Analisis Perbandingan Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Khusus (Studi Kasus di KPP Tegallega).

(1)

Universitas Kristen Maranatha ii

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber dana yang berkontribusi paling besar dalam membiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) negara kita. Sehingga ada tuntutan agar penerimaan di bidang sektor pajak harus terus meningkat.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus, serta mengetahui seberapa besar konstribusi hasil pemeriksaan khusus terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

Objek penelitian pada penulisan skripsi ini adalah tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus untuk tahun anggaran 2004. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah KPP Bandung Tegallega. Pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah pemeriksaan khusus yang dilaksanakan dan diselesaikan pada tahun 2004, terhadap SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak badan Tahun 2003.

Penelitian ini bersifat deskritif dengan menggunakan metode studi kasus dimana data yang diperoleh selama penelitian ini akan dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang ada.

Hipotesa yang diambil adalah ”Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus” Hipotesa diuji dengan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penelitian di KPP Bandung Tegallega yang kemudian diolah dan diuji dengan Paired Sample T-test.

Hasilnya tingkat penerimaan PPh badan dari 19 Wajib Pajak sebelum pemeriksaan khusus Rp. 2.556.140.037 dan sesudah pemeriksaan khusus naik sebesar Rp. 3.393.430.876, koreksi fiskal positif Rp. 687.622.622 ditambah denda Rp. 139.668.217 merupakan tambahan penerimaan pajak penghasilan badan dari hasil pemeriksaan khusus yakni sebesar Rp. 827.290.839 dan hasil uji statistik menunjukkan nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel atau-2,760 <-2,1809.

Kesimpulan dalam penelitian ini Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus dan juga konstribusi pemeriksaan khusus terhadap penerimaan pajak penghasilan badan adalah sebesar 0,83%. Kecilnya konstribusi hasil pemeriksaan khusus disebabkan jumlah wajib pajak badan yang dikenakan pemeriksaan khusus hanya 0,59% dari jumlah keseluruhan Wajib Pajak badan di KPP Bandung Tegallega.


(2)

Universitas Kristen Maranatha iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH………...iii

DAFTAR ISI……….v

DAFTAR TABEL………...x

DAFTAR GAMBAR………xi

DAFTAR LAMPIRAN……….xii

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1.Latar Belakang masalah………..1

1.2.Identifikasi Masalah………6

1.3.Tujuan Penelitian………6

1.4.Kegunaan Penelitian………6

1.5.Rerangka Pemikiran………7

1.6.Alat Uji Hipotesis………...10

1.7.Waktu dan Lokasi Penelitian………..11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….12

2.1 Pajak………....12

2.1.1 Pengertian Pajak………. 12

2.1.2 Peran dan Fungsi Pajak………...13

2.1.2.1 Peran Pajak Dalam Pembangunan………..13

2.1.2.2 Fungsi Pajak………14

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak………...14

2.1.4 Pembagian Pajak menurut Golongan, Sifat Dan Pemungutannya………16

2.1.5 Pengertian Istilah Pajak di Indonesia………..17


(3)

Universitas Kristen Maranatha iv

2.2.1 Pajak Penghasilan………....18

2.2.2 Subjek Pajak Penghasilan………....19

2.2.3 Objek Pajak Penghasilan………..20

2.2.4 Penghasilan Kena Pajak………...22

2.2.5 Tarif Pajak Penghasilan……… ………23

2.2.6 Cara Pelunasan Pajak………...24

2.3 Surat Pemberitahuan……….25

2.3.1 Pengertian Surat Pemberitahuan………..25

2.3.2 Jenis-jenis Surat Pemberitahuan………..26

2.4 Pemeriksaan Pajak……… ……...26

2.4.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak………..26

2.4.2 Mekanisme Pemeriksaan Pajak………....27

2.4.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak………...29

2.4.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak……….30

2.4.5 Norma Pemeriksaan Pajak………… ………...31

2.4.6 Pedoman Pemeriksaan Pajak………...36

2.4.7 Jenis-jenis Pemeriksaan Pajak………...38

2.4.8 Tata Cara Pemeriksaan Pajak………..39

2.4.9 Tahap-tahap Pemeriksaan Pajak………..42

2.5 Pemeriksaan Khusus……… ………45

2.5.1 Tata Cara Pemeriksaan khusus………....46

2.5.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Khusus………..48

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN……….49

3.1 Objek Penelitian………...49

3.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega………..49

3.1.2 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega……….54


(4)

Universitas Kristen Maranatha v

3.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak

Bandung Tegallega……….54

3.1.4 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega……….58

3.2 Metode Penelitian………....65

3.2.1 Metode Yang Digunakan……….65

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data………...66

3.2.3 Operasionalisasi Variabel……….... 67

3.2.4 Analisa Data Dan Pengujian Hipotesis………....68

3.2.5 Rancang Uji Hipotesis……….69

3.2.6 Statistika………..70

3.2.6.1 Prosedur SPSS………....70

3.2.6.2 Cara Mengambil Keputusan………71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………72

4.1 Hasil Penelitian………72

4.1.1 Pemeriksa Pajak di KPP Bandung Tegallega………..72

4.1.1.1 Kompetensi Pemeriksa………72

4.1.1.2 Independensi Pemeriksaan………...73

4.1.2 Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus di KPP Tegallega……...74

4.1.2.1 Pelaksanaan Pemeriksaan khusus………...74

4.1.2.2 Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Sebelum Pemeriksaan Khusus………..76

4.1.2.3 Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Sesudah Pemeriksaan Khusus………..77

4.2 Pembahasan……….79 4.2.1 Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Di KPP Bandung Tegallega Sebelum Dan


(5)

Universitas Kristen Maranatha vi

Sesudah Pemeriksaan Khusus……….79

4.2.2 Penghitungan Statistik dan Prosedur SPSS……….80

4.2.3 Konstribusi Pemeriksaan Khusus Terhadap Pencapaian Target Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Di KPP Bandung Tegallega………86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. .89

5.1 Kesimpulan………..89

5.2 Saran-saran………..90

DAFTAR PUSTAKA……… 91 Riwayat Hidup

Lampiran-lampiran


(6)

Universitas Kristen Maranatha vii

Daftar Tabel

Tabel 1 Realisasi Penerimaan Pajak dari 2002-2004 3 Tabel 2.1 Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi 23 Tabel 2.2 Tarif Wajib Pajak Badan 23 Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Variabel dependen 68 Tabel 4.1 Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan 76

Sebelum Pemeriksaan Khusus

Tabel 4.2 Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan 77 Sesudah Pemeriksaan khusus

Tabel 4.3 Penerimaan Pajak Sebelum Pemeriksaan Khusus 82 Sesudah Pemeriksaan khusus

Tabel 4.4 Hasil Olahan SPSS 83 Tabel 4.5 Rencana Dan Realisasi Penerimaan Pajak Di KPP Bandung Tegallega Tahun Anggaran 2004 86 Tabel 4.6 Konstribusi Pemeriksaan Khusus Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Di KPP Bandung Tegallega


(7)

Universitas Kristen Maranatha viii

Daftar Gambar


(8)

Universitas Kristen Maranatha ix

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Khusus Di KPP Tegallega Untuk Tahun Anggaran 2004. Lampiran 2 Anggaran Dan Realisasi Di KPP Tegallega Untuk Tahun Anggaran 2004. Lampiran 3 Struktur Organisasi Di KPP Bandung Tegallega.

Lampiran 4 Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Lampiran 5 Formulir SSP


(9)

Anggaran dan Realisasi KPP Tegallega

Anggaran Realisasi

PPh Badan Rp97.181.300.000 Rp99.710.957.490 Penerimaan Pajak KPP Tegallega Rp433.116.600.000 Rp332.318.606.767 Sumber: Olahan KPP Tegallega


(10)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik untuk pembiayaan pemerintah maupun untuk pembangunan. Sebagaimana terlihat pada APBN, sumber penerimaan negara pada dasarnya terbagi menjadi 2 sumber utama yaitu penerimaan dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Semakin besar pinjaman LN maka dapat dikatakan semakin tidak mandiri pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di negara dimaksud. Untuk itu pada masa sekarang ini pemerintah mulai mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari luar negeri dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan dari dalam negeri.

Penerimaan dalam negeri pada prinsipnya dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu penerimaan bukan pajak dan penerimaan pajak. Penerimaan bukan pajak seperti penerimaaan dari minyak bumi dan gas alam sangat tergantung kepada pasar minyak dunia dan kebijakan OPEC. Demikian pula penerimaan dari ekspor non migas yang senantiasa dipengaruhi oleh kebijakan negara tujuan ekspor dan negara pesaing seperti kuota impor, dumping, dan lain-lain. Sedangkan penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling aman dan handal, karena ia bersifat fleksibel, dan menjadi salah satu instrumen bagi pemerintah untuk mengatur perekonomian, yang lebih mudah untuk dipengaruhi dibandingkan dengan penerimaan bukan pajak Pengaruh dan campur tangan yang dilakukan pemerintah didalam penerimaan pajak antara lain


(11)

Universitas Kristen Maranatha 2

dengan mengeluarkan paket-paket kebijakan baru mengenai pajak. Kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah tujuan utamanya untuk membantu meningkatkan konstribusi penerimaan pajak.

Meningkatnya konstribusi penerimaan pajak di Indonesia mulai terlihat dari dari tahun 1980 sampai dengan saat ini. Peningkatan ini disebabkan banyak faktor antara lain adanya kebijakan baru mengenai perpajakan, menurunnya peranan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam dan terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang berdampak besar kepada peranan penerimaan pajak dalam APBN. Dengan meningkatnya konstribusi penerimaan pajak diharapkan dapat memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut antara lain dapat mengeser peranan penerimaan bukan pajak yaitu: minyak dan gas alam, juga mengganti peranan pinjaman luar negeri yang selama ini ternyata menjadi sumber utama dari pembiayaan pembangunan. serta adanya perubahan paradigma dalam menetapan anggaran APBN dari anggaran defisit menuju anggaran berimbang yang juga menuntut meningkatnya konstribusi penerimaan dari sektor pajak.

Sehingga dengan banyaknya harapan dan tuntutan terhadap penerimaan sektor pajak, menjadikan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis. Berikut ini kita dapat melihat realisasi dari penerimaan pajak selama beberapa tahun terakhir:


(12)

Universitas Kristen Maranatha 3

Tabel 1

Realisasi Penerimaan Pajak dari 2002-2004 (Dalam Triliun)

2002 2003 2004

Realisasi Penerimaan pajak 210.1 242 279.2 Sumber: Direktorat Pajak, 2004.

Dalam rangka merealisasikan rencana atau target penerimaan tersebut pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, secara terus menerus dan berkesinambungan melaksanakan upaya konkret dengan berpegang pada prinsip keadilan, pemerataan beban pajak, serta penegakan hukum untuk meningkatkan jumlah wajib pajak terdaftar melalui ekstensifikasi wajib pajak dan mengoptimalkan pemungutan pajak melalui kegiatan intensifikasi wajib pajak. Ekstensifikasi dan intensifikasi subjek dan objek pajak merupakan jalan pintas yang diakui keampuhannya dalam meningkatkan penerimaan pajak.

Kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan berdasarkan kerjasama dengan intansi lain seperti: Bank, PLN, Telkom dan lain-lain. Dari kerjasama tersebut diperoleh data-data transaksi ekonomi yang dilakukan oleh seorang wajib pajak. Dengan memanfaatkan data yang diperoleh dari mereka jumlah wajib pajak terdaftar diharapkan akan bertambah. Kegiatan intensifikasi bertujuan untuk meningkatkan jumlah pajak terutang dari wajib pajak yang telah terdaftar. Hal ini dilakukan dengan menerapkan system control yang ketat terhadap pelaksanaan pembayaran, pemotongan, dan pemungutan pajak. Selain itu mekanisme pengujian ketaatan wajib pajak melalui pemeriksaan juga diharapkan memberikan dampak yang signifikan


(13)

Universitas Kristen Maranatha 4

terhadap penerimaan pajak. Ini juga didukung oleh kenyataan dengan kondisi perekonomian yang sulit pada masa sekarang yang dapat ditunjukkan dengan penurunan volume ekspor akibat penurunan daya beli masyarakat, yang membuat para wajib pajak melakukan kecurangan dan manipulasi. Kenyataan ini dapat mempengaruhi jumlah anggaran dan realisasi yang sudah dibuat, salah satunya oleh kantor pelayanan pajak.

Untuk menyiasati hal itu Dirjen pajak menjalankan program knowing your tax payer. Program ini mengharuskan pejabat pajak untuk benar-benar mengenali wajib pajak yang berada di wilayah kerjanya, bukan hanya identitas wajib pajak akan tetapi secara tepat mengetahui hal-hal detail seperti lokasi usaha, jenis dan perkembangan usaha, jumlah karyawan, pemegang saham, jenis-jenis produk, proses produksi, tata cara transaksi dan hal lainnya. Ada beberapa macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen pajak salah satunya pemeriksaan khusus yaitu pemeriksaan yang dilakukan terutama terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya keterangan atau masalah yang berkaitan dengan wajib pajak tersebut. Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif dan hanya dilaksanakan bila terdapat:

1) Adanya dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. 2) Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000.

3) Terdapat data baru atau data yang semula belum terungkap yang dilakukan melalui pemeriksaan ulang berdasarkan instruksi Direktur Jenderal Pajak 4) Permintaan Wajib Pajak.


(14)

Universitas Kristen Maranatha 5

6) Untuk memperoleh informasi atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.

KPP sebagai salah satu unit pelaksana pemeriksaan pajak dibawah Dirjen, setelah memperoleh izin berupa lembar penugasan pemeriksaan( LP2) dari direktur pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan perpajakan Dirjen pajak, melaksanakan pemeriksaan khusus. Diharapkan dengan dilaksanakan pemeriksaan khusus ini, diperoleh tambahan penerimaan yang signifikan untuk memenuhi rencana atau target penerimaan pajak yang sebelumnya dibebankan kepadanya sebelum tahun anggaran tertentu.

Dari uraian diatas dapat timbul pertanyaan yaitu apakah kebijakan pemeriksaan khusus cukup berhasil dalam mempengaruhi pencapaian target penerimaan pajak tersebut? Untuk menilai keberhasilan dari pelaksanaan pemeriksaan khusus ini perlu dibandingkan antara tingkat penerimaan pajak sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut di KPP Tegallega, namun penulis hanya membatasi dengan mengukur tingkat penerimaan penghasilan wajib pajak badan saja. Penelitian ini dituangkan dalam skripsi dengan judul:

“ Analisis perbandingan tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaaan khusus”( studi kasus di KPP Tegallega).


(15)

Universitas Kristen Maranatha 6

1.2. Identifikasi masalah

Penulis mengidentifikasi hal-hal yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus pada KPP. b. Seberapa besar konstribusi pemeriksaan khusus dalam pencapaian target

penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Tegallega.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1) Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas tingkat penerimaan pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus pada KPP Tegallega.

2) Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi pemeriksaan khusus dalam pencapaian target penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Tegallega

1.4. Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan secara khusus prakstis dihubungkan dengan ilmu yang didapat.


(16)

Universitas Kristen Maranatha 7

2. Bagi KPP khususnya dan Dirjen pajak umumnya diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbagan dan evaluasi dalam meningkatkan penerimaan pajak.

3. Bagi penulis lain untuk dapat dijadikan referensi.

1.5. Rerangka pemikiran

Definisi pajak menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH ( Buku Perpajakan, 2002: 1 ).

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Karena sifat pajak yang dipaksakan maka pajak harus dipungut berdasarkan Undang-Undang. pemerintah bersama DPR secara konsisten melakukan penyempurnaan. Penyempurnaan dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan pajak yang dimulai dari tahun 1983. Dalam tahun 1983 sistem pemungutan pajak berubah dari official assement system menjadi self assement system yaitu wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang harus dibayarnya. Sampai dengan diberlakukannya paket UU pajak baru, yaitu UU pajak tahun 2000, self assement system tetap diberlakukan sebagai sarana untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang yang digunakan, media itu disebut dengan Surat pemberitahuan (SPT).


(17)

Universitas Kristen Maranatha 8

SPT dibagi menjadi 2 jenis SPT yaitu SPT masa dan SPT tahunan. SPT masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat. Sedangkan SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. Dari pengertian diatas laporan penghitungan dan pembayaran pajak serta hal lainnya yang tercantum dalam SPT, sepenuhnya berasal dari wajib pajak. Hal ini penting, yang mempengaruhi keberhasilan self assement system adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dilihat atas dasar indikator sebagai berikut:

a. Patuh terhadap kewajiban interim yaitu: dalam pelaporan dan pembayaran atau pemungutan pajak setiap bulannya.

b. Patuh terhadap kewajiban tahunan, yakni menghitung dan melaporkan perhitungan pajak dalam SPT pada akhir tahun pajak, serta bila ada melunasi utang pajak.

c. Patuh terhadap ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

Untuk menjamin supaya jumlah pajak terutang yang dilaporkan WP telah sesuai dengan Ketentuan perpajakan yang berlaku, maka perlu diterapkan mekanisme pengawasan. Dan salah satunya diterapkan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan


(18)

Universitas Kristen Maranatha 9

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, kewenangan Dirjen pajak untuk melakukan pemeriksaan diatur dalam pasal 29 ayat 1 UU KUP.

Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua wajib pajak, namun sulit dilakukan karena keterbatasan sumberdaya manusia, dalam hal ini pemeriksaan di Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan terutama dilakukan terhadap wajib pajak yang SPTnya menyatakan lebih bayar, karena hal ini telah diatur dalam UU KUP. Disamping itu pemeriksaan juga dilakukan terhadap wajib pajak tertentu dan wajib pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah.

Pemeriksaan disamping untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, bertujuan pula untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan didalam perlakuan perpajakan diantara sesama wajib pajak. Dengan pemeriksaan, diharapkan wajib pajak dapat memahami peraturan perpajakan yang berlaku dan segera memperbaiki jika terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tidak seorangpun yang dapat menghindari kewajibannya sebagai warga negara dalam membayar pajak.

Ada beberapa macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen pajak, salah satunya pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya informasi data, laporan kemungkinan terjadinya penyimpangan pajak atau pengaduan yang berkaitan dengannya serta untuk memperoleh informasi atau data untuk tujuan tertentu dalam rangka pelaksanaan


(19)

Universitas Kristen Maranatha 10

peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk karena permintaan wajib pajak, dan juga pemeriksaan ini sifatnya selektif.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus”

1.6. Alat Uji Hipotesis

Salah satu cara yang digunakan untuk menguji anggapan atau hipotesis dasar yang bersifat sementara dari hasil analisa statistik sehingga dapat ditarik kesimpulannya adalah statistik mengenai diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.

Metode statistik yang dapat dibuat untuk menguji fakta atau data tersebut adalah dengan mengunakan Uji Dua Sampel Dependen ( Paired sample T-Test ). Rumusan sebagai berikut:

t= ð

•sd

n

sd=

d2−(

d)2/n/n−1 Keterangan:

t = nilai distribusi t. sd = standar deviasi. ð = nilai rata-rata.

n = jumlah pengamatan berpasangan. d = perbedaan antara data berpasangan.


(20)

Universitas Kristen Maranatha 11

Hipotesis statistik:

Ho:

µ

=a artinya : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus.

H•:

µ

a artinya : Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak

penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus.

1.7. Waktu dan Lokasi Penelitian.

Adapun sumber informasi untuk penelitian ini dilakukan di kantor pelayanan pajak Tegallega yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta no 121. Sedangkan penelitian dilakukan selama 1 bulan yang dimulai dari tanggal 13 maret sampai 13 april 2006.


(21)

Universitas Kristen Maranatha 12


(22)

Universitas Kristen Maranatha Daftar Pustaka

Erly Suandy, Hukum Pajak, Jakarta, Salemba Empat, 2000. Erly Suandy, Perencanaan Pajak, Jakarta, Salemba Empat, 2001. Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 2003.

Nur Indriantoro & Bambang Supomo, Penelitian Bisnis, Yogyakarta, BPFE, 2002. Sudjana, Statistika, Bandung, Tarsito, 1997.

UU Pajak Tahun 2000, Salemba Empat, 2000 www.pajak.go.id

www. klikpajak.com www. kiospajak.com Dokumen

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.7/2001.


(1)

SPT dibagi menjadi 2 jenis SPT yaitu SPT masa dan SPT tahunan. SPT masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat. Sedangkan SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. Dari pengertian diatas laporan penghitungan dan pembayaran pajak serta hal lainnya yang tercantum dalam SPT, sepenuhnya berasal dari wajib pajak. Hal ini penting, yang mempengaruhi keberhasilan self assement system adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dilihat atas dasar indikator sebagai berikut:

a. Patuh terhadap kewajiban interim yaitu: dalam pelaporan dan pembayaran atau pemungutan pajak setiap bulannya.

b. Patuh terhadap kewajiban tahunan, yakni menghitung dan melaporkan perhitungan pajak dalam SPT pada akhir tahun pajak, serta bila ada melunasi utang pajak.

c. Patuh terhadap ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

Untuk menjamin supaya jumlah pajak terutang yang dilaporkan WP telah sesuai dengan Ketentuan perpajakan yang berlaku, maka perlu diterapkan mekanisme pengawasan. Dan salah satunya diterapkan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan


(2)

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, kewenangan Dirjen pajak untuk melakukan pemeriksaan diatur dalam pasal 29 ayat 1 UU KUP.

Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua wajib pajak, namun sulit dilakukan karena keterbatasan sumberdaya manusia, dalam hal ini pemeriksaan di Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan terutama dilakukan terhadap wajib pajak yang SPTnya menyatakan lebih bayar, karena hal ini telah diatur dalam UU KUP. Disamping itu pemeriksaan juga dilakukan terhadap wajib pajak tertentu dan wajib pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah.

Pemeriksaan disamping untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, bertujuan pula untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan didalam perlakuan perpajakan diantara sesama wajib pajak. Dengan pemeriksaan, diharapkan wajib pajak dapat memahami peraturan perpajakan yang berlaku dan segera memperbaiki jika terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tidak seorangpun yang dapat menghindari kewajibannya sebagai warga negara dalam membayar pajak.

Ada beberapa macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen pajak, salah satunya pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya informasi data, laporan kemungkinan terjadinya penyimpangan pajak atau pengaduan yang berkaitan dengannya serta untuk memperoleh informasi atau data untuk tujuan tertentu dalam rangka pelaksanaan


(3)

peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk karena permintaan wajib pajak, dan juga pemeriksaan ini sifatnya selektif.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut:

“Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus”

1.6. Alat Uji Hipotesis

Salah satu cara yang digunakan untuk menguji anggapan atau hipotesis dasar yang bersifat sementara dari hasil analisa statistik sehingga dapat ditarik kesimpulannya adalah statistik mengenai diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.

Metode statistik yang dapat dibuat untuk menguji fakta atau data tersebut adalah dengan mengunakan Uji Dua Sampel Dependen ( Paired sample T-Test ). Rumusan sebagai berikut:

t= ð

•sd

n

sd=

d2−(

d)2/n/n−1 Keterangan:

t = nilai distribusi t. sd = standar deviasi. ð = nilai rata-rata.

n = jumlah pengamatan berpasangan. d = perbedaan antara data berpasangan.


(4)

Hipotesis statistik:

Ho:

µ

=

a

artinya : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus.

H•:

µ

a

artinya : Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan badan sebelum pemeriksaan khusus dan sesudah pemeriksaan khusus.

1.7. Waktu dan Lokasi Penelitian.

Adapun sumber informasi untuk penelitian ini dilakukan di kantor pelayanan pajak Tegallega yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta no 121. Sedangkan penelitian dilakukan selama 1 bulan yang dimulai dari tanggal 13 maret sampai 13 april 2006.


(5)

(6)

Daftar Pustaka

Erly Suandy, Hukum Pajak, Jakarta, Salemba Empat, 2000. Erly Suandy, Perencanaan Pajak, Jakarta, Salemba Empat, 2001. Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 2003.

Nur Indriantoro & Bambang Supomo, Penelitian Bisnis, Yogyakarta, BPFE, 2002. Sudjana, Statistika, Bandung, Tarsito, 1997.

UU Pajak Tahun 2000, Salemba Empat, 2000 www.pajak.go.id

www. klikpajak.com www. kiospajak.com Dokumen

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.7/2001.


Dokumen yang terkait

Analissi perbandingan sebelum dan sesudah penggunaan internet berdasarkan sistem informasi derektorat jenderal pajak (SIDJP) terhadap penerimaan pajak : studi kasus pada kantor pelayanan pajak pratama serpong

9 85 94

Pengaruh Penghindaran dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Tegallega Bandung)

41 272 46

ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN INVESTASI SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN FLAT RATE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN : Studi Pada Wajib Pajak Badan Provinsi Banten.

0 1 50

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Tegallega Bandung.

0 0 21

Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Sebelum dan Sesudah modernisasi Administrasi Perpajakan.

1 3 23

Analisis Perbandingan Jumlah Wajib Pajak dan Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Sensus Pajak Nasional (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

0 0 21

Perbandingan Pajak Penghasilan terutang Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak.

1 4 28

Perbandingan Penerimaan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pemeriksaan Lengkap (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara).

0 0 23

ANALISIS PERBANDINGAN JUMLAH WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PROGRAM TAX AMNESTY DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PONDOK GEDE

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Perbandingan Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Khusus (Studi Kasus di KPP Tegallega) - MCUrepository

0 0 12