Universitas Kristen Maranatha
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik untuk pembiayaan pemerintah maupun untuk pembangunan. Sebagaimana terlihat
pada APBN, sumber penerimaan negara pada dasarnya terbagi menjadi 2 sumber utama yaitu penerimaan dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Semakin besar
pinjaman LN maka dapat dikatakan semakin tidak mandiri pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di negara dimaksud. Untuk itu pada masa sekarang ini pemerintah
mulai mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari luar negeri dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan dari dalam negeri.
Penerimaan dalam negeri pada prinsipnya dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu penerimaan bukan pajak dan penerimaan pajak. Penerimaan bukan pajak seperti
penerimaaan dari minyak bumi dan gas alam sangat tergantung kepada pasar minyak dunia dan kebijakan OPEC. Demikian pula penerimaan dari ekspor non migas yang
senantiasa dipengaruhi oleh kebijakan negara tujuan ekspor dan negara pesaing seperti kuota impor, dumping, dan lain-lain. Sedangkan penerimaan pajak merupakan
penerimaan yang paling aman dan handal, karena ia bersifat fleksibel, dan menjadi salah satu instrumen bagi pemerintah untuk mengatur perekonomian, yang lebih
mudah untuk dipengaruhi dibandingkan dengan penerimaan bukan pajak Pengaruh dan campur tangan yang dilakukan pemerintah didalam penerimaan pajak antara lain
Universitas Kristen Maranatha
2 dengan mengeluarkan paket-paket kebijakan baru mengenai pajak. Kebijakan-
kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah tujuan utamanya untuk membantu meningkatkan konstribusi penerimaan pajak.
Meningkatnya konstribusi penerimaan pajak di Indonesia mulai terlihat dari dari tahun 1980 sampai dengan saat ini. Peningkatan ini disebabkan banyak faktor
antara lain adanya kebijakan baru mengenai perpajakan, menurunnya peranan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam dan terjadinya krisis ekonomi yang
dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang berdampak besar kepada peranan penerimaan pajak dalam APBN. Dengan meningkatnya konstribusi penerimaan pajak
diharapkan dapat memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut antara lain dapat mengeser peranan penerimaan bukan pajak yaitu: minyak dan gas alam, juga
mengganti peranan pinjaman luar negeri yang selama ini ternyata menjadi sumber utama dari pembiayaan pembangunan. serta adanya perubahan paradigma dalam
menetapan anggaran APBN dari anggaran defisit menuju anggaran berimbang yang juga menuntut meningkatnya konstribusi penerimaan dari sektor pajak.
Sehingga dengan banyaknya harapan dan tuntutan terhadap penerimaan sektor pajak, menjadikan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara mempunyai
kedudukan yang sangat penting dan strategis. Berikut ini kita dapat melihat realisasi dari penerimaan pajak selama beberapa tahun terakhir:
Universitas Kristen Maranatha
3
Tabel 1 Realisasi Penerimaan Pajak dari 2002-2004 Dalam Triliun
2002 2003
2004 Realisasi Penerimaan pajak 210.1
242 279.2
Sumber: Direktorat Pajak, 2004. Dalam rangka merealisasikan rencana atau target penerimaan tersebut
pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, secara terus menerus dan berkesinambungan melaksanakan upaya konkret dengan berpegang pada prinsip
keadilan, pemerataan beban pajak, serta penegakan hukum untuk meningkatkan jumlah wajib pajak terdaftar melalui ekstensifikasi wajib pajak dan mengoptimalkan
pemungutan pajak melalui kegiatan intensifikasi wajib pajak. Ekstensifikasi dan intensifikasi subjek dan objek pajak merupakan jalan pintas yang diakui
keampuhannya dalam meningkatkan penerimaan pajak. Kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan berdasarkan kerjasama dengan
intansi lain seperti: Bank, PLN, Telkom dan lain-lain. Dari kerjasama tersebut diperoleh data-data transaksi ekonomi yang dilakukan oleh seorang wajib pajak.
Dengan memanfaatkan data yang diperoleh dari mereka jumlah wajib pajak terdaftar diharapkan akan bertambah. Kegiatan intensifikasi bertujuan untuk meningkatkan
jumlah pajak terutang dari wajib pajak yang telah terdaftar. Hal ini dilakukan dengan menerapkan system control yang ketat terhadap pelaksanaan pembayaran,
pemotongan, dan pemungutan pajak. Selain itu mekanisme pengujian ketaatan wajib pajak melalui pemeriksaan juga diharapkan memberikan dampak yang signifikan
Universitas Kristen Maranatha
4 terhadap penerimaan pajak. Ini juga didukung oleh kenyataan dengan kondisi
perekonomian yang sulit pada masa sekarang yang dapat ditunjukkan dengan penurunan volume ekspor akibat penurunan daya beli masyarakat, yang membuat
para wajib pajak melakukan kecurangan dan manipulasi. Kenyataan ini dapat mempengaruhi jumlah anggaran dan realisasi yang sudah dibuat, salah satunya oleh
kantor pelayanan pajak. Untuk menyiasati hal itu Dirjen pajak menjalankan program knowing your tax
payer . Program ini mengharuskan pejabat pajak untuk benar-benar mengenali wajib
pajak yang berada di wilayah kerjanya, bukan hanya identitas wajib pajak akan tetapi secara tepat mengetahui hal-hal detail seperti lokasi usaha, jenis dan perkembangan
usaha, jumlah karyawan, pemegang saham, jenis-jenis produk, proses produksi, tata cara transaksi dan hal lainnya. Ada beberapa macam jenis pemeriksaan yang
dilakukan oleh Dirjen pajak salah satunya pemeriksaan khusus yaitu pemeriksaan yang dilakukan terutama terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya keterangan
atau masalah yang berkaitan dengan wajib pajak tersebut. Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif dan hanya dilaksanakan bila terdapat:
1 Adanya dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
2 Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000.
3 Terdapat data baru atau data yang semula belum terungkap yang dilakukan
melalui pemeriksaan ulang berdasarkan instruksi Direktur Jenderal Pajak 4
Permintaan Wajib Pajak. 5
Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Universitas Kristen Maranatha
5 6
Untuk memperoleh informasi atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.
KPP sebagai salah satu unit pelaksana pemeriksaan pajak dibawah Dirjen, setelah memperoleh izin berupa lembar penugasan pemeriksaan LP2 dari direktur
pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan perpajakan Dirjen pajak, melaksanakan pemeriksaan khusus. Diharapkan dengan dilaksanakan pemeriksaan khusus ini,
diperoleh tambahan penerimaan yang signifikan untuk memenuhi rencana atau target penerimaan pajak yang sebelumnya dibebankan kepadanya sebelum tahun anggaran
tertentu. Dari uraian diatas dapat timbul pertanyaan yaitu apakah kebijakan
pemeriksaan khusus cukup berhasil dalam mempengaruhi pencapaian target penerimaan pajak tersebut? Untuk menilai keberhasilan dari pelaksanaan
pemeriksaan khusus ini perlu dibandingkan antara tingkat penerimaan pajak sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut di KPP Tegallega, namun penulis hanya membatasi dengan
mengukur tingkat penerimaan penghasilan wajib pajak badan saja. Penelitian ini dituangkan dalam skripsi dengan judul:
“ Analisis perbandingan tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaaan khusus” studi kasus di KPP Tegallega.
Universitas Kristen Maranatha
6
1.2. Identifikasi masalah