TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM GURU TERHADAP MURID DI SEKOLAH.

JURNAL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEKERASAN YANG DILAKUKAN
OKNUM GURU TERHADAP MURID DI SEKOLAH

Diajukan Oleh :
ARTHUR RIONALDI

NPM

: 08 05 09957

Program Studi

: Ilmu Hukum

Program Kekhususan

: Peradilan dan Penyelesaian Sengketa

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM
2014

1

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEKERASAN YANG DILAKUKAN
OKNUM GURU TERHADAP MURID DI SEKOLAH

Arthur Rionaldi
Prasetyo Sidi Purnomo
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Abstract We often hear news about violence happening in our society recent
days.Violence is "the intentional use of physical force or power, threatened or
actual, against oneself, another person, or against a group or community, which
either results in or has a high likelihood of resulting in injury, death,
psychological harm, maldevelopment, or deprivation." It mainly happens in public
society, working society, family living and even in educational society. School
should be a place for students to study therefore it should be a safe place for them
to learn. However, we often find some violence happen in school conducted by

the teachers to their students. Some violence such as throwing a board eraser by
the teacher to a student, hitting, slapping, and kind of them often happen in
school. Besides students also suffered a psychological violence such as a teacher
says thing in a harsh manner, mocking, or even sexual harassment. A case of
violence in school is on the contrary breaking teachers’ role as a mentor, a tutor
and an educator. Those things exactly make us worried about our educational
system. A Violence conducted by teachers to students will give negative effect for
them in their lives. Students can suffer traumatic memory and merely do not want
to go back to school. Government has actually afforded to prevent a teachers’
violence to student in school. Government has made rules to avoid violence in
school. One of the efforts is by giving attention to a teaching-learning process in
school so that violence will not happen anymore. With that kind of rule, teachinglearning processes become more effective and make students feel safe to study in
school.
key words : criminal violence, protection students, teacher violence,educational
system

2

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat
semakin

meresahkan.

Dalam

menyelesaikan

suatu

konflik

atau

permasalahan disertai dengan tindakan kekerasan. Secara umum, tindakan
kekerasan dapat diartikan penggunaan secara sengaja kekuatan fisik atau
kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri, orang lain,
atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau
kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis,

pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian. Bentuk kekerasan banyak
ragamnya, meliputi kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan
psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan simbolik dan penelantaran.
Kekerasan

dapat

dilakukan

oleh

perseorangan

maupun

secara

berkelompok, secara serampangan (dalam kondisi terdesak) atau
teroganisir. Dalam konteks sosial munculnya teori kekerasan dapat terjadi
oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut 1:

1) Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kekerasan yang
disebabkan oleh struktur sosial tertentu.
2) Tekanan sosial, yaitu suatu kondisi saat sejumlah besar anggota
masyarakat merasa bahwa banyak nilai dan norma yang sudah

1

http://firdhamodest.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, makalah
Teori Kekerasan,diakses tanggal 20 Juni 2014

3

dilanggar. Tekanan ini tidak cukup menimbulkan kerusuhan atau
kekerasan, tetapi juga menjadi pendorong terjadinya kekerasan.
3) Berkembangnya perasaan kebencian yang meluas terhadap suatu
sasaran tertentu. Sasaran kebencian itu berkaitan dengan faktor
pencetus, yaitu peristiwa yang memicu kekerasan
4) Mobilisasi

untuk


beraksi,

yaitu

tindakan

nyata

berupa

pengorganisasian diri untuk bertindak. Tahap ini merupakan tahap
akhir dari akumulasi yang memungkinkan terjadinya kekerasan.
5) Kontrol sosial, yaitu tindakan pihak ketiga seperti aparat keamanan
untuk mengendalikan, menghambat, dan mengakhiri kekerasan
Kekerasan dapat terjadi di lingkungan rumah tangga, lingkungan
publik, lingkungan kantor, bahkan di lingkungan sekolah. Kekerasan pada
lingkungan sekolah adalah tindakan yang tidak terpuji dan tentunya sangat
bertentangan dengan berbagai landasan dalam pendidikan. Kekerasan dan
pelecehan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir

ini, bukanlah sesuatu yang muncul dengan tiba-tiba.
Penyebab kekerasan terhadap peserta didik bisa terjadi karena
guru tidak paham akan makna kekerasan dan akibat negatifnya. Guru
mengira bahwa murid akan jera karena hukuman fisik. Sebaliknya, murid
menjadi benci dan tidak

patuh lagi pada guru. Kekerasan dalam

pendidikan terjadi dikarenakan kurangnya kasih sayang dari guru. Guru
memperlakukan murid sebagai subyek. Kekerasan bisa terjadi karena guru

4

sudah tidak atau sangat kurang memiliki rasa kasih sayang terhadap murid,
atau dahulu guru itu sendiri diperlakukan dengan keras. Sekolah yang
seharusnya menjadi tempat untuk berprestasi, tetapi menjadi ajang
premanisme. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar tentang
norma-norma kemasyarakatan yang baik, tetapi dijadikan rimba tanpa
hukum. Guru yang kuat, berkuasa, memiliki legalitas untuk menindas yang
lain. Kekerasan sering terjadi bukan dalam bentuk kekerasan fisik, tetapi

juga kekerasan psikis. Hal hal yang sepele dapat menjadi alasan untuk
melakukan kekerasan. Bahkan terkadang kekerasan dilakukan tanpa
alasan. Menjadi suatu pertanyaan besar jika kekerasan terjadi dari pihak
guru kepada siswa. Hal ini sangat memalukan dunia pendidikan. Guru
yang seharusnya menjadi contoh yang baik bagi para murid, malah
memberikan contoh yang tidak baik kepada murid-murid.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui apakah kekerasan yang dilakukan guru
terhadap murid di sekolah ditinjau dari segi yuridis
termasuk perbuatan pidana
2) Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh berbagai
pihak untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan dari
guru.

5

2. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN


A. Tinjauan Pustaka Kekerasan Guru di Sekolah
Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan
kekerasan, baik di masa yang lalu apalagi sekarang ini. Tapi kekerasan
sering kali dihubung-hubungkan dengan kedisiplinan dan penerapannya
dalam dunia pendidikan. Disiplin merupakan hal yang seringkali menjadi
tolok ukur kualitas pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal seperti
sekolah, sehingga para guru harus bekerja keras membuat peraturan serta
menertibkan murid muridnya di sekolah.

Berbagai macam cara mereka tempuh untuk menegakkan disiplin
di sekolah, seperti memberikan sanksi yang keras dan tegas bagi murid
murid yang melanggar peraturan seperti membolos, merokok di
lingkungan sekolah, terlambat, dan lain-lain. Walau demikian masih ada
saja murid murid yang melanggar peraturan, sehingga tak jarang guru
melakukan tindak kekerasan untuk mendisiplinkan murid muridnya.

Secara umum, kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh satu individu terhadap individu lain yang mengakibatkan
gangguan fisik dan atau mental2. Kekerasan pada murid adalah suatu
tindakan keras yang dilakukan terhadap murid di sekolah dengan dalih


2

http://curhatnisa.blogspot.com/2011/09/konsep-kekerasan-terhadap-perempuan-dan.html, Konsep
kekerasan terhadap perempuan dan KDRT,diakses tanggal 20 Juni 2014

6

mendisiplinkan murid yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, dan seksual.

B. Hasil Penelitian Kekerasan Guru di Sekolah
Ada beberapa bentuk kekerasan yang umumnya dialami atau
dilakukan terhadap murida, antara lain kekerasan fisik yaitu merupakan
suatu bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan luka atau cedera pada
siswa, seperti memukul, menendang, menampar. Kemudian kekerasan
psikis yang dilakukan guru terhadap murid yaitu kekerasan dengan cara
menghina, melecehkan, mencela atau melontarkan perkataan yang
menyakiti perasaan, melukai harga diri murid, menurunkan rasa percaya
diri, membuat murid merasa hina, kecil, lemah, jelek, tidak berguna dan

tidak berdaya.

Contoh kasus kekerasan fisik dan psikis guru di sekolah
diantaranya adalah kekerasan yang diterima oleh tiga murid SD Gunung
Sari, Gunung Kidul, yang mana ketiga murid tersebut ditampar oleh
gurunya pada saat memberikan pelajaran di kelas. Kekerasan disekolah
juga dialami oleh murid SMP di Ponorogo. Kepala murid itu dipukul oleh
guru sehingga terluka. Keluarga sang murid yang tidak terima perlakuan
kasar sang guru kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Ponorogo.
Kekerasan juga dialami oleh murid SD di Bantul. Murid SD ini dilempar
pakai penghapus papan tulis yang menyebabkan pelipis matanya terluka
dan menjadi trauma untuk pergi ke sekolah.

7

Kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan oleh guru terhadap
murid di sekolah tentu saja bertententangan dengan peraturan peraturan
yang telah dibuat oleh pemerintah. Pemerintah telah

secara tegas

melarang adanya kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah dengan
membuat peraturan di antaranya :

1) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 20 d yang menyatakan: “Dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan,

guru

berkewajiban

menjunjung

tinggi

peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru
serta nilai-nilai agama dan etika”
2) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 6 ayat (1) huruf f yang menyatakan: “Hubungan guru
dengan peserta didik “Guru menjalin hubungan dengan peserta
didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pendidikan”
3) Undang Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa “setiap anak dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab, atas pengasuhan berhak menadapat
perlindungan

dari

perlakuan

diskriminasi,

eksploitasi,

penelentaran, kekerasan, ketidakadilan atau perlakuan salah
lainnya”

8

4) Undang Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak

pasal 54 yang menyatakan “Anak di dalam dan di

lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau temantemannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya.”
5) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak

pasal 80 ayat 1 juga sudah secara khusus mengatur

tentang penganiayaan terhadap anak, dengan menyatakan:
“Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau
ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah).”
6) Kitab Undang Undang Hukum Pidana pasal 170 ayat 1 yang
menyatakan “Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan
tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau
barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan”

Selain kekerasan fisik dan psikis yang sering dialami oleh para
murid, kekerasan seksual juga mulai terjadi di sekolah. Beberapa contoh
kasus kekerasan seksual yang dilakukan guru di sekolah diantaranya,
seorang siswi SMA Negeri 22 di Jakarta Timur melapor telah dicabuli

9

wakil kepala sekolah yang bernama Taufan. Kasus yang lain seorang
murid SD kelas 6 telah dicabuli oleh gurunya di Lombok, NTB, yang
menyebabkan murid itu menjadi trauma kembali ke sekolah.

Kekerasan seksual yang dilakukan oleh guru terhadap murid tentu
saja juga bertentangan dengan peraturan pemerintah di antaranya :

1) Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak pasal 81 ayat 1 yang menyatakan “Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”
2) Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak pasal 82 ayat 1 yang menyatakan “Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

10

juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh
juta rupiah).

Dari peraturan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah, telah
diatur dengan jelas bahwa kekerasan guru terhadap murid di sekolah tidak
diperbolehkan. Kekerasan fisik, psikis, dan seksual yang dilakukan oleh
guru terhadap murid di sekolah dapat menimbulkan dampak yang buruk.
Dampak kekerasan itu di antaranya adalah 3:

1) Dampak fisik: Kekerasan secara fisik mengakibatkan organorgan tubuh siswa mengalami kerusakan seperti memar, lukaluka, dan lain lain.
2) Dampak psikologis: Trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak
aman,

dendam,

menurunnya

semangat

belajar,

daya

konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan
mental murid, menurunnya rasa percaya diri, stress, depresi dan
sebagainya. Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat
dari penurunan prestasi, perubahan perilaku yang menetap.
3) Dampak sosial: Murid yang mengalami tindakan kekerasan
tanpa ada penanggulangan, bisa saja menarik diri dari
lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan
merasa tidak bahagia berada diantara teman-temannya. Mereka
juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru
3

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=14997, Anwariansyah, 7 Prinsip
Pendidikan Tanpa Kekerasan, diakses tanggal 20 Juni 2014

11

maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit
mempercayai orang lain, dan semakin menutup diri dari
pergaulan.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan yang
dilakukan oleh guru terhadap murid di sekolah. Faktor faktor itu ada yang
berasal dari guru maupun dari murid itu sendiri. Faktor yang berasal dari
guru di antaranya 4:

1) Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun
psikis, tidak efektif untuk memotivasi murid atau merubah
perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma psikologis dan
melukai harga diri murid.
2) Persepsi yang parsial dalam menilai murid. Bagaimanapun
juga, setiap anak punya konteks kesejarahan yang tidak bisa
dilepaskan dalam setiap kata dan tindakan yang terlihat saat ini,
termasuk tindakan murid yang dianggap melanggar batas. Apa
yang terlihat dipermukaan, merupakan sebuah tanda dari
masalah yang tersembunyi dibaliknya. Yang terpenting bukan
sebatas menangani tindakan murid yang terlihat, tapi mencari
tahu apa yang melandasi tindakan / sikap murid.

4

http://www.ibudanmama.com/pola-asuh/kekerasan-yang-terjadi-di-sekolah/, kekerasan yang
terjadi di sekolah, diakses tanggal 20 Juni 2014

12

3) Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan
dalam mengelola emosi hingga guru yang bersangkutan
menjadi lebih sensitif dan reaktif.
4) Adanya tekanan kerja target yang harus dipenuhi oleh guru,
baik dari segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus
dicapai murid didiknya sementara kendala yang dirasakan
untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
5) Pola authoritarian masih umum digunakan dalam pola
pengajaran di Indonesia. Pola authoritarian mengedepankan
faktor kepatuhan dan ketaatan pada figur otoritas sehingga pola
belajar mengajar bersifat satu arah (dari guru ke murid).
Implikasinya,

murid

kurang

punya

kesempatan

untuk

berpendapat dan berekspresi. Dan pola ini bisa berdampak
negatif jika dalam diri sang guru terdapat insecurity yang
berusaha di kompensasi lewat penerapan kekuasaan.
6) Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan
kognitif dan cenderung mengabaikan kemampuan afektif.
Tidak menutup kemungkinan suasana belajar jadi kering dan
stressfull, dan pihak guru pun kesulitan dalam menciptakan
suasana belajar mengajar yang menarik, padahal mereka
dituntut mencetak murid murid berprestasi.

Faktor faktor lain yang dapat menyebabkan kekerasan guru
terhadap murid disekolah, juga didapat dari murid itu sendiri. Sikap murid

13

tidak bisa dilepaskan dari dimensi psikologis dan kepribadian murid itu
sendiri. Perasaan bahwa dirinya lemah, tidak pandai, tidak berguna, tidak
berharga, tidak dicintai, kurang diperhatikan, rasa takut diabaikan, bisa
saja membuat seorang murid menjadi berbuat aneh

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak
kekerasan guru di sekolah adalah solusi yang diberikan untuk mengatasi
kekerasan guru pada siswa di sekolah diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah
2) Mendorong/mengembangkan humaniasi pendidikan
3) Hukuman yang di berikan berkolerasi dengan tindakan
anak
4) Terus menerus membekali guru untuk menambah wawasan
pengetahuan,

kesempatan,

pengalaman

baru

untuk

mengembangkan kreativitas mereka.
5) Bukan murid saja membutuhkan konseling, tapi juga guru.
Sebab guru juga mengalami masa sulit yang membutuhkan
dukungan, penguatan, atau bimbingan untuk menemukan
jalan keluar yang terbaik.

14

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan
yang diajukan dalam penulisan jurnal ini yaitu :

1) Kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru terhadap murid di
sekolah secara yuridis merupakan salah satu bentuk perbuatan pidana.
Kasus kekerasan seperti pemukulan, penghinaan pelecehan seksual
yang dilakukan oleh oknum guru terhadap murid,secara yuridis
bertentangan dengan peraturan peraturan yang berlaku di Indonesia.

2) Upaya yang dilakukan sekolah untuk mencegah terjadinya tindak
kekerasan guru terhadap murid di sekolah diantaranya adalah membina
serta memberikan pelatihan terhadap para guru tentang cara mengajar
yang baik. Pelatihan yang dimaskud adalah penataran agar guru dapat
melaksanakan proses pengajaran dengan profesional agar maksud darn
tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan baik. Dengan adanya
pelatihan terhadap para guru,diharapkan kasus kekerasan guru
terhadap murid di sekolah dapat dicegah

15

Daftar Pustaka
Buku:
Distia, Nining, dan Muhamad Jailani, 2010, Analisis Situasi Anak untuk Isu-isu
Tertentu, SAMIN, Yogyakarta
Irma Setyowati, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta
Ridwan Halim, 1985, Tindak Pidana Pendidikan, Ghalia Indonesia, Jakarta
Shanty Dellyana, 1988, Wanita dan Anak Dimata Hukum, Liberty, Yogyakarta
Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung

Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
Undang Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Dalam Kekerasan Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 tentang Guru