu..
brehhh teh … enya we euyy… AYA TULISAN…
“TAH IEU … TUNG-TUNG TIHANG LISTRIK TEH… KEEHED!!….”
8. Di sakola aya budak ngarana si Udin, kabeneran di sakola keur pelajaran sejarah, di tanya ku bu guru si Udin teh..
ceuk Bu guru "Udin saha anu nandatangan
Naskah linggarjati teh?" si Udin cicing teu bisa ngajawab
ku bu guru ditanya deui "udin jawab, saha nu nandatangan naskah linggarjati teh?" si Udin angger cicing keneh
Buguru nanya deui bari ambeuk "UDIN SAHA NU NANDATANGAN NASKAH LINGGARJATI TEH?!!!..."
si Udin teu ngajawab deui..,ngadon ceurik tuluy balik ka imahna.. isukna bapa si Udin dipanggil ka sakola...
ceuk bapa si Udin "Bu guru naha si Udin kamari balik sakola ceurik..?"
Bu guru ngajawab "Kieu Pa, kamari si Udin ditanya saha nu nandatangan naskah Linggarjati teh..? si Udin teu bisa ngajawab.."
(34)
27 Ceuk Bapa si Udin.."UDIN TONG NGERAKEUN BAPA SIAH, LAMUN BENER MANEH NU NANDATANGAN NASKAH LINGGARJATI.... TERUS TERANG SIAH KA BAPA!!!.."
Bu guru bari gogodek ngomong di jero hate "Pantesan si Udin teu bisa ngajawab, Bapana ge kieu...!!"
9. Aya dua jawara kampung anu ges musuhan mang taun-taun, kabeneran duanana papanggih pas ngalewat di jembatan, erek baralik deui era, "Wah cumponan heula weh lah..." ceuk jawara 1 teh.
bari jawara 1 ngaluarkeun bedog di cangkengna, ges kitu jawara 2 ngaluarkeun peso belati oge dicangkengna...
Ceuk jawara 1 "Maneh nyaho ieu naon..?" ceuk jawara 2 "Bedog.., lamun ieu..?"
ceuk jawara 1 deui "Eta peso belati..,erek naon maneh siah...?.." ceuk jawara 2 "Tuker tambah..?"
ceuk jawara 1 "Hayuuuu..." Sugan teh ieu teh erek garelut...
II.4Solusi Permasalahan
Berdasarkan data-data dan kesimpulan diatas untuk meningkatkan kembali apresiasi masyarakat terhadap sosok budayawan Kang Ibing dan hasil-hasil karyanya berupa bobodoran adalah pengelolaan kembali media informasi, membuat media informasi baru yang belum pernah dilakukan dengan dasar pendekatan terhadap masyarakat sehingga bisa menjadi komunikasi efektif, salah satu contohnya bisa menggunakan buku komik. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang sosok budayawan Kang Ibing dan karya bobodorannya melalui visual yang sederhana dan mudah dimengerti. Dengan tujuan akhir menanamkan kecintaan dan lebih mengenal budaya lokal yang ada.
(35)
28 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan batasan masalah yang telah di fokuskan maka didapatkan sebuah solusi yang bisa menjawab permasalahan tersebut dengan media yang telah dipilih yaitu dengan membuat media informasi baru mengenai bobodoran Kang Ibing. Strategi perancangan yang akan dilakukan yaitu dengan cara mengenalkan salah satu identitas budaya sunda yaitu Kang Ibing beserta karyanya yang berupa bobodoran kepada masyarakat kota Bandung dan masyarakat umum dengan cara dibuatnya buku komik yang menarik dengan melalui pendekatan visual dan bahasa yang mudah di pahami dan dimengerti oleh masyarakat khususnya para remaja.
III.1.1 Target Audiens
Target Audiens dari media informasi buku komik tentang bobodoran Kang Ibing ini adalah sebagai berikut:
a. Demografis
- Usia : Anak-anak dan Remaja 12-16 tahun - Status Ekonomi : Semua Kalangan
- Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan - Pekerjaan : Pelajar
- Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
-Target utama: Masyarakat Anak-anak dan remaja (12 - 16 tahun). Dijadikan target primer karena pada saat umur tersebut khalayak sangat banyak melakukan tindakan sosial contohnya: berkumpul bersama
(36)
29 teman. dan berbagi ilmu yang didapat, dan dimasa remaja juga biasanya mereka mencari tentang wawasan dan hiburan baik itu tradisional maupun modern.
-Target sekunder: Dewasa ( +25 tahun). Dipilih sebagai target sekunder karena ini bisa menjadi bahan orang tua untuk bernostalgia dengan karya-karya bobodoran dari kang Ibing yang mungkin didapat ketika mereka masih muda.
b. Psikografis
Media yang akan dibuat ditujukan kepada remaja yang menyukai cerita fantasi humor yang sederhana dan komik.
c. Geografis
Remaja yang berada di Jawa Barat, lebih spesifik lagi Kota Bandung.
III.1.2 Pendekatan Komunikasi
Dalam suatu penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk pendekatan komunikasinya agar mudah dimengerti oleh terget audiens. Penyampaian komunikasi bisa berupa komunikasi secara verbal maupun visual, bisa juga dengan keduanya. Pendekatan tersebut diharapkan memberikan efek ketertarikan kepada target audiens dengan komunikasi yang disajikan dalam media.
Pendekatan yang digunakan dalam media informasi tentang bobodoran Kang Ibing adalah cerita dari bobodoran Kang Ibing dengan yang tidak dirubah identitas verbalnya, agar dapat dimengerti oleh masyarakat di Kota Bandung khusunya untuk masyarakat Sunda.
a. Tujuan Komunikasi
Memberikan informasi tentang fenomena dan budaya lokal, yaitu bobodoran dari Kang Ibing dengan cara pendekatan komunikasi jaman sekarang yang akan lebih bisa diterima remaja. Sehingga dengan pendekatan jaman sekarang tersebut, bobodoran Kang Ibing sebagai salah satu fenomena dan budaya
(37)
30 yang diharapkan bisa lebih dipandang baik dan menjadi sebuah budaya yang patut diapresiasikan sebagai salah satu identitas dan ciri khas yang dipunya oleh Jawa Barat.
b. Materi Pesan
Butir-butir materi pesan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut: - Fenomena bobodoran yang berlangsung secara turun temurun.
- Pengenalan bobodoran Kang Ibing yang dikemas dengan visual illustrasi
c. Pendekatan Komunikasi Secara Visual
Pendekatan visual yang akan digunakan adalah gambar ilustrasi atau kartun pada umumnya, namun disesuaikan dengan gaya gambar pribadi yang mengacu pada komik "Benny & Mice" dan juga tentunya disesuaikan untuk target audiens. Sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh target audiens.
Gambar III.1 Refrensi Gambar komik "Benny & Mice". Sumber www.komikku.com (13 November 2014)
(38)
31 Gambar III.2 Refrensi Gambar.
Sumber www.komikku.com (13 November 2014)
d. Pendekatan Komunikasi Secara Verbal.
Komunikasi verbal yang digunakan adalah dengan menggunakan Bahasa Sunda, karena target audiens adalah orang Jawa Barat dan Bandung khususnya masyarakat suku Sunda. Dan tata bahasanya pun tidak dirubah dari pembawaan ketika Kang Ibing menceritakan bobodorannya Untuk penulisan dan pengaturan tata bahasa dibantu oleh sesepuh di daerah Bandung Temgah Kecamatan Astana anyar, kelurahan karanganyar yaitu Bapak Sanusi Ediana.
III.1.3 Strategi Kreatif
Strategi kreatif media informasi tentang bobodoran Kang Ibing yang digunakan adalah penyampaian informasi dengan cerita bergambar, yang mengandung tentang pesan-pesan kebersahajaan yang jenaka didalamnya. Cerita juga mengandung unsur bahasa dan tingkah laku sehari-hari yang terjadi di lingkungan masyarakat sunda. Dengan begitu diharapkan setelah membaca, target audiens
(39)
32 tidak hanya sekedar membaca tapi memperoleh pesan-pesan dari identitas Sunda yang jenaka. Dan dalam buku komik bobodoran kang ibing ini akan mencoba memvisualkan identitas dari Kang Ibing itu sendiri.
Gambar III.3 Kang Ibing Ketika Muda dan Tua. Sumber: www.google.com (13 November 2014)
Gambar III.4 Visual Kang Ibing Setelah Di Illustrasikan. Sumber: Dokumentasi Pribadi
(40)
33 Illustrasi Kang Ibing yang dibuat berasal dari referensi yang didapat dan di illustrasikan dengan Kang Ibing yang memakai model pakaian Kang Ibing ketika masih muda dan dengan illutrasi wajah Kang Ibing yang sudah tua.
III.1.4 Strategi Media
Media yang digunakan untuk strategi media adalah buku cerita komikyang berisi tentang cerita bobodoran dari Kang Ibing semasa Kang ibing masih aktif siaran di Radio Mara ketika tahun 1989. Informasi akan disampaikan dengan dikemas melalui cerita orisinil dari bobodoran Kang Ibing yang ceritanya tidak dirubah sama sekali yang bisa menarik minat target audiens untuk membacanya.
Buku komik ini dipilih sebagai media utama karena buku komik banyak digemari oleh target audiens begitu pula dengan orang tua target audiens tersebut. Buku komik berisi tentang karya dari salah satu seniman sunda yaitu Kang Ibing dengan bobodorannya.
Adapun media pendukung yang digunakan dalam buku komik bobodoran Kang Ibing adalah sebagai berikut:
a. Tahap Informasi - Flyer
Media yang bisa memberikan detail informasi dan bersifat personal. Terlebih lagi media ini bersifat luas dalam penyebarannya.
- Poster A3
Poster yang berisikan untuk menarik perhatian yang bersifat mengajak baik target audiens primer maupun sekunder.
- X-Banner
Dipasang pada lokasi letak buku-buku komik sebagai media utama dipajang dan dipasarkan agar pembeli mudah melihat dari kejauhan.
b. Tahap Pengingat
Ditahap ini akan digunakan media-media yang sangat dekat dengan target audiens pada kesehariannya. Sehingga target audiens bisa selalu mengingat.
(41)
34 Media yang akan diberikan akan memberikan kesan tersendiri untuk target audiens. Media ini akan diberikan sebagai hadiah, souvenir dan semacamnya. Media yang akan digunakan adalah:
- Gelas
Gelas adalah benda yang sangat sering dipakai ketika bersantai sambil membaca buku dan media ini bisa dijadikan sebagai hadiah dari media utama.
- Sticker
Sticker media yang bisa dimana saja diaplikasikan, maka dari itu stiker salah satu media pendukung yang tepat untuk dijadikan media pengingat.
- Kaos
Media ini digunakan untuk souvenir yang akan dijual selain media utama. Dan juga sebagai hadiah pada event-event tertentu.
III.1.5 Strategi Distribusi
Untuk lebih memudahkan penyebaran distribusi, terdapat di wilayah penyebaran meliputi toko buku yang telah mempunyai nama besar di Indonesia khususnya kota-kota besar di Indonesia. Toko buku yang telah terkenal seperti Gramedia menjadi target pendistribusian buku komik bobodoran Kang ibing ini. Selain buku terdapat pula satu paket hadiah pembelian buku seperti stiker dan gelas yang dapat dimiliki. Wilayah penyebaran tersebut sebagian besar adalah tempat dimana target biasa mencari atau membeli buku dan sebagian sebagai daerah pergaulan target audiens.
(42)
35 Tabel III.1 Jadwal Penyebaran Media.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari tabel penyebaran media ini yang pertama di publikasikan adalah poster, karena dengan adanya poster target utama dapat melihat dan membacanya diberbagai tempat dengan harapan target utama dapat tertarik dan membeli media utama tersebut. Begitu juga denga fungsi flyer hanya saja flyer dapat dibawa pulang dan dibaca secara individu.
Kemudian setelah semuanya tersebar, media utama dipublikasikan dan dijual belikan, sedangkan x banner berfungsi untuk mengingatkan kembali dan memberi petunjuk dimana media utama berada. sedangkan gelas, baju dan stiker hanya untuk menarik perhatian target utama untuk membeli media utama, karena dapat diberikan sebagai bonus atau hadiah ketika pembelian media utama pada masa promo, selebihnya dijual belikan.
(43)
36 III.2 Konsep Visual
Dalam sebuah media informasi yang menarik dan informatif, konsep visual sangat memegang peranan penting. Konsep visual dalam buku komik bobodoran Kang Ibing ini menggunakan gaya gambar pribadi yang mengacu pada referensi komik Beny dan Mice.
Gambar III.5 Refrensi Gambar.
Sumber www.komikku.com (13 November 2014)
Dan menggunakan metode menggambar manual dengan drawing pen dan cat air. drawing pen digunakan untuk membuat outline sementara cat air digunakan untuk teknik pewarnaan yang mengacu pada komik-komik jaman dulu.
Gambar III.6 Komik jaman dulu yang menggunakan media cat air sebagai teknik pewarnaannya.
(44)
37 III.2.1 Format Desain
Buku Komik tentang bobodoran Kang Ibing akan dibuat dengan ukuran 210 mm x 160 mm dengan format persegi panjang atau landscpae. Dengan bentuk buku yang lebih berbentuk persegi panjang membuat lebih nyaman dalam membaca dan melihat visual dan juga agar layout antara gambar dan panel dapat ruang yang sama sehingga tidak melelahkan mata.
III.2.2 Tata Letak (Layout) dan Panel
Tata letak yang baik berfungsi sebagai salah satu kenyamanan untuk pembaca, juga membuat elemen visual dan verbal menjadi lebih komunikatif. Format tata letak buku komik tentang bobodoran Kang Ibing ini berisikan minimal 3 panel dalam satu lembar. Bentuk panel menggunakan persegi dan persegi panjang yang menyesuaikan gambar dan teksnya.
Adapun tata letak panel dan alur membaca buku komik tersebut, sebagai berikut:
Gambar III.7 Alur membaca buku komik. dari kiri ke kanan. Sumber:Dokumentasi Pribadi
pada Gambar III.4 adalah alur membaca komik untuk tiap halaman. Cara membaca buku komik ini seperti membaca buku pada umumnya, yaitu dari kiri ke kanan seperti kebiasaan masyarakat Indonesia membaca buku.
(45)
38 III.2.3 Tipografi
Jenis huruf dan tipografi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah buku komik. Untuk pemilihan tipografi harus dipilih dengan seksama karena sangat mempengaruhi kenyamanan pembaca dalam membaca pesan yang disampaikan.
III.2.3.1 Tipografi Judul
Tipografi yang digunakan dalam judul buku komik bobodoran Kang ibing ini adalah “GoodDog Plain” untuk tulisan “Bobodoran Kang Ibing”.
Gambar III. 8 Judul Buku Komik. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
III.2.3.2 Tipografi Dialog Balon Kata dan Suara Efek
Untuk dialog dalam balon kata menggunakan font GoodDog Plain karena huruf ini memiliki keterbacaan yang cukup jelas untuk itu. font ini cocok untuk tulisan-tulisan yang mengandung unsur komedi karena bentuk dari font yang kurang beraturan dan berkesan "jungkir balik" itu sama halnya dengan unsur komedi atau humor yang terkesan tidak beraturan dan seenaknya. sedangkan untuk efek suara menggunakan lettering font atau dibuat secara manual, Font untuk narasi dan dialog dalam balon kata menggunakan jenis font yang sama agar tidak terjadi teks terlalu ramai yang mengganggu keterbacaan.
(46)
39 Gambar III. 9 Tipografi untuk narasi dan dialog dalam balon kata
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
III.2.4 Studi Ilustrasi
Gaya visual disesuaikan dengan pendekatan verbal yang menggunakan gaya bahasa sunda "loma" gaya bahasa sunda yang diaplikasikan pada orang yang seumuran sudah dekat atau sudah akrab, yaitu dengan gaya visual yang sederhana dan disetiap bagian cerita memunculkan visual dengan karakter ceritanya masing-masing.
III.2.4.1 Studi Karakter
Tokoh utama dalam buku komik ini bervariatif , karena dalam setiap cerita bobodoran dari Kang Ibing karakter yang berperan selalu berganti-ganti, jadi dalam buku komik ini tidak ada karakter yang di khususkan, karena dalam cerita bobodorannya Kang Ibing sering menggunakan karakter dengan nama panggilan yang diihat berdasarkan umur. Seperti "Aki-aki", "Bapa-bapa", "Ibu-ibu", "pamuda", "budak".
(47)
40 Gambar III. 10 Sketsa untuk studi karakter.
(48)
41 III.2.4.2 Studi Lokasi
Ada beberapa lokasi yang akan muncul dalam buku komik bobodoran Kang Ibing, seperti hutan, rumah penduduk, jalan, rel kereta, ruang persidangan. Lokasi diambil berdasarkan cerita dari bobodoran yang Kang ibing ceritakan.
Gambar III. 11 Sketsa untuk studi latar. Sumber: Dokumentasi Pribadi
(49)
42 Gambar III. 12 Referensi untuk Studi Lokasi dan hasil jadi.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
III.2.4.3 Studi Properti
Properti yang digunakan dalam buku komik bobodoran kang ibing ini adalah benda-benda yang ada dalam cerita bobodoran kang ibing itu sendiri . Properti-properti tersebut antara lain adalah sarung, kopiah, golok, belati, koper, serbet, botol dan masih banyak lagi.
Gambar III. 13 Sketsa Studi Properti. Sumber: Dokumentasi Pribadi
(50)
43 III.2.5 Studi Warna
Teknik pewarnaan menggunakan Cat Air. Warna dipengaruhi oleh gaya, trend dan pengalaman estetis, dengan mempertimbangkan keharmonisan dan kesesuaian yang akan digunakan, Warna-warna bersifat natural, maksudnya adalah warna-warna yang ada di alam seperti hijau, coklat, kuning, biru, dan sebagainya.
Berikut adalah warna-warna yang sering digunakan dan sering muncul dalam buku komik bobodoran kang ibing:
Gambar III. 14 Studi Warna.
(51)
44 BAB IV
TEKNIK PRODUKSI MEDIA
IV.1 Media Utama
Media utama yang dipilih adalah buku komik dengan isi cerita dari bobodoran kang ibing ketika tahun 1989, dimana isi cerita adalah cerita bobodoran kang ibing ketika kang ibing masih aktif siaran di radio Mara pada tahun 1989. Karena cerita untuk komik ini sudah ada yaitu dari cerita bobodoran kang ibing, kemudian membuat studi visual untuk mengilustrasikan cerita-cerita yang sudah ada itu dan bahasa dari bobodoran yang kang ibing bawakan pun bahasanya tidak dirubah dan tetap orisinil yang kemudian diatur tata bahsanya. Cerita bobodoran yang sudah ada dari kang ibing ini mempermudah pengerjaan dan pengaturan skema tata letak cerita sehingga dari awal sudah bisa diperkirakan akan jadi berapa halaman nantinya buku komik ini dicetak. Sketsa dibuat dengan gambar tangan atau manual, begitu juga pewarnaan yang menggunakan cat air,. Setelah gambar dibuat, kemudian gambar tersebut di scan untuk di atur tata letak dan dimasukan teks pada balon kata untuk dialognya. Dengan sedikit bantuan Adobe Photoshop CS6 untuk mengatur tone warna saat setelah discan, gambar menjadi lebih bercorak.
(52)
45 Setelah ilustrasi dirubah dalam bentuk digital, kemudian dengan aplikasi Adobe Photoshop gambar di edit untuk pengaturan warna dan cahaya. Setelah itu gambar diatur untuk dilakukan tata letak dan dimasukan teks untuk dialog pada balon kata dan diberi judul cerita.
Gambar IV. 2 Setelah masuk pada pengaturan warna dan cahaya dalam digital.
(53)
46 Kemudian Gambar disusun dengan ukuran 21x16 cm dan untuk batas aman pada setiap halaman ditambahkan 1 cm untuk mencegah adanya gambar terpotong ketika masuk pada tahap pencetakannya dan buku komik ini dicetak menggunakan kertas Art Papper 160 gsm. Sedangkan untuk cover dicetak pada kertas Art Papper 250 gsm yang diberi laminasi glossy. Dicetak menggunakan teknik cetak sparasi.
Gambar IV. 4 Sampul depan dan belakang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Visual yang ditampilkan pada sampul depan adalah visual identitas dari kang ibing sendiri dari referensi gambar kang ibing yang kembali di ilustrasikan untuk keperluan sampul depan agar di sampul depan yang menjadi identitas kang ibing tidak hanya berbentuk judul, tetapi juga di ilustrasikan dengan kang ibing itu sendiri, kemudian selain judul dan ilustrasi dari kang ibing ada juga beberapa potongan dialog dan karakter yang diambil dari beberapa halaman isi, baik karakter maupun dialog dalam balon kata ada yang terpotong, itu untuk membuat para target audiens lebih penasaran dengan apa yang ada di dalam isi buku komik bobodoran kang ibing. Selain itu aja juga nama penyusun dari buku komik bobodoran kang ibing dan juga logo dari penerbit. Sementara di sampul belakang visual yang ditampilakan adalah beberapa potongan dari halaman isi buku komik bobodoran kang ibing dan juga sinopsis dari mana isi cerita komik bobodoran kang ibing ini berasal.
(54)
47 Gambar IV. 5 Salah satu bagian dari isi buku komik bobodoran kang ibing.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
IV.2 Media Pendukung
Media pendukung sangat diperlukan sebagai pelengkap dan membantu dalam penyampaian informasi maupun promosi media utama, yaitu komik Bobodoran Kang ibing dimana peranan media pendukung sangat membantu untuk media utama.
(55)
48 IV.2.1 Poster
Gambar IV. 6 Poster Sumber: Dokumentasi Pribadi
Layout berisi tentang penjelasan mengenai telah terbit buku komik bobodoran kang ibing ini, informasi tentang sinopsis cerita bobodoran yang diambil yaitu dari bobodoran kang ibing pada tahun 1989. Poster dicetak dalam ukuran A3 yang akan ditempatkan di tempat-tempat terjangkau seperti sekolah acara pameran buku, dan juga pada toko buku yang menjual buku ini.
- Ukuran: (29,7 x 42 cm) - Material: Art Papper 260 gsm - Teknis Produksi: Cetak Offset
(56)
49 IV.2.2 Flyer
Gambar IV. 7 Flyer bagian depan dan belakang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Flyer memudahkan target audiens membaca informasi yang bersangkutan dengan media utama karena bersifat fleksibel dengan ukurannya yang kecil dapat dibawa kemana-mana. Desain flyer bagian depan sama dengan poster dengan tata letak disesuaikan dengan ukuran kertas, sedangkan untuk desain pada flyer bagian belakang yaitu berisi visual tentang hadiah atau bonus yang akan didapatkan bila membeli buku komik bobodoran kang ibing pada masa promo berlangsung, diantaranya ada visual gelas, dan stiker untuk bonus pada masa promo, sedangkan untuk baju bukan bagian dari bonus pada masa promo
- Ukuran: (21 x 14,8 cm) - Material: Art Papper 150 gsm - Teknis Produksi: Cetak Offset
(57)
50 IV.2.3 Baju
Gambar IV. 8 Kaos sebagai merchandise baik saat promosi maupun pada saat masa promosi berakhir.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kaos berfungsi sebagai merchandise dan bukan dari bagian bonus pada saat masa promo untuk komik bobodoran kang ibing ini. visual yang ditampilkan pada baju adalah illustrasi dari kang ibing, ini bertujuan untuk memperlihatkan identitas dari kang ibing itu sendiri.
- Ukuran: S, M, L, dan XL - Material: Cotton Combat 30s
(58)
51 IV.2.4 X-Banner
Gambar IV.9 X-Banner Sumber: Dokumentasi Pribadi
X-Banner berfungsi sebagai penanda keberadaan media utama dalam suatu lokasi, seperti lokasi rak pada toko buku. Dengan adanya x-banner memudahkan konsumen mencari buku ini.
- Ukuran: 60 x 160 cm - Material: Spanduk
(59)
52 IV.2.5 Gelas Mug
Gambar IV. 90 Gelas Mug Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gelas mug ini berfungsi sebagai bonus atau hadiah pada saat pembelian buku komik bobodoran pada masa promo, sedangkan setelah masa promo berakhir gelas mug ini menjadi merchandise yang dijual.
- Ukuran : Diameter 8,2 cm dan Tinggi 9,5 cm - Material : Keramik
(60)
53 IV.2.6 Stiker
Gambar IV. 11 Stiker Cromo Sumber: Dokumentasi Pribadi
Stiker bersifat fleksibel, stiker bisa ditempel dimana-mana dan dibawa kemana-mana. Dan biasanya stiker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa. Sehingga konsumen akan terus ingat dengan media utama.
- Ukuran: Variatif - Material: Stiker Cromo
(61)
54 DAFTAR PUSTAKA
Boneff, Marcel. ( 1998), Komik Indonesia, Jakarta : KPG bekerjasama dengan forum Jakarta-Paris.
Ekajati, Edi. (1995). Kebudayaan Sunda. Jakarta Timur: Pustaka Jaya. Faturrochman, Taufik. 2001. “Kang Ibing, Wilujeng Angkat”. Cakakak V Kurnia, Ahmad. (2006). Urang Sunda Kumaha ?. Bandung: Nur Hidayah
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V Andi
Masdiono, Toni. ( 2007). 14 Jurus membuat Komik. Jakarta : CRM (Creativ Media)
Masri Singarimbun dan SofianEffendy.(2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Mccloud, Scott, Understanding Comics. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Cetakan Pertama tahun 2001.
Romli, Usep. (1996). Budaya Sunda Rawayan. Bandung: KSB Rawayan. Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedia Sunda. Jakarta Timur: Pustaka Jaya.
Rustan, Surianto, S.Sn. ( 2005). Fungsi Visual Sebagai Media Belajar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suratno, Nano (2002, Agustus 23). "Seuri", Seni dan Sabar. Kompas 10-15 Wijaya, Priscilia Yunita. (1999). Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual
Nirmana. Jurnal Deskomvis Vol. 1, No.1, Januari 1999.
W.J.S., Poerwadarminta (1954). kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Bahasa dan Budaya Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia
(62)
55 DAFTAR PUSTAKA LAMAN INTERNET
Anonim. (2012). Bobodoran Sunda. Diperoleh 16 Oktober 2014,dari:
http://tanahair.kompas.com/read/2012/09/10/15401781/Bobodoran.Sun da.
Ginulur. 2009 (10 Maret). Bandung Rindu Sosok Seperti Kang Ibing. Tersedia di: http://news.okezone.com/read/2009/03/10/340/311092/bandung-rindu-sosok-seperti-kang-ibing.
Wiratmo,Triyadi Guntur (2009). Transformasi Fungsi Gambar dalam Ilustrasi: Dari Dekorasi Visual, Interpretasi Visual, Jurnalis Visual sampai Opini Visual. Diperoleh 1 Juli 2014, dari:
http://dgi- indonesia.com/transformasi-fungsi-gambar-dalam-ilustrasi-dari-dekorasi-visual-interpretasi-visual-jurnalis-visual-sampai-opini-visual/
Masdiono. 2007 (12 Nopember). Komik Lawas. Tersedia di:
http://komikku.com/illustrasi/2007/12/11/423/673840/komik-lawas-media-cat-air-indonesia.
(63)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Aris Nugraha
Alamat : Jl. Kalipah Apo
Gg. Pamarset No. 46/22B RT 06/07
Tempat, Tanggal, Lahir : Bandung, 21 November 1991
Email : [email protected]
Handphone : 085722577750
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan
1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Pajagalan 47 Bandung 2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Bandung 2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung 2010 – Sekarang :Program Sarjana (S-1), Universitas Komputer
(64)
(1)
52 IV.2.5 Gelas Mug
Gambar IV. 90 Gelas Mug Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gelas mug ini berfungsi sebagai bonus atau hadiah pada saat pembelian buku komik bobodoran pada masa promo, sedangkan setelah masa promo berakhir gelas mug ini menjadi merchandise yang dijual.
- Ukuran : Diameter 8,2 cm dan Tinggi 9,5 cm - Material : Keramik
(2)
53 IV.2.6 Stiker
Gambar IV. 11 Stiker Cromo Sumber: Dokumentasi Pribadi
Stiker bersifat fleksibel, stiker bisa ditempel dimana-mana dan dibawa kemana-mana. Dan biasanya stiker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa. Sehingga konsumen akan terus ingat dengan media utama.
- Ukuran: Variatif - Material: Stiker Cromo
(3)
54 DAFTAR PUSTAKA
Boneff, Marcel. ( 1998), Komik Indonesia, Jakarta : KPG bekerjasama dengan forum Jakarta-Paris.
Ekajati, Edi. (1995). Kebudayaan Sunda. Jakarta Timur: Pustaka Jaya. Faturrochman, Taufik. 2001. “Kang Ibing, Wilujeng Angkat”. Cakakak V Kurnia, Ahmad. (2006). Urang Sunda Kumaha ?. Bandung: Nur Hidayah
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V Andi
Masdiono, Toni. ( 2007). 14 Jurus membuat Komik. Jakarta : CRM (Creativ Media)
Masri Singarimbun dan SofianEffendy.(2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Mccloud, Scott, Understanding Comics. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Cetakan Pertama tahun 2001.
Romli, Usep. (1996). Budaya Sunda Rawayan. Bandung: KSB Rawayan. Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedia Sunda. Jakarta Timur: Pustaka Jaya.
Rustan, Surianto, S.Sn. ( 2005). Fungsi Visual Sebagai Media Belajar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suratno, Nano (2002, Agustus 23). "Seuri", Seni dan Sabar. Kompas 10-15 Wijaya, Priscilia Yunita. (1999). Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual
Nirmana. Jurnal Deskomvis Vol. 1, No.1, Januari 1999.
W.J.S., Poerwadarminta (1954). kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Bahasa dan Budaya Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia
(4)
55 DAFTAR PUSTAKA LAMAN INTERNET
Anonim. (2012). Bobodoran Sunda. Diperoleh 16 Oktober 2014,dari:
http://tanahair.kompas.com/read/2012/09/10/15401781/Bobodoran.Sun da.
Ginulur. 2009 (10 Maret). Bandung Rindu Sosok Seperti Kang Ibing. Tersedia di: http://news.okezone.com/read/2009/03/10/340/311092/bandung-rindu-sosok-seperti-kang-ibing.
Wiratmo,Triyadi Guntur (2009). Transformasi Fungsi Gambar dalam Ilustrasi: Dari Dekorasi Visual, Interpretasi Visual, Jurnalis Visual sampai Opini Visual. Diperoleh 1 Juli 2014, dari:
http://dgi- indonesia.com/transformasi-fungsi-gambar-dalam-ilustrasi-dari-dekorasi-visual-interpretasi-visual-jurnalis-visual-sampai-opini-visual/
Masdiono. 2007 (12 Nopember). Komik Lawas. Tersedia di:
http://komikku.com/illustrasi/2007/12/11/423/673840/komik-lawas-media-cat-air-indonesia.
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Aris Nugraha
Alamat : Jl. Kalipah Apo
Gg. Pamarset No. 46/22B RT 06/07
Tempat, Tanggal, Lahir : Bandung, 21 November 1991
Email : [email protected]
Handphone : 085722577750
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan
1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Pajagalan 47 Bandung 2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Bandung 2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung 2010 – Sekarang :Program Sarjana (S-1), Universitas Komputer
(6)